Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad Fiqri Ali

NIM : 210101110006

MATKUL : Pemikiran Pendidikan Islam

DOSEN PENGAMPU : Bapak Mujtahid, M. Ag

RESUME DISKUSI 1

Analisis Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam : Perenialisme, Essensialisme,


Progessivisme, Rekontruksionisme.

Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam

Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau
jenis secara lebih spesifik. Hasan Langgulung menggungkapkan, bahwa tidaklah mungkin
dibayangkan ada pendidikan Islam, sistem pendidikan Islam yang mempunyai ciri-ciri, filsafat
dan tujuan-tujuannya, yang mencerminkan ideologi kehidupan dalam masyarakat Muslim
tanpa adanya teori pendidikan Islam, atau pemikiran (filsafat) pendidikan Islam.

Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu yang
dilakukan secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam
pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang mampu
menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna. Pemikiran
pendidikan Islam, dari waktu ke waktu, mengalami perubahan seiring perubahan zaman dengan
berbagai faktornya.

A. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam Perenialisme

Konsep filsafat pendidikan perenialisme antara lain memiliki beberapa prinsip


diantaranya: Konsep pendidikan yang bersifat abadi, inti pendidikan haruslah mengembangkan
kekhususan manusia yang unik, yaitu kemampuan berfikir. Dalam membahas tujuan belajar,
pendidikan ditujukan untuk mengenalkan kebenaran abadi dan universal pada siswa.
Kebenaran abadi ini adalah fitrah yang menjadi bawaan peserta didik sejak dilahirkannya. Baik
fitrah ibadah/agama, fitrah ingin tahu/mencari kebenaran, fitrah kasih sayang, dan fitrah akhlak.
Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting dimana sebagai pentransfer pengetahuan juga
harus dapat mempertahankan peserta didik untuk tetap pada fitrahnya. Bagi Perenialisme
pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya ketika peserta didik beranjak
dewasa. Sedang dalam pemilihan kurikulum menggunakan model lama yaitu subject centered
design. Metode yang digunakan adalah yang lebih banyak menekankan pada proses berpikir
dan pengolahan intelektual peserta didik. Sedang dalam pendidikan Islam model perenialisme
lebih dekat dengan model pemikiran pendidikan Islam perenial esensialis madzhabi, perenial
esensialis falsafi, dan perenial esensialis-kontekstual falsifikatif.

Penerapan perenialisme dalam pendidikan agama Islam antara lain dalam menentukan
tujuan pendidikan mengacu pada sumber kebenaran abadi yaitu Al Quran dan Hadits.
Pewarisan budaya juga menjadi satu hal yang urgen dalam perenialisme, hal ini bertujuan untuk
terus melestarikan budaya masa lalu yang dianggap paling ideal. Materi pembelajaran lebih
berpusat pada tradisi dan hasil pemikiran ulama terdahulu. Pengembangan kurikulum seperti
halnya yang digunakan dalam perenialisme yaitu model subject centered. Materi yang harus
dicantumkan antara lain wawasan pemikiran ulama-ulama terdahulu, mewariskan budaya masa
lalu, serta bagaimana mempertahankan peserta didik pada kebenaran fitrah Islam tanpa
memandang agama lain sebagai agama yang salah (truth claim). Dalam pemilihan metode yang
banyak dipilih adalah metode pengajaran Nabi Muhammad dalam mengajarkan agama Islam.

Kekurangan perenialisme, adalah lebih mengutamakan tradisi dan pemikiran lama,


menjadikan pembelajaran kurang begitu menarik. Siswa lebih banyak pasif karena
pembelajaran tidak didasarkan pada minat, kemampuan dan potensi siswa. Sedangkan
kelebihan perenialisme adalah, prinsipnya dalam mewariskan kebudayaan lama sehingga
pemikiran ulama terdahulu tetap bisa sampai dan dipelajari oleh peserta didik. Kelebihan
lainnya adalah tujuan dari pendidikan perenialisme adalah untuk menemukan kebenaran,
dimana dalam wacana Islam kebenaran adalah suatu fitrah yang akan tetap ada dalam diri
manusia dan harus dipertahankan sampai kapanpun.
B. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam Essensialisme

1. Pengertian Essensialisme

Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa inggris yakni essential yang berarti
inti atau pokok dari sesuatu, dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Essensialisme adalah
istilah yang kurang jelas dan mencakup paham yang meneliti essensi, yaitu apa yang membuat
sesuatu adalah sesuatu tersebut, berlawanan dengan kontingensi, yaitu sesuatu yang hanya
kebetulan, yang ketiadaannya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut. Essensialisme memiliki
arti yang berbeda dalam biologi dan filsafat.

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu
telah banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud
dengan kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia yang
pertamatama dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak
zaman Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14
Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha
untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala,
terutama di zaman Yunani dan Romawi purbakala.

Dalam berbicara pendidikan, aliran Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan


yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber
timbulnya pandangan yang berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu
serta kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan terseleksi. Nilainilai yang dapat memenuhinya adalah yang berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang memiliki hubungan empat abad sebelumnya. Sejak zaman
renaissance, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialisme awal. Sedangkan
puncak dari gagasan ini adalah pada pertengahan kedua abad ke-19.

Essensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilainilai yang essensial,


yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun dan telah turun temurun dari zaman ke
zaman, dengan mengambil zaman reneisans. Landasanlandasan ini dihasilkan dari sifat
eklektik dengan titik berat pada idealisme dan realisme modern.
Dalam pandangan esensialis bahwa sekolah-sekolah harus melatih/mendidik siswa
untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis. Sekolah memiliki tanggung jawab untuk
memperhatikan apakah semua siswa menguasai ketrampilan inti dalam kurikulum.. Para
pemikir pendidikan esensialis tidak memandang anak sebagai orang yang jahat dan anak
sebagai orang yang secara alamiah baik ,untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna anak
perlu diajarkan nilai disiplin,kerja keras dan rasa hormat pada pihak yang berwenang.
Sedangkan peran guru adalah membentuk para siswa menangani insting-insting alamiah
mereka dibawah pengawasan sampai pendidikan mereka selesai. Menurut filsafat esensialisme
pendidikan harus bersifat praktis dan memberi anak-anak pengajaran yang logis.

Ada bebera prinsip pendidikan aliran Esensialisme, yaitu:

a) Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan
menekankan pentingnya prinsip disiplin.

b) Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.

c) Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.

d) Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan


disiplin mental.

e) Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena


dianggap tuntunanan demokrasi yang nyata.

C. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam Progresivisme

Aliran atau teori pendidikan progresivisme adalah teori pendidikan yang memfokuskan
pentingnya pendidikan sebagai sarana “kemajuan” atau liberasi peserta didik.Kemajuan atau
progres tersebut adalah kemajuan dalam arti bahwa pendidikan yang dilakukan oleh aliran ini
beranjak dari aliran pendidikan tradisional yang selalu menekankan pada otoritas pendidik dan
otoritas teks yang berlebihan.

Menurut progresivisme,pendidikan “otoriter” semacam itu memiliki banyak kelemahan


karena secara ontologis,pandangan tersebut memang sudah keliru Bagi progresivisme,manusia
secara kodrati sudah dibekali dengan berbagai kemampuan,sehingga secara kodrati juga sudah
dapat menghadapi dan mengatasi masalah yang menekankan atau mengancam keberadaannya
Pendidikan yang otoriter menurut progresivisme akan mengalami kegagalan dan hanya akan
menghadapi berbagai kesulitan dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang baik,karena tidak
memberi ruang yang semestinya kepada kemampuan manusia yang sebenarnya justru
merupakan “motor penggerak” atau daya kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi
dalam kehidupan.

Dalam pandangan progresivisme pendidikan merupakan suatu sarana atau alat yang
dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap bertahan terhadap
semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan
Selain itu proses pendidikan dilaksanakan berdasarkan pada asas pragmatis artinya pendidikan
harus dapat memberikan ke permanfaatan bagi peserta didik terutama dalam menghadapi
persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.

Dalam buku philosophical alternatives in education, Gutek menyebutkan bahwa


pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal:

a) Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong anak untuk


berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang dapat menanamkan
inisiatif kreativitas dan ekspresi pada diri anak.
b) Segala jenis pengacara hendaknya mengacu pada minat anak yang di rangsang melalui
kontak dengan dunia nyata
c) Mengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan sebagai
pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun memberikan banyak
tugas.
d) Prestasi peserta didik diukur dari segi mental fisik moral dan juga perkembangan
sosialnya.
e) Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase pe rkembangan dan pertumbuhannya
mutlak diperlukan kerjasama antara guru sekolah rumah dan keluarga anak tersebut.
f) Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag berisi
gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan.
D. Tipologi Pemikiran Pendidikan Islam Rekontruksionisme

Kata Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti


menyusun kembali. Dalam kamus ilmiah, berarti kehidupan yang merancang dan baru. Dalam
konteks Pemikiran Pendidikan, aliran reconstructivism merupakan suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Imam Barnadib mengartikan rekonstruksionisme sebagai filsafat pendidikan
yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk secara
rekonstruktif menyesuaikan diri dengan untutan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat
adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada dasarnya aliran rekontruksionalisme adalah sepaham dengan aliran perennialisme


dalam hendak mengatasi krisis kehidupan medern. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda
dengan apa yang dipakai oleh perenialisme tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya,
yaitu berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan
utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain rekontruksionalisme
mengehendaki agar peserta didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk secara konstruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat
adanya pegaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada
dalam suasana aman dan bebas.
Rekonstruksionisme menghendaki tujuan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran
siswa mengenai problematika sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh manusia secara
global, dan untuk membina serta membekali mereka dengan kemampuan-kemampuan dasar
agar bisa menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Kurikulum dan metode pendidikan
bermuatan materi sosial, politik dan ekonomi yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Termasuk
juga masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh siswanya. Kurikulumnya menggunakan
disiplin ilmu-ilmu sosial dan metode ilmiah.
Rekonstruksionisme juga menghendaki dalam pemikiran Pendidikan agar peserta didik
dapat membangkitkan kemampuan untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan
tuntunan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai adanya pengaruh ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam pembinaan suasana aman dan bebas.
Melalui Pendidikan yang benar dan tepat akan dapat membina Kembali manusia dengan nilai-
nilai dan norma yang benar demi kebaikan generasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai