Anda di halaman 1dari 15

TOPIK BAHASAN VII.

IBADAH KHUSUS
Dalam istilah lain ibadah khusus disebut pula dengan ibadah mahdhah karena
pembahasannya khusus tentang ibadah hablumminallah yang terkandung dalam rukun Islam
sebagai tiang untuk tegaknya bangunan Islam sebagaimana dalam Hadits:
Dari Umar bin Khattab r.a., beliau berkata…..: Rasulullah SAW bersabda: “Islam
adalah engkau bersyahadat bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan
dan berhaji ke Baitullah jika kamu kuasa menempuh perjalanannya”. Orang itu berkata:
“Engkau benar”. Maka kami heran, dia yang bertanya, dia pula yang membenarkannya. (HR.
Muslim)
Pembahasan tentang syahadatain (dua kalimah syahadat) telah dikupas pada bab
‘Aqidah Islamiyah, maka pembahasan bab ini dimaulai dari shalat.
1. Fungsi Shalat Dalam Kehidupan
Shalat ialah beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan niyat yang
disertai takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadat kepada Allah Swt.
menurut rukun dan syarat dan yang telah ditentukan. Sebelum shalat didirikan diwajibkan
melaksanakan suatu kegiatan pra shalat sebagai syarat sahnya ibadah shalat tersebut secara syar’i
(hukum), kegiatan tersebut adalah thaharah dan tazkiyah.
1.1. Thaharah
Thaharah berarti membersihkan sedangkan Tazkiyah berarti menyucikan. Maka
pemakaian kata thaharah dan tazkiyah dalam konteks pembahasan ini adalah berkaitan dengan
ibadah mahdhah (ibadah khusus yang tergabung dalam rukun Islam) yang wajib dilaksanakan
oleh setiap pribadi muslim.
Thaharah ialah membersihkan fisik kita dari hadas dan najis dengan air mutlak (air
yang zatnya bersih, membersihkan benda lainnya), karena dharurat, dapat diganti dengan
tayamum, yaitu manyapu muka dan tangan hingga dua mata siku dengan tanah yang bersih ,
sebagaimana dalam QS. al-Maidah (5):6.
Sabda Rasul: )‫لم‬##‫ترمزى ومس‬##‫د ال‬##‫ان (رواه احم‬##‫ف االم‬##‫ر نص‬##‫ الطه‬Adapun kebersihan itu ialah
sebagian dari Iman (HR. Ahmad, Tarmuzi dan Muslim). Pokok-pokok dan tata cara thaharah
dijelaskan oleh Allah Swt. secar sistematis dalam Q.S. 5:6 di atas.
Perkembangan ilmu kesehatan telah membuktikan kebenaran ajaran Islam tentang
kesucian lahir. Suatu barang yang tidak bersih mestilah dibersihkan dengan air. Meningkatkan
badan dari keadaan tak bersih (berhadas besar/kecil) kepada status bersih, menurut Islam juga
dengan membergunakan air. Air itu haruslah bersih, yaitu air yang bersih lagi mebersihkan.
Dalam fikih Islam dikenal dengan Air mutlak, yaitu air yang bersih zatnya dan membersihkan
bagi benda-benda yang lainnya. Tharaha adalah merupakan syarat sahnya shalat. Q.S. 4:43 dan
QS. 5:6:
1.2. Tazkiyah
Tazkiyah ialah menyucikan jiwa dari segala macam bentuk kemusyrikan dengan
menghayati/meyakini makna syahadatain dan mengucapkannya dengan penuh kesadaran dan
keinsafan, bahwa semua yang dikerjakan hanya untuk menyembah Allah SWT. yang membentuk
niyat di dalam hati. Niyat adalah rukun pertama dari setiap ibadah, apapun bentuk ibadah yang
dilaksanakan maka, niyatnya hanya untuk menyembah Allah SWT. semata. Maka Tazkiyah
berfungsi meyucikan jiwa kita dari syirik beserta sifat-sifat fujur yang melekat di hati, dengan
Niyat hanya kerana Allah SWT. semata (QS.91:7-9). Niyat sebagai rukun yang mutlak ada pada
setiap perbuatan dapat ditrima Allah SWT. sebagai ibadah. Tempat niyat itu di hati, maka niyat
ibadah ialah menyengaja untuk melakukan sesuatu ibadah karena untuk menyembah Allah SWT.
semata yang diikuti dengan pelaksanaannya. Misalnya niyat shalat subuh, yaitu menyengaja di
dalam hati untuk mendirikan shalat subuh dua raka’at, fardu karena untuk menyembah Allah
SWT. Contoh lain dalam ibadah mu’amalah, misalnya niyat menikah, yaitu menyengaja di
dalam hati untuk menikah karena Allah SWT. (untuk menyembah Allah SWT.) , maka menikah
yang diniyatkan karena Allah akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Niyat karena Allah SWT. berfungsi sebagai tazkiyah di dalam hati (jiwa), karena niyat
itu hakekat dari syahadatain. Disini niyat mengembalikan posisi motivasi kecintaan hati kepada
motovasi hidup hanya kerena mencintai Allah SWT. semata, hanya untuk mencari ridha Allah
SWT. semata. (QS.2:165 dan 207).
Dengan syadatain,: ‫( واشهد ان محمد لرسول هللا اشهد ان ال اله اال هللا‬Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasulu Allah SWT.),
berarti seorang Muslim telah mensucikan batinnya, perasaannya, pikirannya, dan hawa nafsunya
dari segala yang mengotorinya, puncak tertinggi yang mengotori batin itu ialah syirik. Orang
yang ber-syahadatain disebut orang yang memiliki kesucian rohani/kesucian hati, yaitu hatinya
hanya diisi dengan motivasi hanya untuk menyembah Allah SWT. semata, sebagaimana yang
diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
2. Fungsi dan Hikmah Shalat dalam Kehidupan
2.1. Lingkaran Gerakan shalat dan Realitas Kehidupan
Apabila diperhatikan dengan cermat dan dimaknai gerakan shalat yang dimuali dengan
tegak berdiri betul dengan sikap siap, dilanjutkan dengan takbiratul-ihram dengan mengankat
kedua tangan, ruklu’, bangkit dari ruku’, sujud, bangkit dari sujud, sujud lagi yang diteruskan
setiap raka’atnya, kemudian tasyhud dan diakhiri dengan dua salam dengan memutar kepala ke
kanan pada salam pertama dan memutar kepala kekiri pada salam kedua sebagai akhir dari
prosesi gerakan shalat. Dalam lingkaran Gerakan Shalat terdapat nilai-nilai kehidupan , yaitu
disamping bernilai oralah raga, sekaligus juga merupakan cerminan realitas lingkaran kehidupan
seorang muslim yang menggambarkan bentuk sikap hidup selalu ingat akan kebesaran Allah
SWT. dengan mengucapknan ‫هللا اكبر‬ pada setiap perpindahan gerakannya membentuk sikap
hidup yang tangguh, ulet, shabar, tegar dan pantang menyerah kepada dinamika (perobahan)
kehidupan, hanya menyerah dan berserah diri kepada Allah SWT. semata. Dapat dimaknai pada
gambaran lingkaran gerakan shalat berikut:
‫هللا اكبر‬

A1

B2 C2
‫هللا اكبر‬
‫ هللا اكبر‬B1

C1
D3 ‫هللا اكبر‬
A2
A1 = Kepala, A2= Kaki: Membentuk garis tegak lurus 180 derajat. Diwaktu kita mencapai
keberhasilan hidup pada puncak karir/kejayaan hidupnya, kita tetap merasa kecil dihadapan
Allah SWT. kita selalu taqwa dan syukur dan mengakui kebesaran Allah swt.
B1 = Kepala, B2 = Pinggang: Membentuk garis datar separoh tegal lurus 90 derajat. Kita sadar
tidakakan selamanya hidup jaya, di waktu karir menurun, merasa kecil dihadapan
Allah, selalu tawakkal, tidak frustasi, selalu mengakui kebesaran Allah.
C1 = Kepala, C2 = Pinggang: Membentuk garis menukik 45 derajat. Diwaktu hidup hidup kita
jatuh, pekerjaan/karir/kekayaan tidak ada lagi, bahkan kesehatanpun tidak ada lagi, bahkan
kita tetap tegas/sabar menghadapinya, selalu merasa kecil dihadapan Allah swt., justeru itu
kita selalu menghadapi / menerima dengan penuh taqwa dan tawakkal kepada Allah swt. ia
selalu mengucapkan “Allahu Akbar”, dan kita tidak pernah berputus asa, kecewa dan
frustasi.
D1 = Kepala, D2 = Pinggang dan D3 = Lutut: Ini adalah keadaan hidup yang didambakan oleh
setiap kita pribadi Muslim, yaitu hidup pertengahan. Hidup yang penuh keselamatan dan
keberkatan, hidup yang penuh tauhid dan mengikuti gaya hidup Nabi Muhammad saw.
Hidup yang penuh persaudaraan dengan sesama manusia, sehingga setiap berjumpa dengan
manusia lain ia selalu mengucapkan salam perdamaian Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh ke kanan dan kekiri.
Walaupun dalam keadaan berada pada puncak kejayaan, atau berada pada keadaan
tidak berjaya, sikap hidup orang yang shalat selalu dalam keseimbangan dalam kesederhanaan
seperti keadaan duduk tasyahud dalam shalat.
2.2. Shalat Sebagai Media Berzikir Untuk Mencapai Khusyu’ ketengan Hati (Relaksasi)
Sebagian besar dari bacaan shalat adalah bermuatan zikir, antara lain zikir takbir,
tahmid, tasbih dan tahlil. Untuk berzikir inilah salah satu dari fungsi shalat yang dapat dinikmati
oleh setiap insan yang membutuhkan ketengan jiwa (ketengan nafsu/syahwat, ketengan perasaan
dan ketengan pikiran), sebagai mana yang dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya QS.13:28
dan QS.29:45.
Zikir di dalam Shalat mempunyai tiga aspek zikir secata total dan simultan, yaitu zikir
qauli (bacaan shalat) , zikir qalbi (memamahami arti bacaan shalat) dan zikir fi’li (gerakan
shalat). Zikir yang diucapkan di dalam shalat secara khusyu’ akan mempengaruhi jiwa kita
untuk tetap terbiasa berzikir di luar shalat. Zikir di luar shalat ini terbagi pula kepada tiga bentuk,
yaitu zikir yang terprogram, zikir situasional kasuistik dan zikir kuntiniu (setiap saat).
2.3. Shalat Sebagai Media Berdo’a untuk Mencapai Khusyu’
Shalat itu adalah juga sebagai media untuk berdo’a dengan khusyu’ memohon
pertolongan kepada Allah SWT. tentang problematika kehidupan yang tengah di alami, atau
sebagai media untuk mengadukan, menyampaikan setiap keluhan dan semua muatan dan beban
kehidupan kepada Allah SWT., QS.2:186, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: ‫دعاء‬#‫الصالة ال‬
(Shalat itu adalah media untuk do’a).
Secara etimologis do’a berarti berharap, memohon, dan meminta. Terminologi do’a
dalam Islam ialah memohon tentang sesuatu yang diinginkan dan diharapkan kepada Allah
SWT.. Do’a sebagai ruh (jiwa), puncak dan otaknya ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah
SAW.: ‫( الدعاء روح العبا دة‬Do’a itu ruhnya ibadah), ‫( الدعاء مخ العبا دة‬Do’a itu otaknya ibadah).
Sepertiga dari bacaan shalat adalah do’a. Dalam terminology hadis, shalat bearti do’a
(permohonan) Muslim kepada Allah Swt. Shalat berarti hubungan langsung seorang Muslim
dengan Tuhannya (Allah Swt.), Shalat berarti Mikrajnya seorang Muslim kepada Tuhannya
(Allah Swt.). Diantara do’a-do’a yang langsung dikabulkan Allah SWT. adalah do’a di dalam
shalat. Di dalam shalat terdapat di beberapa bacaan shalat yang bermuatan do’a memohon
kepada Allah SWT., yaitu do’a pada bacaan iftitah, do’a pada bacaan al-fatihah, do’a pada
bacaan ayat, do’a pada bacaan ruku’/sujud, do;a pada bacaan duduk antara dua sujud dan do’a
pada bacaan tahyat.
2.4. Hikmah Shalat Dalam Kehidupan
2.4.1. Hikmah Shalat Bagi Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan Allah Yang bertanggung
Jawab Kepada Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. tidak dapat melepaskan ketergantungan
hidupnya dari Allah SWT., karena manusia akan bertanggung jawab kepada Allah SWT. atas
segala amal perpuatannya. Maka manusia selalu butuh perlindungan Allah SWT. dan hidayah-
Nya melalui shalat sebagaimana dicontohkan dan dipraktekan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari
seluruh amal perbuatan manusia dalam hidupnya, shalatlah yangpertama sekali dipertanggung
jawabkan kepada Allah di akhirat kelak. Apabila shlalat kita baik, maka amal kita diterima, dan
jika shalat kita tidak baik, maka amal kita tidak diterima Allah SWT di akhirat kelak. (Hadis
Shahih).
2.4.2. Hikmah Sahalat Bagi Manusia Sebagai Makhluk Individu (pribadi)
Sebagai makhluk individu manusia membutuhkan kesehatan jasmani dan rohani. Maka
hikmah shalat bagi manusia dilihat sebagai makhluk pribadi akan membentuk fisik yang sehat,
karena gerakan shalat adalah merupakan olah raga untuk menjaga kesehatan tubuh. Dilihat dari
segi kesehatanh jiwa, shalat adalah terapi mental untuk menghilangkan stres dan depresi mental,
karena shalat adalah tempat peristirahatan jiwa (relaksasi).
2.4.3. Hikmah Shalat Bagi Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
sendiri-sendiri, sehingga manusia butuh bekerjasama dengan orang lain dan melakukan interaksi
sosial untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) dirinya di tengah-tenga lingkungan masyarakat.
Maka Shalat merupakan tindakan prventif terhadap perbuatan keji dan mungkar, yang
berpengaruh kepada hubungan sosial, Q.S. 29:45. Shalat berjama’ah, mendidik persatuan dan
kesatuan dalam kepemimpinan yang bertanggung jawab. Shalat juga mendidik diri agar selalu
berpakaian bersih dan suci, selalu menutup aurat, sopan, sehingga tumbuh dalam diri rasa malu.
Hadis Rasul: Malu itu separohnya iman. Q.S. . 7:26, 33:59, 24:30-31.
2.4.4. Hikmah Shalat Dalam Bidang Ekonomi
Kewajiban berwudhuk dengan air bersih, disyaratkan suci pakaian dan tempat,
diwajibkannya menutup aurat, diwajibkannya shalat jum’at dan diutamakannya shalat jama’ah di
Masjid/Mushalla, maka shalat memotivasi pertumbuhan ekonomi bidang usaha industri air
bersih dan perdagangan air minum, usaha industri/perdagangan tekstil, sajadah dan alat
pembersih tikar, shalat juga memotivasi pertumbuhan teknologi bangunan serta usaha industri
dan perdagangan bahan bangunan.
2.4.5. Langkah-Langkah Mencapai khusyu’ di dalam Shalat
2.4.5.1. Sempurnakan thaharah dan tazkiyah.
2.4.5.2. Begitu sampai di tikar sajadah, jangan langsung takbir, tenangkan nafsu (keinginan-
keinginan) hati, (emosi) dan pikiran agak sesaat (sejenak) sambil mengingat-ingat hal-
hal yang akan mengganggu kita sewaktu shalat.
2.4.5.3. bangun posisi anggota badan dengan sepurna sesuai dengan penempatannya secara
benar sesuai dengan shalatnya Rasullah SAW., seperti melipat tangan ke dada susudah
takbir, dengan posisi tangan kiri menempel di antara dada dan lambung (tepat di ulu
hati) dan tangan kanan memegang pergelangan tangan kiri.
2.4.5.4. Bacalah bacaan shalat secara sempurna makhrajil-huruf dan tanda bacanya dengan
menghayati makna (artinya) secara khusyu’, sebagaimana dalam QS. al-Nisa’ (4):43.
2.4.5.5. Ketahui tempat-tempat berzikir dan berdo’a di dalam bacaan shalat, jika sedang
membaca bacaan zikir rasakan anda sedang berzikir yang langsung didengar Allah
SWT., dan jika sedang membaca bacaan yang mengandung do’a rasakan bahwa anda
sedang berdo’a yang langsung didengar Allah SWT.
2.4.5.6. Rasakan ketika anda membaca bacaan do’a tahyat, bahwa jiwa anda sedang mi’raj (naik)
kepada Allah untuk memohon sesuai dengan isi do’a tahyat tersebut.
2.4.5.7. Sempurnakanlah gerakan shalat dengan tuma’ninahnya (berhetni dengan tenang sejenak)
sambil menghayati bacaan yang dibaca, dilanjutkan dengan do’a di dalam hati beberapa
saat ketika sedang sujud.
2.4.5.8. Tutuplah shalat dengan salam secara sempurna baik lafalnya maupun gerakannya.
2.4.5.9. Sesudah shalat, jangan langsung bangkit atau pergi, berzikirlah terlebih dahulu secara
tenang, dan akhiri dengan do’a secara masing-masing sesuaikan do’a dengan kebutuhan
kita saat itu.

TUGAS DAN LATIHAN:


1. Tulislah makalah dengan judul: CARA MENCAPAI SHALAT KHUSYU’ DAN FUNGSI
SHALAT DALAM KEHIDUPAN
2. Tulislah minimal 15 pertanyaan beserta jawabannya pada materi Thaharah dan tazkiyah,
fungsi shalat dan hikmahnya dalam kehidupan!
MA., LLB., Islamologi, Mutiara Jakarta, 1986

Ash-Shieddieqy, TM., Hasbi, Prof. DR., Pedoman Shalat, Bulan Bintang Jakarta, 1986

_________________________________, Pedoman Zikir dan Do’a, Bulan Bintang, Jakarta,


1974

Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, PT. Intermasa, Jakarta, 1978

Gazalba, Sidi. Drs., Asas Agama Islam, Seri Islam 2, Bulan Bintang Jakarta, 1984

Majid, Najahi., Drs., Shalat Lengkap dan Mutiara yang Dikandungnya, Aneka Ilmu Semarang,
1979

Salim, Hadiyah, Mukhtarul Hadis, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1985


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen :Zainal A. Haris, S.Ag, M.Si

TOPIK BAHASAN VIII


IBADAH KHUSUS
(Fungsi Zakat, Puasa dan Haji dalam Kehidupan )
1. Zakat
Secara harfiah, zakat berarti membersihkan menyucikan, menyubur dan berkah.
Menurut terminologi fikih, zakat ialah pemberian sebagian harta yang telah sampai nisabnya,
kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syari’at (hukum Islam). Sedangkan hakikat zakat
ialah membersihkan, mensucikan diri dari sifat-sifat loba, rakus, serakah, bakhil, kikir dan
sombong, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. 9:103, 91:9, 87:14, 92:18, 6:141, 9:34.
Kata zakat dan Shalat selalu difirmankan oleh Allah swt. dalam al-Qur’an al-Karim
secara beriringan, atau kata zakat selalu mengiringi kata shalat lebih dari 29 kali, seperti terdapat
dalam Q.S. 2:43, 4:77, 21:73, 5:12, 23:2-4, 5:12, 19:55, 19:31.
1.1. Fungsi Zakat dalam Kehidupan
Zakat berfungsi sebagai bukti iman kepada Allah SWT. QS.23:4.
Zakat sebagai bukti kepatuhan kepada perintah Allah.QS.24:56.
Zakat berfungsi thaharah (membersihkan) harta dari hak Allah SWT. atas rezki
(harta) yang diberikan Allah SWT.QS:9:103, yang sebenarnya hak milik berserikat antara
manusia dengan Allah SWT, dikeluarkan kepada mustahiq zakat (yang berhak
menermanya) sesuai dengan QS.9:660.
Zakat berfungsi tazkiyah (menyucikan) jiwa sepemilik harta dari sifat-sifat kikir,
pelit, serakah dan budak harta. QS.9:103.
Hikmah Zakat dalam Kehidupan
Hikmah zakat bagi Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. adalah sebagai
bukti bahwa harta adalah milik berserikat antara hamba dengan Allah SWT., sehingga
dengan mengeluarkan zakat berarti manusia mengeluarkan hak Allah swt. dari hartanya
atas rezki yang diberikan-Nya, sebagai ibadah.
Hikmah zakat bagi Manusia sebagai makhluk individu adalah untuk mensucikan
jiwa yang mencakup potensi spiritual emosional, intelektual dan biologis (nafsu) dari
keserakahan, ketamakan, kesombongan serta sifat materialistis dan individualistis,
sekaligus membersihkan harta dari hak Allah SWT.
Hikmat zakat bagi Manusia sebagai makhluk ekonomi adalah sebagai motivasi
kreatifitas ekonomi, dari yang kurang mampu/kurang sejahtera (tidak berzakat) untuk
menjadi manusia yang mampu/sejahtera (mampu berzakat, berinfaq dan bersedekah).
Karena kemamuan berzakat dapat dijadikan sebagai standar tingkat kesejahteraan hidup.
Orang yang telah berzakat dapat di golongkan kepada kelompok sejahtera dan begitu pula
sebaliknya.
Hikmah zakat bagi manusia sebagai makhluk sosial adalah untuk mengatur
pergerakan aliran siklus harta dari si kaya kepada si miskin, dan begitu pula seterusnya
tanpa henti, menimbulkan rasa kasih saying, kepedulian social dan ukhuwah Islamiyah.
Mustahik Zakat (yang berhak menerima zakat).
Mustahik zakat ialah orang yang berhak menerima zakat, sebagaimana dijelaskan
dalam QS. Al-Taubah (9):60: Berdasarkan ayat ini, maka orang yang berhak menerima zakat
Ialah:
1.3.1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tidak
bertenaga untuk memenuhi penghidupannya, seperti orang ta bangka yang tidak ada
keluarga menanggung kebutuhan pokoknya.
1.3.2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
1.3.3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat,
untuk didistrbusikan kepada mustahik zakat.
1.3.4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam
yang imannya masih lemah.
1.3.5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh
orang-orang kafir.
1.3.6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan kebutuhan pokok
hidupnya yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang
berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
1.3.7. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin.
di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga
kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
1.3.8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.
Bentuk-Bentuk Zakat
Secara garis besar zakat itu dibagi kepada dua macam:
Zakat Mal (zakat harta), yaitu zakat hasil pertanian, peternakan, perdagangan,
emas, perak, zakat usaha/jasa (perusahaan), benda purbakala dan zakat tambang,
Zakat Nafs (zakat fitrah), yaitu zakat jiwa, yang diberikan berkenaan dengan telah
selesai mengerjakan shiam (puasa) yang difardhukan pada setiap Ramadhan.
Klasifikasi Nisab Zakat
Klasifikasikan Nisab, Batas Minimum Jumlah Harta dan Prosentase Wajib Zakat
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:
No. Jenis Harta Haul Nisab Zakat % Ket.
Zakat Zaka
t
1. Hasil pertanian 940 L. brs 10% Air alami
5% Irigasi/
dibaiayai
2. - Hasil peternakan
2.1. Sapi/Kerbau 1 tahun 30 ekor 2,5% 1 ekor
2.2. Kambing 1 tahun 40 ekor 2,5% 1 ekor
3. Hasil Perdagangan,
perantaraan/jasa, 1 tahun 94 gram emas 2,5% Modal
Industri/perusahaan + laba
dan unit usaha
4. Emas/perak (harta 1 tahun 94 gram emas 2,5%
simpanan) 1 tahun 670 gram perak 2,5%
5. Hasil tambang Saat 94 gram emas 2,5%
tambang
6. Benda purbakala Saat 94 gram emas 20%
ditemui

Penggunaan Zakat
Untuk Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, yaitu penggunaan zakat
secara langsung diberikan kepada yang berhak menerima zakat, seperti fakir dan miskin,
untuk mengatasi keadaan sementara, jangka pendek.
Untuk kebutuhan yang bersifat produktif, yaitu untuk mengatasi keadaan yang
lebih lama, jangka panjang. Penggunaan harta benda zakat secara produktif, artinya untuk
usaha-usaha yang dapat mencegah timbulnya kefakiran dan kemiskinan. Asalkan modal
usaha-usaha produktif itu tetap berada pada mustahik (yang berhak) zakat tersebut
sebagai pemegang saham.
Syarat-Syarat Amil Zakat
Orang Mukmin yang ta’at (Q.S. 9:23)
Ahli dan cakap (memiliki pengetahuan dan keterampilan Tentang managemen zakat)
Amanah (adil dan jujur) Q.S. 8:27
Ditunjuk dengan cara musyawarah (Q.S. 26:38)
Dapat bekerja semata-mata di atas landasan ikhlas beribadah kepada Allah swt. (Q.S. 92:20-
21).
Hubungan Zakat dengan Pajak
Dalam UU No. 38 tahun 1999 tentang wajib Zakat dan wajib Pajak di Indonsia
dijelaskan, bahwa seseorang yang telah membayar zakatnya melalui badan amil zakat (BAZ)
atau lembaga amil zakat (LAZ) yang legal, maka jumlah uang zakat yang dikeluarkan
sebagaimana tercantum dalam kuitansi bukti pembayaran zakatnya dapat dijadikan untuk
mengurangi jumlah pajak yang akan dibayar ke negara. Baca! DR. Yusuf Qardawi, Fikih Zakat
dan buku-buku yang membahas seputar Zakat, dan UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Zakat dan
Pajak.
TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawaban dari bab ini?
2.Tulislah makalah dengan judul: PENGELOLAAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT,
DALAM PEMERATAAN EKONOMI

2. Shaum (Puasa)
Kata ‫وم‬##‫( ص‬bahasa Arab) berarti menahan, dalam bahasa Indonesia disebut dengan
puasa berasal dari bahasa sangsekerta, berarti menahan diri, menurut terminologi syari’ah Islam,
sahum (puasa) ialah menahan diri dari lapar dan haus, bersetubuh, menahan diri dari penglihatan,
pendengaran dan ucapan yang tidak baik atau tidak wajar, dan atau dari segala yang dapat
membatalkan puasa, dari sejak terbit fajar sampai waktu magrib dengan niat mencari ridha Allah
SWT.
Menurut al-Qur’an al-Karim shaum merupakan kewajiban (ibadat) universal, artinya
shaum itu merupakan kewajiban yang telah diwajibkan Allah SWT. sejak Adam as. Sampai
Muahmmad SAW., sebagaimana dalam firman Allah SWT. Q.S. 2:183.
Secara teoritis dan praktis menurut syari’ah ibadah puasa dapat diklasifikasikan kepada
dua bentuk, yaitu puasa wajib dan puasa sunat. Puasa wajib antara lain adalah :
2.1. Puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana dalam Q.S. 2:183-187.
2.2. Puasa Qadha, yaitu mengganti puasa ramadhan yang ditinggalkan karena sebab yang
dibolehkan (Q.S. 2:184).
2.3. Puasa nazar, yaitu puasa yang dikerjakan karena suatu nazar mendekatkan diri kepada allah
SWT.
2.4. Puasa kifarat, yaitu puasa disebabkan sebagai akibat suatu pelanggaran terhadap suatu
ketentuan syari’at, seperti sumpah palsu, wajib puasa 3 hari. Baca! Q.S. 5:89, membunuh
orang tidak sengaja, Q.S. 4:92, melakukan hubungan sex siang hari bulan ramadhan, dan
melakukan zhihar terhadap isteri (mengharamkan isteri/mempersamakan isteri dengan ibu
sendiri), masing-masing wajib puasa 60 hari, Q.S. 58:3-4.
2.5. Puasa fidyah, yaitu pengganti dari kewajiban melaksanakan qurban karena pelanggaran
terhadap peraturan ibadah haji, Q.S. 2:196.
Puasa sunat antara lain adalah: Puasa senin kamis, puasa 6 hari bulan syawal, puasa
tanggal 9 hajji, puasa hari ‘Asyura (10 Muharram), dan puasa tiap tanggal 13, 14 dan 15
Qamariyah.
Selain itu, terdapat pula secara syar’I, haram hukumnya berpuasa pada beberapa waktu
yang telah ditentukan: Puasa terus menerus, puasa pada beberapa hari yang diharamkan: antara
lain hari tasyri’ (11, 12, dan 13 hajji), dua hari raya (1 Syawal dan 10 hajji) dan hari siqah (30
sa’ban), puasa wanita yang sedang haid (menstruasi) dan nifas (habis melahirkan selama 40
hari), dan puasa sunnat seorang isteri yang tanpa izin suaminya ketika suami ada bersama
isterinya.
Disamping itu makruh hukumnya berpuasa pada: Puasa sunnat dengan susah payah
(sakit, dalam perjalanan dan lain-lain), puasa sunnat pada hari jum’at saja tanpa hari sabtu,
kecuali jika bertepatan pada hari yang memang disunatkan.
Syarat wajib puasa antara lain adalah Islam, baligh, berakal, dan kuat melaksanakan
puasa. Sedangkan syarat sahnya puasa adalah mumayiz (dapat membedakan yang benar dan
salah, baik dan buruk), suci dari hadas besar sepeerti haid dan nifas bagi wanita. Maka Rukun
puasa ialah niat dan menahan diri dari makan, minum dan hubungan seks dan memasukan sesatu
benda ke dalam bagian tubuh secara sengaja. Puasa tidak sah apabila kurang salah satu syaratnya
dan puasa batal apabila kurang salah satu syarat dan rukunnya.
2.1 Fungsi Puasa Dalam Kehidupan
Berdasarkan pengertian puasa tersebut, maka ibadah puasa berfungsi dalam kehidupan
manusia:
2.1.1 Puasa berfungsi sebagai bukti keimanan kepada Allah SWT. QS.2:183.
2.1.2 Puasa berfungsi sebagai ibadah kepada Allah SWT. QS.2:183-186
2.1.3 Puasa berfungsi untuk melatih kesucian sikap mental, yaitu kesucian spritual, emosional,
intlektual dan kesucian nafsu makan/minum dan nafsu syahwat
2.1.4 Puasa berfungsi untuk melatih kesucian tingkah laku, seperti kesucian mendengar,
melihat, mencium, berbicara, memakan/meminum, berpakaian, bergaul, bekerja, berjalan
dan kesucian perilaku seksual.
2.1.5 Puasa berfungsi melatih diri menjadi hidup hemat.
2.1.6 Puasa berfungsi melatih diri sederhana dan suka memberi dan menolong orang yang
sengsara.
2.2 Hikmah Puasa Dalam Kehidupan
2.2.1 Dilihat dari aspek ritual, puasa merupakan konsekuensi logis dari pada syahadat, dan
dengan puasa seseorang dapat merasakan secara langsung dalam waktu yang lama (30
hari X 24 jam) tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat, bahwa orang yang berpuasa merasa
sangat dekat dengan Allah SWT. setiap saat (taqarub). Artinya tunduk secara utuh, total
dan optimal kepada Allah SWT.
2.2.2 Dilihat dari aspek psikologis dan kesehatan, puasa membentuk disiplin rohani dan
membina kesehatan mental, serta disiplin moral yang tinggi dan akhlak al-karimah. Puasa
merupakan tindakan prepentif terhadap beberapa penyakit mental. Seperti stres dan
terutama yang berhubungan dengan lambung, menyehatkan alat pencernaan,
memperlancar peredaran darah memperbaiki organ tubuh, mestabilkan hubungan saraf
dan terapi yang ampuh terhadap beberapa penyakit dalam.
2.2.3 Dilihat dari aspek sosial ekonomi, puasa menumbuhkan dan membina rasa cinta kasih dan
kepedulian sosial antara sesama manusia, latihan mengendalikan diri, melahirkan
kejujuran, melahirkan disiplin sosial yang tinggi dan ukhuwah Islamiyah. Secara
ekonomis, puasa mendidik seseorang hidup hemat, bekerja keras, mampu menghadapi
tantangan kemiskinan, menghubungkan antara di kaya dengan si miskin dengan perasaan
saling mencintai, saling ketergantungan dan saling tolong menolog.
TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawaban dari bab ini?
2.Tulislah makalah dengan judul: FUNGSI, HIKMAH DAN PERANAN PUASA DALAM
KEHIDUPAN
3 Hajji
Pengertian loghawiyah hajji ialah pergi ke suatu tempat untuk mengunjunginya.
Menurut terminologi syari’ah Islamyah hajji ialah pergi ke Baitullah (ka’bah) untuk
melaksanakan ibadah yang telah dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 3:97, 2:159, 196-203, 22:26-
37.
3.1 Macam-macam Haji dalam Pelaksanaannya
3.1.1 Haji Ifrad yaitu mendahulukan haji dan setelah selesai hajinya, lalu pergi ketempat halal,
selanjutnya berihram dan niat untuk umrah,
3.1.2 Haji Qiran, yaitu mendahulukan menyatukan haji dengan umrah dengan niat haji dan
umrah sekaligus,
3.1.3 Haji Tamattu’, yaitu dengan melampaui miqad, dan niat ihram untuk umrah dan
bertahallul di Mekkah, terus tamattu’ dengan meninggalkan semua larangan-larangan
ihram sampai tiba waktu haji.
3.2 Syarat dan Rukun Haji Haji
Syarat-syarat haji adalah Islam, merdeka, mukallaf dan mampu/kuasa. Sedangkan
rukun-rukun haji adalah Ihram (niat), wujuf, thawaf, sa’i, bercukur, tertib.
3.3 Hikmah Haji
3.3.1 Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. Aspek ritual dari pada haji. Haji merupakan
konsekuensi logis daripada syahadatain sebagai bukti tanda kesyukuran atas nikmat/rezki
yang diberikan Allah swt.
3.3.2Manusia sebagai makhluk individu/aspek psikologis dan pembinaan pribadi daripada haji.
Ibadah haji mendidik disiplin rohani, serta membersihkan/mensucikan diri (bertaubat).
3.3.3 Manusia sebagai makhluk sosial/aspek sosial ekonomis daripada ibadah haji. Dilihat dari
segi historis, ibadah haji mengingatkan kembali kepada sejarah umat manusia (awal
pengembangbiakan manusia; bertemunya Adam dan Hawa di ‘Arafah) dan tanah
kelahiran Islam. Maka segi sosial ibadah haji ialah menanamkan rasa persamaan derajat
dan persaudaraan Muslim (ukhuwah Islamiyah). Dilihat dari segi ekonomi, ibadah haji
mendorong umat Islam untuk giat berusaha secara aktif dan tidak boros, sehingga
menjadi golongan aghniya’ (kaya/the have), serta mendorong pertumbuhan bidang
transportasi, industri yang berkaitan dengan keperluan haji, dan mendorong paristiwa
yang ridha Allah SWT.

TUGAS/LATIHAN
1. Buatlah 10 buah pertanyaan dan jawaban dari bab ini?
2.Tulislah makalah dengan judul: FUNGSI, HIKMAH DAN PERANAN IBADAH HAJI
DALAM KEHIDUPAN

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim

Ali Maulana Muhammad, MA., LLB., Islamologi, Mutiara Jakarta, 1986

Jakarta, 1974

Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, PT. Intermasa, Jakarta, 1978

Gazalba, Sidi. Drs., Asas Agama Islam, Seri Islam 2, Bulan Bintang Jakarta, 1984

Kusumamihardja, supan. Drs., Studia Islamica, Girimukti Pasaka Jakarta, 1985

Majid, Najahi., Drs., Shalat Lengkap dan Mutiara yang Dikandungnya, Aneka Ilmu Semarang,
1979

Salim, Hadiyah, Mukhtarul Hadis, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1985

Qardawi, M. Yusuf., DR., Hukum Zakat, Lintera Antara Nusa Jakarta, 1987

Anda mungkin juga menyukai