Anda di halaman 1dari 4

Sholat Sebagai Tiang Agama Teks Khutbah Jumat - KEUTAMAAN SHALAT SEBAGAI TIANG

AGAMA


. .
.


: .
: .

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Limpahan materi terkadang telah menjadikan kita manusia gelisah, manusia yang jauh dari
ketentraman, dan manusia yang selalu was-was, sehingga seakan-akan kita layaknya
menjadi penjaga harta bukan orang yang dijaga harta. Kegundahan dan kegusaran jiwa
yang muncul ini mengindikasikan bahwa kita sedang terjerumus pada kesenangan duniawi
yang dihasilkan oleh pabrik kehidupan yang kapitalis dan menjajah. Dengan kondisi
demikian, tentunya diperlukan obat penyejuk yang bertujuan untuk meredam gejolak hawa
nafsu yang mengerikan ini.

Shalat sebagai ibadah yang sangat penting, hendak menjawab berbagai macam keluhan
termasuk keluhan seperti di atas. Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya, shalat
mampu membentuk pribadi pelakunya berupa pribadi yang sehat, berdedikasi tinggi, dan
mampu menyelaraskan antara hidup dengan ibadah.

Secara jelas dan tegas, Allah `Azza wa Jalla telah menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman
agar senantiasa menjadikan ibadah shalat sebagai cara memohon pertolongan kepada
Allah `Azza wa Jalla. Sebagaimana dapat dipahami dalam ayat berikut:





Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah: 153).

Seruan pada ayat di atas mengajak orang-orang beriman untuk menjadikan shalat dan
sabar sebagai penolong untuk menghadapi cobaan hidup. Karena terkadang cobaan hidup
itu terasa sangat berat, bahkan tak sedikit pula manusia yang tiap detik merasakan dirinya
terombang-ambing tak tentu arah, terhempas ke dalam jurang penderitaan sehingga tak
tahu bagaimana caranya untuk lepas dari semua itu. Dan sangat wajar apabila kemudian
banyak yang berusaha mencari jalan keluar untuk melepaskan diri dari lilitan kesedihan,
kehampaan dan sebagainya.

Jamaah Jumat Yang Berbahagia

Hamba yang menjadikan kesabaran dan shalat sebagai cara untuk memohon pertolongan,
maka sesungguhnya ia telah mendapatkan dua keuntungan yang amat besar. Karena
dengan sabar seorang hamba akan selamat jurang kehinaan, dan dengan shalat ia
berarti tengah mengaitkan jiwanya kepada Allah `Azza wa Jalla. Dengan kata lain, ia telah
bermohon kepada Allah `Azza wa Jalla guna menghadapi segala kesulitan dan beban. Setiap
hamba yang telah meminta tolong kepada Allah `Azza wa Jalla, maka ia tidak akan merasa
sendirian. Terlebih apabila ia benar-benar mampu khusuk dalam shalatnya, maka dirinya
akan merasa tengah berhadapan dengan Allah `Azza wa Jalla, dan Allah `Azza wa Jalla akan
membantu segala kesulitanNya, karena Dia Maha Mengetahui dan Maha Penyayang lagi
Maha Bijaksana. Namun memang harus disadari, bahwa untuk mendapatkan keadaan
seperti ini bukanlah perkara yang mudah, sebagaimana firman Allah `Azza wa Jalla dalam
al-Quran:

.



Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
(Q.S. Al-Baqarah: 45-46).

Firman di atas mengandung arti bahwa sabar dan shalat tidaklah mudah untuk dipraktikkan
kecuali oleh mereka yang khusyuk. Ia juga berarti bahwa sabar dan shalat harus menyatu,
sebagaimana diisyaratkan oleh penggunaan bentuk tunggal innahaa untuk menunjuk
keduanya. Ini berarti, ketika kita shalat dan memohon, kita juga dituntut untuk bersabar,
dan ketika menghadapi kesulitan kita juga dituntut untuk bersabar dan mengimbanginya
dengan doa (shalat) kepadaNya.

Adapun mengenai makna kata khusyu`, Quraish Shihab sebagaimana mengutip dari Thahir
bin `Asyur mengatakan, bahwa khusyu` adalah ketenangan hati dan keengganannya
mengarah kepada kedurhakaan. Yang dimaksud dengan orang-orang yang khusyu` dalam
ayat di atas adalah mereka yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya
menerima dan merasa tenang menghadapi ketentuan Allah `Azza wa Jalla serta selalu
mengharapkan kesudahan yang baik. Ia bukanlah orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu.
Ia adalah yang mempersiapkan dirinya untuk menerima dan mengamalkan kebajikan.
Orang-orang yang khusyu` yang dimaksud oleh ayat di atas adalah mereka yang takut lagi
mengarahkan pandangannya kepada kesudahan segala sesuatu sehingga dengan demikian
mudah baginya meminta bantuan sabar yang membutuhkan penekanan gejolak nafsu dan
mudah juga baginya melaksanakan shalat kendati kewajiban ini mengharuskan disiplin
waktu serta kesucian jasmani, padahal ketika itu boleh jadi ia sedang disibukkan oleh
aktivitas yang menghasilkan harta atau kelezatan.

Dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallaahu `Alaihi wa Sallam


bersabda, Shalat lima waktu diwajibkan Allah `Azza wa Jalla. Barangsiapa yang
menyempurnakan wudhunya, melaksanakan shalat pada waktunya serta disempurnakan
rukuk dan sujudnya, Allah `Azza wa Jalla menjanjikan akan mengampuni dosanya; dan siapa
yang tidak melaksanakannya, maka tidak ada baginya janji Allah `Azza wa Jalla; Jika Ia
menghendaki, diampuniNya atau jika Ia menghendaki di adzab-Nya. (HR. Abu Daud).

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Riwayat di atas, apabila ditinjau dari segi kesehatan mental, maka mempunyai kaitan yang
sangat erat, khususnya dengan perawatan kejiwaan. Karena mendirikan shalat lima waktu
sebagaimana hadist di atas akan menyebabkan seorang hamba mendapatkan ampunan
dari Allah `Azza wa Jalla, maka dalam pandangan ilmu jiwa, ampunan terhadap dosa dan
kesalahan merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu penyebab dari
gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa. Orang akan merasa gelisah dan
tergoncang jiwanya apabila ia merasa bersalah atau berdosa kepada Allah `Azza wa Jalla.
Terlebih apabila ia merasa bahwa dosa yang dilakukannya itu termasuk ke dalam dosa
besar. Sungguh, orang yang hatinya masih hidup akan mengalami goncangan yang besar.
Bahkan apabila goncangan itu tidak segera diredam, akan menjalar merusak kesehatan
jasmani, sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Karena itu, setiap
hamba yang merasa berdosa kepada Allah `Azza wa Jalla harus segera kembali untuk
bertaubat dan memperbanyak mengingat-Nya, salah satunya dengan cara memperbanyak
shalat. Karena dengan demikian, akan membuat hati tenang.

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Kalau hati sudah terikat dengan Rabb dari sekalian makhluk, pencipta dari segala obat dan
penyakit, pengatur yang mengurus segala sesuatu sesuai kehendak-NYA sendiri, pasti hati
tersebut memiliki berbagai macam obat yang tidak dimiliki oleh hati yang jauh dan
berpaling dari Allah. Kalau Ruhani kuat, maka tabiat dan jiwa manusianya juga menjadi kuat.
Tabiat dan jiwa seseorang akan saling mendukung dalam mengusir dan mengatasi penyakit.
Tidak mungkin dipungkiri bahwa obat yang paling mujarab itu dimiliki oleh orang yang
tabiat dan jiwanya kuat, yang selalu merasa senang dan tentram karena menjadi dekat
dengan penciptanya, merasa suka dan nikmat berdzikir kepada Allah, seluruh kekuatan
tertuju hanya kepada Allah, selalu memohon pertolongan dan bertawakal kepada Allah,
sehingga kekuatan yang ada pada dirinya dapat menghilangkan rasa sakit secara
menyeluruh. Demikianlah, shalat merupakan ibadah yang sangat penting dan menyimpan
berbagai keutamaan-keutamaan yang tidak terdapat dalam ibadah lainnya. Semoga kita
bisa menjadi hamba Allah yang bertakwa dan senantiasa mampu untuk meningkatkan
kualitas spiritual. Aamiin Allaahumma aamiin.

.


.

.

Anda mungkin juga menyukai