BARU MASEHI
Disusun oleh:
يركم و َمآلِكم
ِ ص ِ وأَصلِحوا أَ ْم َر ِدينِكم وم َع َاتَّقوا هللا ِ فَيَا ِعبَا َد هللا: أَ َّما بَ ْع ُد.
ِ وتَف َّكروا فِي َم،اشكم
Hari ini tanggal 4 Januari adalah Jum’at pertama di tahun 2019, masih dalam suasana
tahun baru masehi. Baru saja kita merasakan atau terlibat langsung dalam semarak perayaan
pergantian tahun dengan beragam bentuknya, ramai pada setiap sudut kota dan desa. Beragam
acara digelar, dari yang resmi pemerintahan, kelompok sosial, keluarga dan individu masing-
masing. Suara riuh terompet, aneka kembang api, petasan, panggang jagung dan ikan bakar
menghiasi meriahnya malam pergantian tahun baru tersebut.
Dari gambaran perayaan tersebut di atas, kita dapat menangkap kesan bahwa datangnya
tahun baru menimbulkan rasa gembira pada sebagian orang. Pertanyaan adalah apa yang
membuat kita gembira? Maka alangkah baiknya apabila rasa gembira tersebut didasari oleh spirit
makna yang terkandung pada setiap perayaan tahun baru dengan sedikit banyak mengetahui asal-
usulnya.
Ada beberapa makna yang dapat kita jadikan spirit pada perayaan tahun baru ini,
pertama, bahwa tahun baru adalah tahun harapan dan optimis. Ada banyak sistem penanggalan di
dunia terkait dengan pergantian tahun secara periodik selain tahun baru masehi saat ini, yang
pada umumnya bermuatan relijius, dilatarbelakangi oleh sejarah perubahan sosial dari masa
kelam kepada masa yang bersinar, syarat dengan pesan-pesan moral dan lambang kemenangan
bagi kebaikan. Maka kerap saja bahwa pergantian tahun dari generasi ke generasi selalu
memunculkan rasa optimisme dan harapan-harapan baru yang akan dicapai bagi setiap
penganutnya.
Sejatinya, harapan dan rasa optimisme itu dibangun tidak pada saat tahun baru saja,
namun pada setiap saat, setiap detik waktu kita tidak boleh putus akan harapan. Namun
barangkali karena sifat manusia lalai dan pelupa, maka disediakanlah oleh Allah fasilitas-fasilitas
waktu istimewa untuk menumbuhkan kesadaran untuk memperbaiki diri, salah satunya adalah
tahun baru masehi sekarang ini
Kedua, makna tahun baru yang dapat kita ambil hikmahnya adalah bahwa dengan
bertambahnya tahun, maka hakikatnya semakin berkurang usia atau umur kita. Maka menyadari
sepenuhnya seraya mengintrospeksi diri kita dan mentaubati segala dosa dan kekeliruan kita di
tahun yang lalu adalah langkah bijak di tahun baru ini. Membangun optimisme serta berusaha
memperbaiki segala kesalahan, serta mengisi hari-hari yang akan datang dengan perbuatan-
perbuatan baik dan hal-hal yang bermanfaat lainnya jadikanlah harapan dan resolusi kita untuk
tahun-tahun yang akan kita lalui.
Rasa gembira kita dengan datangnya tahun baru ini jadikan sebagai perwujudan rasa
syukur kita kepada Allah swt bahwa kita masih diberi kesempatan untuk mempergunakan umur
dan segala fasilitas hidup yang akan kita pertanggungjawabkan nanti, sebagaimana disabdakan
Nabi saw.
َوع َْن،ُا أَ ْباَل ه4بَابِ ِه فِي َم4 َوع َْن َش،ُاه4َأَ ْفن ع َْن ُع ْم ِر ِه فِي َما:س
ٍ اَل تَ ُزو ُل قَ َد ُم ا ْب ِن آ َد َم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن ِع ْن ِد َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل َحتَّى يَسْأَلَهُ ع َْن خَ ْم
َو َما َع ِم َل فِي َما َعلِ َم،َُمالِ ِه ِم ْن أَ ْينَ ا ْكتَ َسبَهُ َوفِي َما أَ ْنفَقَه
“Tidak akan bergeser kaki manusia pada hari kiamat dari sisi Rabnya sehinga ditanya tentang
lima hal: tentang umurnya untuk apa ia pergunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan,
tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infakkan, dan tentang ilmunya apa yang
ia amalkan (darinya).
Janganlah dikemudian hari kita termasuk orang-orang yang menyesal karena tidak dapat
mempergunakan karunia Allah dengan sebaik-baiknya berupa kesempatan hidup dengan
berbagai amal kebajikan, hingga kita akan mengalami nasib yang tragis pada saat tutup usia kita,
sebagaimana diilustrasikan dalam al-Qur’an:
رْ زَ ٌخ44َا َو ِم ْن َو َرائِ ِه ْم ب44َ َو قَائِلُه4ُ ةٌ ه4ا َكلِ َم4َت َكال إِنَّه
ُ ر ْك4 َ )لَ َعلِّي أَ ْع َم ُل٩٩( ت قَا َل َربِّ ارْ ِجعُو ِن
َ 4َصالِحًا فِي َما ت ُ َْحتَّى إِ َذا َجا َء أَ َح َدهُ ُم ْال َمو
َإِلَى يَوْ ِم يُ ْب َعثُون
“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan
mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs Al Mukminun: 99-100)
Maka tanpa kita harus memperdulikan tahun barupun, bahwa setiap detik waktu kita pada
hakikatnya adalah kesempatan yang tidak akan datang untuk kedua kalinya, maka setiap hari,
bulan, tahun adalah baru bagi kita, dan tidak akan kita alami lagi hari, bulan dan tahun yang
sama esok hari. Dan Nabi senatiasa mengajarkan agar senantiasa kita dalam keadaan
mengingatNya, saat kita baru terbangun dari tidur sekalipun.
وحي َوأَ ِذنَ لِي بِ ِذ ْك ِر ِه َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي عَافَانِي فِي َج ْإِ َذا ا ْستَ ْيقَظَ فَ ْليَقُل
ِ س ِدي َو َر َّد َعلَ َّي ُر
“Jika seorang terbangun hendaklah mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkanku tubuhku, dan mengembalikan nyawa kepadaku, serta mengizinkanku untuk
berdzikir kepadaNya” (HR. Tirmidzi)
Inilah sebagian dari ajaran Nabi untuk kita selalu wamas diri dari setiap inci langkah kita agar
tidak jatuh dalam kesia-sian umur kita.
َّ اصوْ ا بِال
صب ِْر ِّ اصوْ ا بِ ْال َح
َ ق َوت ََو َ ت َوتَ َو ٍ إِ َّن ا ِإلن َسانَ لَفِي ُخس َو ْال َعصْ ِر
ِ إِالَّ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا ْر
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)
Semoga setiap detik waktu kita, besertanya keridhoan Allah swt. Amin ya Rabbal’alamin.
آن ْال َك ِري ِْم َو َج َعلَنَا هللاُ ِمنَ الَّ ِذ ْينَ يَ ْستَ ِمعُوْ نَ ْالقَوْ َل فَيَتَّبِعُوْ َ4ن أَحْ َسنَهُ .أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هذا َوأَ ْستَ ْغفِـ ُر هللا لِ ْي َولَ ُك ْم
ك هللا لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ِ
ار َ
بَ َ
4رَ .واَ ْش 4هَ ُداَ َّن َس 4يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُ 4دهُ اَ ْل َح ْم ُدهّلِل َِ ح ْم 4دًا َكثِ ْيرًا َك َمااَ َم َرَ .واَ ْش 4هَ ُداَ ْن الَاِل 4هَ اِالَّهللَُ وحْ َ 4دهُ الَ َش ِ 4ر ْي َ
ك لَ 4هُ .اِرْ غَا ًم44الِ َم ْن َج َح َدبِ ِ 4ه َو َكفََ 4
ظ ٍر َواُ ُذ ٌن بِخَ بَ ٍرت َعي ٌْن بِنَ َ صل َ ْصحْ بِ ِه َمااتَّ ََلى اَلِ ِه َو َص ِّل َو َسلِّ ْم عَل َىَ سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع َ س َو ْالبَ َش ِر .اَللّهُ َّم َ َو َرسُوْ لُهَُ سيِّد ُْا ِال ْن ِ
ت .اَللّهُ َّم ا ْدفَْ 444ع ب ْال َع ِطيَّا ِ ت بِ َرحْ َمتَِ 444
ك يَ444ا َوا ِه َ ت ْاالَحْ يَ444ا ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْمَ 444وا ِ
444ؤ ِمنِ ْينَ َ و ْال ُم ْؤ ِمنَ444ا ِ
ت َو ْال ُم ْ
اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْس444لِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْس444لِ َما ِ
اص4ةً َوع َْن َسائِ ِربَالَ ِد ْال ُم ْس4لِ ِم ْينَ اال َغالَ َءَ و ْال َوبَا َء َوالرِّ بَا َوال ِّزنَا َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َ .وسُوْ َء ْالفِتَ ِن َماظَهَ َر ِم ْنهَ44ا َو َم4ابَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَاهَ َذا َخ َّ َعنَّ ْ
اربَّ ْ ال َعالَ ِم ْينَ
.عَا َّمةً يَ َ
ك أَ ْنتَ ال َوهَّابُ َ .ربَّنَ44ا ظَلَ ْمنَ44ا أَ ْنفُ َس4نَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغفِ44رْ لَنَ44ا َوتَرْ َح ْمنَ44ا َربَّنَا ال تُ ِز ْغ قُلُوْ بَنَا بَ ْع َد إِ ْذ هََ 4د ْيتَنَاَ 4،وهَبْ لَنَ44ا ِم ْن لَُ 4د ْن َ
ك َرحْ َم 4ةً ،إِنَّ َ
لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ الخَ ا ِس ِر ْينَ
َ .ربَّنَااَتِنَافِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاالَ ِخ َر ِةَ ح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
اب النَّ ِ
ار
MUROKI : BOBON