PENDAHULUAN
Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia.
Syahadat adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat adalah
salah satu syarat utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan,
dan tindakan mereka, maka tiada pula islam dalam kehidupan manusia.
Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat
ruh, sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh
tersebut tidak ada atau mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut
ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang primer
bagi umat islam.
Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian
utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya
mengimani salah satunya saja.
Sebagai perawat, juga bertugas untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien yang
termasuk ke dalam kebutuhan dasar manusia. Perawat bertugas menerangkan sikap,
keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam
keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
secara holistik bio, psiko, social, dan spiritual terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah dan kepercayaan klien kepada Allah SWT yang sangat penting dalam proses
kesembuhan.
1
3. Apa makna “illah”?
4. Apa kandungan dari Syahadatain?
5. Apa rukun Syahadatain?
6. Apa urgensi Syahadatain?
7. Apa saja syarat-syarat dalam ikrar Syahadatain?
8. Apa saja syarat-syarat diterimanya syahadat?
9. Apa saja hal-hal yang membatalkan Syahadat?
10. Bagaimana tahapan interaksi dengan syahadat?
11. Bagaimana bentuk realisasi dari syahadatain?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan makna Syahadatain dalam kepribadian seorang muslim
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian Syahadatain
2. Mengetahui makna Syahadatain
3. Mengetahui makna “illah”
4. Mengetahui kandungan dari syahadatain
5. Mengetahui rukun Syahadatain
6. Mengetahui urgensi Syahadatain
7. Mengetahui syarat-syarat dalam ikrar Syahadatain
8. Mengetahui syarat-syarat diterimanya syahadat
9. Mengetahui hal-hal yang membatalkan syahadatain
10. Mengetahui tahapan interaksi dengan syahadat
11. Mengetahui bentuk realisasi dari syahadatain
2
BAB 2
PEMBAHASAN
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah”
Kesaksian yang pertama, yakni “Asyhadu an laa ilaaha illallaah” (Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah) merupakan ikrar dan penegasan dari orang yang mengucapkannya
bahwa ia sepenuhnya percaya dan meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang layak untuk
disembah dan diibadahi kecuali Allah semata. Dialah satu-satunya Dzat yang berhak untuk
disembah dan dipatuhi oleh seluruh makhluk. Karena itu pula syahadat yang pertama ini
kemudian dikenal sebagai “Syahadat Tauhid.” Syahadat tauhid terdiri dari dua bagian.
Bagian pertama terdiri atas kalimat nafi (laa) yang berarti tidak dan manfi (ilab) yang
dinafikan atau ditolak. Bagian kedua terdiri atas itsbaat (illa) yang berarti kecuali yaitu
untuk mengukuhkan dan mutsbat (Allah) yang dikecualikan atau dikukuhkan. Dengan
demikian laa illaaha illallah berarti menolak illah berupa apa pun dan dalam wujud apa pun
dan hanya mengakui satu ilah yaitu Allah. Bagian pertama syahadat tauhi merupakan
penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diwujudkan dengan mengkafiri, memusuhi,
memisahkan diri, membenci, dan merobohkannya; sedangkan bagian kedua merupakan
pengukuhan terhadap loyalitas kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan,
pembelaan, kedekatan, dan kecintaan kepada-Nya.
Kesaksian yang kedua, yakni “wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah” (Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) merupakan ikrar dan penegasan dari orang
yang mengucapkannya bahwa ia percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Muhammad adalah
seorang nabi dan rosul yang diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia untuk
3
membawa risalah tauhid, sebagaimana yang ditegaskan dalam syahadat tauhid. Karena itu
pula, syahadat yang kedua ini selanjutnya disebut sebagai “Syahadat Rasul.”
Syahadat tauhid mengikat seorang muslim untuk mengikhlaskan ibadahnya hanya
kepada Allah; syahadat rasul mengikatnya untuk mengikuti tuntutan RasulNya dalam
ibadah, baik yang mahdhah maupun gairu gahdhah (dwalam ibadah yang bersifat vertikal
berupa ritual-ritual peribadatan maupun ibadah horizontal dalam bermuamalah dengan
sesama makhluk).
1. Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan tegas seorang muslim mengenai apa yang diyakininya. Jadi
kita memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang kita
4
ikrarkan itu. Jadi ikrar dalam dua kalimat Syahadat bukanlah sebatas dilisan saja,
melainkan ada konsekuensi yang harus ia terima dan laksanakan.
2. Sumpah
Makna lain dari Syahadat adalah sumpah. Ketika seseorang telah bersumpah dengan
dua kalimat Syahadat, maka dia bersedia menerima akibat dan resiko apapun untuk
menjaga dan menjalankan sumpah. Dengan kata lain, seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat berarti ia telah siap bertanggung jawab dalam
menegakkan Islam.
3. Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berserah
kepada Allah dan berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan
terhadap semua perintah Allah beserta segala pesan yang disampaikan oleh Allah
melalui pengutusan Muhammad.
4. Persaksian
Syahadat juga bermakna penyaksian. Artinya, bahwa setiap muslim menjadi saksi atas
pernyataan ikrar, sumpah dan janji yang dinyatakannya. Dalam hal ini adalah
kesaksiannya terhadap keesaan Allah dan terhadap kerasulan Nabi Muhammad.
5
bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang
berlaku atas orang lain.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini
hanya seorang manusia seperti kamu, …’.” [Al-Kahfi : 110]
Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan
karenanya Allah SWT memujinya: “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-
hambaNya.” [Az-Zumar: 36]
Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua sifat ini
meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah SAW. Karena banyak orang yang
mengaku umatnya lalu melebihkan hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai
hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah SWT.
Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, padahal semua yang terjadi
atas izin dari Allah SWT. Bahakn banyak pula yang juga meremehkan kerasulan beliau.
Sungguh ini merupaka tindakan yang patut dihindari, karena semestinya kita percaya,
bahwa Rasulullah SAW memang benar-benar utusannya, namun beliau pun sama seperti
kita yaitu hamba Allah biasa.
6
syahadat yang tidak berbentuk naïf dan itsbat seperti ucapan “ Allah Maha Esa dan
Muhammad adalah utusan-Nya” (Allahu waahid wa Muhammad Rasuuluhu), maka
menurut pendapat mayoritas para ulama, termasuk madzab Syafi’i adalah tidak sah.
2. Seseorang yang ikrar masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahdat harus
mengerti maknanya, meskipun secara global. Oleh karena itu, orang yang membimbing
pengucapan dua kalimat syahadat oleh orang ‘ajami (non Arab) hyyang tidak mengerti
maknanya harus menerjemahkannya ke dalam bahasa yang difahami. Jika tidak, maka
syahadat yang diucapkan belum sah sehingga yang bersangkutan belum disahkan
sebagai orang Islam
3. Dua kalimat syahadat harus diucapkan secara tertib dan berurutan. Oleh karena itum
syahadat tidak boleh dibalik dengan mendahulukan persaksian terhadap Nabi
Muhammad SAW dan mengakhiri persaksian terhadap Allah SWT. Jika dibalik, maka
tidak sah dan yang bersangkutan belum diakui keislamannya
4. Dua kalimat syahadat harus diucapkan secara langsung, oleh karena itu, syahadat tidak
boleh terpisah oleh kalimat lain atau waktu yang relative lama. Jika dipisah oleh kalimat
lain atau oleh waktu yang relative lama, maka tidak sah dan yang bersangkutan belum
diakui keislamannya
5. Orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat harus sudah dewasa (baligh) dan
normal akalnya (aqiel). Oleh karena itu, keislaman anak kecil atau orang yang tidak
normal akalnya dinilai sekadar ikut-ikutan. Agar menjadi orang Islam yang
sesungguhnya, maka sesudah memasuki usia aqil baligh harus mengucapkan dua
kalimat syahadat
6. Orang yang mengucapkan dua kalimat syahaat harus menghincari hal-hal yang dapat
membatalkan syahadatnya. Oleh karena itu, jika ada orang membaca dua kalimat
syahadat tetapi ia melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dnegan
syahadatnya seperti menyembah patung, maka syahadat dan Islamnya menjadi tidak sah
atau batal
7. Pengucapan dua kalimat syahadat harus didasarkan atas kemauan sendiri, bukan karena
paksaaan. Jika karena paksaan orang lain, maka hukumnya tidak sah.
7
Syahadatain yang didasarkan atas pengetahuan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan akan melahirkan keyakinan yang mantap dan menghilangkan
keraguan didalam hati. Rasullah saw. bersabda; “Iman itu bukan angan-angan dan hiasan.
Ia adalah sesuatu yang bersemayam didalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan”
3. Keikhlasan dan bebas dari kemusyrikan
Syahadatain harus diucapkan dengan ikhlas karena Allah dan tidak ada niatan lain selain
mengharap ridhoNYA. Niat yang tidak ikhlas termasuk syirik, padahal Allah tidak
mengampuni dosa kemusyrikan.
4. Jujur, bukan dusta
Syahadatain harus diucapkan dengan sejjurnya, bukan dengan dusta. Kemunafikan
merupakan perbuatan yang sangat tercela sehingga Allah menyiksa orang-orang munafik
di dasar neraka.
“Mereka hendak mengetahui Allah dan orang-orang yang beriman, padahal sebenarnya
mereka hanya mengelabui mereka sendiri sedang mereka tidak menyadarinya”
5. Cinta bukan benci dan terpaksa
Syahadatain harus disertai dengan kecintaan bukan dengan kebencian. Hal ini akan dapat
dicapai bila proses syahadatain dilakukan melalui syarat-syarat di atas
6. Menerima bukan menolak
Tidak ada alasan untuk menolah syahadatain dan konsekuensinya karena ia hanya akan
mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat.
7. Patuh melaksanakan, tanpa keengganan beramal
Sebagaimana tersebut dalam hadist di atas,”…dan dibenarkan dengan amal.” Para ulama
menyebut bahwa iman haris meliputi keyakinan di hati, ikrar dengan lisan, dan amal
dengan anggota badan.
8. Ridha menerima Allah sebagai Tuhannya, Rasul sebagai uswahnya, dan Islam sebagai
jalan hidupnya
Delapan syarat ini saling terkait dan tak terpisah.
8
sallam, serta lebih mengutamakan hukum taghut (buatan manusia) dibandingkan
ketetapan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.
5. Membenci sesuatu yang datangnya dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam,
meskipun dia mengamalkannya. (Q.S; Muhammad: 9).
6. Siapa yang mengolok-olok sebagian dari Din yang dibawa Rasulullah shallallahu `alaihi
wa sallam, misalnya; mengolok-olokan pahala atau balasan yang akan diterima maka dia
telah kafir. (Q.S; At-Taubah: 65-66)
7. Melakukan sihir, diantaranya “As-sharf” (mengubah perasaan seorang laki-laki menjadi
benci kepada istrinya) dan “Al Athaf” (Menjadikan seseorang senang terhadap apa yang
sebelumnya dia benci) atas bantuan syaitan. Siapa yang melakukan kegiatan sihir atau
ridha dengannya maka dia kafir. (Q.S; Al Baqarah: 102)
8. Mengutamakan orang kafir serta memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang
musyrik lebih dari pada pertolongan dan bantuan yang diberikan kepada kaum muslimin.
(Q.S; Al Maidah: 5)
9. Beranggapan bahwa manusia bisa leluasa keluar dari syariat Muhammad shallallahu
`alaihi wa sallam. (Q.S; Ali Imran: 85)
10. Berpaling dari Dinullah, baik karena dia tidak mau mempelajarinya atau karena tidak
mau mengamalkannya. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala. (Q.S; As-Sajadah: 22).
9
Tahapan interaksi dengan syahadatain:
1. Cinta
Karena Islam disampaikan dengan menggunakan pendekatan persuasive tanpa tekanan
dan paksaan, juga didasarkan pada dalil-dalil yang tak terbantahkan, bukti-bukti nyata,
serta argumentasi yang kuat, maka orang menerima agama ini dengan penuh kesadaran
dan suka cita. Sebelum menyatakan keislamannya, terlebih dahulu seseorang diajak
untuk mengenali system ini dengan seksama. Hendaknya ia juga mengenal baik siapa
yang menyampaikan Islam kepadanya.
Islam disampaikan oleh seorang rasul yang sebelum kenabiannya telah dikenal sebagai
orang yang memiliki kredibilitas yang sangat mulia di masyarakat. Demikian pula pada
masa sekarang, para da’I yang menyampaikan agama ini kepada masyarakat adalah
orang-orang yang memiliki kredibilitas moral yang baik di lingkungannya. Kredibilitas
yang baik yang dipadukan dengan metodologi penyampaian Islam yang didasarkan pada
hujjah hasanah, pasti akan menumbuhkan rasa cinta dan kedamaian. Sasaran dakwah
akan mencintai Islam sebagai system yang mengatur kehidupannya, mencintai Allah
yang telah menurunkan aturan yang menebarkan rahmat dan kedamaian tersebut, serta
mencintai Rasul SAW yang dengan tulus, amanah, dan penuh pengorbanan telah
menyampaikan kepada mereka dengan sepenuh hati.
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah. Mereka mencintainya sebagai mereka mencintai Allah. Adapun orang-
orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
2. Ridha
Cinta tulus suci yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran penuh itu menjadikan
dirinya ridha untuk menerima Allah sebagai Tuhannya. Ia ridha untuk menghambakan
diri kepada Tuhan yang telah menciptakannya, memberinya rezeki yang tiada putus-
putusnya, melindunginya, dan member apa saja yang ia minta dalam doanya. Ia ridha
menerima Islam sebagai system yang mengatur kehidupannya, ia tinggalkan system-
sistem lain yang membelenggunya. Ia ridha menerima Muhammad bin Abdullah
sebagai nabi dan rasul yang membimbingnya dalam beribadah kepada Allah dan
mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupannya.
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu” (QS. Al-
Ahzab: 21)
10
Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Syahadat juga akan mewarnai
akalnya sehingga pikiran dan konsep-konsep yang Islami berorientasi kepada
tauhidullah, bermoral islami, dan bermanfaat bagi alam semesta. Di samping itu
syahdatain juga mewarnainya secara jasadi sehingga penampilan dan amal
perbuatannya merupakan wujud implementasi dari cinta, keridhaan, kepatuhan, dan
ketaatannya kepada Allah, agama, dan rasulnya.
“Itulah celupan Allah. Siapakah yang lebih baik celupannyya dibanding celupan Allah
?” (QS. Al-Baqarah: 138)
11
a. Mentadabburi ayat-ayat qauliyah yang terdapat didalam Al-Quran. Ayat-ayat ini
harus dipahami secara baik sebagaimana ditunjukkan oleh sunnah Rasulullah saw.
b. Mentafakuurri ayat-ayat kauniyah yang tersebar dialam semesta. Pemahaman
terhadap ayat-ayat kauniyah akan membantu memahami ayat-ayat qauliyah.
Sebaliknya, ayat-ayat qauliyah mendorong untuk mentafakuri ayat-ayat kauniyah.
Sehingga, pemahaman akan semakin mantap, hujjah semakin jelas, hati semakin
yakin dan aqidah semakin kokoh.
c. Dzikrul maut. Tadabur Al-qur’an dan tafakur alam akan memberikan kesadaran
bahwa hidup didunia ini tidak abadi. Kesadaran bahwa hidup ini akan berakhir
dengan kematian dan setelah kematian ada kehidupan baru yang abadi, semakin
mengkristal dalam amaliyah harian.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa syahadat adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini
kebenarannya dengan pasti. Syahadatain adalah dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa
anna Muhammadan Rasulullah) yang merupakan rukun Islam yang pertama dimana
diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu amalan tanpa keduanya (Aziz, Syaikh
Abdul). Dalil dari Syahadatain itu sendiri adalah Laa ilaaha illallah yang menunjukkan
betapa pentingnya syahadat, karena syahadat merupakan bentuk kesaksian yang agung, ialah
persaksian tauhid karena yang bersaksi adalah Allah SWT dan para Malaikat bahwa tiada
Ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata. Syahadat merupakan syarat pertama utama
bagi siapa pun yang ingin memeluk agama Islam. Karenanya, siapa pun yang mengaku
dirinya seorang muslim, maka ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari itu,
dengan dua kalimat syahadat itu pula keislaman seseorang akan diketahui, sehingga ia
menjadi terjaga hak-haknya dan keselamatannya.Syahadat memiliki kandungan dan juga
rukun syahadatain yang sangat bermanfaat bagi umat manusia.
Sebagai perawat, juga bertugas untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien yang
termasuk ke dalam kebutuhan dasar manusia. Perawat bertugas menerangkan sikap,
keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam
keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
secara holistik bio, psiko, social, dan spiritual terhadap klien dalam upaya pelaksanaan
ibadah dan kepercayaan klien kepada Allah SWT yang sangat penting dalam proses
kesembuhan.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun.Punulis menyadari dalam makalah ini masih banyak
Ssekali kekurangan dan jauh dari kesan “sempurna”.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
kontruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.Akhirnya
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, M. Hamdan dan Saiful Hadi ES-Sutha. 2016. Panduan Muslim Sehari-hari dari Lahir
Sampai Mati. Jakarta:WahyuQolbu.
Basri, Mu’inudinillah. 2010. Tauhid dan Makna Syahadatain. Indonesia:Kantor Dakwah Sulay
Ibrahim bin Muhammad,dkk. 1998. Pengantar Studi Aqidah Islam. Jakarta:Robbani Press
14