Mempelajari tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena Allah ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ُ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmenciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-Esakan ibadah kepada Allah ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو
ُ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰAllah ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ berfirman
’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu’’.(Surat Adz-Dzariyaat : 56)
’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang mereka berkata kepada
kaumnya, ’’Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’’. (Surat AnNahl : 36)
Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari ajaran Islam, maka
sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak
Itulah halaqah yang ke 1 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya
Saudaraku.. Orang yang menginginkan kebahagiaan di surga maka dia harus memiliki modal yang satu ini yaitu
modal bertauhid. Tidak akan masuk ke dalam surga kecuali orang-orang yang bertauhid meskipun terkadang dia
di adzab sebelumnya ke dalam neraka karena dosa yang dia lakukan. Nabi ﷺbersabda
"Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah, tidak ada
sekutu bagi-Nya dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bersaksi
bahwasanya Isa adalah Hamba Allah dan juga Rasul-Nya, dan kalimat-Nya " Ya Allah tiupkan kepada Maryam
dan ruh dari Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ dan bersaksi bahwasanya surga adalah benar dan neraka adalah benar" maka
Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ akan memasukkan dia ke dalam surga sesuai dengan apa yang telah diamalkan" (HR.
Bukhari dan Muslim)
"Sesungguhnya Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰُ telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengatakan � ﻻاﻟﮫ اﻻtidak ada
sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah, yang dia mengharap dengan kalimat tersebut wajah
Allâh ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ " (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan surga Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ adalah
dengan bertauhid
itulah halaqah yang ke 2 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Akhil karim..
Tauhid adalah amalan yang paling ُ� ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ cintai, sebaliknya syirik (menyekutukan Allah dalam beribadah)
adalah amalan yang sangat Allâh murkai. Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ُ memang Maha Pengampun akan tetapi bila seseorang
meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allâh ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ُ , Maka Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ tidak
akan mengampuni dosa syirik tersebut
Orang tersebut akan kekal di dalam Neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk ke dalam
surga-Nya Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗ َﻌَﺎﻟَﻰ
ُ , Sungguh ini adalah sebuah kerugian yang tidak ada kerugian yang lebih besar
daripada kerugian ini
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang
dikehendaki". (An-Nisaa : 48)
“Sesungguhnya, barang siapa yang menyekutukan Allah, maka Allah mengharamkan baginya surga, dan tempat
kembalinya adalah neraka, dan tidak ada penolong bagi orang-orang zhalim” (QS. Al-Maidah : 72)
Oleh karena itu hati-hatilah saudaraku dengan dosa yang satu ini. Terkadang seseorang terjerumus ke dalam dosa
ini sedangkan dia tidak menyadarinya, Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu yaitu ilmu Agama, belajarlah dan
berdo'alah kepada Allah
Itulah halaqah yang ke 3 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Pernahkah Anda kehilangan file data berharga, hasil kerja keras Anda selama berhari-hari atau berbulan-bulan
atau bahkan bertahun-tahun? bagaimanakah perasaan Anda saat itu? sedih bukan! terkadang seseorang berani
untuk membayar jutaan rupiah asal file yang berharga tersebut kembali.
Saudaraku sekalian..
Syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang. Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ telah berfirman
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu Wahai Muhammad (Nabi-nabi) dan orang-orang sebelummu bahwa
"Apabila kamu berbuat syirik Maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang
yang merugi" Maka sembahlah Allah saja dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS. Az-
Zumar : 65-66)
Dalam ayat ini, seorang Nabi pun apabila dia berbuat syirik maka batal amalannya, Oleh karena itu, saudara
sekalian jagalah amalan Anda yang sudah Anda tabung bertahun-tahun, jangan biarkan amalan tersebut hilang
begitu saja hanya karena kejahilan Anda terhadap Tauhid dan juga syirik., terkadang sebuah perbuatan yang kita
anggap biasa bisa menghancurkan amalan sebesar gunung dan belum tentu ada waktu lagi untuk bisa menabung
kembali
Itulah halaqah yang ke 4 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
Orang yang berbuat syirik saudara sekalian dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allah maka dosa
syirik tersebut tidak akan diampuni. Namun, apabila dia bertaubat sebelum dia meninggal.
Maka Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat Nasuha adalah
taubat yang terpenuhi di dalamnya 3 syarat
1. Menyesal,
2. Meninggalkan perbuatan tersebut,
3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi.
"Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri yaitu dengan berbuat
dosa , janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allâh.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa
semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(Az-Zumar : 53)
Rasulullah ﷺbersabda
"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama Ruh Belum sampai ke tenggorokan". (HR.Tirmidzi
dan Ibnu Majah dan dihasankan oleh syaikh Al-Albany rahimahullah)
Para sahabat Nabi ﷺtidak semua lahir dalam keadaan islam. Bahkan banyak diantara mereka masuk islam ketika
sudah besar dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan, supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan
maka seseorang harus mempelajari tauhid dan memahaminya dengan baik, Mengetahui jenis-jenis kesyirikan
sehingga dia bisa menjauhi kesyirikan tersebut.
Itulah halaqah yang ke 5 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya
Tauhid secara bahasa adalah mengesakan, Apapun secara istilah maka tauhid adalah mengesakan ُ ﷲdi dalam
beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehigga dia meninggalkan peribadatan kepada selain ُ ﷲSeperti
Apabila seseorang beribadah kepada ُ ﷲdan menyerahkan sebagian Ibadah kepada selain ُ ﷲsiapapun dia entah itu
seorang Nabi, Malaikat atau yang lain maka inilah yang dinamakan dengan syirik / menyekutukan ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﷲ
ُ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰdi dalam beribadah, ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﷲ
ُ berfirman
"Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada Bapaknya dan Kaumnya, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kalian sembah kecuali Dzat yang telah menciptakan aku" (QS az-Zukhruf : 26-27)
"Barang siapa yang mengatakan � ﻻ اﻟﮫ اﻻdan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain ُ ﷲmaka haram
hartanya dan darahnya (tidak boleh diganggu) dan perhitungannya ( hisabnya) adalah atas ُﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﷲ
ُ ". (HR.
Muslim)
1. Nafi ( pengingkaran) pada kalimat ﻻ اﻟﮫArtinya : tidak ada tuhan yang berhaq disembah,
maksudnya adalah mengingkari tuhan-tuhan selain ُﷲ
2. Itsbat / penetapan pada kalimat � اﻻartinya (kecuali ُ )ﷲMaksudnya adalah
menetapkan ُ ﷲsebagai satu-satunya sesembahan.
Itulah halaqah yang ke 6 dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya
ّ
Saudaraku sekalian Allah ﻋﺰوﺟ ّﻞadalah Dzat yang memberi manfaat dan mudhorot. Kalau Allah menghendaki
untuk memberikan manfaat kepada seseorang maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya.
Demikian pula sebaliknya ketika Allah menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang maka tidak
akan ada yang bisa menolaknya
Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang muslim untuk hanya bergantung kepada Allah semata dan
merasa cukup dengan Allah dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat. Seperti Dalam
Mencari rezeki, Mencari keselamatan, Mencari kesembuhan dari penyakit dan lain-lain
Dan tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan, seperti : Jimat, Wafaq, Susuk dan
berbagai jenisnya. Rasulullah ﷺbersabda
"Barang siapa yang menggantungkan tamimah (jimat) dan semisalnya maka sungguh dia telah berbuat
syirik. (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani ُﻤﮫُ ﷲٙ )ر ِﺣ
ٙ
Apabila meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab atau perantara maka ini termasuk syirik kecil. Karena dia
telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, padahal yang berhak menentukan sesuatu itu sebab
atau tidak adalah Dzat yang menciptakannya yaitu Allah ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ Kemudian, Apabila dia meyakini bahwa
barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan memberikan mudhorot maka ini termasuk syirik besar
yang bisa mengeluarkan seseorang dari islam.
إِ ْن ﺷَﺎ َء ﱠ
Itulah halaqah yang ke 7 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya, ُ�
ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
Barakah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. ُ� ُ adalah Dzat yang berbarakah artinya
banyak kebaikanNya.
ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
ُ� ُ berfirman
''Dan ُ� ﱠadalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian makhlukNya sehingga
makhluk tersebut menjadi Makhluk yang berbarokah dan banyak kebaikanya''. (Surat Al A’raf : 54)
ُ�ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
ُ juga berfirman
"Sesungguhnya rumah yang pertama yang Allâh letakkan bagi manusia untuk beribadah adalah yang ada di
makkah yang berbarokah dan petunjuk bagi seluruh alam". (Surat Ali Imran : 96)
"Sesungguhnya kami telah menurunkan Alquran pada malam yang berbarokah, sesungguhnya kami memberikan
peringatan".(Surat Ad Dukhan : 3)
Malam lailatul qadr adalah malam yang berbarokah dan cara mendapatkan barakahnya dan juga kebaikannya
adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang ulama berbarakah dengan ilmunya dan juga
dakwahnya, cara mencari keberkahannya dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu dari ulama tersebut.
Disana ada barakah yang sifatnya dzaatiyah yaitu dzat yang berbarakah dimana barokah seperti ini bisa berpindah,
barakah jenis ini hanya ُ�
ﱠberikan kepada para Nabi dan juga Rasul. Oleh karena itu, dahulu para sahabat Nabi
ﷺbertabarruk dengan bekas air wudhu Nabi ﷺrambut beliau, keringat beliau dan lain-lain.
Sepeninggal beliau Rasulullah ﷺmereka tidak melakukan hal ini kepada Abu Bakar dan Umar dan para sahabat
yang lain, dan ini menunjukkan bahwasanya ini adalah kekhususan para Nabi dan juga para Rasul. Meminta
barokah hanya kepada Allâh dan dengan cara yang di syariatkan. Adapun meminta barokah dari ُ� ﱠdengan sebab
yang tidak disyariatkan seperti dengan mengusap dinding mesjid tertentu, atau mengambil tanah kuburan tertentu
ﺳ ْﺑ َﺣﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
dan lain-lain, maka ini termasuk dalam syirik kecil, Semoga ُ� ُ memberkahi kita dan keluarga kita.
Aamiin
Inilah halaqah yang ke 8 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
Halaqah 9 Silsilah Belajar Tauhid ~ “Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk Selain ُ� ُ ”
Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini. Didalamnya ada pengagungan
terhadap ُ�
ﱠRabb semesta alam dan merupakan wujud cinta dengan mengorbankan sebagian harta kita
untuk ُ�
ﱠSeperti Ibadah qurban di hari raya, Aqiqah, dan juga Hadiyuh bagi sebagian jama'ah haji.
Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain ُ� ﱠdalam rangka mengagungkan dan
mendekatkan diri kepada selain Allâh sama saja kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali, atau kepada jin
dan lain-lain maka dia telah terjatuh kepada syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari islam, membatalkan
amalannya dan terkena ancaman laknat dari ُ� ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
ُ , sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ
"Allâh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allâh" (HR. Muslim)
ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
Dan Makna dari laknat adalah dijauhkan dari Rahmat ُ� ُ Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita
sebagai seorang muslim berkorban dan menyembelih untuk selain ُ� ﱠsedikitpun, Meskipun dengan seekor lalat,
dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudharat. Kita harus yakin sebagai seorang
ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
muslim bahwa manfaat dan juga mudharat di tangan ُ� ُ semata. Dan hanya kepada-Nya lah seorang
muslim bertawwakal
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke 9 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya
ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
Halaqah 10 Silsilah Belajar Tauhid ~ “Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain ُ� ُ ”
Bernadzar untuk ُ�
ﱠadalah seseorang mengatakan misalnya wajib bagi saya melakukan ibadah ini dan itu untuk ُ�
ﱠ,
atau dengan mengatakan saya bernadzar untuk ُ�
ﱠbila terlaksana hajat saya.
“Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan, maka ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﱠ
sesungguhnya ُ� ُ
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmengetahuinya...” (Al-Baqarah: 270)
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠmengabarkan bahwasanya Allâh mengetahui nadzar para hambanya di dalam ayat ini, dan akan membalas
ُ�
dengan balasan yang baik. Ini menunjukkan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang seorang muslim akan
diberikan pahala atas nadzar tersebut. Dan Menunaikan nadzar apabila dalam ketaatan hukumnya adalah wajib.
Berdasarkan firman ُ� ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
ُ
"Barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allâh maka hendaknya menaatinya, dan barang siapa bernadzar
untuk memaksiati ُ�
ﱠmaka janganlah dia memaksiatiNya (HR. Bukhari)
Bernadzar untuk selain Allâh termasuk syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari islam. Seperti, Seseorang
bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan, atau berpuasa untuk syeikh
ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﱠ
fulan dan lain-lain. Semoga ُ� ُ melindungi kita dan keturunan kita dari perbuatan syirik. Aamiin.
Itulah halaqah yang ke 10 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya إِ ْن ﺷَﺎ َء ُ�
ﱠ
Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan ini diperbolehkan selama
tidak ada kesyirikan.
Dari ‘Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di zaman Jahiliyyah, maka kami bertanya
kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Yā Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini?”
Rasūlullāh ﷺbersabda : “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa
selama tidak ada kesyirikan”. (HR. Muslim).
Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah
SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab
tersebut.
Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan sebab tersebut yaitu
Allāh ﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
ُ . Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung
permohonan kepada selain Allāh, entah kepada seorang jin ataupun seorang wali sekalipun, biasanya disebutkan
disitu nama-nama mereka.
Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan nama-nama Allāh atau
dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab, tujuannya adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang
jahil dan tidak tahu. ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Nabi ﷺdalam sabda Beliau :
’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’. (HR. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
Itulah halaqah yang ke-11 dan sampai bertemu kembali pada dihalaqah selanjutnya.
Halaqah 12 Silsilah Belajar Tauhid ~ “Berdo’a Kepada Selain Allāh Adalah Syirik Besar”
Berdo’a kepada Allāh adalah seseorang menghadap Allāh dengan maksud supaya Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmewujudkan
keinginannya, baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ.
Berdo’a dengan makna di atas adalah ibadah.
Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu, “Aku mendengar Nabi ﷺbersabda : ‘Do’a adalah ibadah,
’Kemudian Beliau ﷺmembaca ayat:
“Dan Rabb kalian berkata, ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian. Sesungguhnya
orang- orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam
keadaan terhina’.” (Ghāfir:60) (HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
rahimahullāh).
Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh semata, maka berdo’a kepada selain Allāh dengan
merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan
takut kepada Allāh adalah termasuk syirik besar.
Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, hanya diserahkan
kepada Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰsemata. Dan perlu kita ketahui bahwasanya boleh seseorang beristighātsah, beristi’ādzah,
beristi’ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:
Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang yang sudah mati atau kepada orang yang
masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau meminta makhluk
perkara yang tidak mungkin melakukan kecuali Allāh, maka ini termasuk syirik besar.
Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh dan Rasul-Nya telah
mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat. Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh
mengampuni seorang muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh izinkan untuk memberikan syafa’at.
Syafa’at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal utama untuk mendapatkan
syafā’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasūlullāh ﷺbersabda ketika beliau
mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:
“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan
Allāh sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)
Merekalah orang-orang yang Allāh ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allâh berfirman:
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak memberikan syafā’at kecuali bagi orang-
orang yang Allāh ridhai…”. (Al-Anbiyaa’ 28)
Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan
syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, sampai meskipun dia seorang
nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ:
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh ﺗَﻌَﺎﻟَﻰkecuali dengan izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)
Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh, Zat yang memilikinya. Seperti seseorang
mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa’at Nabi-Mu.” Ini adalah cara meminta syafā’at
yang diperbolehkan.
Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ﷺseperti mengatakan, “Yaa Rasūlullāh, berilah aku
syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih
syafā’atnya. Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula
memberikan manfaat & mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah:
“Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?”.
Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (Yunus 18)
Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.
Halaqah 14 Silsilah Belajar Tauhid ~ “Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan”
Orang yang sholih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allâh baik dalam hal Aqidah, Ibadah maupun
Muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allâh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ. Kita sebagai seorang muslim
diperintahkan untuk mencintai mereka, kita juga diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.
Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan, membaca perjalanan hidup mereka bisa
menambah keimanan dan meneguhkan hati kita, Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam
batas-batas yang diizinkan agama.
Namun, berlebih-lebihan terhadap orang yang sholih seperti mendudukan mereka diatas kedudukannya sebagai
manusia, atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yg tidak pantas kecuali untuk Allâh, maka ini hukumnya haram,
tidak diperbolehkan menurut agama.
Karena menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allâh. Mencintai
Rasulullâh ﷺmelebihi cinta kita kepada orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama.
Sebagaimana dalam hadits. Namun beliau melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau dengan mendudukkan
beliau diatas kedudukan beliau sebenarnya yaitu sebagai seorang Hamba Allâh dan Rasul. Beliau ﷺbersabda:
Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang-orang nasrani berlebih-lebihan terhadap 'Isa
ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, maka katakanlah hamba Allâh dan RasulNya (HR. Al-
Bukhori)
Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang Rasul maka tidak boleh dicela
dan diselisihi, Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia yaitu Rasulullâh ﷺtidak diperbolehkan,
maka bagaimana dengan yang lain?
Dan diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang orang sholih adalah meyakini bahwasanya mereka
mengetahui ilmu ghoib, atau membangun di atas kuburan mereka, atau beribadah kepada Allâh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰdisamping kuburan mereka dan lain-lain.
Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka. Semoga Allâh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmelapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.
Itulah halaqah yang ke 14 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya..
Sihir bermacam-macam jenisnya dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan meminta
pertolongan kepada syetan, dan syetan tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yg dia
ridhoi yaitu:
Dengan cara menyerahkan sebagaian ibadah kepada syetan tersebut atau dengan menghina Al-Qur'an atau dengan
mencela agama dan lain-lain. Allâh berfirman :
"Dan bukanlah sulaiman yang kafir akan tetapi syetan-syetanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada
manusia" (QS. Al-Baqarah :102)
Rasulullâh ﷺbersabda yang artinya:
"Jauhilah 7 perkara yang membinasakan, para sahabat bertanya "Ya Rasulullâh apa 7 perkara tersebut? Maka
beliau Shalallâhu 'alaihi Wasallam mengatakan : "Syirik kepada Allâh,Sihir,dan seterusnya".(HR. Bukhari dan
Muslim)
Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati, bila dia tidak bertobat sebagaimana telah
dicontohkan oleh para sahabat Nabi ﷺdan yang berhak melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang
sah dan bukan individu.
Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari
islam. Demikian pula, meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram. Karena Rasulullâh ﷺmengabarkan
bukan termasuk pengikut beliau orang yang menyihir dan orang minta disihirkan. Sebagaimana dalam sebuah
riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam musnadnya dan dishohihkan oleh syeikh Albani rahimahullâh.
Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir, diantaranya adalah dengan
menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti : -Dzikir pagi dan petang, -Dzikir setelah sholat 5 waktu, -Dzikir
akan tidur, -Dzikir mau makan, -Dzikir masuk rumah dan keluar rumah ,-Dzikir masuk kamar kecil dan keluar
kamar kecil dan lain-lain.
Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang membuat ridho syetan, seperti :
-Jimat- jimat,
-Musik - musik,
-Gambar-gambar makhluk bernyawa dan lain-lain.
Dan apabila qadarullâh terkena sihir maka hendaknya dia bersabar, merendahkan diri kepada Allâh memohon dari-
Nya kesembuhan, dan berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan. Dan jangan sekali-kali dia berusaha
untuk menghilangkan sihir dengan cara meminta bantuan jin, baik secara langsung, maupun lewat dukun,
paranormal dan semisal mereka.
Semoga Allâh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmelindungi kita dan keluarga kita dari semua kejelekan di dunia dan juga di akhirat.
Aamiin..
Itulah halaqah yang ke 15 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghoib. Yang tidak diketahui oleh kebanyakan
manusia seperti:
-Mengetahui barang yang hilang, -Pencurinya, -Mengetahui ramalan nasib dan lain-lain.
Saudaraku sekalian.. Ketahuilah, perdukunan dengan namanya yang bermacam² adalah perkara yang diharamkan
dalam agama islam. Ilmu ghoib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai
bantuan. sedangkan, cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan
jin dan juga syaithan.
Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret mereka
bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan juga keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun
tersebut kafir kepada Allâh.
Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini, dan harta yang dia dapatkan dari
pekerjaan ini adalah harta yang haram.
Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka sebagai yang dikabarkan oleh Nabi ﷺdalam hadits yang
shohih bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit. Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di
atas akan mengabarkan kepada yang dibawahnya dan seterusnya sehingga sampai ke telinga dukun, terkadang dia
terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar tersebut, dan terkadang pula sempat menyampaikan
sebelum akhirnya terkena lemparan bintang.
Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah²i oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang
banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan
kepercayaan dari manusia. Orang islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan
bagaimanapun susahnya keadaan dia. Rasulullâh ﷺbersabda yang artinya :
Barang siapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan, maka dia telah
kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (HR.Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishohihkan
oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullâh )
Rasulullâh ﷺbersabda :
Barang siapa yang mendatangi dukun, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima
darinya sholat selama 40 hari (HR. Muslim)
Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari islam.
Namun kedua hadits diatas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun. Semoga Allâh ُُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫ
َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰmenjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah ke 16. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah berikutnya..
Tathayyur adalah merasa akan bernasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, Seperti:
Kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, seperti bepergian, berdagang dan lain-
lain. Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut kita ikuti, Rasūlullāh ﷺbersabda,
“Barangsiapa yang thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat
syirik.” (Hadits shahīh diriwayatkan oleh Imām Ahmad)
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan di ingkari oleh
Rasūlullāh ﷺ, Beliau bersabda,
Maksudnya, thiyārah ini hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو
Oleh karena itu seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithān ini. Dan hendaknya dia Memiliki
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ,.
keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi berupa kebaikan & keburukan adalah dengan
takdir Allāh semata, Yakin bahwa tidak (ada yang) mendatangkan kebaikan kecuali Allāh dan tidak (ada yang)
melindungi dari keburukan kecuali Allāh. Hanya bertawakal kepada Allāh semata dan berbaik sangka kepada
Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ,.
Apabila datang perasaan tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan tawakkal dan tetaplah dia
melaksanakan hajatnya. Dan apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allāh semata.
Adapun tafā’ul maka diperbolehkan didalam agama kita. Tafā’ul artinya adalah berbaik sangka kepada Allāh
karena melihat atau mendengar sesuatu. Dahulu Nabi ﷺsering bertafā’ul seperti ketika Perjanjian Hudaibiyah.
Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail. Dan Suhail adalah bentuk pengecilan dari kata “sahl” yang artinya “yang
mudah”. Maka Beliau pun berbaik sangka kepada Allāh bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan
kebaikan bagi umat Islam.
Maka benarlah persangkaan Beliau. Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ, membuka setelah itu (yaitu setelah perjanjian tersebut)
pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.
Itulah halaqah yang ke-17 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allāh dan kebesaran Penciptanya, Allāh ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ, telah
mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini memiliki 3 faidah:
Allāh tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas. Seorang salaf, Qatādah Ibn
Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,
“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di atas maka dia telah
bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” (Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau)
Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul dan berpisahnya
beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, dalam masalah rejeki,
jodoh dan lain-lain.
Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah. Membacanya dan mempercayainya adalah
perbuatan yang haram dan termasuk dosa besar. Sebagian ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang
mendatangi dukun dan bertanya kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.
Hendaknya kita semua takut kepada Allāh. Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut.
Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita
dan juga keluarga kita. Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ, dengan
selamat.
Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
Kaum Muslimīn yang dimuliakan oleh Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ, Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan
menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara. Kalau (dalam)
bahasa ‘Arab maka menggunakan:
• Huruf wawu ()و َ
• Huruf ba ()ب َ
• Huruf ta ( َ)ت
Adapun makhluq, bagaimanapun agungnya di mata manusia maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya,
misalnya dengan mengatakan:
✘Demi Rasūlullāh
✘Demi Ka’bah
✘Demi Jibrīl
✘Demi langit dan bumi
✘Demi bulan dan bintang
✘Dan lain-lain.
Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluq yang terlarang, Rasūlullāh ﷺbersabda,
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR Abū
Dāwūd, Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albāni rahimahullāh)
Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Namun
bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluq disertai pengagungan seperti kalau
dia mengagungkan Allāh ُﺳ ْﺑﺣَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ,, yaitu pengagungan ibadah, Seperti sumpah yang di lakukan oleh orang-orang
musyrik dengan mengatakan:
✘Demi Wisnu
✘Demi Dewa Fulan
✘Demi Lāta
✘Dan lain-lain.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-19 ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.
Riya adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allâh akan tetapi ingin di lihat
manusia dan di puji. Riya' hukumnya haram dan dia termasuk syirik kecil yang samar yang tidak mengeluarkan
seseorang dari islam.
Riya' adalah diantara sebab tidak di terimanya amal ibadah seseorang bgaimanapun besar amalan tersebut.
Rasulullâh Shalallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:
ُﺸ ْﺮ ِك َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ َﻞ َﻋ َﻤﻼً أ َ ْﺷ َﺮكَ ﻓِﯿ ِﮫ َﻣ ِﻌﻰ ﯾ ِْﺮى ﺗ ََﺮ ْﻛﺘُﮫُ َو ِﺷ ْﺮ َﻛﮫ ﺎركَ َوﺗَﻌَﺎﻟَﻰ أَﻧَﺎ أ َ ْﻏﻨَﻰ اﻟ ﱡ
ّ ِ ﺸ َﺮ َﻛﺎءِ َﻋ ِﻦ اﻟ ﻗَﺎ َل ﱠ
َ َ�ُ ﺗَﺒ
Allah berkata: "Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh dengan syirik, barang siapa yang mengamalkan sebuah
amalan, dia menyekutukan aku bersama yang lain didalam amalan tersebut maka aku akan meninggalkannya dan
juga kesyrikannya" (HR Muslim No 2985)
Sebagian Ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk di ampuni oleh Allâh. Artinya dia
harus di adzab supaya bersih dari dosa riya' tersebut. Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak
Allâh yang kalau Allâh menghendaki maka akan di ampuni langsung dan kalau Allâh menghendaki maka mereka
akan di adzab.
"Sesungguhnya allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang
dikehendaki" (An-Nisa :116)
tahukah kita, siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka?, mereka bukanlah
preman-preman
di jalan atau pembunuh yang kejam, tapi mereka justru adalah orang orang yang beramal sholeh.
Mereka adalah orang yang mengajarkan al-Qur'an supaya dikatakan sebagai seorang qari',seorang yang suka
membaca,seorang yang mahir membaca, dan juga orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan, dan berjihad
supaya dikatakan sebagai pemberani beramal bukan karena Allâh, Sebagaimana hal ini telah di kabarkan oleh Nabi
shalallâhu 'alaihi wa sallam di dalam hadits yang shahih. Oleh karena saudara sekalian..
Ikhlaslah di dalam beramal dan ikhlas adalah barang yang sangat berharga, Para salaf kita merekapun merasa atau
merasakan beratnya memperbaiki hati mereka. Dan hanya kepada Allâh kita meminta keikhlasan di dalam
beramal. Menjauhkan kita dari riya',sum'ah,ujub dan berbagai penyakit hati. Dan marilah kita biasakan untuk
menyembunyikan amal kita kecuali kalau memang ada maslahat yang lebih kuat.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke 20 ini. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah
selanjutnya.
Mencintai Allāh merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang Muslim
merendahkan dirinya di hadapan Allāh, mengagungkan Allāh, yang akhirnya akan membawa seseorang untuk
melaksanakan perintah Allāh dan juga menjauhi apa yang Allāh larang, Inilah cinta yang merupakan ibadah.
Barangsiapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allāh maka dia telah berbuat syirik besar.
Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰberfirman :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-sekutu Allāh. Mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang beriman maka cinta mereka
kepada Allāh jauh lebih besar”. (QS Al Baqarah: 165)
Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain-lain, maka hal ini
diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah. Apabila seseorang mencintai perkara-perkara
tersebut melebihi cintanya kepada Allāh maka dia telah melakukan dosa besar. Allāh berfirman yang artinya:
“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan
yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal
yang kalian sukai, itu semua lebih kalian cintai dari pada Allāh dan Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh,
maka tunggulah sampai Allāh ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َو ﺗ َﻌَﺎﻟَﻰ
ُ mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak akan memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS At Taubah: 24)
Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia cintai. Dan akan
nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya hanya sebatas ucapan saja.
Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh adalah dengan:
Itulah halaqah yang ke-21 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat adalah di tangan Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو
ﺗَﻌَﺎﻟَﻰsemata. Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh dan tidak bertawakal kecuali kepada Allāh.
✓ Takut kepada Allāh yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:
⑴ Merendahkan diri di hadapan Allāh. ⑵ MengagungkanNya. ⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan
Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
⑷ Melaksanakan perintahNya.
✘Bukan takut :
⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputus-asaan terhadap rahmat Allāh.
⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan kepada Allāh .
Takut seperti ini adalah ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini kepada
selain Allāh.
Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik besar, yang
mengeluarkan seseorang dari Islam. Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah
meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga
mengagungkannya. Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām ketika beliau berkata
yang artinya:
“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali apabila Rabbku
menghendakinya.” (QS Al An’ām: 80)
Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi takutnya kepada Allāh,
sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh atau melanggar larangan Allāh, Seperti Orang
yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir Atau, tidak melarang
kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.
Allāh berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-nakuti kalian, wahai orang-orang yang beriman, dengan
wali-walinya (penolong-penolongnya). Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian
kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS Āli ‘Imrān: 175 )
Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah:
⑴ Berlindung kepada Allāh dari bisikan syaithan. ⑵ Mengingat sabda Nabi ﷺyang artinya:
“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya
mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis, dan seandainya mereka
berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali
dengan apa yang sudah Allāh tulis.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)
Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang membawa seseorang
meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allāh. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak
terlepas darinya.
Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh dan juga agamanya, Ilmu yang membawa dirinya
untuk bertaqwa kepada Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ, Mereka adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama
Islam adalah sangat tinggi, Allāh telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk ta’at kepada
mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan. Allāh Ta’ālā berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allāh dan ta’atlah kepada Rasul dan ulil amri kalian.” (QS
An Nisā: 59)
Dan ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah), menghormati mereka (yaitu para ulama) bukan
berarti menta’ati mereka dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan,
'ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan terkadang benar.
Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi tersebut
dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang mena’ati ulama tersebut kemudian dia meninggalkan
kebenaran, Rasūlullāh ﷺbersabda:
“Tidak ada keta’atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta’atan hanya didalam kebenaran” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh, maka dia telah menjadikan ulama tersebut
sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan
Nashrani. Allāh berfirman :
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai sesembahan
selain Allāh.” (QS At Taubat: 31)
“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut, akan tetapi mereka,
apabila menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka mereka ikut menghalalkan. Dan apabila ulama dan ahli
ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allāh halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.” (Hadits ini
hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Itulah halaqah yang ke-23 sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.
Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan dengan
segala jenisnya adalah dari Allāh. Allāh berfirman:
“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya adalah dari Allāh.” (QS An Nahl: 53)
Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh kemudian
menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allāh. Seperti mengatakan:
“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.” (QS An Nahl: 83)
Seharusnya dia sandarkan kenikmatan tersebut kepada Allāh, Zat yang menciptakan sebab. Seperti
dengan mengatakan:
Karena apa? Karena Allāh-lah yang memberikan nikmat keselamatan, nikmat keamanan, nikmat
kesembuhan. Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita.
Kalau Allāh menghendaki niscaya Allāh tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk
menolong kita. Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.
Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang berbuat
baik kepadanya karena mereka menjadi sebab kenikmatan ini. Bahkan diperintah untuk membalas
kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan do’a yang baik.
Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh semata. أﻋﻠم ﺗﻌﺎﻟﻰ وﷲ
Itulah yang bisa kita sampaikan pada kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang
selanjutnya.
Allāh Ta’āla sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah Ar-Rahmān Ar-Rahīm. Dan di antara
bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar
kesusahan didunia maupun akhirat.
Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, hukumnya penuh dengan keadilan, hikmah
dan juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang samar atas sebagian manusia.
Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk, Ridha dengan hukum Allāh,
dan yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allāh.
• ‘Aqidah
• Akhlaq
• Adab
• Mu’āmalah
• Ekonomi
• Kenegaraan
• Dan lain-lain.
Meng-Esakan Allāh di dalam hukum-hukumNya adalah termasuk konsekuensi tauhid, Allāh berfirman:
“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah apabila Allāh dan Rasul-
Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka.Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allāh dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang
nyata.” (QS Al-Ahzab: 36)
Saudaraku, Alhamdulillāh dengan izin dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian yang terakhir dari Silsilah
Tauhid, yaitu bagian ke-25.
Dan dengan ini saya akhiri silsilah ini. Dan bukan berarti kita sudah merasa cukup. Apa yang disampaikan
hanyalah sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri. Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti
sampai ajal menjemput kita.
Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama yang terpercaya. Semoga
Allāh ُﺳ ْﺒﺤَﺎﻧَﮫُ َو ﺗ َ َﻌﺎﻟَﻰmerahmati kita semua, menghidupkan dan juga mematikan kita di atas tauhid.