Anda di halaman 1dari 14

terapi doa

I.
Pendahuluan
Doa merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi manusia kepada Tuhannya. Doa merupakan
seruan, ajakan atau pamggilan, dan permintaan, yaitu permohonan manusia kepada Allah SWT
untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia adalah
kesejahteraan, kemakmuran, memiliki pengetahuan dan terhindar dari musibah. Sedang
keselamatan di akhirat adalah masuk surga dan terhindar dari api neraka.
Doa juga merupakan kesempatan manusia untuk mencurahkan hatinya kepada Tuhan, menyatakan
kerinduan, ketakitah dan kebutuhan manusia dan Tuhan. Dengan demikian, doa itu dipanjatkan
hanya kepada Allah, tidakkepada yang lain. Walaupun misalnya ada orang yang berdoa di kuburan
doanya tetap harus ditujukan kepada Allah, tidak boleh kepada orang yang ada dalam kubur itu.
Doa sebagai terapi merupakan salah satu alternatif dalam benyembukan penyakit rohani
khususnya, namun tidak hanya dengan doa saja tentunya harus disertai dengan ikhtiyar atau
berusaha yaitu dengan penanganan medis. Suatu penyakit jasmani atau rukhani tidak akan sembuh
jika hanya berdoa saja atau dengan penanganan medis saja, maka dari itu doa dan penanganan
media itu penting dalam penyembuhan penyakit, bukan hanya itu segala sesuatu juga harus berdoa
dan berusaha.
II.
Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan doa?
B. Bagaimana doa sebagai terapi?

III.
Pembahasan
A. Doa
1.
Pengertian
Kata doa menurut bahasa artinya permohonan atau panggilan. Sedangkan menurut istilah Syari,
berarti meminta pertolongan kepada Allah SWT, berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya,
demi mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala (Amin Syukur, 2012:
79).
Menurut Dadang Hawari yang di kutip oleh Amin Syukur dalam bukunya Sufi Healing Terapi
dengan Metode Tasawuf, doa merupakan salah satu bentuk komitmen keagamaan seseorang. Doa
sendiri adalah permohonan yang di munajatkan ke pada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa,
Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Selain itu doa merupakan suatu amalan
dalam bentuk ucapan ataupun dalam hati yang berisikan permohonan kepada Allah SWT, dengan
selalu mengingat nama-Nya dan sifat-Nya.[1]
2. Adab-adab Berdoa
a.
Mencari waktu-waktu yang mulia, seperti bulan arafah, bulan ramadan, hari jumat, dan
waktu sahur.
Allah berfirman:


(18: )

Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (Q.s. Adz-Dzariyat: 18)
[2]
b.
Memanfaatkan suasana dan keadaan yang mulia.
Abu Hurairah r.a berkata, Pintu-pintu langit dibuka ketika terjadi pertempuran barisan-barisan fi
sabilillah, ketika turun hujan dan ketika didirikannya shalat wajib. Maka pergunakanlah waktuwaktu tersebut untuk berdoa.
Mujahid berkata, Shalat itu di letakkan pada waktu-waktu terbaik, maka hendaknya kalian
berdoa setiap kali selesai shalat.
c.
Berdoa dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, sekira dapat terlihat
ketiaknya.
Selain mengangkat kedua tangannya hendaknya tidak mengankat pandangannya ke arah langit.
Rasulullah swa. Bersabda, sesungguh, orang-orang hendaklah berhenti mengangkat pandangan
mereka ke langit ketika berdoa, atau (juka tidak) penglihatan mereka akan dibutakan.[3]
d.
Merendahkan suara, antara lirih dan keras.
Firman Alla azzawa jalla;
(110: )

Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula
merendahkannya. (Q.s. Al-Isra:110)
e.
Tidak memaksakan diri menyusun doa yang bersajak.
Orang yang berdoa hendaknya bersikap merendah, sedangkan perbuatan memaksakan diri sama
sekali tidak sesuai dengannya. Nabi saw. bersabda, Suatu saat nanti akan ada orang-orang yang
berlebihan dalam berdoa.[4]
f.
Bersifat mengiba, khusyu, penuh harap,dan takut.
Menurut H.r. Dailami dalam Musnadul-Firdaus, dari Anas, Rasulullah saw. bersabda, Apabila
Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan mengujinya, sehingga Dia mendengar suaranya
mengiba.[5]
g.
Tegas dalam berdoa, yakni aka di kabulkan serta berharap dengan sungguh-sungguh.
Rasulullah saw. bersabda, Janganlah seorang diantara kalian ketika berdoa mengucapkan, Ya
Allah, ampunilah aku jika Engkau berkehendak, Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau
berkrhrndak. Hendaklah bersikap tegas dalam memohon, karena allah tidak ada yang memaksaNya (Muttafaq Alaih, dari Abu Hurairah).[6]
h.
Berdoa dengan mendesak, dan mengulanginya tiga kali.
Hendaknya seseorang tidak tergesa-gesa agar doanya cepet terkabul. Hal ini sesuai dengan hadis
Nabi saw., Seorang diantara kalian akan dikabulkan doanya selama ia tidak tergesa-gesa dengan
mengatakan Aku telah berdoa, tetapi doaku tidak dikabulkan. Maka apabila kamu berdoa,
berdoalah sesering mungkin, karena kamu memohon kepada Dzat yang Maha Pemurah
(Muttafaqun Alaih, dari Abu Hurairah).[7]
i.
Membuka doa dengan dikrullah azza wa lajja. Jadi tidak langsung meminta.
Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahumullah berkata, Barangsiapa ingin memohon suatu hajat
kepada Allah, hendaklah memulainya dengan membaca shalawat bagi Nabi saw. karena Allah
SWT menerima kedua shalawat tersebut, dan Dia terlalu mulia untuk tidak mengabulkan apa yang
ada diantara kedua shalawat itu.
j.
Bertaubat.

Bertaubat merupakan adab batin dan merupakan pangkal terkabulnya doa, yaitu mengembalikan
semua yang diambil secara dzalim, serta menghadapkan hati sepenuhnya kepada Allah SWT.
Semua ini merupakan faktor-faktor yang paling dekat dengan terkabulnya doa.
3.
Manfaat berdoa
Doa mengandung sejumlam manfaat. Di antaranya ialah doa bertujuan untuk memohom
keselamatan di akhirat, yaitu masuk surga dan terhindar dari api neraka. Keselamatan di akhirat
harus diminta kepada Allah SWT, kerena menjalankan perintan Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya tidak otomatis membuat orang masuk surga. Ini karena masuk surga atau neraka,
adalah hak prerogatif Tuhan.[8]
Doa juga bermanfaat untuk meminta kelancaran urusan duniawi, seperti memperoleh pekerjaan,
rizki, kedudukan, bidnis, studi, jodoh, keturunan dan sebagainya. Allah mengerti bahwa kita hidup
di dunia tentu ingin hidup baik dan sejahtera. Karena kesejahteraan hidup tidak semata-mata untuk
keperluan dunia, tetapi juga untuk memenuhi kewajiban agama, seperti sholat, puasa, zakat dan
haji.[9]
Selain yang di sebutkan di atas doa juga bermanfaat untuk mencegah musibah. Semua manusia
sering menimpa musibah, karena musibah terjadi di luar perhitungan manusia. Oleh sebab itu
manusia memerlukan bantuan kekuatan di luar dirinya yaitu Tuhan untuk mencegah datangnya
musibah.[10]
Doa bermanfaat juga untuk ketanangan fikiran dan perasaan, hati atau jiwa. Makin banyak
seseorang berdoa maka makin tenang pula fikiran dan hatinya.[11] Ketenangan hati dapat dilihat
pada terbentuknya sikap-sikap sufistik pada seseorang yang banyak berdoa, seperti sabar, ikhlas,
ridha, qonaah (merasa cukup), syukur, shidiq, istiqomah, raja, dan tawakal. Kemudian dari
ketenangan jiwa tersebut, orang aka hidup sehat dan bahagia, sehingga dapat dikatakan bahwa doa
bermanfaat untuk mewujudkan hidup sehat dan bahagia.
B. Doa Sebagai Terapi
Doa sebagai terapi merupakan sebuah terapi yang luar biasa. Banyak orang yang sembuh
penyakitnya hanya dengan doa yang sering diucapkan dari orang-orang tertentu. Dadang hawari
dalam bukunya Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, mengoleksi banyak
hasil penelitian dari para ahli mengenai doa sebagai obat.[12] Para peneliti itu diantaranya adalah:
Mattews (1996) dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa dari 212
peneliti yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya, ternyata 75% menyimpulkan adanya
pengaruh positif pada pasien, dan hanya 7% yang menyatakan adanya pengaruh negatif doa
terhadap hasil terapi. Manfaat doa terhadap proses kesembukan pasien terutama terletak pada
berbagai penyakit seperti depresi, kanker, hipertensi, jantung dan penyalah gunaan narkoba,
alkohol, dan zat adiktif. Selain itu hasil survei majalan TIME, CNN, dan USA Weekend (1996),
membuktikan bahwa lebih dari 70 % pasien percaya bahwa doa dan dzikir juga merupakan obat
bagi penderita selain dalam pengertian medis (Amin Syukur, 2012: 81).
Menurut pakar kesehatan jiwa, doa mengandung unsur psikoterapeutik yang mendalam. Terapi
psikoreligius ini tidak kalah pentingnya dengan psikoterapi psikiatri, karena ia mengandung
kekuatan spiritual /kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan harapan sembuh. Kedua
hal ini sangat efisien bagi penyembuhan suatu penyakit selain obat-obatan dan tindakan medis.
[13]
Seorang sufi tiada hari tanpa berdoa, karena berdoa adalah bagian dari kehidupan sufistik. Mereka
melakukannya dengan sungguh-sungguh serta dalam bimbingan sang guru. Selain dzikir, doa

merupakan bagian dari mujahadah kepada Allah SWT. Berdoa selalu di mulai dari bismillah yang
pada umumnya memiliki makna dengan menyebut nama Allah. Sebagaimana yang telah di
ungkapkan Chitshi, bismillah menurut akar katanya dapat diterjemahkan sebagai berikut: secara
harfiyah berartidengan, bersama, atau di dalam; berarti suatu atmosfer, nama atau cahaya; adalah
sesuatu Dzat Yang Maha Esa. Dengan demikian ketika kita mengucapkan bismillah, maka aliran
nafas akan mengikuti makna tersebut dengan, bersama , atau di dalam suatu atmosfer atau cahaya
Dzat Yang Maha Esa (Amin Syukur, 2012: 82).
IV.
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa doa merupakan permintaan atau
permohonan seorang hamba kepada Tuhannya, dengan maksud meminta kesejahteraan,
keselamatan, ketenangan, kelancaran hidup dan lain sebagainya. Pendapat lain mengatakan doa
merupakan sebuah komitmen keagamaan seseorang dalam menjalani kehudupannya.
Metode penyembuhan dengan doa atau doa sebagai terapi merupakan terapi atau penyembuhan
yang luar biasa. Dari penelitian yang di lakukan para ilmuan diatas telah di simpulkan adanya
pengaruh positif pada pasin dalam melakukan berdoa. Maka dari itu metode penyembuhan sebuah
penyakit tidak hanya dengan penangannan medis saja melainkan dengan berdoa juga bisa
dilakukan sebagai penyembuh suatu penyakit.

Daftar Pustaka
Al-Gazali, Muhammad Hamid, Rahasia Doa & Dzikir Al-Ghazali, (terj) Ahmad Nur Kholis,
Yogyakarta: Citra Risalah, 2008.
Muhyidin, Muhammad, Misteri Energi Istighfar, Jogjakarta: Diva Press, 2008.
Syukur, Amin, Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawus, Jakarta: Erlangga, 2012.
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, Ciputat: Pustaka irVan, 2007.
Wardah, Abu, Wasiat Dzikir & Doa Rasulullah saw, Yogyakarta: Media Insani, 2006
PSIKOTERAPI DOA
Setiyo Purwanto, S. Psi, MSi.
Pada tahun 1984 WHO memasukkan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan
dimensi fisik, psikologis dan psikososial. Seiring dengan itu, terapi terapi yang dilakukan pun
mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, terapi yang demikian disebut dengan terapi
holistik artinya terapi yang melibatkan fisik, psikologis, psikososial dan spiritual (Ariyanto, 2006).
The American Psychiatric Association (APA) mengadopsi gabungan dari empat dimensi di atas
dengan istilah paradigma pendekatan biopsikososispiritual (Hawari, 2002). Lokakarya yang
diselenggarakan APA pada tahun 1993 dengan judul Religion and Psychiatry Model of Partnership
memberikan suatu anjuran untuk menambahkan terapi keagamaan disamping terapi psikis dan
medis (Hawari, 2002).
Larson (1992) dan beberapa. pakar lainnya dalam berbagai penelitian yang berjudul Religious

Commitment and Health, menyimpulkan bahwa di dalam memandu kesehatan manusia yang serba
kompleks ini dengan segala keterkaitannya, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan
(spiritual power) jangan diabaikan begitu saja. Agama dapat berperan sebagai pelindung lebih dari
pada sebagai penyebab masalah.
Pentingnya agama sebagai kelengkapan pemeriksaan psikiatrik dapat dilihat dalam textbook of
psychiatry yang berjudul Synopsis of Psichiatry, Behavioral Sciences and Clinical Psychiatry
karangan Kaplan dan Sadock (1991). Di dalam. buku tersebut disebutkan bahwa dalam
wawancara psikiatri dokter (psikiater) hendaknya dapat menggali latar belakang kehidupan
beragama dari pasien dan kedua orangtuanya, serta secara rinci mengeksplorasi sejauh mana
mereka mengamalkan ajaran agama, yang dianutnya. Bagaimanakah sikap keluarga terhadap
agama, taat atau longgar (strict or permissive); adakah konflik di antara kedua orangtuanya dalam.
memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Psikiater hendaknya dapat menelusuri
riwayat kehiduipan beragama pasiennya, sejak masa kanak-kanak hingga dewasa; sejauh mana.
pasien terikat dengan ajaran agamanaya, sejauh mana kuatnya, dan sejauh mana mempengaruhi
kehidupan pasien, pendapat pasien berdasarkan keyakinan agamanya terhadap terapi psikiatrik
dan medik lainnya, serta bagaimanakah pandangan agamanaya terhadap bunuh diri dan
sebagainya, (Hawari, 2002:).
Di ASEAN pentingnya terapi agama dalam psikoterapi mulai diperhatikan pada tahun 1995.
Dalam Konggres ke lima Kedokteran Jiwa/Kesehatan Jiwa seASEAN di Bandung pada bulan
Januari 1995, topik Psikiatri dan Agama merupakan salah satu topik bahasan dengan menampilkan
tiga juduI makalah: New Concept of Holistic Approach in Indonesian Psychiatry and Mental
Health; New Approach in the treatment of Depression; dan Religion issues in Psychiatric Practice
(Hawari, 1997).
Di Indonesia beberapa konselor dan terapis telah memakai agama sebagai bagian yang tak
terpisahkan dalam konsultasi dan terapi psikisnya. Misalnya Prof. DR. Zakiah Daradjat dan Prof.
DR. dr. Dadang Hawari. Keduanya juga menerbitkan beberapa buku yang berkaitan dengan
konseling dan psikoterapi agama. Prof DR Zakiah Daradjat antara lain menerbitkan beberapa buku
yang berjudul: Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1973), Islam dan Kesehatan Mental
(1983), Do'a Menunjang Semangat Hidup (1992), Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental (1993).,
Prof DR. dr. Dadang Hawari menerbitkan beberapa. Buku antara lain: Konsepsi Islam Memerangi
AIDS dan NAZA (1996), Al Qur',an Kedokteran Jiwa dan Kesehatan jiwa (1997), Doa dan Dzikir
Sebagai Pelengkap Terapi Medis (1997) Gerakan Nasional Anti mo limo., Madat, Minum, Main,
Maling, dan, Madon (2000), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofreni (2001), Terapi
(Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhi (Sistem terpadu) Pasien Naza (Narkotika,
Alkohol dan Zat Adiktif Lain) Metode Prof Dr. dr. H. Dadang Hawari Psikiater (2001),
Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif) (2001),
Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi (2002), Manajemen Stres Cemas dan
Depresi (2002).
Di samping itu di beberapa pesantren, para kyai dan ustadz juga melakukan kegiatan konseling
dan psikoterapi dengan menggunakan agama. Misalnya Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,
Pesantren Raudhatul Muttaqien Yogyakarta, PesantrenAl-Ghafur Situbondo, Pesantren AnNawawi Bojonegoro (Rendra, 2000), PesantrenAl-Islamy Yogyakarta (Arif, 2005), dan beberapa
pesantren lainnya yang tidak disebutkan di sini.

Penelitian Terapi yang Menggunakan Doa


Di San Francisco, AS studi untuk mengetahui efektivitas doa dan zikir dilakukan terhadap 393
pasien jantung. Responden dibagi dalam dua kelompok secara acak. Kelompok pertama
memperoleh terapi doa dan zikir, lainnya tidak. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang
mendapatkan terapi doa hanya sedikit yang mengalami komplikasi. Sementara pada kelompok
yang tidak diberi terapi doa timbul berbagai komplikasi.
Dr. Oxman, TE dan kawan-kawan mengemukakan bahwa salah satu faktor prediksi yang kuat bagi
keberhasilan operasi jantung adalah tingkat keimanan pasien. Dari studi yang mereka lakukan
terbukti bahwa semakin kuat keimanan pasien, kian kuat pula proteksinya terhadap kematian
akibat operasi. Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam artikel berjudul Lack of Social
Participation or Religious Strength or Comfort as Risk Factors for Death after Cardiac Surgery in
The Elderly, yang dimuat Psychosomatic Medicine. Penelitian lain tentang kaitan doa dan
kematian akibat penyakit juga dilakukan Comstock dan kawan-kawan sebagaimana termuat dalam
Journal of Chronic Disease. Dinyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan
secara teratur disertai doa, memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah
50% dibanding mereka yang tidak melakukan kegiatan keagamaan. Sementara kematian akibat
emfisema (paru-paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (sirosis hepatis) lebih
rendah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%.Bukti lain datang dari penelitian
Robbins dan Metzner yang dilakukan selama 8-10 tahun terhadap 2700 responden didapati bahwa
responden yang rajin menjalankan ibadah serta berdoa, angka kematiannya jauh lebih rendah
dibandingkan yang tidak beribadah.Penelitian Larson dan kawan-kawan terhadap para pasien
tekanan darah tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol (bukan pasien hipertensi), diperoleh
kenyataan bahwa komitmen agama kelompok kontrol lebih kuat. Selanjutnya dikemukakan
kegiatan keagamaan seperti doa dapat mencegah seseorang dari penyakit hipertensi.
Dokter Larry Dossey, M.D., seorang dokter dari Mexico, menjelaskan bahwa dalam sejumlah
penelitian tentang doa menunjukkan bahwa doa dapat menyembuhkan. Jarak tidak mempengaruhi
dalam kemanjuran doa, apakah doa tersebut dilakukan di dekat pembaringan pasien, di luar kamar,
atau di seberang lautan. Dalam bukunya Healing Words dia menulis sebagai benkut:
Penyembuhan yang berkaitan dengan doa, yang menjadi pusat perhatian buku ini merupakan suatu
terapi murni Era III Mengapa tak terikat tempat? Setelah banyak melakukan penelitian, saya tidak
bisa menemukan seorang pakar pun yang mau mengatakan bahwa tingkat pemisahan jarak antara
orang yang berdoa dengan pasien merupakan factor dalam hal kemanjurannya. Orang-orang yang
mempraktekkan penyembuhan melalui doa semuanya mengatakan bahwa pengaruh-pengaruh doa
tidak dipengaruhi oleh jarak, doa itu sama manjurnya walaupun yang berdoa dan yang menjadi
tujuan doa terpisah .oleh samudera atau ada di balik pintu atau cuma di sisi tempat tidur.
Studi terhadap sekelompok orang memperlihatkan bahwa doa secara positif mempengaruhi
tekanan darah tinggi, luka, serangan jantung, sakit kepala, dan kecemasan. Subyek-subyek dalam
studi ini mencakup pula air, enzim, bakteri, jamur ragi, sel-sel darah merah, sel-sel kanker, sel-sel
pemacu, benih, tumbuhan, ganggang, larva, ngengat, tikus, dan anak ayam; dan di antara
proses-proses yang telah dipengaruhi adalah proses kegiatan enzim, laju pertumbuhan sel darah
putih leukemia, laju mutasi bakteri, pengecambahan dan laju pertumbuhan berbagai macam benih,
laju penyumbatan sel pemacu, laju penyembuhan luka, besarnya gondok dan tumor, waktu yang
dibutuhkan untuk bangun daripembiusan total, efek otonomi seperti kegiatan elektro-dermal kulit,
laju hemolisis sel-sel darah merah, dan kadar hemoglobin.

Perlu diingat bahwa akibat yang ditimbulkan oleh doa tidak terpengaruh jarak. Apakah orang yang
berdoa berada dekat atau jauh dari dengan organisme (obyek) yang didoakan; penyembuhan dapat
berlangsung entah di tempat itu juga atau di tempat lain. Tak ada satupun yang nampaknya
sanggyp menghambat atau menghentikan doa. Bahkan walaupun "obyek " yang didoakan itu
ditempatkan di sebuah ruangan berlapis timah atau ruangan yang tidak bisa ditembus berbagai
macam energi gelombang elektromagnetik,- toh akibat doa masih bisa menembus
Senada dengan di atas, Linda 0' Riordan R.N., pendiri dan direktur Healthy Potentials, sebuah
organisasi kesehatan integrative di Amerika Serikat dalam bukunya The Art of Sufi Healing
menyatakan:
Artikel-artikel penelitian tentang pengaruh yang terukur dari doa mulai diterbitkan dalam jurnal
professional. Sebuah studi di VSCF Medical Center baru-baru ini menemukan bahwapasien
operasi jantungyang didoakan oleh orang lain tampak jauh lebih mampu bertahan, pasien tersebut
juga mengalami komplikasi yang lebih sedikit dan lebih singkat waktu perawatannya. Studi lain
mengindikasikan bahwa orang yang berdoa teratur merasa lebih baik dan lebih merasa damai.
Frekuensi doa sama halnya dengan ftekuensi membaca kitab suci, memiliki korelasi positif
dengan kesehatan semakin sering berdoa, maka kesehatan semakin baik.
Institut Pengobatan dan Doa Santa Fe menyajikan bukti-bukti ilmiah seputar masalah doa kepada
para praktisi kesehatan dan mengembangkan metode menggabungkan praktik spiritual ke dalam
praktik pengobatan aktual.
Prof Dr. Zakiah Daradjat, pakar dan praktisi konseling dan psikoterapi Islam, berpendapat bahwa
doa dapat memberikan rasa optimis, semangat hidup dan menghilangkan perasaan putus asa ketika
seorang menghadapi keadaan atau masalah-masalah yang kurang menyenangkan baginya. Dalam
hal ini dia menyatakan:
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, ditemukan aneka ragam cara menghadapi masalah atau
keadaan yang kurang menyenangkan. Ada orang yang mudah patah semangat, menyerah kepada
keadaan, kehilangan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, bahkan menjadi putus asa dan
murung. Misalnya orangyang ditimpa suatu penyakit yang membahayakan, seperti penyakit
jantung, kanker, lever dan sebagainya. Orang yang lemah semangat hidupnya, akan tenggelam
dalam kesedihan, dan membayangkan kematian yang akan segera datang menghampirinya,
seolah-olah setiap saat nyawanya akan putus. Orang yang dulu kuat bersemangat, kini menjadi
lemah tak berdaya, sedih dan takut menghadapi maut yang terasa mengintip-intip kesempatan
untuk menerkam dirinya.
Obat dan nasihat dokter tidak dapat menolongnya dari perasaan duka, kecewa, takut bercampur
penyesalan terhada perangai dan ulahnya di masa lalu, karena ia dulu kurang menjaga kesehatan,
bahkan kadang-kadang ia menyesali Allah kenapa tidak meliondunginya dari penyakit.
Selanjutnya ketakutan menghadapi maut dihubungkannya dengan azab kubur, neraka dan segala
siksa yang ditimpakan kepada orang berdosa di hari kiamat nanti.
Orang yang demikian sering dikatakan kehilangan semangat hidup. Keadaan kejiwaan seperti itu,
menyebabkan dirinya menjadi murung, putus asa, sedih dan seolah-olah ia tidak mau berjuang
menghadapi penyakitnya. Bagi orang yang taat beribadah, dan selalu merasa dekat kepada Allah
S. W T do'a menjadi penunjang bagi semangat hidup yang tiada taranya. Ia tidak akanpernah
kehilangan semangat hidup, karena ia yakin bahwa yang memberi hidup itu adalah Allah, dan

tiada
penyakit yang dapat membunuh, jika Allah tidak izinkan, dan ia yakin bahwa tiada perangai
manusia dan kekalu tan keadan yang membawa kiamat, bila Allah tidak menghendakinya Jadi do'a
amat penting dalam kehidupan manusia, baik mereka yang terbelakang, maupun yang maju. Dan
doa adalah penunjang semangat hidup yang amat penting.............................. D'oa memang penting
bagi ketenteraman batin. Dengan berdo'a kita memupuk rasa optimis di dalam diri, serta
menjauhkan rasa pesimis dan putus asa. Lebih dari itu semua, do'a mempunyai peranan penting
dalam penciptaan kesehatan mental dan semangat hidup. Do'a mempunyai makna penyembuhan
bagi stress dan gangguan kejiwaan. Doa juga mengandung manfaat untuk pencegahan terhadap
terjadinya kegoncangan jiwa dan gangguan kejiwaan. Lebih dari itu, do'a mempunyai manfaat
bagi pembinaan dan peningkatan semangat hidup. Atau dengan kata lain, do'a mempunyai fungsi
kuratif, preventif dan konstruktif bagi kesehatan mental (Zakiah, 1992).
Dadang Hawari, Psikiater yang mengembangkan psikoterapi holistik, berpendapat bahwa doa
menimbulkan ketenangan. Dia menulis sebagai berikut:
Para peneliti seperti Harrington, A., Juthani, N. V (1996) dan Monakov, V, Goldstein (1997)
mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific concepts) dengan dimensi
spiritual Yang hingga sekarang masih belum jelas, namun diyakini adanya hubungan tersebut.
Dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues diyakini adanya God
Spot dalam susunan sarafpusat (otak). Sebagai contoh misalnya orang Yang menderita kecemasan,
kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang
Yang sama bila memanjatkan doa dan disertai zikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan
memperoleh ketenangan. Oleh karena itu amatlah tepat apa Yang dikatakan oleh Christy, JH
(1998) Yang menyatakan Prayer as Medicine; namun hal ini tidak berarti terapi dengan obat
(medicine) diabaikan.... (Hawari, 2002).
Di samping itu doa juga menimbulkan rasa percaya diri (selfconfident) dan optimis (harapan
kesembuhan). Ini. merupakan dua. hal yang amat essensial bagi penyembuhan. suatu penyakit,
disamping obat-obatan dan tindakan medis. Dalam hal ini dia menulis sebagai berikut:
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung unsur psikoteraputik Yang mendalam. Pasikoreligius terapi ini tidak kalah pentingnya dibandingkan denganpsikoterapipsikiatrik
karena ia mengandung kekuatan spirituallkerohanian Yang membangkitkan rasa percaya diri dan
rasa optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self konfident) dan
optimisme, merupakan dua hal Yang amat essensial bagipenyembuhan suatu penyakit di samping
obat-obatan dan tindakan medis Yang diberikan (Hawari, 1998: 8).
Dr. Moh. Sholeh, psikiater, penulis disertasi Pengaruh Salat Tahajjud terhadap Peningkatan
Respons Ketahanan Tubuh Imunologik, Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi (2000),
menyatakan bahwa doa merupakan autosugesti yang dapat mendorong seseorang berbuat sesuai
dengan yang didoakan dan dapat merubahjiwadanbadan. Diamenulis pengwuh doa sebagai
berikut:

Dari segi hipnotis, Yang menjadi landasan dasar teknik terapi sakit jiwa. Ucapan sebagaimana
tersebut di atas merupakan "autosugesti", yang dapat mendorong kepada orang yang mengucapkan
untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan. Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan
sungguhsungguh, maka pengaruhnya sangatjelas bagiperubahanjiwa dan badan (H. Aulia, 1970).
Dan menurut Robert H. Thouless (1991) doa sebagai teknik penyembuhan gangguan mental, dapat
dilakukan dalam berbagai kondisi yang terbukti membantu efektifitasnya dalam mengubah mental
seseorang (Sholeh, 2005)
Menurut Ibrahim Muhammad Hasan al-Jamal, dengan berdoa orang akan merasakan kehadiran
Allah SWT, kedamaian, ketenangan, meninggikan spiritual, dan memperkuat motivasi yang positif
disebutkan Dalam bukunya Al-Istisfa'bi ad Do'a sebagai berikut:
Mereka juga mengatakan, "Kalau kita melihat doa secara medis dan dampak positifnya terhadap
jiwa, maka kita akan mengetahui bahwa doa sesungguhnya berfungsi untuk mempersiapkan
seorang Mukmin yang selalu bisa merasakan kehadiran Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa di
hadapannya. Sehingga dengan doanya dia akan merasa sedang melakukan kontak dengan Dzat
Yang apabila menghendaki segala sesuatu hanya mengatakan, 'Jadilah (kamu) maka jadilah ia
(kun fayakun). "Selain itu, dia akan dapat merasakan kedamaian dan ketenangan. Diajuga akan
dapat merasakan betapa berharganya suatu kenikmatan ketika ia sudah tidak lagi mampu
merasakan kenikmatan yang ada di dunia ini. Kesemuanya itu akan dapat memcu meningginya
kekuatan nilainilai spiritualnya, memperkuat motivasinya dan menjadikan sebab segal ajenis
penyaki tjiwa dan syaraf tidak menghinggapinya. "
Sungguh, ucapan adalah modal dasar pengobatan modern untuk menguatkan nilai-nilai
mentalpengidap penyakit kefiwaan. Sedangkan doa adalah sarana terpenting untuk itu. Hal itu
disebab-kan karena doa mampu memberikan ilham kepada jiwanya dan karenanyapendoa bisa
memperoleh makanan sekaligus obat bagi roh danjiwanya. Selain ity, doa juga sebagai penguat
dan pengokoh motivasinya yang positif Sehingga doa dapat menjadikan roh dan jiwa mampu
mengalahkan segala apa yang menimbulkan dampak negative terhadapnya. Pada gilirannya nanti
roh danjiwa tersebut tidak bisa ditembus oleh sifatputus asa dan tidakpula bisa dicengkram oleh
sifat lemah (mudah patah semangat) (Al-Jamal, 2003)
Keimanan kepada Tuhan merupakan faktor amat penting untuk membuat orang percaya bahwa
doa memang ampuh dalam membantu proses penyembuhan penyakit. Suatu survei mengenai hal
itu pernah dilakukan majalah TIME, CNN, dan USA Weekend. Rata-rata survei itu menunjukkan
lebih dari 70% orang menyatakan percaya bahwa doa dapat membantu proses penyembuhan. Dari
survei tersebut terungkap bahwa banyak pasien membutuhkan terapi keagamaan selain obatobatan atau tindakan medis lainnya. Lebih-lebih dari 64% orang berharap agar para dokter juga
memberikan terapi psikoreligius dan doa.Dr. Dale A. Matthews, dari Universitas Georgetown,
Amerika Serikat mengamati paling tidak ada 212 penelitian tentang terapi doa yang telah
dilakukan. Dari jumlah itu 75% menyatakan bahwa komitmen agama, di antaranya dalam bentuk
doa dan zikir menunjukkan pengaruh positif pada pasien.
Doa dalam Islam

Rasulullah saw dilihat dari salah satu sisi kehidupannya adalah sebagai konselor dan terapis. Dia
sering memberi beberapa nasihat pada orang yang sedih, cemas, takut, dan gangguan kejiwan
lainnya melalui metode doa. Doa secara harafiah berarti ibadah, istighotsah memohon bantuan dan
pertolongan (al-baqoroh 23) permintaan permohonan (Al-mukmin 60) percakapan (yunus 10)
memanggil dan memuji (Al Israa 110). Adapun pengertian doa secara istilah ialah melahirkan
kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan hajat dan ketundukan kepada Allah (ariyanto,
2006).
Beberapa fadilah yang berkenaan dengan doa dapat kita lihat dari ayat berikut
1. Dan Tuhanmu berfirman berdoalah kepada-Ku niscaya akan aku perkenankan bagimu,
sesungguhnya orang orang yang menyombongkan diri dari menyembahku akan masuk neraka
jahanam dalam keadaan hina dina. (surat Ghafir 60)
2. dan apabila hamba hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasannya
adalah aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apa bila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada kebenaran (Al Baqoroh 186)
3. Dalam sabda Nabi saw doa adalah ibadah, Tuhanmu telah berfirman berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Aku perkenankan bagimu (H.R Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah)
4. sabda Nabi saw tidak ada seorang muslimpun yang berdoa kepada Allah dengan suatu
permohonan yang tidak mengandung unsur dosa maupun pemutusan tali kerabat kecuali Allah
akan memberikan kepadanya satu diantara 3 hal yakni permohonan yang dikabulkan,
permohonannya dia simpan untuk urusan akhiratnya, atau dia akan menjauhkannya dari kejahatan
yang sepadan dengan doa yang dia baca. Para sahabat bertanya : jika demikian kami
memperbanyak doa. Nabi bersabda Allah maha lebih banyak karunianya (HR Turmudzi dan
Ahmad)
Dalam doa terkandung juga unsur dzikir dan dzikir ini memiliki pengaruh terapi terhadap jiwa
seperti yang diuraikan oleh DR. Hanna menjelaskan bahwa secara umum dzikrullah adalah
perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya dalam bentuk yang meliputi hampir semua bentuk
ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al-Quran, mematuhi orang tua, menolong teman dalam
kesusahan dan menghindarkan diri dari kejahatan serta perbuatan zalim. dalam arti khusus,
dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tata tertib,
metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Salah satu petunjuk
Alquran tentang pelaksanaan dzikrullah adalah : dan sebutlah (Nama) Tuhanmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Bagaimana penjelasan dzikrullah
akan melahirkan penghayatan tenang dan tentram? Melongok pada tinjauan psikologis, dalam
buku Integrasi Psikologi dengan Islam, dijelaskan bahwa dzikrullah dengan penuh kekhusyuan
dan terus menerus akan membiasakan sanubari kita senantiasa dekat dan akrab dengan Allah
SWT. Selanjutnya, secara tak disadari akan berkembanglah kecintaan yang mendalam kepada
Allah SWT (hubbullah) dan semakin mantaplah hubungan hamba dengan Rabbnya (hablun
minAllah). Secara psikologis akan berkembanglah penghayatan akan kehadiran Allah SWT dalam
setiap gerak gerik kehidupan. Ia tak merasa hidup sendirian di dunia, karena ada Dzat yang Maha
Mendengar segala kesusahan yang dihadapi. Ketenangan dari dzikrullah akan menghasilkan
dampak relaksasi yang bermakna bagi seseorang yang menjalani proses penyembuhan)

Tahap tahap Psikoterapi Doa


1. Tahap kesadaran sebagai hamba
Inti dari terapi ini adalah pembangkitan kesadaran, kesadaran terhadap kehambaan dan kesadaran
akan kelemahan sebagai manusia. Bentuk kesadaran ini akan menghantarkan seseorang yang
berdoa berada pada keadaan lemah. Tanpa adanya kesadaran akan kelemahan diri ini maka
kesungguhan dalam berdoa sulit dicapai. Hakikat berdoa adalah meminta, yang meminta
derajatnya harus lebih rendah dari pada yang dimintai. Untuk itu sebelum seseorang berdoa
diharuskan untuk merendahkan diri dihadapan Allah.
Bentuk kesadaran diri ini dapat dilakukan dengan melihat kepada diri sendiri misalnya melihat
jantung bahwa jantung itu bergerak bukan kita yang menggerakkan, darah yang mengalir bukan
atas kehendak kita, atau juga dapat melihat masalah yang sedang dihadapi, ketidakberdayaan,
ketidakmampuan mengatasi hal ini dimunculkan dalam kesadaran sehingga bukan nantinya dapat
menimbulkan sikap menerima dan sikap pasrah.
Pada tahap ini seseorang juga disadarkan akan gangguan kejiwaan atau penyakit yang dialami.
Penyakit tersebut bukan ditolak namun diterima sebagai bagian dari diri kemudian dimintakan
sembuh kepada Allah.
2. Tahap penyadaran akan kekuasaan Allah swt
Selanjutnya setelah diri sadar akan segala kelemahan dan segala ketidakmampuan diri maka
pengisian dilakukan yaitu dengan menyadari kebesaran Allah kasih sayang dan terutama adalah
maha penyembuhnya Allah. Tahap ini juga menimbulkan pemahaman tentang hakikat sakit yang
dialami bahwa sakit berasal dari Allah dan yang akan menyembuhkan adalah Allah. Penyadaran
akan kekuasaan Allah ini dapat dilakukan dengan melihat bagaimana Allah menggerakkan segala
sesuatu, menghidupkan segala sesuatu
Tahap ini juga dapat menumbuhkan keyakinan kita kepada Allah atas kemampuan Allah dalam
menyembuhkan. Bagaimamana seseorang dapat berdoa kalau dirinya tidak mengenal atau
meyakini bahwa Sang Penyembuh tidak dapat menyembuhkan. Yakin juga merupakan syarat
mutlak dari suatu doa karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya, jika hambanya
menyangka baik maka Allah baik demikian pula sebaliknya. Kegagalan utama terhadap jawaban
Allah atas doa yang kita panjatkan kepada Allah adalah keraguan kita. Seringkali ketika berdoa
namun hati mengatakan dikabulkan tidak ya atau mengatakan mudah-mudahan
dikabulkan kalimat ini maksudnya tidak ingin mendahului Allah tapi sebenarnya adalah
meragukan Allah dalam mengabulkan doa kita.
Ada perbedaan antara mendahului kehendak Allah dengan keyakinan yang tujukan kepada Allah.
Jika mendahului biasanya menggunakan kata seharusnya begini, harus begini, tapi jika yakin kita
optimisme akan kehendak Allah dan tidak masuk pada kehendak Allah.
Sebagai contoh bila kita berdoa ya Allah hilangkan kesedihan hati saya maka kita yakin kepada
Allah bahwa Allah memberikan kesembuhan. Hal yang penting juga adalah afirmasi terhadap doa
yang kita panjatkan kalau berdoa harus yakin dikabulkan tidak ada alasan lain untuk tidak yakin
selain dikabulkan. Sebab Allah akan mengabulkan apa yang kita yakini dari pada apa yang kita
baca dalam doa kita.
3. Tahap Komunikasi
Setelah sadar akan kelemahan dan penyakit yang dialami, dan sadar akan kebesaran Allah maka
selanjutnya adalah berkomunikasi dengan Allah sebagai bagian penting dari proses terapi. Tahap
komunikasi ini dapat berbentuk

1. Pengungkapan pengakuan segala kesalahan dan dosa, ini merupakan langkah awal sebab
dengan hati yang bersih kontak dengan Allah akan lebih jernih.
2. Pengungkapan kegundahan hati dan kegilasahan yang dialami, tahap ini dapat berefek katarsis
yaitu memberikan segala permasalahan keluar diri, dalam kontek ini kita memberikan segala
kegalauan hati kepada Allah. Selain itu dengan pengungkapan ini kita akan menumbuhkan rasa
dekat kepada Allah. Tahap ini juga merupakan curhat seperti seorang anak dengan ibunya, begitu
dekat dan tidak ada yang ditutupi, jujur kepada Allah dari apa yang dirasakan apa yang dipikirkan
apa yang menjadi kekhawatiran. Tahap ini jika dilakukan dengan benar sudah merupakan terapi
terhadap jiwa, seperti halnya seorang klien yang mencurahkan segala unek uneknya kemudian
didengar oleh psikolognya dengan penuh penerimaan, dengan penuh kasih sayangnya.
3. Permohonan doa kesembuhan terhadap apa yang dialami. Permohonan doa bukanlah
perminataan yang memaksa Allah untuk mengabulkan. Untuk itu doa yang dipanjatkan harus
disertai dengan kerendahan hati, dengan segenap sikap butuh kepada Allah. Posisi hamba yang
berdoa adalah meminta dia tidak berhak untuk memaksa, hamba tadi hanya diberi wewenang
untuk meyakini bahwa doanya dikabulkan bukan memaksa allah untuk mengabulkan.
4. Tahap menunggu diam namun hati tetap mengadakan permohonan kepada Allah
Doa merupakan bentuk komunikasi antara yang meminta dan yang memberi. Ketika proses
permintaan sudah disampaikan maka proses pemberian (dijawabnya doa) harus ditunggu karena
pemberian atau dijawabnya bersifat langsung. Syarat untuk dapat menerima jawaban ini adalah
dengan sikap rendah diri, terbuka, dan tenang (tidak tergesa gesa). Sikap ini akan dapat
menangkap kalam Allah (jawaban doa) yang tidak berbentuk ucapan tidak berbentuk huruf tapi
berbentuk pemahaman pencerahan, ilham (enlightment), atau berbentuk perubahan perubahan
emosi dari tidak tenang menjadi tenang, dari sedih menjadi hilang kesedihannya.
Tahap ini merupakan tahap respon yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai jawaban doa
yang kita panjatkan. Tahap ini juga disertai dengan sikap pasrah total kepada Allah mengikuti apa
maunya Allah dan apa kehendak Allah, sikap ini akan dapat menangkap jawaban Allah.
Instruksi ringkas untuk proses terapi
1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan Allah
2. Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan ada ketegangan otot
3. Sadari keluhan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran bahwa kita lemah,
tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa apa.
4. Sadari kebesaran Allah, lihat alam semesta, bagaimana Allah menggerakkan alam ini,
menghidupkan alam ini, Dia Allah yang memberi hidup dan memberi mati, dia yang memberi
sembuh dan memberi sakit.
5. Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Allah
6. Mintakan kesembuhan kepada Allah
7. Tetap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Allah
8. Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa yang dipanjatkan.
9. (menunggu jawaban doa, diam namun tetap ingat memohon kepada Allah)

A. Intruksi ringkas untuk proses terapi


1. Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan Allah.

2. Rilekskan tubuh, kendorkan diri mulai kaki hingga kepala, jangan ada
ketegangan otot.
3. Sadari keluhan yang dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran
bahwa kita lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
4. Sadari kebesaran Allah, lihat alam semesta, bagaimana Allah menggerakan
alam ini menghidupkan alam ini, dia Allah yang memberi hidup dan

5.
6.
7.
8.

memberi mati, dia yang memberi sembuh dan memberi sakit.


Ungkapkan seluruh keluhan yang disarankan kepada Allah
Mintalah kesembuhan kepada Allah
Tatap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Allah
Pasrah kepada Allah sertai dengan keyakinan bahwa Allah menjawab doa

yang dipanjatkan
9. Menunggu jawaban doa, diam namun tetap ingat memohon kepada Allah

Metode ini merupakan pengalaman penulis dalam melakukan terapi melalui doa baik yang
dilakukan pada diri sendiri maupun pada orang lain, dari orang yang merasakan terapi ini
perubahan-perubahan yang terjadi langsung bisa dirasakan. Namun metode ini secara empiris
belum pernah diadakan suatu eksperimen yang terstruktur sehingga metode ini kurang dapat
dipertahankan secara ilmiah. Dengan adanya diskusi ini penulis mengharapkan adanya kerjasama
untuk mengembangkan terapi doa ini karena caranya yang praktis, hasilnya cukup dapat dirasakan
dan tidak mengandung kesyirikan karena doa yang kita penjatkan langsung ke Allah.
Daftar Pustaka

Al-Jamal.2003. Penyembuhan dengan Dzikir dan Doa. (terjemahan) cendekia Sentra Muslim :
Jakarta
Ariyanto D. 2006. Psikoterapi dengan Doa. Jurnal Suhuf vol XVIII no 1
Dossey, MD. 1997. Healing Word, Kata-kata yang Menyembuhkan Kekauatan Doa dan
Penyembuhan Gramedia : Jakarta
Hawari, D. 1997. Al-Quran Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa Dana Bakti Primayasa :
Jakarta
_________1998. Doa dan Dzikir sebagai Pelengkap Terapi Medis. Dana Bhakti Primayasa :

Jakarta
_________2002. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri. Fakultas Kedokteran UI : Jakarta
Ngemron M, Thoyibi. 1996. Psikologi Islam. Surakarta Muhammadiyah University : Surakarta
Subandi (ed) 2002 Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Unit Publikasi
Fakultas Psikologi UGM : Yogyakarta
Sholeh M.2005. Agama Sebagai Terapi Telaah Manuju Kedokteran Holistik. Pustaka Pelajar :
Yogysakarta
Zakiah D. 1992. Doa Menunjang Semangat Hidup. Yayasan Pendidikan Islam Ruhama : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai