Anda di halaman 1dari 9

BAB I

AKIDAH ISLAM

PENDAHULUAN
Manusia sebagai khalifah di bumi dengan permulaan Adam sebagai manusia pertama
dan Hawa sebagai istrinya. Dalam kehidupan dunia yang fana, dengan keberadaan nafsu yang
memberi racun kenikmatan sementara. Adam AS berusaha berserah diri kepada Allah dan
menjauhi hal – hal yang berbau nafsu yang dapat mencelakainya kembali. Maka membatasi
diri dengan memcermatkan perilaku perilaku dengan menganalisis baik dan buruknya,
dampak dan keberadaanya. Bumi adalah tempat ujian bagi manusia, dengan begitu
sebagaimana dalam kitab suci. Supaya dapat terselamatkan menuju kehidupan sebenarnya
perlu mentaati larangan Allah sebagai hukum harus terlaksana dan menjalankan kebaikan
sebagai kewajiban kita hambanyi. Dan hukum Allah itu bersifat absolut yang harus konsisten
dijalankan oleh hambanya ketika di dunia. Hukum itu bernama syariat yang terbebankan
kepada hamba yang telah mukallaf. Syariat Allah adalah obat yang tidak ada duanya harus di
laksanakan dan tabah konsisten menjalankan dengan hiruk piuk kesenangan dunia.

Syariat Allah wajib bagi manusia baru masuk Islam ataupun siapa saja yang telah
bersyahadat. Karena bila mana mengerjakan dengan tak berstatus Islam. Amal itu akan sia –
sia dan tak tercatat kebaikan oleh malaikat Allah. Al Qur’an dan Hadist sumber keterangan
dari syariat itu sendiri, Al qur’an dengan sastra yang tinggi dan hadist sebagai penafsiran
terpercaya dari Al Qur’an. Dua sumber di kaji dan dipakai dalam menjalankan peribadatan
Islam dimanapun berada. Namun, dalam mngaplikasikan itu semua perlu mengetahui lebih
dalam apa arti islam itu sendiri, sebagaimana juga iman dan islam yang menjadi piramida
islam, tiga sudut saling berkaitan harus di aplikasikan dalam kehidupan, agar supaya dapat
menambah wawasan dan pemantapan akan keyakinan islam(Nur Hadi, 2019:47).

PENGERTIAN ISLAM

Islam berasal dari bahasa Arab dari lafadz salima yang berarti selamat, lalu dalam
bentuk lain yaitu aslama yang bermakna menyerahkan diri atau tunduk dan patuh
sebagaimana keterangan dalam kitabus saadah. Dalam Al Qur’an terdapat penjelasan Allah
berfirman :
“ Bahkan, barang siapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah sedang ia berbuat kebaikan,
maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka akan
tidak pula bersedih hati”. (QS. Al- Baqarah: 112).

Sedangkan orang yang masuk islam disebut muslim, bentuk isim fail dari lafadz tersebut,
orang yang telah masuk Islam berarti dia yang telah menyerahkan dirinya pada Allah SWT.
Islam agama samawi terakhir diperuntukkan oleh Allah bagi manusia yang berlaku sampai
akhir zamani. Islam agama diridhoi Allah sebagaimana ayat turun pada nabi ketika beliau
sedang melaksanakan haji wada’.

Sedangkan secara istilah Islam agama didakwahkan oleh nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu, berlaku semua manusia yang ajaranya seluruh
aspek kehidupan manusia. Tercakup atas tiga tema yaitu akidah sebagai keyakinan, syariat
sebagai pengamalan dan akhlak sebagai perilaku. Ketiganya adalah fokus rasulullah ketika
berdakwah karena islam yang dibawanya adalah agama penyempurna dari agama – agama
sebelumnya. Islam adalah agama yang menmanusiakan manusia, dengan menghapus sistem
perbudakan, penjajahan, kasta yang masih dijalankan oleh manusia.Oleh karena itulah,
selayaknya bagi kita untuk bersyukur atas nikmat islam. Lalu, terminologi islam secara
lughah meliputi : Al- Istislam ( berserah diri, As- salamah ( Suci bersih), As Salam (selamat
dan sejahtera, as slamah ( suci bersih), As Salam ( selamat dan sejahtera), As Silmu
( perdamaian) dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj)(Siregar,2020:101).

A. PENGERTIAN IMAN

Iman berarti keyakinan atau kepercayaan akan suatu hal yang dipercayai berdasarkan
bukti yang diterimanya sehingga timbul dalam diri akan kepercayaan( Masruroh, 2001 : 59 ).
Dalam hadist dijelaskan bahwa iman adalah membenarkan dengan hati, mengamalkan
dengan badan dan mengucapkan dengan lisan. Istilah lain bahwa iman berarti apa yang
dibenarkan hati atas adanya sebab yaitu hidayah Allah. Karena tak semua orang non islam
yang tahu Islam pasti akan masuk Islam. Melainkan ada tetap kekafiranya bahkan menjadi
tak percaya akan keberadaan tuhan itu sendiri yang disebut Atheis. Maka orang yang telah
masuk islam, terselamatkan atas hidayah Allah yang tertentu sesuai kehendaknya kepada
siapa akan diberi. Atas itu kedudukan iman penting setelah islam, banyak keterangan dari
nash Al qur’an dan Hadist yang menjelaskanya seperti keterangan yang diriwayatkan oleh
muslim, kitab al-iman, bab bayan Arkan al-Imanwa al-Islam )

“Iman adalah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab


Nya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan takdir yang baik dan buruk”.

Ini penjelasan dalam konteks ucapan sebagai pembenaran atas apa yang di yakini terkait
iman dengan perbuatan sebagaimana keterangan ;

“iman terdiri dari tujuh puluh cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan La ilahaillallah,
yang terendah adalah salah satu cabang imanii

Hal ini didukung oleh firman Allah surat Al-Baqarah :143

dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan ]agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supayanyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
(QS. Al- Baqarah: 143)

Umat Islam adalah umat spesial, dengan keberlimpahan pahala atas ibadah yang tak
seberapa dibandingan umat dulu dengan pelaksanaanya yang begitu lama. Umat Islam adalah
umat dimana nabinya bisa memberi pertolongan kepadanya bila ia bersholawat kepada
nabinya ( Mujahid,2020:272) ). Kitab sucinya menjadi amal yang menyertai di alam kubur
bila ia membacanya dan penerang di hari penghakiman manusia. Dan semua amal yang
berguna itu bisa dilakukan,dengan keimanan yang kuat kepada tuhan. Karena iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Oleh sebab itu, akan di
jabarkan apa saja hal – hal yang dapat menambah kualitas iman itu sendiri.

Sebab-Sebab Bertambahnya Iman

1. Percaya Tuhan

Sebagiamana urutan dalam rukun iman sendiri bahwa rukun pertama adalah percaya pada
Allah SWT sebagai tuhan semesta alam yang satu tidak ada persekutuan. Ayat – ayat ilahiyah
yang terkandung dalam Al Qur’an harus di hayati sebagai bentuk ketaqwaan pada Allah
SWT, kebesaranya sempurna termaktub dalam asmaul husna yang berisi sifat sifatnya dan
ketinggian dzatnya. Allah tuhan sekalian alam adalah nyata keberadaanya dengan keberadaan
mahluk – mahluk yang diciptakanya. Seperti dalil nash yang menjelaskan :

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".

Dengan meningkatnya pengetahuan semakin membuat hambanya kuat akan keyakinan.


Karena dengan mengetahui hal itu dapat membuat cakrawala berfikirnya akan ketakjuban
ciptaan tuhan. Seperti maqolah Arab “ Taffakur fi holqillah wala tafakkur fii idzatillah “ yang
mengindikasikan untuk mengetahui seluk beluk mahluk Allah yang diciptakanya. Sehingga
dampak dari kuatnya keimanan menjadikan manusia semakin lebih mengetahui agama Allah
yang diridhoinya seperti penelusuran kitab suci yang berisikan hukum – hukum Allah dan
sejarah – sejarah umat terdahulu. Lalu setelah manusia mendalami itu maka betapa nikmat
yang dirasakanya atas pemberiat nikmat oleh Allah dengan keadilanya, kasih sayangnya dan
kepedulian akan para hambanya( Siregar, 2020 :103)

2. Taat

Buah dari keimanan adalah ketaatan, sebagaimana keterangan dalam kitab Qomi Tughyan “
Al Imanu yazidu bit to’ah wa yanqusu bil ma’siat “. Iman bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan maksiat yang dilakukan. Taat adalah menjalan sebagaimana beban
diberikan kita sebagai hamba Allah yaitu Imtisalu awamirihi waj tinabu nawahiyhi.
Melakukan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Mengapa harus ada
larangan ?, karena kita manusia hidup di dunia adalah masa diberi cobaan sebagai bukti
sayang Allah bahwa ada kebahagiaan hakiki dari pada bumi yang fana ini yaitu surganya.
Dan larangan itu adalah hal – hal yang kebanyakan nikmat yang sementara dengan dampak
negatif datang bila itu dikerjakanya.
3. Mengimani Rukun Iman

Setelah mengimani Allah SWT maka wajib juga iman akan percaya dengan malaikat, kitab,
rasul, hari kiamat dan ketetapannya bernama qada dan qadhar. Utama di laksanakan karena
yang namanya rukun adalah kewajiban harus terlaksana dan tak boleh menghindar atau
mengabaikanya. Lima rukun tersebut adalah hal yang pasti ada dan berkaitan dengan manusia
selama hidupnya baik di dunia dan akhiratiii.

Tujuan Iman

Bukti terimplementasi iman pada Allah SWT ialah dengan kehidupan yang terjalani sesuai
ketentuan – ketentuanya. Demikian karena itu adalah sebuah penilaian akan tampak pada diri
seseorang apakah ia baik, maka dipastikan karena kehidupanya yang sesuai norma dan
apakah ia buruk dipastikan juga karena tidak menjalankan norma sesuai semestinya. Ambil
contoh bila mana ia baik dalam menghadapi perkara dunia maka ia akan berpasrah diri pada
Allah SWT bukan kepada lainya yang mana pekerjaan menyekutukan Allah yang esa. Prinsip
hidup hamba yang taat akan tertanam bahwa mati dan hidupnya beserta jodoh ataupun hal-
hal yang belum terjadi dipasrahkan penuh pada Allah SWT, bukan kepada lainya seperti
dukun, jimat ataupun itu yang menyalahi syariat. Sifat – sifat Allah yang sempurna akan
dijadikan penghayatan lebih bagaimana Allah itu maha agung yang berbeda dengan mahluk
yang diciptakanya seperti dalam ranah melihat, mendengar, keberadaanya dan jumlah.
Seorang hamba akan hati hati setiap apa perkara yang akan dikerjakanya, karena dalam
hatinya Allah melihat setiap gerak gerik yang dilakukanya itu. Oleh sebab itu tendensi
keimanan yang tertanam pada tiap – tiap hamba menjadi tolak ukur bagaimana ia
berkehidupan dalam berkelanjutan. Apakah imanya masih baik ataukah buruk atau
berkurang, itulah permasalahanya yang harus kita benahi dengan terus mermuhasabah diri
untuk kedepanya.

C. PENGERTIAN IHSAN

Secara Estimologi ihsan berarti” Kesempurnaan” atau “ terbaik”. Secara istilah


bahwa ihsan adalah seseorang yang menyembah Allah seolah- olah ia melihat- Nya, dan jika
ia tidak mampu untuk membayangkan maupun melihatnya, maka orang tersebut pastinya
membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannyaiv.1

Dalil AL-Qur’an dan As- Sunnah tentang Ihsan (berbuat baik)

‫وأنفقوا في سبيل هللا وال تلقوا با يد يكم إلى التهلكة واحسنوا إّن هللا يحب المحسنين‬

"Dan Infaklah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan disenidri kedalam
kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”. (QS. Al- Baqarah: 195)

‫إّن ا هلل مع الذين اتقوا والذين هم محسنين‬

“Sungguh, Allah beserta orang- orang yang bertakwa dan orang- orang yang berbuat
kebaikan”. (QS. An- nahl: 128)

‫و من يسلم وجههه الى هللا عا قيبة االومر‬

" Dan barang siapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya
kepada Allah kesudahan segala urusan”. (Al-luqman : 22)

‫هل جزاء االءحسان ااّل االءحسان‬

" Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula”. (QS. Ar- Rahman: 60)

“ Pantaskah manusia menjadi heran bahwa kami memberi wahyu kepada manusia dan
gembirakanlah orang- orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi
disisi Tuhan”. Orang- orang kafir berkata.” Orang ini (Muhammad) benar- benar pesihir.
(QS. Yunus :2

Hadits

Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu.” ( HR. Ahmad, Muslim,
dan Iman Empat)

Rasulullah juga bersabda :

“ Berbahagialah seorang budak yang meninggalkan dunia dalam keadaan beribadah kepada
Allah dengan baik dan sahabat melayani majikannya dengan baik pula, sungguh baik
baginya”.2
1

2
Bagaimana Ihsan dalam Ibadah

Di Dalam sebuah Hadits di ceritakan dialog antara Nabi saw dan malaikat Jibril.
Jibril berkata kepada beliau.

“ Terangkan kepadaku tentang Ihsan”

Lalu beliau menjawab,

“ Yaitu engkau beribadah kepada Allah SWT seolah- olah engkau melihatnya. Jika engkau
tidak melihatnya, maka engkau yakin benarlah bahwa Allah melihatmu”. ( HR. Bukhori dan
Musli)

Nabi Muhammad SAW menerangkan kepada Jibril bagaimana keimanan punya tingkatan,
tingkatan pertama yaitu tingkatan tertinggi bagaimana hamba me lihat Allah SWT seakan
akan ia melihatnya. Hal tersebut terjadi karena adanya maqam pada dirinya di sisi Allah
berdasarkan persaksianya terhadap Allah SWT yang disebut musyahadah. Atau Ainu yaqin
istilah lainya, hal – hal ghaib yang ada disekitarnya ia menyakini melihat sebagaimana
melihat kebiasaan akan ketampakanyav. Sehinngga buah dari kedudukan tersebut menjadikan
seseorang merasa di awasi atau perlindungan dari luar atas apa yang dipekerjakanya. Dan
kedua maqam muraqabah, maqam ini dalam konteks hamba berada di maqam ini merasa di
awasi bahkan bagaimana keadaan hatinya. Sehingga seseorang merasa hati hati seperti
menjaga keadaan hatinya apakah ia ikhlas, iri ataukah takabbur dalam kondisi hatinya. Dalam
tasawwuf term ini di jelaskan secara gamblang dengan sebutan lainya, suluk, thoriqah dan
lain lain(Ahmad Muzakki,2020:313

HUBUNGAN ANTARA ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Seperti di singgung sebelumnya, menilik dalam buku Akhlaq Tasawwuf karya DR. Hasyim
Syamhudi bahwa islam, iman dan ihsan adalah tiga poros piramida islam yang saling
berkaitan( Syamhudi, 2013:3). Hal itu tak bisa dipungkiri karena ketiganya akan dilalui
hamba secara bertahap, misalnya islam di peluk oleh manusia terkadang tidak dalam
keyakinan akan tetapi ikut – ikutan orang tuanya. Lalu status dia yang muslim lambat laun
dalam menjalankan rutinitas keagamaan akan lahir buah – buah keimanan pada dirinya
sampai ia ber ihsan dengan maqam tinggi seolah olah ia melihatnya vi. Subtansi dari iman
adalah akidah sedangkan ihsan adalah akhlak. Dalam hadtis Rasulullah SAW disebutkan,
“Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Dalam hadits lain, beliau
bersabda, “akhlak yang mulia adalah setengah dari agama.” kemudian ada salah seorangg
sahabat bertanya kepada beliau, “anugerah apakah yang palling utama diberikan kepada
seorang muslim?” Beliau menjawab, “Akhlak yang mulia.”

Islam sebagai kesempurnaan dari agama sebelumnya tercakup aspek – aspek


kehidupan pastinya mengulas detail akan urgent nya suatu akhlak sesuai tuntunan nabi
Muhammad SAW. Agama adalah nasihat harus terjalankan dengan rasa tanggung jawab
sebagai pemeluknya. Akhlak terpuji adalah ciri khas hamba muslim mukmin yang baik, dan
pekerjaan hatinya terpenting bagaimana hamba itu beribadah namun dengan riya’ maka sia –
sia amal ibadahnya. Maka akhlak sebagai perkara yang tampak dan tasawwuf perkara yang
tak tampak harus dikombinasikan saling baiknya agar nilai dari suau ibadah yang dilakukan
nilainya tetap sama tak berkurang(Hamid Wahid,2018:194).

PENUTUP

Islam adalah agama komplit dalam memperhatikan aspek – aspek kehidupan pemeluknya,
islam yang bermaknakan tunduk patuh atas apa yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW
turut melahirkan keimanan dan ihsan. Keduanya berkaitan dengan islam dalam aktivitas
beribadah. Islam yang dibawa nabi awal pula amal yang menjadi tendensi adalah
menyepurnakan akhlak pada uma saat itu. Bagaimana perilakunya tak mencerminkan
memanusiakan manusia dan jauh dari norma – norma baik yang diabaikan dan dilupakan
begitu saja. Karena itu nabi berusaha menjadi suri tauladan baik agar apa yang belaiu
dakwahkan sesuai apa yang menjadi karakter, tabiat beliau dalam berkehidupan. Lalu,
memperbaiki iman dengan syarat persaksian Allah itu tuhan dan nabi adalah utusan dalam
masuk islam. Lalu, setelah iman baik dengan diimplementasikan secara baik maka seseorang
tersebut akan melaksanakan apa itu ihsan yang punya tingkatan sulit untuk dicapai. Ihsan
adalah muaatan ulang dari islam dan iman bagaimaa ihsan menjadi tahap akhir hamba berada
di tahap itu dalam menjalankan rutinitas ibadahnya.

Maka islam, iman dan ihsan tak bisa dipisahkan walaupun itu satu, semua harus terjalankan
dalam mencapai maqam atas bagaimana kenikmatan ilahi itu sangatlah ternikmatkan dengan
hal – hal kecilpun terjadi disekitarnya.

a
i

ii

iii

iv

vi

Anda mungkin juga menyukai