Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan

Pada dasarnya hati manusia itu lemah dan berbolak-balik. Maka butuh penguat agar seorang dai
menjadi orang yang tangguh dan teguh dalam berdakwah.

Salah satu cara agar seorang dai menjadi kuat adalah dengan berdoa. Doa dan dzikir dapat
menguatkan ma'iyatullah dalam setiap langkah perjuangan. Maka hendaklah seorang pendakwah
senantiasa membasahi lisannya dengan doa dan dzikir.

Doa juga merupakan senjata yang paling ampuh para nabi dan rosul ketika menghadapi
tantangan dan kesulitan.

Kita ketahui dalam sejarah bahwasanya rasulullah ketika menghadapi kaumnya yang
membangkang senantiasa beliau berdoa kepada allah.

Dalam doa rasulullah selalu menggambarkan betapa lembutnya hati beliau. Penuh kasih sayang
terhadap orang yang didakwahi. Dalam sejarah disebutkan ketika beliau berdakwah ke thaif
mereka tidak menerima dakwah beliau bahkan sampai menyakiti secara fisik. Maka malaikat
penjaga gunung menawarkan untuk menghancurkan kaum itu. Namun beliau tetap bersabar dan
berdoa agar kelak keturunannya memeluk islam.

Sudah semestinya kita mengikuti setiap langkah yang Rosul contohkan.


II. Pembahasan

A. Taqwa Sebagai Bekal Seorang Da’i

Bahwasanya taqwa merupakan bekal yang harus dipersiapkan oleh setiap muslim,

terutama bagi para da’i yang berdakwah dijalan Allah mereka lebih pantas untuk

menghiasi diri mereka dengan bertaqwa kepada Allah baik itu dikala ia sendiri

ataupun dihadapan khalayak umum (Admin, 2016). Sebagaiamana Allah ta’ala

berfirman:

(( ...‫)) َﻭ ﺗَ َﺰ َّﻭ ُﺩﻭْ ﺍ ﻓَﺈِ َّﻥ ﺧَ ْﻴ َﺮ ﺍﻟ َّﺰﺍ ِﺩ ﺍﻟﺘَّ ْﻘ َﻮﻯ‬

“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa ”

(QS: Al-Baqarah: 197)

B. Pengertian Taqwa

Menurut imam ar-Raghib al-Asfahan, taqwa adalah terjaganya jiwa dari perbuatan

yang membuat seseorang berdosa, yaitu dengan meninggalkan apa yang dilarang,

adapun imam an-Nawawi mengartikan taqwa sebagai menta’ati perintah dan larangan

Allah, yaitu menjaga diri dari hal-hal yang mendatangkan azab dan kemurkaan Nya

(Almanhaj, 2016). Oleh karena itu ketika seseorang tidak menjaga diri dari dosa-dosa

maka berarti ia bukan orang yang bertaqwa.

C. Pesan Rasulullah tentang Taqwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berkhutbah atau berdakwah dan

memberi nashihat biasanya beliau membuka dengan Khutbatul hajjah (IU, 2021).

Didalam Khutbatul hajjah terkandung pesan-pesan yang penting, diantaranya agar

seseorang bertaqwa kepada Allah, yang berbunyi: Segala puji bagi Allah, kepadaNya
kita memuji, memohon pertolongan, memohon ampunan, dan memohon perlindungan

dari bahaya diri kita dan buruknya amal-amal perbuatan kita. Barang siapa yang

diberi petunjuk oleh Allah ta’ala maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barang

siapa yang sesat maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk kecuali atas izin

Allah. Dan bahwasanya saya bersaksi tiada ilah yang berhak disembah dengan benar

kecuali Allah ta’ala semata, dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba

dan utusanNya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-

benarnya taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan

muslim.” (QS. Ali imron: 102)

“Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari

diri yang satu (adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (hawa) dari (diri)nya;

dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang

banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan

(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasimu. “ (QS. An nisa’: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah

perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan

mengampuni dosa-dosamu dan barangsiapa menaati Allah dan rasulNya maka

sungguh dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al ahzab: 70-71)

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (Al qur’an) dan sebaik-

baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu’alaihiwasalam, dan seburuk-

buruk perkara (dalam urusan agama) adalah yang diada-adakan, dan semua yang

diada-adakan itu adalah bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan

tempatnya di neraka.
D. Cara-cara Agar Seseorang Mencapai Taqwa yang Hakiki

Para ulama’ berpendapat satu-satunya cara agar terwujudnya taqwa dalam hati setelah

berdoa kepada Allah Ta’ala, yaitu dengan melakukan tazkiyatun nafs (pensucian jiwa

atau pembersihan hati), sebab ketaqwaan tidak akan bisa dicapai kecuali dengan usaha

mensucikan dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran yang menghalangi seorang

hamba untuk dekat kepada Allah Ta’ala (Taslim, 2018). SebagaimanaAllah Ta’ala

berfirman:

َ ‫ﺲ َﻭ َﻣﺎ َﺳﻮَّﺍﻫَﺎ ﻓَﺄ َ ْﻟﻬَ َﻤﻬَﺎ ﻓُﺠُﻮ َﺭﻫَﺎ َﻭﺗَ ْﻘ َﻮﺍﻫﺎ ﻗَ ْﺪ ﺃَ ْﻓﻠَ َﺢ َﻣ ْﻦ َﺯ َّﻛﺎﻫَﺎ َﻭﻗَ ْﺪ ﺧ‬
‫َﺎﺏ َﻣ ْﻦ َﺩﺳَّﺎﻫَﺎ‬ ٍ ‫َﻭﻧَ ْﻔ‬

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan

kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan, Sesungguhnya beruntunglah orang

yang mensucikan jiwa itu (dengan ketakwaan), dan sesungguhnya merugilah orang

yang mengotorinya (dengan kefasikan).” (Qs. Asy Syams: 7-10)


REFERENSI

Admin. (2016, July 21). Bekal Dai Ketika Berdakwah - majalah Islam Asy. Syariah.

Retrieved November 19, 2022, from https://asysyariah.com/bekal-dai-ketika-

berdakwah/

T A Q W A: Almanhaj. Media Islam Salafiyyah, Ahlussunnah wal Jama'ah. (2022, May

26). Retrieved November 19, 2022, from https://almanhaj.or.id/990-t-a-q-w-

a.html

Nashifa, oleh I. U. (2021, June 23). Pesan taqwa Dalam Khutbatul Hajah Rasulullah

Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Muslimah.or.id. Retrieved November 19, 2022,

from https://muslimah.or.id/4098-pesan-taqwa-dalam-khutbatul-hajah-rasulullah-

shalallahu-alaihi-wasallam.html

Abdullah Taslim, L. (2018, May 15). Takwa, Semudah Itukah? Muslim.or.id. Retrieved

November 19, 2022, from https://muslim.or.id/1729-takwa-semudah-itukah.html


Doa sebagai bekal seorang da’i

Selain bekal ketakwaan yang harus dimiliki oleh seorang da’i, doa juga merupakan bekal

yang tak kalah pentingnya. Kesuksesan seorang da’i dalam berdakwah tidak semata-mata

ditentukan oleh usaha dakwahnya. Yang berkuasa menentukan keberhasilan dakwah

hanyalah Allah semata. Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah. Ketika seorang

manusia berdoa maka dia sedang mengakui kelemahan dirinya dan sedang mengakui bahwa

kekuatan hanyalah ada pada Rabb kita semata.

Doa merupakan sebuah bentuk komunikasi seorang hamba kepada Rabb-Nya. Seringnya

seseorang berkomunikasi dengan Rabb-Nya memberikan kemungkinan baginya dikabulkan

apa yang menjadi keinginannya, sebagaimana seringnya seseorang yang mengetuk pintu

rumah tetangga memberikan kemungkinan dia dibukakan pintu dan dipersilahkan masuk.

Seorang da’i adalah seorang yang sedang mengajak manusia untuk beribadah dan berbuat

ketaataan kepada Allah. Oleh karena itu sangat penting baginya memohon kepada dzat yang

diibadahi agar dakwahnya berhasil.Lewat do’alah permohonan itu dapat disampaikan.

Pengertian doa

Doa juga merupakan bentuk ibadah seorang hamba kepada Rabb-Nya. Setiap kali seorang

hamba mengangkat tangan dan melantunkan doa “Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku”dan

bersungguh-sungguh dalam do’anya maka Allah akan memberikan pahala atas doa tersebut,

baik doa’ itu dikabulkan atau tidak. Karena hal ini termasuk ibadah sebagaimana sholat dan

puasa (Saifudin, 2017).

Rasulullah shalllahu ‘alaihi wassalam bersabda :

“Doa adalah ibadah “ (HR Timidzi)


Manfaat do’a bagi seorang da’i

Manfaat doa yang bisa dirasakan oleh seorang hamba yang dinyatakan oleh Yazid (2015)

diantaranya yaitu :

1. Mendatangkan keridhoan Allah

2. Membuahkan kecintaan kepada Allah

3. Membuahkan ketundukan rohani

4. Membuahkan kedekataan kepada Allah

5. Menumbuhkan rasa takut kepada allah

6. Menghidupkan hati

Semua manfaat doa di atas penting bagi seorang da’i . Karena dalam aktivitas dakwahnya

seorang da’i butuh keridhoan Allah , mengharapkan aktivitas dakwahnya dapat mencapai

kecintaan Allah dan membuahkan kedekatan kepada Allah. Serta mengharapkan ketundukan

rohani baik bagi dirinya maupun bagi orang yang didakwahi.

Doa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihiwassalam untuk kaum Thaif

Salah satu contoh doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wassalam agar

kaumnya menerima dakwahnya adalah doa sewaktu di Thaif. Saat itu Rasulullah datang dari

Mekkah menuju ke Thaif untuk mendakwahkan Islam pada kaumnya. Bukannya menerima,

namun penduduk Thaif justru melempari beliau dengan batu sehingga beliau terluka. Atas

perlakuan kaum Thaif tersebut, Rasulullah bukan marah namun justru mendoakan mereka .

Aisyah bertanya kepada Rasulullah sallahu ‘alahi wassalam :

“Apakah engkau pernah mengalami satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat

perang Uhud?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku telah mengalami

penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah,

saat aku menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak

memenuhi
permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika

di Qarn Ats-Tsa’alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan yang

sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril ‘alaihis salam,

lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mendengar

perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla

telah mengirimkan malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja

yang engkau mau atas mereka.’ Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam

lalu berkata, ‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Al-Akhsyabain

(dua gunung besar yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, namun aku

berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang

beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR.

Bukhari, no. 3231 dan Muslim, no. 1795)

Masuk islamnya Umar adalah berkat doa Nabi

Sebelum masuk Islam Umar bin Khattab radiallahu ‘anhu adalah seorang yang dengan

keras menentang dakwah Rasulullah.

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Nabi shalllah ‘alahi wassalam berdoa,

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang Engkau cintai, yaitu

Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”

Al Hakim juga meriwayatkan dari Ibnu abbas, bahwa Nabu salallahu ‘alaihi wassalam juga

berdoa,

“Ya Allah, muliakanlah agama Islam dengan Umar” (As-suyuti, 2017).

Berkat doa dari Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam ini Allah melembutkan hati Umar

bin Khattab untuk menerima cahaya Islam dan berjihad demi agama ini.
Doa Nabi Musa ketika menghadapi Fir’aun

Setiap da’i pasti menghadapi rintangan dalam dakwahnya. Begitu pula dengan Nabi Musa

‘alaihissalam. Ketika Allah subhanahu wata’ala memerintahkannya untuk menghadapi

fir’aun yang telah melampaui batas, nabi Musa mendapat ancaman hendak dibunuh. Alih-alih

menyerah, Nabi Musa tetap tegar dan sabar menjalaninya dengan senantiasa memohon dan

berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan.

Do’a itu terdapat dalam Al-Qur’an surat Thoha sebagai berikut :

‫ﺍﺣﻠُ ْﻞ ُﻋ ْﻘ َﺪ ًﺓ ِﻣﻦْ ِﻟﺴَﺎ ِﻧﻲ ﻳَ ْﻔ َﻘ ُﻬﻮﺍ َﻗﻮْ ِﻟﻲ‬ ِّ َ‫َﻗﺎ َﻝ ﺭ‬


ْ َ‫ﺏ ﺍ ْﺷﺮَ ْﺡ ﻟِﻲ ﺻَ ْﺪﺭِﻱ ﻭَ ﻳَﺴِّﺮْ ﻟِﻲ ﺃَﻣْ ِﺮﻱ ﻭ‬

“Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani

yafqohu qoulii’ [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku

urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”

(QS. Thoha: 25-28)

Maksud doa di atas adalah agar nabi Musa dilapangkan dadanya dan dimudahkan dalam

setiap urusan dan setiap jalan yang ditempuh untuk mengharap ridho-Mu. Di antara

dimudahkan suatu urusan yaitu seseorang yang memohon diberikan berbagai kemudahan dari

berbagai pintu, ia dimudahkan untuk berbicara dengan setiap orang dengan tepat, dan ia

mendakwahi seseorang melalui jalan yang membuat orang lain mudah menerima. (Tuasikal,

2010)
DAFTAR PUSTAKA

As-suyuti. (2017). Tarikh Khulafa. (Misbah, Penerj.). C. Jakarta: Pustaka Azzam

Ismail, M.(nd). Keutamaan dan Kemuliaan Doa. almanhaj.or.id. Diakses pada November 18,

2022, dari https://almanhaj.or.id/72-keutamaan-dan-kemuliaan-doa.html

Saifudin (2017). Doa Adalah Ibadah. Muslim.or.id. Diakses pada November 18, 2022, dari

https://muslim.or.id/29861-doa-adalah-ibadah-01.html

Tuasikal (2010). Dao Nabi Musa minta dimudahkan Urusan dan Ucapan.diakses pada

November 19, 2022. dari

https://rumaysho.com/1425-doa-nabi-musa-minta-dimudahkan-urusan-dan-ucapan.html

Yazid. (2015). Do’a dan wirid . Cet. Ke-29 Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Anda mungkin juga menyukai