Anda di halaman 1dari 18

Adat Istiadat di Islam:

Halal bi
Halal
KELOMPOK 2 / 9D
Anggota kelompok :
● Amelia Nur Anisa (2)
● Early Hita Putri Syahfihan (7)
● Hias Permata (13)
● Muhammad Sinatrya Al Warid (16)
● Muhammad Rafi Setyawan (19)
● Riska Widi Mulia (22)
● Talitha Aurelia Wahyu Malinda (26)
● Yan Parta Imam Gifari (29)
01
Makna Halal
bi Halal
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), halal bihalal adalah hal
maaf-memaafkan setelah menunaikan
ibadah puasa Ramadhan. Biasanya
kegiatan diadakan sekelompok orang di
auditorium atau aula. Halal bihalal juga
didefinisikan sebagai silaturahmi.
Halal bihalal pada intinya merupakan
kegiatan silaturahmi dan saling
memaafkan. Disebutkan dalam suatu
riwayat, menyambung silaturahmi akan
memperluas rezeki dan memperpanjang
umur.
Halal bi Halal
Kata halal bihalal bisa disasarkan pada asal bahasa
halla-yahallu-hallan, dengan makna terurai atau
terlepas. Dengan arti, halal bihalal merupakan
sebuah media untuk mengembalikan kekusutan
hubungan persaudaraan dengan saling memaafkan
pada saat dan atau setelah hari raya Idul Fitri.
(Niamillah,2014). Misal saja, selama setahun sebelum
Idul Fitri di tengah-tengah kita terjadi
kesalahpahaman, atau banyak kesalahan-kesalahan
lain yang dilakukan secara sengaja maupun tidak di
antara sesama, maka halal bihalal ini adalah waktu
untuk menguraikan keruwetan yang tentu
mengganjal hati tersebut. Dengan cara meminta
maaf dan juga memaafkan,”.
Istilah halal bihalal hanya berlaku setelah Idul Fitri, Niamilah (dalam Sobih, 2014),
menambahkan, hal tersebuut juga karena memiliki hubungan kuat dengan
makna lafal Idul Fitri, yakni perayaan kembalinya manusia pada kesucian. “Idul
berarti suatu perayaan yang diulang-ulang, sedangkan fitri bermakna suci. Maka
Idul Fitri merupakan perayaan kembalinya manusia terhadap kesucian yang itu
hanya bisa diraih dengan memperoleh ampunan dari Allah swt, dan
mendapatkan maaf dari sesama manusia,”,
02
Sejarah Halal
bi Halal
Sejarah Singkat
Pada tahun 1948, tepatnya pada pertengahan bulan Ramadhan, KH. Abdul
Wahab Chasbullah dipanggil Bung Karno ke Istana Negara. Ia diminta
memberikan pendapat dan saran untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang
sedang terancam perpecahan akibat pertengkaran para elit politik. Apalagi saat
itu juga tengah berkecamuk sejumlah pemberontakan di sejumlah daerah
seperti DI/TII dan PKI Madiun.

Kyai Wahab menyarankan kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan


silaturahmi, apalagi sebentar lagi adalah Hari Raya Idul Fitri dimana seluruh umat
Islam disunahkan bersilaturahmi. Lalu Bung Karno menjawab,”silaturahmi kan
sudah biasa, saya ingin istilah lain.”
Sejarah Singkat
Meski istilahnya dicetuskan oleh Kyai Wahab, namun kegiatan
halal bi halal sendiri dimulai sejak jaman kerajaan di Jawa.
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara 1
(1757 – 1795 ) menyelenggarakan pertemuan dengan para
punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana, setelah
Idul Fitri. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib
melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Sejarah Singkat
Dalam mencetuskan istilah halal bi halal, Kyai Wahab
melakukan analisa pertama terhadap kalimat Thalabu halaal bi
thariiqin halaal yang artinya mencari penyelesaian masalah
atau mencari keharmonisan hubungan dengan mengampuni
kesalahan. Selanjutnya analisis kedua (halaal Yujza’u” bi halaal)
adalah pembebasan kesalahan yang berbalas dengan cara
saling memanfaatkan.
03
Tujuan Halal
bi Halal
- Dari segi hukum fikih, halalbihalal menurut
tinjauan hukum fikih menjadikan sikap yang
tadinya haram atau yang tadinya berdosa menjadi
halal atau tidak berdosa lagi jika para pelaku
halalbihalal secara lapang dada dapat saling
maaf-memaafkan.

- Dari sisi bahasa atau linguistik, istilah halalbihalal


antara lain bermakna menyelesaikan masalah atau
meluruskan benang kusut atau mencairkan
sesuatu hal yang membeku.
Dengan demikian, jika memahami kata
halal bihalal dari tinjauan kebahasaan ini,
seorang akan memahami tujuan
menyambung apa-apa yang tadinya
putus menjadi tersambung kembali. Hal
ini dimungkinkan jika para pelaku
menginginkan halal bihalal sebagai
instrumen silaturahim untuk saling
maaf-memaafkan sehingga seseorang
menemukan hakikat Idul Fitri.
- Halalbihalal dalam tinjauan Qur’ani, menurut
Quraish Shihab, merupakan tuntutan halal yang
thayyib, yang baik, dan menyenangkan. Dengan
kata lain, Al-Qur’an menuntut agar setiap aktivitas
yang dilakukan oleh setiap Muslim merupakan
sesuatu yang baik dan menyenangkan bagi semua
pihak. Halalbihalal dimaksudkan tidak hanya
menuntut seseorang untuk memaafkan orang lain,
tetapi juga lebih dari itu yakni berbuat baik
terhadap orang yang pernah melakukan kesalahan
kepadanya.
04
Manfaat Halal
bi Halal
Manfaat Halal bi Halal antara lain :

- Mempererat tali persaudaraan


Orang yang gemar bersilaturahmi akan memiliki
banyak teman dan disukai banyak orang. Islam
menganjurkan umatnya untuk senantiasa berbuat
baik salah satunya dengan silaturahmi.
- Menambah pahala
Dengan menjalin silaturahmi, berarti kita telah
menjalankan salah satu pekerjaan yang dicintai oleh
Allah Swt dan Rasul-Nya sehingga mendatangkan
keberkahan.
Manfaat Halal bi Halal antara lain :

- Menghilangkan dendam, iri hati, serta dengki.


Menyimpan dendam dapat membuat orang
merasa tertekan dan marah bahkan dapat
menimbulkan penyakit. Orang yang selalu merasa
iri biasanya mereka tidak pernah merasa puas.
Padahal kedua sifat ini dibenci oleh Allah Swt.
Salah satu cara untuk menghindari rasa iri dan
dengki adalah yakin bahwa segala bentuk nikmat
yang diberikan kepada manusia adalah bentuk
dari hikmah Allah SWT.
Thanks!
Do you have any questions?

Sumber :
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6068915/halal-bi
halal-makna-dan-sejarahnya-di-indonesia
https://tirto.id/apa-itu-halal-bihalal-tujuan-dan-awal-mula
-istilahnya-grQE
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/f
ahtur-hidayat/manfaat-tradisi-halalbihalal-1y0QLufHeLO

Anda mungkin juga menyukai