Anda di halaman 1dari 11

NAMA: ISTNA JAMIYATUL VIRDAUS

NIM: 20130662029

PRODI: D3 ANALIS KESEHATAN (JASUS)

TUGAS : BAB I-III DAN MATRIKS


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. JUDUL

Analisa adanya golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason) dalam


jamu Pegal Linu yang dijual di kecamatan paciran Kabupaten
Lamongan

1.2. LATAR BELAKANG

Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat dan


sejahtera lahir dan batin. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi manusia, disamping kebutuhan sandang , pangan dan
papan dan juga pendidikan yang baik , karena hanya dengan kondisi
kesehatan yang baik serta prima manusia dapat melaksanakan proses
kehidupan dengan baik dan lancar dengan segala aktivitas yang
dijalaninya

Pengembangan obat tradisional (jamu) telah berada dalam


masyarakat dan telah lama digunakan dan dilaporkan secara empirik
memberi manfaat dalam meningkstkan kesehatan tubuh dan
pengobatan berbagai penyakit (Tjokronegoro, 2006). Penggunaan
jamu di masyarakat memiliki kecenderungan untuk kembali ke alam
(back to nature) karna obat obatan sintetis terlalu mahal dan efek
sampingnya yang terlalu besar, sehingga kecenderungan
mengonsumsi jamu lebih besar di masyarakat

Di pinggir-pinggir jalan merupakan salah satu kawasan yang


menjadi sasaran untuk pemasaran obat tradisional (jamu) termasuk
jamu pegal linu yang mengandung golongan obat Kortikosteroid
(Fenilbutason). Karna banyak pekerja yang bekerja paruh waktu
contoh: Nelayan, Petani, Kuli dan lain-lain yang tidak mau bersusah
payah antri ke dokter.

Karna disinyalir masih banyaknya obat tradisional (jamu) yang


masih belum bertifikasi BPOM yang masih beredar di pasaran. Karna
salah satunya mengandung BKO yairu golongan obat Kortikosteroid
(Fenilbutason) Tentu saja masyarakat tidak banyak mengetahui jamu
apa saja yag masih belum bersertifikasi BPOM tapi masih dipasarkan.

Yang ditakutkan adalah ketika jamuyang seharusnya bermanfaat


bagi kesehatan, justru menjadi berbahaya bagi tubuh karan
mengandung BKO (bahan kimia obat). Berdasar hasil pengawasan
POM bulan November 2013 sampai bulan Agustus 2014 ditemukan 51
obat yang masih mengandung BKO. Dari temuan tersebut didominasi
oleh obat penghilang rasa sakit dan rematik golongan obat
Kortikosteroisd (Fenilbutason,Dexamethasone,Paracetamol, dll)

Maka oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang adanya


kandungan golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason) di jamu pegal
linu tersebut.
1.3. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada kandungan golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason)


pada jamu pegal Linu yang dijual di kecamatan paciran kabupaten
Lamongan

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Untuk menganalisa secara Laboratorium adanya kandungan


golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason) pada jamu pegal Linu yang
di jual di kecamatan paciran kabupaten Lamongan

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1. Memberikan informasi terhadap masyarakat tentang tidak baiknya


mengkonsumsi jamu (obat tradisional) yang mengandung golongan
obat kortikosteroid (Fenilbutason)
2. Sebagai masukan bagi Dinas Keshataan , Badan Pengawas Obat Dan
Makanan tentang masih adanya jamu (obat tradisional) yang masih
mengandung golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason)
3. Sebagai masukan dan pengalaman penulis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN TENTANG JAMU (OBAT TRADISIONAL)

Pengertian jamu dalam Permenkes No .003/Menkes/Per/I/2010


adalah bahan atau ramuan bahan yang be rupa tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dimasyarakat.

Salah satu prinsip obat tradisional adalah proses (reaksinya)


yang lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia
yang bjsa langsung bereaksi (tapi bersifat kuratif). Hal ini karena
obat tradisional bukan senyawa aktif. Karena itu, jika efek
kesembuhan langsung muncul begitu obat tradisional diminum,
maka layak dicurigai karena pasti ada sesuatu. Itulah yang terjadi
pada obat-obatan tradisional yang di beri obat-obat kimia. Tanpa
penelitian, dimasukkan begitu saja sehingga menjadi berbahaya
karena dosisnya tidak diketahui dan tanpa pengawasan dokter
(Vapriati,2009:1)

Menurut Keputusan Peraturan Mentri Kesehatab RI No 007


tahun2012 Tentag Registrasi Obat Tradisional, Bahwa Obat
tradisional dilarang mengandung:

a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk


sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan
pengenceran;
b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau
sintetik
c. berkhasiat obat;
d. narkotika atau psikotropika; dan/atau
e. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan
kesehatan dan/atau
f. berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan
Gambar 1. Contoh jamu yang beredar dipasaran

2.2 TINJAUAN TENTANG BAHAN KIMIA OBAT

Bahan Kimia Obat (BKO) adalah senyawa sintetis atau bisa


juga disebut produk kimiawi yang berasal dari bahan alam yang
umumnya digunakan pada pengobatan modern. BKO dapat terdiri
dari bahan kimia aktif ataupun obat jadi. Adanya Jamu yang
mengandung BKO di pasaran merupakan salah satu upaya produsen
dalam meningkatkan penjualan produknya. Perlu dipahami bahwa
jamu tidak dapat memberikan efek pengobatan yang instan, karena
berasal dari bahan alam.

Jamu yang mengandung BKO biasanya memberikan efek


penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan jamu yang tidak
mengandung BKO, sehingga masyarakat merasa puas dan
cenderung akan mengkonsumsi kembali jamu tersebut pada saat
keluhan timbul kembali atau digunakan terus menerus sebagai
upaya meningkatkan kesehatannya.

Jamu yang mengandung BKO sangat membahayakan bagi


kesehatan apalagi jika digunakan dalam waktu yang lama. Efek
samping yang dapat terjadi antara lain dapat menyebabkan tukak
lambung, gagal ginjal dan gangguan hati (liver). Tidak jarang
seseorang yang mengkonsumsi jamu dengan BKO pada jangka
waktu yang lama, datang ke dokter pada stadium lanjut dan
berujung dengan kematian.

Disinyalir masih banyak produsen jamu yang masih


menambahkan Bahan Kimia Obat Khususnya Golongan Obat
Kortikosteroid (Dexamethasone,Fenilbutason dll) kedalam jamu
tersebut.

2.3. TINJAUAN TENTANG KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang


dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan
atas hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang dilepaskan oleh
kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan pada
banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi,
metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit
darah, serta tingkah laku.

2.3.1. PENGGUNAAN KLINIS GOLONGAN OBAT KORIKOSTEROID

Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai


dalam dunia kedokteran terutama golongan glukokortikoid. Glukokortikoid
sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal,
dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus erythematosus,
inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral,
terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit,
mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan
sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan
antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron)
2.3.2. TINJAUAN TENTANG FENILBUTASON

Fenilbutason memiliki struktur kimia 3,5-diokdo-1,2-difenil-4-


butilpirazolon

Fenilbutason adalah obat anti inflamasi, yang bekerja sebagai anti-


inflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase dan penghambat
terhadap pembentukan mediator inflamasi seperti prostalgin. Fenilbutason
di periksa dengan metode Kromatografi Lapis Tipis

Fenilbutazon memiliki kerja sebagai analgetika,antipiretika dan Anti


inflamasi. Penggunaan fenilbutazon dibatasi dan sangat jarang digunakan
karena memiliki banyak efek samping seperti mual, muntah, ruam kulit,
retensi cairan dan elektrolit (edema), pendarahan lambung, nyeri
lambung dengan pendarahan atau perforasi, reaksi
hipersensitivitas,hepatitis, nefritis,gagal ginjal,leukopenia dan anemia
aplastik agranulositosis (Kardiana, 2009).

Gambar 2. Fenilbutason

2.3.3. TINJAUAN TENTANG KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama,


igunakan secra luas, terutama dalam analisis camouran rumit sumber
alam.
Kromatografi lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi pemisahan
yang berbeda-beda diperlukan untuk menangani penetapan kadar seluruh
cuplikan, karena sejumlah bejana pengembang yang berisi berbagai
sistem pelarut dapat lebih hemat dipakai.

Keuntungan lain tiada gangguan pelarut pada penyelidikan secara


fotometri karena pelarut sebagai fase gerak telah diuapkan

2.4. HIPOTESIS

Ada kandungan golongan obat Kortikosteroid (Fenilbutason) pada jamu


pegal linu yang dijual di kecamatan paciran kabupaten lamongan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini digunakan metode


penelitian, yaitu Deskriptif yaitu menganalisa ada tidaknya golongan
obat kortikosteroid (Fenilbutason) pada jamu pegal linu yang di jual di
kecamatan Paciran Kabupaten lamongan

3.2. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini adalah jamu pegal linu yang dijual
dikecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

Sampel dalam penelitian ini didapat dari 10 jamu pegal linu dengan
merk yang berbeda yang di peroleh dari 2 pedagang jamu yang ada
di kecamatan paciran Kabupaten Lamongan

3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian ini penulis mengambil sampel untuk


pemeriksaan berasal dari 2 Penjual Jamu yang berada di Kecamatan
Paciran sebanyak 5 sampel dengan merk yang berbeda di penjual
pertama dan 5 sampel dengan merk yang berbeda di penjual yang
kedua. Lalu sampel akan di periksa dengan Kromatografi Lapis Tipis
yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan golongan obat
kortikosteroid (Fenilbutason) di Laboratorium Analis Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya.

3.4. ALAT PENGUMPULAN DATA

Alat yang dibutuhkan adalah :


1. Silika Gel (Fase Diam)
2. Pewarna (Fase Gerak)
3. Lempengan
4. Pensil

Bahan yang digunakan

1. Sampel jamu pegal linu

3.5. TEKNIK ANALISIS DATA


Setelah hasil diperoleh dari pemeriksaan laboratorium dan
disajikan dalam tabel, maka selanjutnya akan di persenkan berapa
persen jamu pegal linu yang mengandung golongan obat
kortikosteroid (Fenilbutason) dan berapa persen yang tidak
mengandung

Anda mungkin juga menyukai

  • Cara Khusyu Dalam Sholat Eko
    Cara Khusyu Dalam Sholat Eko
    Dokumen9 halaman
    Cara Khusyu Dalam Sholat Eko
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Assalamu
    Assalamu
    Dokumen3 halaman
    Assalamu
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Menghitung Kadar NPK.
    Menghitung Kadar NPK.
    Dokumen7 halaman
    Menghitung Kadar NPK.
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Pengurus Takmir Samijan
    Pengurus Takmir Samijan
    Dokumen1 halaman
    Pengurus Takmir Samijan
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Menghitung Kadar NPK
    Menghitung Kadar NPK
    Dokumen2 halaman
    Menghitung Kadar NPK
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Stok Opname Ed
    Stok Opname Ed
    Dokumen3 halaman
    Stok Opname Ed
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Contoh Matriks
    Contoh Matriks
    Dokumen3 halaman
    Contoh Matriks
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Permohonan Bank Garansi
    Permohonan Bank Garansi
    Dokumen3 halaman
    Permohonan Bank Garansi
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Permohonan Bank Garansi
    Permohonan Bank Garansi
    Dokumen3 halaman
    Permohonan Bank Garansi
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat
  • Cara SPSS
    Cara SPSS
    Dokumen16 halaman
    Cara SPSS
    Shypoedrycutemada Tue JugHa Iezna
    Belum ada peringkat