Anda di halaman 1dari 25

PENUGASAN PADA PERTEMUAN KE 8

UNTUK DIBAHAS DAN DISEMINARKAN PADA PERTEMUAN KE 9


SETELAH UTS

MODUL 8
IBADAH KHUSUS

Kompetensi Ibadah Khusus


Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memehami pengertian ibadah khusus, fungsi tazkiyah dan tharah dalam
ibadah dan dalam kehidupan, pengertian shalat, fungsi dan hikmahnya dalam kehidupan dan cara mencapai shalat
khusyu’, pengertian zakat, macam-macam zakat dan fungsi dan hikmahnyan dalam kehidupan, cara meghitung nisab
zakal mal serta hubungan zakat dan pajak, pengertian puasa, macam-macam puasa serta fungsi dan hikmahnya dalam
kehidupan, pengertian haji, macam-macamnya dan fungsi dan hikmahnya dalam kehudupan, serta mampu
melaksanakannya fungsi ibadah khusus dalam kehidupannya menurut kesanggupan masing-masing dalam kehidupan
sehari-hari.

1. Pengertian Ibadah Khusus


Ibadah khusus ialah ibadah langsung manusia kepada Allah SWT. sebagai ibadah hubungan
manusia dengan Allah SWT. (hablum minallah), sebagaimana yang terkandung dalam rukun Islam
sebagai ibadah pokok atau sebagai tiang untuk tegaknya bangunan Islam sebagaimana dijelaskan oleh
Rasulullah SAW. dalam Hadits, artinya:
Dari Abu Hurairah, ra., Rasulullah SAW. bersabda: Islam dibangun di atas lima tiang pokok,
yaitu hendaklah engkau bersyahadat bahwa tidak ada ilah yang haq (tuhan yang berhak disembah)
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, Menegakkan shalat, Menunaikan zakat,
Shaum Ramadhan dan Berhaji ke Baitullah jika kamu kuasa menempuh perjalanannya (HR. Muslim).
Berdasarkan kepada Hadis inilah urutan rukum Islam dirumuskan, yaitu:
1. Mengucapkan Syahadatain (dua kalimat Syahadat).
2. Mendirikan shalat.
3. Menunaikan zakat.
4. Perpuasa (Shaum) pada bulan Ramadhan
5. Berhaji ke Baitullah bagi yang mampu.
Pembahasan tentang ibadah khusus pada bab ini seharusnya dimulai dari pembahasan
tentang syahadatain (dua kalimah syahadat). Syahadatain adalah merupakan kristalisasi dari rukun
iman, pembahasan tentang syahadatin ini telah dibahas pada bab ‘Aqidah Islamiyah, maka

1
pembahasan tentang Syahadatain lebih difokuskan kepada hakekat dua kalimah syahadat tersebut
yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan ibadah khusus, yaitu tazkiyah dan thaharah.
2. Tazkiyah dan Thaharah
2.1. Tazkiyah
Tazkiyah ialah menyucikan jiwa dari segala macam bentuk kemusyrikan dengan
menghayati/meyakini makna syahadatain dan mengucapkannya dengan penuh kesadaran dan
keinsafan, bahwa semua yang dikerjakan hanya untuk menyembah Allah SWT. yang membentuk niat
di dalam untuk menyembah Allah. Niat setiap pekerjaan yang didasarkan untuk menyembah Allah
SWT. adalah rukun pertama dari setiap ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah mu’amalah. Apapun
bentuk pekerjaan akan bernilai ibadah apabila niyatnya hanya menyembah Allah SWT. semata (lillahi
ta’ala), maka Tazkiyah berfungsi meyucikan hati dari syirik beserta sifat-sifat buruk yang melekat di
hati, sebagaimana yang diisyaratan dalam QS.91:7-9 (Baca artinya dalam al-Qur’andan
Terjemahannya.
Niat adalah rukun yang menempati posisi pertama dari setiap rukun ibadah yang mutlak ada
pada setiap perbuatan dapat diterima Allah SWT. sebagai ibadah. Tempat niat di hati, maka niyat
ibadah ialah menyengaja dalam hati untuk melakukan sesuatu ibadah karena Allah SWT. semata yang
diikuti dengan pelaksanaannya. Misalnya niyat shalat subuh, yaitu menyengaja di dalam hati untuk
mendirikan shalat subuh dua raka’at, fardu karena Allah SWT. Contoh lain dalam ibadah mu’amalah,
misalnya niyat menikah, yaitu menyengaja di dalam hati untuk menikah karena Allah SWT., maka
menikah yang diniyatkan karena Allah akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Niyat karena Allah SWT. berfungsi sebagai tazkiyah di dalam hati, karena niyat pada
hakekatnya inti sari dari syahadat tauhid ‫( هللا الا ولا ال ىا دهشا‬Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah). Disini niat mengembalikan posisi motivasi kecintaan hati kepada motovasi hidup hanya untuk
mencintai Allah SWT. semata, hanya untuk mencari ridha Allah SWT. semata. Dan hanya untuk
menyembah Allah SWT. semata. Dengan niyat diawal pekerjaan, berarti seorang Muslim telah
mensucikan batinnya, perasaannya, pikirannya, dan hawa nafsunya dari segala yang mengotorinya,
puncak tertinggi yang mengotori batin itu ialah syirik. Orang yang ber-syahadat disebut orang yang
memiliki kesucian rohani/kesucian hati, yaitu hatinya hanya diisi dengan motivasi hanya untuk
menyembah Allah SWT. semata, sebagaimana yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad
Rasulullah SAW..

2
Syahadat tauhid merupakan bagian pertama dari dua kalimah syahadat. Syahadat yang
pertama: D‫هللا الا ولا ال ىا دهشا‬, disebut syahadat tauhid, Syahadat yang kedua: D‫هللا لىسرلا دوحه ىا دهشاو‬, disebut
syahadat rasul. Gabungan kedua syahadat itulah yang disebut syahadatain.
Secara etimologi kata syahadat berarti pernyataan jiwa (al-‘ilanu ), janji (al-wa’du) dan juga
berarti sumpah (al-Qasmu) ialah aku menyatakan, aku berjanji dan aku bersumpah, tiada ilah (Tuhan)
yang pantas disembah, kecuali hanya Allah, dan bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
Syahadatain merupakan dasar terpenting untuk tegaknya totalotas dari rukun Islam.
Islam tidak akan tegak kalau shalat tidak tegak, karena Syahadatain ada di dalam bacaan shalat pada
bacaan tahyat, dan rukun yang empat lainnya tidak akan tegak, jika shalat tidak tegak dengan
sempurna. Bahkan tidak akan ada Islam tanpa syahadatain yang selalu diikrarkan pada setiap
mendirikan shalat.
Makas syahadatain yang sah adalah yang diikrarkan di dalam shalat. pada waktu
tahyat. karena syahadatain merupakan salah satu dari rukun shalat. Sedangkan Shalat itu tiangnya
Agama. Barang siapa yang mendirikan shalat berarti ia telah mendirikan Agama, jika ia tidak
mendirikan shalat berarti ia telah meruntuh Agamanya (Islam) HR. Thabrani. Begitulah keterkaitan
antara syahadatain dengan shalat dan din al- Islam (Agama Islam).
Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam. Ia laksana ruh (juwa) yang merupakan nadi
di dalam seluruh tubuh manusia. Seluruh anggota tubuh manusia tidak berfungsi sebagai seorang
manusia yang hidup, jika ruhnya telah tiada. Begitu pula syahadatain yang merupakan ruhnya setiap
aspek ajaran Islam. Setiap amal ibadah manusia yang bukan karena Allah SWT. dikerjakan, ibarat
menanam benih yang mati, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam QS:25:23 (Baca artinya dalam
al-Qur’an dan Terjemahannya).
Kedua kalimah syahadah itu satu sama lainnya saling berkaitan bagaikan dua sisi mata uang.
Syahadah Rasul merupakan kelengkapan dari syahadah tauhid. Syahadah tauhid menuntut
konsekwensi adanya pengamalan seluruh ajaran Islam sebagaimana yang dipraktekan oleh Rasulullah
SAW. Makna yang terkandung di dalamnya bahwa Allah SWT. mempunyai hak untuk disembah dan
yang mengucapkannya berkewajiban hanya untuk menyembah Allah SWT. saja. Siapa yang komitmen
melaksnakan kewajiban itu akan selamat hidupnya di dunia dan di akhirat, dan siapa yang berpaling
dari kewajiban itu akan sengsara hidupnya di dunia dan akhirat.
Syahadatain dikrarkan di dalam shalat, sebagai proklamasi kemerdekaan diri atas segala
macam bentuk penghambaan kepada selain Allah SWT. Kini dan seterusnya diri hanya menjadi hamba
Allah SWT. saja sebagai seorang mukmin. Juga proklamasi diri sebagai seorang muslim, karena

3
syahadatain fundamen dari rukun Islam yang lainnya. Maka syahadatain pada hakekatnya
adalah

4
berfungsi tazkiyah yaitu untuk menyucikan jiwa dari segala macam bentuk kemusyrikan, maka hakekat
syahadatain ada dalam bentuk niyat karena Allah SWT. (lillahi ta’ala) dalam setiap ibadah sebagai
rukun prtama dari setiap ibadah.
2.2. Thaharah
Thaharah berarti membersihkan sedangkan Tazkiyah berarti menyucikan. Maka pemakaian
kata thaharah dalam konteks pembahasan ini adalah berkaitan dengan ibadah mahdhah (ibadah
khususu), khusunya ibadah shalat yang wajib dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim sebelcum
mendirikan shalat yaitu mandi wajib jika berhadas besar, dan berwudhu’ jika berhadas kecil, dengan
menggunakan air yang suci, air itu suci zatnya; menyucikan benda lainnya.
Dalam rasa bahasa, thaharah artinya bersih yang diucapkan terhadap jasmani, dan tazkiyah
artinya suci yang diucapkan terhadap ruhani. Sebagaimana dalam ungkapan: Pakaiannya bersih dan
Hatinya suci. Kebersihan tubuh membawa kepada kesehatan badan. Sedangakn kesucian jiwa
membawa kepada kesehatan jiwa. Maka kebersihan lahir dan kesucian batin membawa kepada
keselamatan dan kebahagiaan, yang diistilahkan dengan Islam dan salam. Allah SWT. itu Maha Suci,
maka mendekati-Nya mestilah dengan jalan membersihkan jasmani menyucikan rohani, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. 74:4-5 dan Q.S. 9:103 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya). Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya, artinya: Adapun kebersihan itu ialah
sebagian dari Iman (HR. Ahmad, Tarmuzi dan Muslim).
Hakekat thaharah ialah menjauhi segala yang kotor, dan mendekati kebersihan dan kesucian
dalam segala aspek kehidupan. Kebersihan tubuh yang lahir adalah suatu syarat mutlak untuk
memperoleh kesucian batin. Perkembangan ilmu kesehatan telah membuktikan kebenaran ajaran Islam
tentang kebersihan lahir. Suatu barang yang tidak bersih mestilah dibersihkan dengan air.
Meningkatkan badan dari keadaan tak bersih (berhadas besar/kecil) kepada status bersih, menurut
Islam juga dengan membergunakan air. Air itu haruslah bersih, yaitu air yang bersih lagi mebersihkan.
Dalam fikih Islam dikenal dengan Air mutlak, yaitu air yang bersih zatnya dan membersihkan bagi
benda-benda yang lainnya. Thaharah merupakan syarat mutlak sahnya shalat.
2.3. Fungsi Thaharah dan tazkiyah dalam ibadah shalat
Thaharah, ialah membersihkan badan dari hadas besar dan hadas kecil dengan menggunakan
air yang bersih (air yang zatnya bersih, membersihkan benda lainnya) yang di awali dengan niyat
untuk mendirikan shalat karena Allah SWT. sesuai dengan rukun dan syarat-syarat tertentu menurut
hukum Islam, karena dengan thaharah itu tergantung sahnya ibadah shalat seseorang, karena
dharurat, dapat

5
diganti dengan tayamum, yaitu manyapu muka dan tangan hingga dua mata siku dengan tanah yang
bersih , sebagaimana dalam QS. 5:6 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
Thaharah dan tazkiyah dalam ibadah shalat bagaikan mata uang yang bermuka dua, thaharah
tanpa tazkiyah shalat tidak sah; karena hakekat tazkiyah adalah niyat; niyat adalah rukun pertama dari
ibadah shalat, tazkiyah tanpa thaharah shalat tidak sah; kerana tharah adalah perbuatan membersihkan
diri dari hadas besar dan hadas kecil dengan air yang suci; tentu jika tidak melakukan taharah tidaklah
berbentuk ibadah tazkiyah itu.

3. Shalat
3.1. Pengertian shalat
Secara etimologis, arti kata shalat mengandung berbagai arti, yaitu: Shalat berarti Shillah,
yaitu hubungan langsung dengan Allah SWT. Shalat berarti zikir, yaitu mengingat Allah SWT. Shalat
berarti do’,a, yaitu mermohon kepada Allah SWT. Shalat berarti mi’raj, yaitu naik jiwa menghadap
langsung kepada Allah SWT. Shalat berarti tazkiyah dengan syahadah yaitu menyucikan hati (jiwa)
dari segala bentuk kemusyrikan yang melekat di hati. Shalat berarti memperkukuh dan memperkuat
rohani, melahirkan rasa percaya diri. Shalat berarti meningkatkan daya konsentrasi, melatih disiplin
diri. Shalat berarti melatih keseimbangan antara spritual, emosional, intelektual dan nafsu biologis di
bawah kontrol iman.
Secara terminologis pengertian shalat menurut hukum Islam ialah beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan niyat yang disertai takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah SWT. menurut rukun dan syarat yang telah ditentukan. Shalat tidak hanya
berarti beribadah (menyembah) kepada Allah SWT., tetapi pada hakekatnya shalat adalah pernyataan
dan permintaan yang disampaikan dalam bahasa bacaan shalat dari hamba kepada Allah SWT. sebagai
kebutuhan hidup.
Shalat merupakan ibadah yang mengandung komunikasi langsung seorang Muslim dengan
Allah SWT, yang melibatakan ruhani dan jasmani, yang disebut juga dengan istilah ibadah ruhaniyah
dan badaniyah, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam, QS.20:14 (Baca artinya dalam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
Mendirikan shalat melibatkan jasmani dan rohani diri seseorang muslim secara utuh dan
total, yang mencakup unsur ruhani, seperti niat, mengerti setiap yang dibaca pada bacaan shalat, serta
memahami maknanya, dan gerakan fisik yang sempurna, sehingga shalat disebut juga dengan istilah
ibadah ruhaniyah dan ibadah badaniyah, yang berdampak langsung terhadap tingkah laku, hingga

6
membentuk kemampuan untuk menghindari setiap perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam firman-Nya dalam QS. 29:45 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
3.2. Fungsi Shalat dalam Kehidupan
Fungsi shalat dalam kehidupan dapat dilihat dari anatomi shalat, bacaan shalat dan
memahami dan menghayati arti dan makna bacaan shalat serta gerakan shalat secara sempurna.
3.2.1. Fungsi Bacaan Shalat Sebagai Media Berzikir
Sebagian bacaan shalat adalah bermuatan zikir, yang berfungsi untuk memperolah ketengan
jiwa dan relaksasi. Untuk berzikir inilah salah satu dari fungsi shalat yang dapat dinikmati oleh setiap
manusia yang membutuhkan ketengan jiwa (ketengan nafsu/syahwat, ketengan perasaan dan ketengan
pikiran), sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS. 20:14 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya). Ingatlah! hanya dengan berzikir di dalam shalat hati (perasaan, pikiran dan nafsu)
bisa menjadi tenang, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.13:28 (Baca artinya dalam al-
Qur’an dan Terjemahannya).
Shalat adalah zikir yang paling besar nilainya di sisi Allah SWT. sehingga orang yang
mendirikan shalat dengan khusyu’ akan diberi kemampuan oleh Allah SWT. untuk menginggalkan
semua perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.29:45 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
Secara teoritis zikir berarti menyebut dan mengingat. Secara praktis antara zikir menyebut dan
zikir mengingat itu terdapat hubungan langsung dalam satu paket zikir, karena setiap yang disebut pasti
diingat, sebutan tanpa ingatan adalah ucapan orang gila. Akan tetapi sesuatu yang diingat belum tentu
pasti disebut dan tidak mesti selalu disebut, karena setiap sebutan atau ucapan disesuaikan dengan
kebutuhan. Sebab, tidak setiap yang diingat itu mesti dikatakan, tetapi setiap yang dikatakan mestilah
diingat dan dipikirkan terlebuh dahulu. Berangkat dari pengertian bahwa zikir itu adalah menyebut,
maka bacaan shalat yang mengandung zikir adalah bermakna zikir secara praktis, karena bacaan zikir
di dalam shalat tidak denga mengingat Allah, akan tetapi mengucapkan bacaan shalat secara
berbisik(sir) kalimat zikir pada bacaan shalat pada shalat sendiri dan sebagai makmum. Sedangkan
pada shalat malam, shalat jum’at, shalat hari raya dan shalat gerhana bacaan al-fartihah dan ayat imam
dikeraskan suaranya (dijaharkan), dan aamiin bagi laki-laki diakhir al-fatihah iman mengikuti
Aamiinnya Imam.
Secara teoritis dan praktis zikir itu mempunyai dua bentuk, yaitu zikir dalam bentuk yang
diucapkan di dalam shalat, zikir yang diucapkan dalam bentuk yang diprogramkan sesudah shalat dan

6
zikir yang Bersifat Situasional dan Kasuistik. Zikir di dalam Shalat mempunyai tiga aspek zikir, yaitu
zikir qauli, zikir qalbi dan zikir fi’li.
Zikir qauli ialah bacaan shalat dalam bentuk zikir. Pertama, zikir takiratul-ihram di awal
shalat: ‫( ربكا هللا‬Allah Maha Besar), yang diucapkan pada setiap perpindahan gerak di dalam shalat.
Pada setiap rakaat shalat terdapat 5 x zikir takbir. Kedua, zikir tahmid: ‫( يـيولعلا بر هلل دوحلا‬Segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam), pada al-Fatihah yang dibaca setiap rakaat shalat. Ketiga, zikir tasbih,
‫( هدوحبو نظعلا يبر احبس‬Maha suci Allah Yang Maha Besar dan dengan memuji-Nya) dibaca 3 x ketika
ruku’, dan yang dibaca 3 x ketika sujud myaitu ‫( هدوحبو يلعلاا يبر ىاحبس‬Maha suci Allah Yang Maha
Tinggi dan dengan memuji-Nya). Ketiga bentuk zikir di dalam shalat itu yang diwiridkan terprogram
setelah shalat, yaitu sebanyak 33 x masing-masingnya.
Zikir qalbi. Menghayati arti bacaan shalat, seperti ‫ ربكا هللا‬yaitu Allah maha Besar, bahwa kita
sangat kecil di hadapan Allah SWT., ‫يـيولعلا بر هلل دوحلا‬ yaitu Segala puji hanyalah milik Allah, bahwa
kita tidak berhak untuk dipuji, karena kita adalah makhluk yang hina di hadapan Allah SWT.(Lihat arti
ayat QS.32:8 dalam al-Qur’an dan Terjemahannya), menghayati arti ‫ هدوحبو نظعلا يبر ىاحبس‬yaitu Maha suci
Allah Yang Maha Besar, dan menghayati arti ‫ هدوحبو يلعلاا يبر ىاحبس‬yaitu Maha suci Allah Yang Maha
Tinggi, bahwa kita hanyalah makhluk yang sangat kecil dan rendah di hadapaan Allah SWT. Dengan
zikir qalbi kita merasakan berhadapan langsung dengan Allah SWT, sehingga kita akan memperoleh
khusyu’ di dalam shalat, yaitu ketenangan jiwa dan kesehatan mental, kita menikmatai lezatnya shalat,
karena shalat tidak lagi sekedar sebagai suatu beban kewajiban, akan tetapi telah menjadi
kebutuhan.
Zikir fi’li ialah gerakan shalat berfungsi sebagai zikir aktif pada fisik kita, berupa gerakan
mengikuti zikir lisani dan zikir qalbi. Ketika tubuh telah berdiri tegak lurus, nafas (oksigen) di tarik
dalam-dalam lewat hidung, di dalam qalbu telah terperogram niyat shalat yang akan di dirikan, sambil
mengangkat tangan sampai batas daun telinga, mulut mengucapkan takbiratul-ihram ‫ ربكا هللا‬secara
pelan-pelan melepaskan nafas (carbon dioksida) dari rongga lambung kita, begitu pula ketika rukuk,
bangkit dari rukuk, sujud, bangkit dari sujud, dan seterusnya, sampai salam, kepala diputar ke kanan 45
derjat dan ke kiri 45 derjat ketika kita mengucapkan salam penutup shalat. Seluruh gerakkan itu jika
kita kerjakan dengan khusyu’ (perhatian terpusat) memahami dan menghayati ari bacaan dan gerakan
shalat degan sepenuh hati dan mengerti, memberikan efek ketengan jiwa dan kesehatan tubuh kita.
Zikir yang diucapkan di dalam shalat secara khusyu’ akan mempengaruhi jiwa kita untuk tetap terbiasa
berzikir di luar shalat. Zikir di luar shalat ini terbagi pula kepada tiga bentuk, yaitu zikir yang
terprogram, zikir situasional kasuistik dan zikir setiap saat.

7
Zikir yang terprogram, ialah zikir yang telah diperogamkan, yaitu zikir sesudah shalat yang
disunnahkan, yaitu membaca tasbih: ‫هللا ناحبس‬ (Maha Suci Allah), membaca tahmid: ‫( هلل دمحال‬Segala puji
hanya milik Allah), membaca takbir : ‫( ربكا هللا‬Allah Maha Besar) dan membaca tahlil: ‫( هللا لاا هال ال‬Tiada
Tuhan yang disembah, kecuali Allah), yang dilaksanakan sendiri-sendiri sebanyak 33 x masing-
masingnya. Sebagian ulama berpendapat boleh secara berjamaah dengan mengeraskan suara dipimpin
oleh imam shalat, dan sebagian ulama berpendapat dilaksanakan sendiri-sendiri, dengan suara berbisik
sekedar didengar oleh telinga kita sendiri untuk mencapai penghayatan dan kekhusyu’an dalam
berzikir, tidak dengan suara keras, dalilnya adalah: QS.7:205 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
Zikir yang bersifat situasional, ialah zikir yang diucapkan sesuai dengan situasi yang kita
alami dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, yang disunnahkan Rasulullah SAW
megucaknanya, seperti membaca al-Qur’an yang kita wiridkan, dan membaca al-Qur’an ketika kita
mengalami keresahan hati, kekacauan pikiran, ketika kita sedang ditimpa musibah, karena bacaan ayat-
ayat al-Qur’an itu adalah zikir dan obat hati, sebagaimana diisyaratan dalam QS: 15:9 dan QS.10:57
(Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya). Mengucapkan hawqalah ketika kita mengalami
suatu keadaan yang diluar perkiraan dan kemampuan kita, seperti terkejut, mendengar suara petir,
gempa dan sebagainya, maka kita ucapkan: ‫ابلااةىقلاولاىحال‬D D‫ا يلعال له‬D ‫( ميظع‬Tiada daya upaya, tidak ada
kekuatan, kecualai hanya milik Allah SWT yang Maha Perkasa). Membaca basmalah ketika memulai
suatu pekerjaan, basmalah ketika kita mau tidur dan ketika mau pergi dari rumah dan hamdalah ketika
pekerjaan kita telah selesai dan ketika bangun dari tidur, zikir tasbih pagi dan sore sebagaimana
diisyaratkan dalam QS.33:42 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya), dan sebagainya.
Zikir terus menurus, ialah zikir dengan mengingat Allah dalam hati saja setiap detik di dalam
hati kita, zikir dengan mengikuti irama gerak denyut jantung kita dengan kalimah: ‫ هللا‬,‫ه‬D ‫ الل‬,‫ه‬D ‫ الل‬atau
mengingat sifat-sifat Allah dalam asma-ul-husna, dan seterusnya dirasakan bahwa Allah SWT. itu
selalu menyertai kita, melihat perbuatan kita, mendengan ucapan kita dan melindungi diri kita. Zikir
seperti ini sangat berguna untuk mengontrol emosi, pikiran dan nafsu kita, agar tidak berbuat keji dan
mungkar, akan menumbuhkan percaya diri karena merasa setiap detik dilindungi oleh Allah SWT.
sebagaimana diisyaratkan dalam QS.33:41, QS. 3:191dan QS:7:205 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
Mengingat perintah dan larangan Allah, ingat kepada janji-janji dan pertolongan-Nya, baik
janji kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, mengingat Allah harap masuk surga dan takut masuk
neraka juga termasuk dalam kategori zikir. Tidak ada yang dapat menghalangi manusia bezikir, kecuali

8
gila dan mati. Karena itu biasakanlah berzikir, baik di waktu malam ataupun siang, berdiri, duduk,
berbaring, ketika sedang belajar, ketika bekerja, di darat, di laut, di atas mobil, ketika musafir atau
ketika sendiri atau di tempat keramaian, tanpa dibatasi oleh ruang/tempat dan waktu, zikir haruslah
dibiasakan olah setiap hamba Allah SWT, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS:3:191 (Baca
artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
Zikir terakhir yang diucapkan seorang mukmin ketika mengahadapi kematian (sakratulmaut),
zikir itu amatlah penting sebagaimana sabda Rasulullah saw.: ‫تنجلا لخد اللهلاا ولاال وهالكرخا ى اك يه‬
(Barang siapa yang mengucapkan ‫ اللهالا ولاال‬di akhir hayatnya dijamin Allah SWT. masuk sorga).
Dengan demikian tentu orang yang selalu mendirikan shalat yang akan mampu mengucapkan kalimah
D‫ ولالا‬D‫اللهالا‬, karena dia telah terlatih mengucapkan kalimah ‫ اللهالا ولاال‬pada setiap mengucapkan dua kalimah
syahadat dalam tahyat ketika shalat. Dengan memahami dan menghayati arti dan makna zikir di dalam
shalat kita akan memperoleh shalat yang khusyu’ dan ketenangan jiwa.
3.2.2. Fungsi Bacaan Shalat Sebagai Media Berdo’a
Do’a di dalam bacaan shalat untuk bertaubat, membentuk motivasi dan harapan hidup. Maka
shalat sebagai media berdo’a dengan khusyu’, memohon pertolongan kepada Allah SWT. tentang
problematika kehidupan yang tengah di alami, atau sebagai media untuk mengadukan, menyampaikan
setiap keluhan dan semua muatan dan beban kehidupan kepada Allah SWT., QS.2:186 (Baca artinya
dalam al-Quran dan Terjemahannya), sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: ‫( ءاعدلا ةالصلا‬Shalat itu
adalah media untuk do’a), sebagamana dijelaskan oleh Allah SWT. dalam QS.2:45 dan 153 Baca
artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya).
Secara etimologis kata do’a berarti berharap, memohon, dan meminta. Terminologi do’a
dalam ajaran Islam ialah memohon dan berharap sesuatu yang diinginkan dan diharapkan kepada Allah
SWT.. Do’a sebagai ruh (jiwa), puncak dan otaknya ibadah. Sebagaimana Sabda (hadis)
Rasulullah SAW.: ‫ةد ابعلا حور ءاعدلا‬ (Do’a itu ruhnya ibadah), dan ‫( ةد ابعلا خه ءاعدلا‬Do’a itu otaknya
ibadah).
Sebagian dari bacaan shalat mengandung do’a dan sebagian lagi mengandung zikir, dan
sebagian lagi mengandung pernyataan (syahadah) atau kesaksian dan komitmen. Dalam terminologi
hadis, shalat berarti berarti hubungan langsung seorang muslim dengan Tuhannya (Allah SWT.) dan
juga berarti mi’rajnya seorang muslim kepada Tuhannya (Allah SWT.), dan berarti do’a (permohonan)
seorang muslim kepada Allah SWT., sebagamana dijelaskan oleh Allah SWT. dalam QS.2:45 dan 153
(Baca artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya). Dengan berhadap hati (jiwa) kepada Allah SWT.
yang menimbulkan rasa tunduk dan taat kepada-Nya, takut kepada azab-Nya serta menumbuhkan di

9
dalam jiwa untuk merasakan kebesaran-Nya, sehingga kita merasa sangat kecil di hadapan-Nya dan
hanya memohon dan meminta keperluan dan hajat hidup kita kepada Allah SWT. semata.
Pada lahirnya shalat itu ialah ucapan bibir dan gerakan anggota badan, pada hakikatnya shalat
ialah menghadap hati kepada Allah SWT. dengan sepenuh jiwa dengan penuh kekhusyu’an dan
keikhlasan dalam berzikir, berdo’a, bertahmid, bertasbih dan bertahlil kepada Allah SWT. di dalam
shalat.
Diantara do’a-do’a yang langsung dikabulkan Allah SWT. adalah do’a di dalam shalat. Di
dalam bacaan shalat terdapat bacaan yang bermuatan do’a memohon kepada Allah SWT., yaitu do’a
pada bacaan iftitah, do’a pada bacaan al-fatihah, pada sebagian bacaan ayat, pada bacaan ruku’, pada
bacaan i’tidal, pada bacaan sujud, pada bacaan duduk antara dua sujud dan do’a pada bacaan tahyat.
Do’a pada bacaan iftitah Jika kita membaca bacaan:
......,‫برغملاو كرشمال هيب ت دعب امك يطخ هيبو يىيب دعب مهلال‬
Artinya: Ya Allah! Jauhkanlah antaraku dengan dosa-dosaku, sebagaimana jauhnya jarak antara
timur dan barat! Untuk lengkapnya, silahkan lihat dan baca pada buku Tuntunan Shalat Lengkap dan
Artinya! Do’a pada bacaan al-Fatihah. Pada ayat 5-7, QS.3: 192-194, QS.7:23, QS.17: 80, QS.113:1-5,
QS.114:1-6, QS.:286, (Hafal ayatnya sebagai do’a dan artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya).

Do’a pada bacaan ruku’ dan sujud. Selain tasbih, bacaan ruku’ ada pula yang disunnahkan
oleh Rasulullah SAW berupa do’a, yaitu : ‫يلرفغا مهللا كدمحبو اىبر مهللا كو احبس‬, Artinya: Maha suci engkau
Ya Allah, Ya Tuhan kami! Dan dengan memuji Engkau, Ya Allah! Ampunilah dosaku!
Do’a pada bacaan duduk di antara dua sujud. Delapan macam kebutuhan hidup yang kita
mohonkan kepada Allah SWT., di dalam do’a duduk antara dua sujud, artinya: 1). Ya Allah! Ampuni
dosa-dosaku!, 2), Kasihilah aku!, 3). cukpilah kekuranganku/ tutupi kesalahanku, 4). Angkat derjatku!,
5). Beri aku rezki, 6). Tunjuki aku!, 7). Beri aku kesehatan, dan 8) maafkan aku!
Do’a pada bacaan tahyat. Doa pada bacaan tahyat yang mengandung do’a setelah: ‫ثايحتلا هلل‬
‫لا ثاكرابولا‬D‫( ثابـيـطلا ةاوالص‬segala kebaikan dan segala keberkatan adalah mikik Allah SWT.), ‫اكربو‬D ‫لا وت‬D‫ع مالس‬D ‫كيل‬
‫( اللهتوحرواىيبنلااهيا‬semoga keselematan, rahamt dan keberkatan dilimpahkan Allah SWT kepada engkau
semua wahai para Nabi!) dan ‫ع مالسلا‬D‫( ييحلاصلا هللا دابع ىلعو انيل‬semoga Allah SWT memberikan keselamatan
kepada kami sekeluarga dan orang-orang shaleh seluruhnya) Setelah itu dilanjutkan dengan
syahadatain, ada doa shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. dan keluarganya, sebagaimana telah
diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim AS. dan keluarganya, di tutup dengan do’a salam ke kanan dan
ke kiri.

10
3.2.3. Fungsi Bacaan Shaat Sebagai Komitmen atau Janji Setia (Iqrar )
Fungsi bacaan shaat sebagai komitmen atau Iqrar (Janji Setia) kepada Allah SWT. terdapat
pada ketika membaca bacaan Iftitah dengan bacaan QS:6:89 dan 162-163, dan pada bacaan al-Fatihah
ayat 1-5 (Hafal ayatnya sebagai do’a dan artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya).
3.3. Eksistensi dan Tujuan Ibadah Shalat dalam Kehidupan
Ekskstensi (keberadaan) dan tujuan ibadah shalat dalam kehidupan ialah untuk menyembah
(beribadah kepada) Allah SWT., karena shalat sebagai tiang Agama., sebagimana dalam Hadis
Raslulullah SAW.. yang artinya: Shalat adalah tiang Agama, Siapa yang mendirikan shalat; berarti
dia teleh menegakkan Agamanya, dan barang siapa yang meninggalkan shalat; berarti dia telah
menruntuhkan Agamanya. (Hadis Shahih). Ibadah shalat yang didirikan dengan khusyu’ akan
menghasilkan keterampilan hidup mempu mencegah diri dari perbuatan keji (kotor) yang merusak
sendi-sendi kehidupan dan perbuatan mungkar (yang melanggar larangan Allah SWT.), sebagaimana
dalam firman Allah SWT. QS.29:45 (Baca artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya).
3.4. Shalat Berjama’ah
Setiap muslim wajib hukumnya mendirikan shalat secara berjama’ah di Masjid, atau di
Mushalah terdekat dengan tempat tinggalnya, sebagaima dijelaskan Allah SWT dalam QS. 2: 43 dan
QS. 9:18 (Baca artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya). Khusus bagi wanta, yang kearena sesutu
hal yang menyebabkan dia tidak dapat datang ke masjid untuk mendirikan shalat berjamaah, seperti
wanita yang hamil, wanita yang menuyusui bayinya dan mengasuh/mendidik anaknya yang berusia di
bawah usia 7 tahun, wanita gadis dan janda yang dikhawatirkan akan terjadi fitnah kepada dirinya, dan
pada kondisi sosial masyarakat yang berada dalam pergaulan kejahiliyahan; yang terancam
keselamatan diri wanita datang kemasjid, seperti diganggu, diperkosa atau diculik oleh laki-laki jahil,
maka rumahnya adalah masjid baginya (berdasarkan Hadis shahih)
3.5. Hikmah Ibadah Shalat dalam Kehidupan
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. tidak dapat melepaskan ketergantungan
hidupnya dari Allah SWT., karena manusia akan bertanggung jawab kepada Allah SWT. atas segala
amal perbuatannya. Maka manusia selalu butuh perlindungan Allah SWT. dan hidayah-Nya melalui
shalat sebagaimana dicontohkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari seluruh amal
perbuatan manusia dalam hidupnya, shalatlah yang pertama sekali dipertanggung jawabkan kepada
Allah di akhirat kelak. Apabila shlalat kita baik, maka amal kita diterima, dan jika shalat kita tidak
baik, maka amal kita tidak diterima Allah SWT di akhirat kelak. (Hadis Shahih).

11
Manusia sebagai makhluk individu membutuhkan kesehatan jasmani dan rohani. Maka
hikmah shalat bagi manusia dilihat sebagai makhluk pribadi akan membentuk fisik dan jiwa yang
sehat, karena gerakan shalat adalah merupakan olah raga untuk menjaga kesehatan tubuh. Dilihat dari
segi kesehatan jiwa, shalat adalah terapi mental untuk menghilangkan stres dan depresi mental, karena
shalat adalah tempat peristirahatan jiwa (relaksasi) yang diperoleh dengan malaksanakan shalat
khusyu’.
Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara sendiri-sendiri, sehingga manusia butuh bekerjasama dengan orang lain dan melakukan interaksi
sosial untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) dirinya di tengah-tengah lingkungan masyarakat.
Maka Shalat merupakan tindakan preventif terhadap perbuatan keji dan mungkar, yang berpengaruh
kepada hubungan sosial. Shalat berjama’ah, mendidik persatuan dan kesatuan dalam kepemimpinan
yang bertanggung jawab, sebagaimana kekompakan gerakan dalam shalat berjama’ah, sebagaimana
diisyaratkan dalam QS.2:43 (Baca artinya dalam al-Quran dan Terjemahannya). Shalat juga mendidik
diri agar selalu berpakaian bersih dan suci, selalu menutup aurat, sopan, sehingga tumbuh dalam diri
rasa malu. Hadis Rasul: Malu itu separohnya iman (Hadis Shahih).
Kewajiban berwudhuk dengan air bersih, disyaratkan suci pakaian dan tempat, diwajibkannya
menutup aurat, diwajibkannya shalat jum’at dan diutamakannya shalat jama’ah di Masjid/Mushalla,
maka shalat memotivasi pertumbuhan ekonomi bidang usaha industri air bersih dan perdagangan air
minum, usaha industri/perdagangan tekstil, sajadah dan alat pembersih tikar, shalat juga memotivasi
pertumbuhan teknologi bangunan serta usaha industri dan perdagangan bahan bangunan.
3.6. Hikmah Gerakan Shalat dalam Kehidupan
Apabila diperhatikan dan dianalisa dengan cermat serta dimaknai gerakan shalat yang dimuali
dengan tegak berdiri betul dengan sikap siap, dilanjutkan dengan takbiratul-ihram dengan mengangkat
kedua tangan, dilanjtkan dengan ruku’, bangkit dari ruku’, sujud, bangkit dari sujud, sujud lagi yang
diteruskan setiap raka’atnya, kemudian tasyahud dan diakhiri dengan dua salam dengan memutar
kepala ke kanan pada salam pertama dan memutar kepala kekiri pada salam kedua sebagai akhir dari
prosesi gerakan shalat. Maka gekarakan shalat merupakan putaran bolak baik, setengah lingkaran.
Dalam lingkaran Gerakan Shalat terdapat nilai-nilai kehidupan, yaitu disamping bernilai oralah raga,
sekaligus juga merupakan cerminan realitas lingkaran pergerakan kehidupan seorang muslim yang
menggambarkan bentuk sikap hidup selalu ingat akan kebesaran Allah SWT. dengan mengucapknan
zikir: ‫ ربكا هللا‬pada setiap perpindahan gerakannya membentuk sikap hidup yang tangguh, ulet, shabar,
tegar dan pantang menyerah kepada dinamika (perobahan) kehidupan, hidup hanya menyerah dan

12
berserah diri kepada Allah SWT. semata. Dapat dimaknai pada gambaran lingkaran gerakan shalat
berikut:
Lingkaran Gerakan Shalat:
A1= ‫ربكا هللا‬

D1 ‫ربكا هللا‬ B1=‫ر ربكا هللا‬


C1 B1 B2

D3 C1=
‫ربكا هللا‬
D3
D2 C2
A1 = Kepala di atas = Pada waktu takbiratul ihram. Kaki: Membentuk garis tegak lurus 180 derajat.
Melambangkan diwaktu kita mencapai keberhasilan hidup pada puncak karir/kejayaan hidupnya,
kita tetap merasa kecil dihadapan Allah SWT. kita selalu bersyukur mengakui kebesaran Allah
SWT. = ‫ربكا هللا‬
B1 = Pada waktu ruku’: Pinggang membentuk garis datar separoh tegak lurus 90 derajat. Ke B2 =kepala
pada waktu ruku’, = Melambangkan kita sadar, tidak akan selamanya hidup jaya, di waktu
karir menurun, merasa kecil dihadapan Allah, selalu tawakkal, tidak frustasi, kita selalu
mengakui kebesaran Allah SWT. menuucapkan ‫ربكا هللا‬
C1 = Pada waktu sujud: Panggul membentuk garis menukik 45 derajat ke kepala C2, melambangkan
diwaktu hidup kita jatuh, pekerjaan/karir/kekayaan tidak ada lagi, bahkan kesehatanpun tidak ada
lagi, kita tetap tegar/sabar menghadapinya, selalu merasa kecil dihadapan Allah swt., justru itu
kita selalu menghadapi / menerima dengan penuh taqwa dan tawakkal kepada Allah SWT. Kita
selalu mengucapkan ‫ه‬D‫ربكا الل‬, dan kita tidak pernah berputus asa, kecewa dan frustasi.
D1= Pada waktu duduk antara dua sujud dan duduk tasyhud: Kepala di atas pada possisi tegak lurus
setengah lingkaran 45 derjat, D2= Pantat menyangga badan dengan kokohnya dan D3 = Lutut:
Ketika Duduk pada tasyhud, tetap mengucapkan D‫ربكا الله‬. Ini melambangkan keadaan hidup yang
didambakan oleh setiap pribadi Muslim, yaitu hidup pertengahan. Hidup yang penuh keselamatan
dan keberkatan, hidup yang penuh tauhid dan mengikuti gaya hidup Nabi Muhammad SAW.
Sesuai dengan makna bacaan shalat pada duduk tasyhud, yang diakhiri dengan salam Assalamu

13
‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Hidup yang penuh persaudaraan dengan sesama
manusia, sehingga setiap berjumpa dengan manusia lain ia selalu mengucapkan salam
perdamaian Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh ke kanan dan kekiri. Walaupun
dalam keadaan berada pada puncak kejayaan, atau berada pada keadaan tidak berjaya, sikap hidup
orang yang shalat selalu dalam keseimbangan dalam kesederhanaan seperti keadaan duduk amtara
dua sujud dan tasyahud dalam shalat.
3.7. Langkah-Langkah Mencapai Shalat Khusyu’
3.7.1. Sempurnakan thaharah dan tazkiyah.
3.7.2. Begitu sampai di tikar sajadah, jangan langsung takbir, tenangkan nafsu dan pikiran agak sesaat
sambil mengingat-ingat hal-hal yang akan mengganggu kita sewaktu shalat, sekiranya ada,
sebaiknya diamankan terlebih dahulu, misalnya sandal atau sepatu yang kita letakan
disembarang di luar masjid karena hendak besegera mendirikan shalat, kalau ingat bahwa
tempatnya tidak aman dari pencuri, sebaiknya diamankan terlebih dahulu sebelum shalat
dimulai, sampai terbentuk rasa berhadapan dengan Allah AWT.
Baca do’a yang terdapat dalam QS.23:97-98, agar tidak diganggu syetan ketika shalat:

Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. dan aku berlindung
(pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku!
3.7.3. Setelah merasa berhadapan dengan Allah SWT., silahkan berniyat dan sekaligus angkat tangan
sambil mengucapkan takbir pelan-pelan dengan penghayatan yang mendalam di dalam hati
bahwa Allah SWT, Maha Besar, sedangkan kita sangat kecil dan sangat lemah.
3.7.4. Bangun posisi anggota badan dengan sepurna sesuai dengan penempatannya secara benar sesuai
dengan shalatnya Rasullah SAW., seperti melipat tangan ke dada susudah takbir, dengan posisi
tangan kiri menempel di antara dada dan lambung (tepat di ulu hati) dan tangan kanan
memegang pergelangan tangan kiri.
3.7.5. Bacalah bacaan shalat secara sempurna makhrajil-huruf dan tanda bacanya dengan menghayati
makna (artinya) secara khusyu’.
3.7.6. Ketahui tempat-tempat berzikir dan berdo’a di dalam bacaan shalat, jika sedang membaca
bacaan zikir rasakan anda sedang berzikir yang langsung didengar Allah SWT., dan jika sedang
membaca bacaan yang mengandung do’a rasakan bahwa anda sedang berdo’a yang langsung
didengar Allah SWT., ketika anda membaca bacaan pernyataan (syahadah) sperti ketika

14
mengucapkan ikrar dua kalimah syahadat pada tahyat dengan mengangkat telunjuk, rasakan
pernyataan ikrar dan pengakuan anda bahwa tidak Tuhan yang sembah selain Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW utusan Allah, didengar oleh Allah SWT.
3.7.7. Rasakan ketika anda membaca bacaan do’a tahyat, bahwa jiwa anda sedang mi’raj (naik)
kepada Allah untuk memohon sesuai dengan isi do’a tahyat tersebut.
3.7.8. Sempurnakanlah gerakan shalat dengan tuma’ninahnya (berhenti dengan tenang sejenak) sambil
menghayati bacaan yang dibaca.
3.7.9. Tutuplah shalat dengan salam secara sempurna baik lafalnya maupun gerakannya.
3.7.10. Sesudah shalat, jangan langsung bangkit atau pergi, berzikirlah terlebih dahulu secara tenang,
dan akhiri dengan do’a secara masing-masing sesuaikan do’a dengan kebutuhan kita saat itu.

4. Zakat
4.1. Pengertian Zakat
Secara etimologi zakat berarti membersihkan menyucikan, menyuburkan dan berkah. Menurut
terminologi fikih zakat ialah pemberian sebagian harta yang telah sampai nisabnya, kepada yang
berhak sesuai dengan ketentuan syari’at (hukum Islam). Sedangkan hakikat zakat ialah membersihkan
harta dari hak Allah SWT. dan menyucikan diri dari sifat-sifat, rakus, serakah, bakhil, kikir dan
sombong, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. 9:103 (Baca artinya dalam al-Quran dan
Terjemahannya).
Perintah zakat di dalam al-Qur’an ditempatkan Allah SWT. mengukuti perintah shalat dalam
berbagai bentuk kalimat ayat al-Qur’an, lebih kurang terdapat sebanayak 29 kali, antara lain
sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS.2:43 (Baca artinya dalam al-Quran dan
Terjemahannya).
4.2. Bentuk-Bentuk Zakat:
4.2.1. Zakat Mal (zakat harta), yaitu zakat hasil pertanian, peternakan, perdagangan, emas, perak,
zakat usaha/jasa (perusahaan), benda purbakala dan zakat tambang.
4.2.2. Zakat Nafs (zakat fitrah), yaitu zakat jiwa, yang diberikan berkenaan dengan telah selesai
mengerjakan shiam (puasa) yang difardhukan pada setiap Ramadhan.
4.3. Klasifikasi Nisab Zakat Mal
Seluruh harta dari hasil usaha manusia yang beriman kepada Allah SWT wajib dikeluarkan
zakatnya, manakala telah memenuhi rukun dan saratnya, berikut ini dikemukana klasifkasi harta
yang wajib dizakatnya; jenisnya, haulnya (batas waktunya) nisabnya (jumlah minimunnya)
dan
15
prosentase zakatnya (jumlah zakatnya) yang wajib dikeluarkan, sebagimana pada tabel
berikut ini:
Klasifikasikan Nisab sebagaimana dalam tabel berikut:
No. Jenis Harta Haul Zakat Nisab Zakat % Zakat Ket.
1. Hasil pertanian Masa panen 940 liter beras 10% Air alami
5% Irigasi/dibaiay
ai
2. Hasil peternakan 1 tahun 30 ekor 2,5% 1 ekor
2.1. Unta,Sapi dan Kerbau 1 tahun 40 ekor 2,5% 1 ekor
2.2. Kambing
3. Hasil Perdagangan, 1 tahun 85 gram emas 2,5% Modal + laba
perantaraan/jasa, Industri/
perusahaan dan unit usaha
4. Emas/perak (harta 1 tahun 85 gram emas/ 2,5%
simpanan) 1 tahun perak 2,5%
5. Hasil tambang Saat tambang 85 gram emas 2,5%

6. Benda purbakala Saat ditemui 85 gram emas 20%

Cara menghitung zakat hasil perdagangan, perantaraan/PNS/swasta, jasa, industri/perusahaan


dan unit usaha lainnya. Rumusnya: 85 (nisab zakat) x harga emas 1 gram pada waktu tutup buku akhir
tahun hisab bulan Qamariah (kalender Islam), dilanjtkan dengan menghitung modal+laba = batas
minimum wajib zakat, manakalah jumlah modal+laba sampai batas minimum tersebut, seharga 85
gram emas x harga Rp= 1 gram emas, maka wajib berzakat.
Batas minimum hanya untuk menetap wajib zakat, manakala lebih dari batas minimum tersebut,
maka zakatnya 2,5 % dari maksimumnya. Setelah deketehui batas minimu, maka wajib dikelauarkan
zakatnya: 2.5%. dari jumlah modal+laba yang diperoleh dari tanggal 1 pada awal bulan pertama buka
usaha/bekerja sesuai dengan kalender tahun Qamariyah. Hasil usaha dihitung pada tanggal akhir bulan
ke 12 kalender Qamariyah. Misalnya dari tanggal 1 bulan Sawal sampai pada tanggal 30 buan
Ramadhan pada tahun usaha. Bagi yang gajinya/pendapatannya telah tetap perbulan; seperti PNS dan
pegawai Swasta, dapat dikeluarkan zakatnya perbulan, dengan cara membagi 12 dari jumlah satu tahun
hasil usaha yang mencapai nisabnya seharga 85 gram emas, dizakatkan 2,5% dari jumlah perbulan.
Contoh: Pada tanggal 1 bulan Sawal si A memulai usaha perdagangannya dengan modal 30 juta rupiah,
atau mulai bekerja. Pada tanggal terakhir bulan Ramadhan tahun itu, si A menghitung keuntungan hasil
perdagangannya + modal. Rumusnya adalah : modal 30 Juta Rupiah + laba yang diperoleh. Nisab
zakatnya ialah apabila pada saat tutup buku akhir tahun, apabila modal+ laba setara dengan harga 85

16
gram emas sat itu, batas minimum wajib berzakat. Zakatnya adalah 2.5% dari batas minimum wajib
berzakat (modal+ laba setara dengan harga 85 Gram emas sat itu
4.4. Mustahik Zakat (yang berhak menerima zakat)
Mustahik zakat ialah orang yang berhak menerima zakat, sebagaimana dijelaskan dalam QS. 9:60
(Baca artinya dalam al-Qiur’an dan Terjemahannya)
Berdasarkan ayat ini, maka orang yang berhak menerima zakat adalah sebagai berikut:
4.4.1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tidak bertenaga
untuk memenuhi penghidupannya, seperti orang tua bangka yang tidak ada keluarga
menanggung kebutuhan pokoknya, orang cacat permanenen yang mengakibat tidak dapat
bekerja.
4.4.2. Orang miskin: orang yang penghasilannya perhari tidak mencukupi kebutuhan pokok hidupnya
pada harin itu, seperti kebutuhan hidupnya hari ini Rp. 100.000,-, dia hanya memperoleh
penghasilan (rezeki) pada hari itu kurang dari Rp. 100.000,-,
4.4.3. Pengurus zakat, ialah orang yang diberi tugas (amanah) oleh pemerintah atau oleh masyarakat
pada lembaga amil zakat untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat kepada mustahik
zakat, seperti petugas zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Padang, berhak
mendapatkan gaji atas profesinya sebagai amil zakat yang diambilkan dari zakat yang
terkumpul.
4.4.4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang
imannya masih lemah.
4.4.5. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-
orang kafir.
4.4.6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya
yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya, dan orang yang berhutang untuk
memelihara persatuan umat Islam, walaupun ia mampu membayarnya.
4.4.7. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di
antara mufasirin (ahli tafsir) ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga
kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
4.4.8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat, yang mengalami kesengsaraan
dalam perjalanannya, termasuk orang yang sedang dalam menuntul ilmu pengetahuan yang
bermanfaat sesuai dengan syari’at Islam.

17
4.5. Penggunaan Zakat:
4.5.1. Untuk Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat konsumtif, yaitu penggunaan zakat secara langsung
diberikan kepada yang berhak menerima zakat, seperti fakir dan miskin, untuk mengatasi
keadaan sementara, jangka pendek.
4.5.2. Untuk kebutuhan yang bersifat produktif, yaitu untuk mengatasi keadaan yang lebih lama,
jangka panjang, seperti untuk modal usaha yang dapat mencegah timbulnya kefakiran dan
kemiskinan. Asalkan modal usaha produktif itu tetap berada pada mustahik (yang berhak) atas
zakat tersebut.
Pelaksanaan zakat pada lembaga amil zakat ditentukan oleh para ‘amil zakat sebagai salah
satu mustahik atau yang berhak mengumpulkan/menerima zakat, baik menentukan benda-benda apa
yang wajib dizakatkan, berapa jumlah prosentase minimumnya, mendistribusikan zakat yang
terkumpul kepada yang berhak menerima zakat sesuai dengan syari’at Islam. Di dalam negara Islam di
mana syari’ah Islam berlaku secara murni, panitia zakat ini langsung dipegang oleh negara. Sedangkan
di dalam negara bukan Islam maka lembaga ‘amil zakat dibentuk oleh umat Islam sendiri, asalkan
memenuhi syarat-syaratnya
4.6. Syarat-Syarat Amil Zakat:
4.6.1. Orang Mukmin yang ta’at.
4.6.2. Ahli dan cakap (memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen dan akuntasi
zakat)
4.6.3. Amanah (adil dan jujur).
4.6.4. Ditunjuk dengan cara musyawarah.
4.6.5. Dapat bekerja semata-mata di atas landasan ikhlas beribadah kepada Allah SWT..
4.7. Fungsi Zakat dalam Kehidupan:
4.7.1. Zakat berfungsi sebagai bukti iman kepada Allah SWT. QS.23:4 (Baca artinya dalam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
4.7.2. Zakat sebagai bukti ketaatan kepada perintah Allah.QS.24:56 (Baca artinya dalam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
4.7.3. Zakat berfungsi thaharah (membersihkan) harta dari hak Allah SWT. atas rezki (harta) yang
diberikan Allah SWT.QS:9:103 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya). Karena
pada hakekatnya setiap rezeki atau harta yang diperoleh oleh manusia sebagai hasil usahanya
adalah hak milik berserikat antara manusia dengan Allah SWT, yang diperintahkan Allah SWT.
dikeluarkan kepada mustahiq zakat (yang berhak menerimanya).

18
4.7.4. Zakat berfungsi tazkiyah (menyucikan) jiwa sepemilik harta dari sifat-sifat kikir, pelit, serakah
dan budak harta. QS.9:103 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
4.8. Hikmah Zakat dalam Kehidupan:
4.8.1. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. adalah sebagai bukti bahwa harta adalah milik
berserikat antara hamba dengan Allah SWT., sehingga dengan mengeluarkan zakat berarti
manusia mengeluarkan hak Allah swt. dari hartanya atas rezki yang diberikan Alah kepadanya,
sebagai ibadah pokok bagi manusia kepada Allah SWT..
4.8.2. Manusia sebagai makhluk individu adalah untuk mensucikan jiwa yang mencakup potensi
spiritual emosional, intelektual dan biologis (nafsu) dari keserakahan, ketamakan, kesombongan
serta sifat materialistis dan individualistis, sekaligus membersihkan harta dari hak Allah SWT.
4.8.3. Manusia sebagai makhluk ekonomi adalah sebagai motivasi kreatifitas ekonomi, dari yang
kurang mampu/kurang sejahtera (tidak berzakat) untuk menjadi manusia yang mampu/sejahtera
(mampu berzakat, berinfaq dan bersedekah). Karena kemampuan berzakat dapat dijadikan
sebagai standar tingkat kesejahteraan hidup. Orang yang telah berzakat dapat di golongkan
kepada kelompok sejahtera dan begitu pula sebaliknya.
4.8.4. Manusia sebagai makhluk sosial adalah untuk mengatur pergerakan siklus aliran ekonomi dari
si kaya kepada si miskin, dan begitu pula seterusnya tanpa henti, menimbulkan rasa kasih
sayang, kepedulian sosial dan ukhuwah Islamiyah. Untuk mengatasi kesenjangan sosial
ekonomi umat. Selain zakat masih ada variabel lain ibadah yang terkait dengan harta seperti
infak dan sedekah. Namun suatu ketika dapat pula merupakan amalan yang diwajibkan, seperti
fidyah (tebusan/denda) karena melanggar salah satu ketentuan hukum Islam, dengan alasan
tertentu, misalnya fidyah pengganti puasa, Q.S. 2:183-184 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya), denda karena meninggalkan salah satu rukun haji yang disebabkan alasan
tertentu, Q.S. 2:196 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya), hadiah Q.S. 2:196
(Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya), jizyah (pajak), Q.S. 9:29 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah Islam dari
orang-orang yang bukan Islam sebagai sumbangan keamanan bagi diri mereka, hiba
(pemberian) dan wakaf. Agar zakat dapat berfungsi dan memiliki hikmah secara efektif, maka
perlu diketahui hal-hal yang berkaitan dengan mustahik zakat, harta yang wajib di zakatkan dan
sebagainya.

19
4.9. Hubungan Zakat dengan Pajak
Dalam UU No. 38 tahun 1999 tentang wajib Zakat dan wajib Pajak di Indonsia dijelaskan,
bahwa seseorang yang telah membayar zakatnya melalui badan amil zakat (BAZ) atau lembaga amil
zakat (LAZ) yang legal, maka jumlah uang zakat yang dikeluarkan sebagaimana tercantum dalam
kuitansi bukti pembayaran zakatnya dapat dijadikan untuk mengurangi jumlah pajak yang akan
dibayar ke negara. Baca! DR. Yusuf Qardawi, Fikih Zakat dan buku-buku yang membahas seputar
Zakat, dan UU Nomor 38 tahun 1999 tentang Zakat dan Pajak.

5. Puasa
Puasa dalam bahasa al-Qur’an dan Hadis disebut dengan ‫( مىص‬Shaum). Kata ‫ مىص‬bahasa Arab
berarti menahan, dalam bahasa Indonesia disebut dengan puasa berasal dari bahasa sangsekerta, berarti
menahan diri, menurut terminologi syari’ah Islam puasa ialah menahan diri dari lapar dan haus,
bersetubuh dan menjaga diri dari penglihatan, pendengaran dan ucapan yang tidak baik atau tidak
wajar, dan atau dari segala yang dapat membatalkan dan merusak ibadah puasa, dari sejak terbit fajar
sampai waktu magrib dengan niat beribadah kepada Allah SWT. Menurut al-Qur’an al-Karim puasa
merupakan ibadah universal, artinya puasa itu merupakan ibadah yang telah diwajibkan Allah SWT.
kepada manusia sejak Nabi Adam as. Sampai Nabi Muahmmad SAW..
5.1. Klasifikasi Puasa
Secara teoritis dan praktis ibadah puasa dapat diklasifikasikan kepada dua bentuk, yaitu puasa
wajib dan puasa sunat.
5.1.1. Puasa wajib antara lain adalah :
5.1.2. Puasa di bulan Ramadhan, sebagaimana dalam Q.S. 2:183 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
5.1.3. Puasa qadha, yaitu mengganti puasa ramadhan yang ditinggalkan karena sebab yang
dibolehkan, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. 2:184 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
5.1.4. Puasa nazar, yaitu puasa yang dikerjakan karena suatu nazar mendekatkan diri kepada allah
SWT. Nazar ialah janji untuk melakukan sesuatu kebaktian aau ibadah terhadap Allah s.w.t.
untuk mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan syarat ataupun tidak, sebagaimana dijelaskan
Allah SWT dalam QS.2:270 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
5.1.5. Puasa kifarat, yaitu puasa disebabkan sebagai akibat suatu pelanggaran terhadap suatu
ketentuan syari’at, seperti sumpah palsu, wajib puasa 3 hari, sebagamana dijelaskan dalam Q.S.

20
5:89 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya). Melakukan hubungan sex siang hari
bulan ramadhan, dan melakukan zhihar terhadap isteri (mengharamkan isteri/mempersamakan
isteri dengan ibu sendiri), masing-masing wajib puasa 60 hari berturut-turut., sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam QS.58:3 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
5.1.6. Puasa fidyah, yaitu pengganti dari kewajiban melaksanakan qurban karena pelanggaran
terhadap peraturan ibadah haji, Q.S. 2:196 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
5.1.7. Puasa sunat antara lain adalah: Puasa senin kamis, puasa 6 hari bulan syawal, puasa tanggal 9
zulhijjah (puasa ‘arafah), puasa hari‘Asyura (9-10, atau 10-11 Muharram), dan puasa tiap
tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qamariyah.
5.1.8. Puasa haram, antara lain: Puasa terus menerus, puasa pada beberapa hari yang diharamkan:
antara lain hari tasyri’ (11, 12, dan 13 hajji), dua hari raya (1 Syawal dan 10 hajji) dan puasa
wanita yang sedang haid (menstruasi) dan nifas (habis melahirkan selama 40 hari), dan puasa
sunnat seorang isteri yang tanpa izin suaminya ketika suami ada bersama isterinya.
5.1.9. Puasa makruh antara lain: Puasa sunat dengan susah payah (sakit, dalam perjalanan dan lain-
lain), puasa sunnat pada hari jum’at saja tanpa hari sabtu, kecuali jika bertepatan pada hari yang
memang disunatkan.
5.1. Tujuan Puasa Dalam Kehidupan manusia
Berdasarkan pengertian puasa yangbtelah dibahas, maka tujuan ibadah puasa dalam
kehidupan manusia:
5.1.1. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
5.1.2. Untuk beribadah kepada Allah SWT.
5.1.3. Untuk melatih kesucian sikap mental, yaitu kesucian spritual, emosional, intlektual dan
kesucian nafsu makan/minum dan nafsu syahwat
5.1.4. Untuk melatih kesucian tingkah laku, seperti kesucian mendengar, melihat, mencium, berbicara,
memakan/meminum, berpakaian, bergaul, bekerja, berjalan dan kesucian perilaku seksual.
5.1.5. Untuk melatih diri menjadi hidup hemat.
5.1.6. Untuk melatih hidup sederhana dan suka memberi dan menolong orang yang sengsara.
5.2. Fungsi Puasa Dalam Kehidupan Manusia
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. dilihat dari aspek ibadah, puasa merupakan
konsekuensi logis dari pada syahadat. Maka puasa berfungsi untuk merasakan secara langsung dalam
waktu yang lama (30 hari x 24 jam) tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat, merasa sangat dekat dengan

21
Allah SWT. setiap saat (taqarub). Artinya tunduk secara utuh, total dan optimal beriabadah kepada
Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk individu, dilihat dari aspek psikologis dan kesehatan, puasa
berfungsi membentuk disiplin rohani dan membina kesehatan mental, serta disiplin moral yang tinggi
dan akhlak al-karimah. Puasa merupakan tindakan prepentif terhadap beberapa penyakit mental.
Seperti stres dan terutama yang berhubungan dengan lambung, menyehatkan alat pencernaan,
memperlancar peredaran darah, memperbaiki organ tubuh, menstabilkan hubungan saraf dan terapi
yang ampuh terhadap beberapa penyakit dalam.
Manusia sebagai makhluk sosial ekonomi, dilihat dari aspek sosial ekonomi, puasa berfungsi
menumbuhkan dan membina rasa cinta kasih dan kepedulian sosial antara sesama manusia, latihan
mengendalikan diri, melahirkan kejujuran, melahirkan disiplin sosial yang tinggi dan ukhuwah
Islamiyah. Secara ekonomis, puasa mendidik seseorang hidup hemat, bekerja keras, mampu
menghadapi tantangan kemiskinan, menghubungkan antara di kaya dengan si miskin dengan perasaan
saling mencintai, saling ketergantungan dan saling tolong menolog.

6. Haji
6.1. Pengertian Haji
Haji secara etimoloogis ialah pergi ke suatu tempat untuk mengunjunginya. Menurut
terminologi syari’ah hajji ialah pergi ke Baitullah (ka’bah) untuk melaksanakan ibadah yang telah
dijelaskan Allah SWT. secara lengkap dalam Q.S. 3:97, QS. 2:196-203, dan QS.22:26-37 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
6.2. Tujuan Ibadah Haji
Berdasarkan pengertian ayat al-Qur’an tentang ibadah haji yang telah dikemukakan di atas,
terdapat di dalamnya beberapa tujuan badah haji dan qurban. Qurban marupakan bagian dari proses
ibadah haji, antara lain tujuan ibadah haji dan qurbann ialah:
6.2.1. Untuk membuktikan keiman kepada Allah SWT.
6.2.2. Untk mebuktikan ketaqwaan kepada Allah SWT.
6.2.3. Untuk menycikan hawa nafsu.
6.2.4. Untuk menyucikan hati (perasaan).
6.2.5. Untuk menyucikan menyucikan pikiran (otak)
6.2.6. Untuk menyucikan perbuatan.
6.2.7. Untk menyucikan pergaulan.

22
6.2.8. Untuk menyucikann harta.
6.3. Macam-macam Haji dalam Pelaksanaannya
6.3.1. Haji Ifrad yaitu mendahulukan haji dan setelah selesai hajinya, lalu pergi ketempat halal,
selanjutnya berihram dan niat untuk umrah.
6.3.2. Haji Qiran, yaitu menyatukan haji dengan umrah dengan niat haji dan umrah sekaligus.
6.3.3. Haji Tamattu’, yaitu mendahulukan umrah sunat dari ibadah haji dengan melampaui miqad
berihram untuk umrah dan bertahallul di Mekkah, terus tamattu’ dengan meninggalkan semua
larangan-larangan ihram sampai tiba waktu haji, kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan ibadah
haji.
6.4. Fungsi Haji dalam Kehidupan
6.4.1. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Haji merupakan konsekuensi logis daripada
syahadatain, maka haji berfungsi sebagai bukti tanda kesyukuran atas nikmat/rezki yang diberikan
Allah SWT.
6.4.2. Manusia sebagai makhluk individu/aspek psikologis, ibadah haji berfungsi mendidik disiplin
rohani, serta membersihkan diri (bertaubat).
6.4.3. Manusia sebagai makhluk sosial/aspek sosial ekonomis dari pada ibadah haji. Dilihat dari segi
historis, ibadah haji berfungsi mengingatkan kembali kepada sejarah umat manusia (bertemunya
Adam dan Hawa di ‘Arafah) dan tanah kelahiran Islam, ibadah haji ialah menanamkan rasa
persamaan derajat dan persaudaraan Muslim (ukhuwah Islamiyah). Dilihat dari segi ekonomi,
ibadah haji mendorong umat Islam untuk giat berusaha secara aktif dan tidak boros, sehingga
menjadi golongan aghniya’ (kaya/the have), serta mendorong pertumbuhan bidang transportasi,
industri yang berkaitan dengan keperluan haji, dan mendorong paristiwa yang ridha Allah

23
KEPUSTAKAAN
Al-Qur’an al-Karim
Albani, Nashruddin. Dr., Jilbab dan Hijab, Toha Putra Surabaya, 1990
, Shalatunnabiy, Yayasan al-Hidayah, 1991
Ali Maulana Muhammad, MA., LLB., Islamologi, Mutiara Jakarta, 1986
Ash-Shieddieqy, TM., Hasbi, Prof. DR., Pedoman Shalat, Bulan Bintang Jakarta, 1986
, Pedoman Zikir dan Do’a, Bulan Bintang, Jakarta, 1974
Anshari, Fazlurrahman, DR., Konsepsi Masyarakat Islam Modern, Risalah Bandung, 1984
Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, PT. Intermasa, Jakarta, 1978
, Agama Islam Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum, Bulan Bintang Jakarta, 1985
Fatah, Abu, Panduan Wanita Shalihah, Asaduddin Press, 1992
Gazalba, Sidi. Drs., Asas Agama Islam, Seri Islam 2, Bulan Bintang Jakarta, 1984
, Asas Ajaran Islam, Seri Islam 1, Bulan Bintang Jakarta 1984
, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan, Bulan Bintang Jakarta, 1976
Kusumamihardja, supan. Drs., Studia Islamica, Girimukti Pasaka Jakarta, 1985
Majid, Najahi., Drs., Shalat Lengkap dan Mutiara yang Dikandungnya, Aneka Ilmu Semarang, 1979
Syari’ati, Ali. Dr., Ideologi Kaum Intelekstual Suatu Wawasan, Mizan Bandung, 1974
Salim, Hadiyah, Mukhtarul Hadis, PT. Al-Ma’arif Bandung, 1985
Qardawi, M. Yusuf., DR., Hukum Zakat, Lintera Antara Nusa Jakarta, 1987
, Halal dan Haram Dalam Islam, Bina Ilmu surabaya, 1982

24

Anda mungkin juga menyukai