Anda di halaman 1dari 4

A.

Makna syahadatain
Secara bahasa, syahadat berarti kesaksian. Karena isi kalimat syahadat
memang merupakan kesaksian dan ikrar dari seseorang yang menyatakan
bahwa Tiada Tuhan (yang layak untuk disembah) selain Allah, dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah. Sebagaimana hal itu tergambar jelas dalam
redaksi kalimat syahadat:

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah
Kesaksian yang pertama, yakni Asyhadu an laa ilaaha illallaah (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah) merupakan ikrar dan penegasan dari
orang yang mengucapkannya bahwa ia sepenuhnya percaya dan meyakini
bahwa tidak ada Tuhan yang layak untuk disembah dan diibadahi kecuali
Allah semata. Dialah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah dan
dipatuhi oleh seluruh makhluk. Karena itu pula syahadat yang pertama ini
kemudian dikenal sebagai Syahadat Tauhid.
Kesaksian yang kedua, yakni wa asyhadu anna Muhammadan
Rasulullaah (Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)
merupakan ikrar dan penegasan dari orang yang mengucapkannya bahwa ia
percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Muhammad adalah seorang nabi dan
rosul yang diutus oleh Allah kepada seluruh umat manusia untuk membawa
risalah tauhid, sebagaimana yang ditegaskan dalam syahadat tauhid. Karena
itu pula, syahadat yang kedua ini selanjutnya disebut sebagai Syahadat
Rasul.

B. Urgensi syahadatain
Syahadat merupakan syarat pertama danutama bagi siapa pun yang ingin
memeluk agama Islam. Karenanya, siapa pun yang mengaku dirinya seorang
muslim, maka ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Lebih dari itu,
dengan dua kalimat syahadat itu pula keislaman seseorang akan diketahui,
sehingga ia menjadi terjaga hak-haknya dan keselamatannya.

Barang siapa mengucapkan laa ilaha illallaah (syahadat) dan


mengingkari terhadap penyembahan selain hanya kepada Allah, maka
terjagalah hartanya dan dirinya, sedangkan perhitungan batin orang tersebut
terserah kepada Allah. (HR. Muslim)
Barang siapa mengucapkan asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa
syarika lahu wa anna Muhammadan abduhu wa rasuuluhu, meyakini
bahwa Isa itu adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya serta
merupakan kalimat yang diembuskan-Nya kepada Maryam dan merupakan
ruh suci dari-Nya; meyakini bahwa surge itu benar (haq); dan meyakini
bahwa neraka benar (haq), niscaya Allah akan memasukkan orang tersebut
ke dalam surge dari delapan pintu surge mana saja yang ia mau. (HR.
Muslim)

C. Hukum mengikrarkn syahadat


Sesuai dengan arti kata syahadat itu sendiri, yang berarti kesaksian,
maka mengikrarkan syahadat bagi orang yang memeluk Islam adalah suatu
keharusan. Karena keislaman seseorang itu tidak hanya cukup dalam hati,
tetapi juga harus dinyatakan dalam ucapan dan tindakan. Sebagaimana halnya
iman itu sendiri tidaklah cukup hanya dengan percaya dan yakin di dalam hati,
tetapi juga harus diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dalam tindakan.
Selain itu, dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka keimanan
dan keislaman seseorang akan diketahui, ayng dengannya secara otomatis
seluruh hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim akan berlaku. Hal itu
sejalan pula dengan pelaksanaan rukun Islam lainnya, yakni shalat, zakat,
puasa, dan ibadah haji, yang pelaksanaannya juga dilaksanakan secara
terbuka.

D. Hikmah dan Fungsi Mengikrarkan Syahadat


1. Sebagai tanda dari iman (keyakinan) yang tertanam di dalam qalbu (hati).
Oleh karena iman itu bersifat abstrak, maka perlu diekspresikan dan
dibuktikan dengan ikrar (pengucapan dua kalimat syahadat)
2. Sebagai bukti, bahwa orang yang bersangkutan (mengucapkandua kalimat
syahadat) telah melaksanakan rukun pertama dari lima rukun Islam
3. Sebagai syarat sah untuk melaksanakan berbagai macam amal ibadah dan
kewajiban-kewajiban agama Islam serta untuk mendapatkan hak-hak
sebagai muslim atau muslimah. Seperti menjadi imam shalat, menikah
dengan wanita muslimah, emndapatkan perlindungan terhadap harta dan
jiwa, mendapatkan hak untuk diperlakukan sebagai orang Islam ketika
wafat, seperti dishalatkan jenazahnya dan dikuburkan di pekuburan umat
Islam, dan seterusnya.

E. Syarat pengucapan syahadat


Dua kalimat syahadat yang diucapakan oleh seseorang sebagai bukti
bahwa ia memeluk Islam, maka syahadat tersebut baru dinilai sah jika telah
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Redaksi dua kalimat syahadat harus dimulai dengan ucapan Saya
bersaksi dan harus berbentuk naafi (meniadakan) dan itsbat
(menetapkan), yakni berbentuk ungkapan Tiada Tuhan selain Allah
(asyahadu an laa ilaaha illallaah). Oleh karena itu, redaksi syahadat yang
tidak berbentuk naf dan itsbat seperti ucapan Allah Maha Esa dan
Muhammad adalah utusan-Nya (Allahu waahid wa Muhammad
Rasuuluhu), maka menurut pendapat mayoritas para ulama, termasuk
madzab Syafii adalah tidak sah
2. Seseorang yang ikrar masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat
syahdat harus mengerti maknanya, meskipun secara global. Oleh karena
itu, orang yang membimbing pengucapan dua kalimat syahadat oleh orang
ajami (non Arab) hyyang tidak mengerti maknanya harus
menerjemahkannya ke dalam bahasa yang difahami. Jika tidak, maka
syahadat yang diucapkan belum sah sehingga yang bersangkutan belum
disahkan sebagai orang Islam
3. Dua kalimat syahadat harus diucapkan secara tertib dan berurutan. Oleh
karena itum syahadat tidak boleh dibalik dengan mendahulukan
persaksian terhadap Nabi Muhammad SAW dan mengakhiri persaksian
terhadap Allah SWT. Jika dibalik, maka tidak sah dan yang bersangkutan
belum diakui keislamannya
4. Dua kalimat syahadat harus diucapkan secara langsung, oleh karena itu,
syahadat tidak boleh terpisah oleh kalimat lain atau waktu yang relative
lama. Jika dipisah oleh kalimat lain atau oleh waktu yang relative lama,
maka tidak sah dan yang bersangkutan belum diakui keislamannya
5. Orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat harus sudah dewasa
(baligh) dan normal akalnya (aqiel). Oleh karena itu, keislaman anak kecil
atau orang yang tidak normal akalnya dinilai sekadar ikut-ikutan. Agar
menjadi orang Islam yang sesungguhnya, maka sesudah memasuki usia
aqil baligh harus mengucapkan dua kalimat syahadat
6. Orang yang mengucapkan dua kalimat syahaat harus menghincari hal-hal
yang dapat membatalkan syahadatnya. Oleh karena itu, jika ada orang
membaca dua kalimat syahadat tetapi ia melakukan perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dnegan syahadatnya seperti menyembah patung, maka
syahadat dan Islamnya menjadi tidak sah atau batal
7. Pengucapan dua kalimat syahadat harus didasarkan atas kemauan sendiri,
bukan karena paksaaan. Jika karena paksaan orang lain, maka hukumnya
tidak sah.
F. Makna ilah
Qaladz Qaa ilaaha Illallah memiliki 2 rukun yaitu an nafyu (peniadaan)
dan al itsbat (penetapan). An nafyu ditunjukkan pada kalimat Qaa ilaaha,
yang artinya meniadakan semua peribadahan kepada selain Allah. Sedangan
Al Itsbat ditunjukkan kepada kalimat illallah yang artinya menetapkan bahwa
hanya Allah saja yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagiNya. Maka
maksna Qaa ilaaha illallah adalah laa mabuda bi haqqin illallah, yang
artinya tidak ada sesembahan yang benar dan berhak diibadahi kecuali Allah
semata. Sebagaimana firmal Allah dalam surat Al-Lukman yang artinya
Yang demikian itu karena Allah adalah sesembahan yang Haq (benar),
adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah sesembahan
yang bathil. (QS. Luqman: 30). Makna ilah adalah sesembahan yang
ditaati dan yang dipuja dalam hati dengan cinta, pengagungan, dan
ketundukan. Sehingga, tidak ada ilah yang benar dan berhak diibadahi kecuali
Allah semata.
Makna dari syahadat Rasul adalah mengikrarkan dengan lisan dan
meyakini dengan hati bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba Allah dan
utusan Allah kepada semua makhluk dari jin dan manusia. Allah SWT
berfirman
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku (QS. Adz Dzariyat : 56)
Tidaklah bisa beribadah kepada Allah kecuali dengan wahyu yang
dibawa oleh Muhammad SAW. Allah SWT berfiman:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Quran kepada hamba-Nya
(Rasulullah), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(QS. Al Furqan: 1)

Rasyid, M. Hamdan dan Saiful Hadi Es-Sutha. 2016. Panduan Muslim Sehari-Hari
dari Lahir sampai Mati. Jakarta: WahyuQolbu

Taufiqurrohman. Panduan Syahadat Edisi Praktis. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai