Penyebabnya dilakukannya Sujud sahwi ada tiga yaitu menambahkan sesuatu (az-ziyaadah),
menghilangkan sesuatu (an-naqsh), dan dalam keadaan ragu-ragu (asy-syak) di dalam Salat.
melupakan sesuatu dalam shalat
Tata cara Sujud sahwi
Sujud Sahwi dilakukan dengan cara melakukan dua sujud sebelum atau sesudah salam dan
bacaannya adalah sama dengan bacaan sujud lainnya di dalam Shalat. Bacaan sujud sahwi
tetap sama seperti lainnya di dalam shalat.
Sujud sahwi dilaksanakan sebelum salam pada dua keadaan:
1. Apabila terjadi pengurangan, misalnya melupakan tasyahud pertama.
2. Jika hal tersebut karena ragu yang dia tidak dapat memutuskan mana dari dua
kemungkinan yang lebih condong dalam pikirannya.
Sujud sahwi dilaksanakan setelah salam ketika:
Apabila terjadi penambahan di dalam salat, juga termasuk seseorang yang lupa suatu
kewajiban Salat dan telah melakukan salam sebelum menyempurnakan shalatnya, lalu ia
mengingat apa yang dilupakannya (setelah salam) dan (kembali untuk) menyempurnakan
akan salatnya.
sujud sahwi dilaksanakan setelah salam ketika:
1. Apabila terjadi penambahan di dalam salat, juga termasuk seseorang yang lupa suatu
kewajiban Salat dan telah melakukan salam sebelum menyempurnakan shalatnya, lalu ia
mengingat apa yang dilupakannya (setelah salam) dan (kembali untuk) menyempurnakan
salatnya.
2. Jika hal itu karena lupa, ketika salah satu dari dua kemungkinan lebih condong dalam
pikiran seseorang
Pengertian Zikir
Kata zikir berasal dari kata “zakaro" >> "yazkuru" >> "zikran", artinya; mengingat,
menyebut, menuturkan atau merenungi. Sedangkan menurut istilah adalah mengingat Allah
Swt., dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan cara menyebut semua
sifat-sifat keagungan-Nya atau kemulian-Nya, seperti membaca tasbih, tahmid, takbir dan
tahlil. Sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an:
لِي َواَل تَ ْكفُرُو ِنfم َوا ْش ُكرُواfْ فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Qs. Al-Baqarah 2:152)
هَّللا َ ِذ ْكرًا َكثِيرًاfيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ْاذ ُكرُوا
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya)
sebanyak-banyaknya, (Qs. Al-Ahzab 33:41)
Diriwayatkan dari Abu Darda' ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Maukah kamu aku tunjukan amalan yang terbaik dan paling suci disisi Rabbmu,
yang paling mengangkat derajatmu. Lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan
perak dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu lantas kamu memenggal
leher mereka atau mereka memnggal lehermu?" Para sahabat yang hadir menjawab; "Tentu
saja wahai Rasulullah!" Beliau bersabda: "Zikir kepada Allah yang Tinggi." (HR. Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Pengertian Doa
Doa menurut bahasa adalah memanggil atau memohon sesuatu, sedangkan menurut
istilah adalah permohonan sesuatu yang disampaikan manusia sebagai makhluk kepada
Allah Swt sebagai Sang Pencipta dengan merendahkan diri dan tunduk kepada-Nya, baik
untuk kepentingan hidup di dunia maupun di akherat.
وا بِي لَ َعلَّهُ ْمffُت َِجيبُوا لِي َو ْلي ُْؤ ِمنf ان ۖ فَ ْليَ ْسf
ِ fاع إِ َذا َد َع ُ َ َأَلf َوإِ َذا َس
ِ fَإِنِّي قf َا ِدي َعنِّي فffَك ِعب
ِ َّدf َوةَ الfريبٌ ۖ أ ِجيبُ َد ْعf
َيَرْ ُش ُدون
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar
mereka memperoleh kebenaran. (Qs. Al-Baqarah 2:186)
Bagi seorang mukmin yang ingin berhasil dalam kehidupan ini, ada dua cara yang harus
ditempuhnya yaitu: berusaha dan berdoa kepada Allah. Kedua hal ini harus ditempuh,
karena di dalam kehidupan ini ada hal-hal yang dapat dijangkau oleh pemikiran manusia,
tetapi ada pula yang tidak dijangkaunya. Oleh karena itu kedua cara ini harus ditempuh
secara bersama-sama.
Tata Cara Zikir dan Berdoa
Mengucap zikir pada dasarnya tidak dibatasi jumlah bilangan. Demikian pula
mengenai lafal, waktu, cara dan tempat melaksanakannya. Akan tetapi, zikir seyogyanya
dilakukan di tempat-tempat yang suci dilandasi dengan niat yang ikhlas, di samping sikap
kusyu dan tawadhu, Allah Swt berfirman:
َال َواَل تَ ُكن ِّمنَ ْالغَافِلِين
ِ صَ ضرُّ عًا َو ِخيفَةً َو ُدونَ ْال َجه ِْر ِمنَ ْالقَوْ ِل بِ ْال ُغ ُد ِّو َواآْل َ ََّو ْاذ ُكر َّرب
َ ك فِي نَ ْف ِس
َ َك ت
Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang lengah. (Qs. Al-A'raf 7:205)
Firman Allah Swt. di atas memuat tata cara (adab) berzikir, antara lain :
1. Zikir hendaknya dilakukan dengan sikap tadarru' (merasa dirinya hina dan papa di
hadapan Allah Swt). Dengan demikian orang yang berzikir harus memperlihatkan sikap
tawadhu' kepada-Nya.
2. Zikir dilakukan dengan rasa takut kepada Allah Swt. Takut kepada keagungan dan
kemuliaan Allah Swt.
3. Zikir dilakukan dengan suara yang lembut,pelan dan kusyuk.
Cara berzikir ada tiga macam, yaitu:
1. Zikir dengan hati
Zikir dengan hati ialah dengan cara bertafakur memikirkan ciptaan Allah Swt, sehingga
timbul di dalam pikiran kita bahwa Allah Swt. adalah Dzat yang Maha Kuasa. Semua yang
ada di dalam alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dan mengaturnya, yaitu Allah
Swt.
2. Zikir dengan perbuatan
Yaitu dengan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Semua itu mesti
diawali dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah Swt. Jadi, menuntut ilmu,
bersilaturahmi, mencari nafkah, dan amalan-amalan lainnya yang diperintahkan oleh agama
adalah termasuk dalam lingkup zikir dengan perbuatan
3. Zikir dengan ucapan
Zikir dengan ucapan yaitu dengan cara menyebut asma Allah atau dengan mengucapkan
kalimat-kalimat WD\\LEDK. Sehingga setiap kali menyebut-Nya akan semakin bertambah
keimanan kita kepada Allah Swt.
Contoh kalimat toyibah:
Adab Berdoa
1. Menghadap kiblat.
2. Memperhatikan saat yang tepat untuk berdoa, seperti di tengah malam dan sehabis shalat
fardhu.
3. Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu.
4. Memulai dengan istighfar, memuji Allah, dan membaca shalawat.
5. Harus ada sikap tawadhu' (rendah hati) dan Tadarru' (rendah diri) dan rasa takut.
6. Hendaklah disertai dengan hati yang khusyu’ dan meyakini bahwa doanya akan
dikabulkan
oleh Allah Swt.
Dengan sering kita berdoa setelah shalat fardu banyak manfaat yang akan diperoleh,
diantaranya:
1. Akan terhindar dari sifat sombong dan congkak.
2. Akan terhindar dari sifat gampang putus asa.
3. Hati dan pikiran kita akan tenang dan tentram.
4. Akan memberi motivasi atau dorongan yang kuat dalam menjalani kehidupan ini.
5. Memberikan perlindungan dalam menempuh kehidupan.
6. Kita akan merasa semakin dekat dengan Allah Swt.
7. Di akhirat kelak, kita akan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah, yaitu surga
Doa yang Tidak/Belum Terkabulkan
Dalam melaksanakan doa, ada beberapa sebab
mengada doa seseorang tidak atau belum dikabulkan, yaitu :
1) Sedang melakukan perjalanan jauh yang jarak tempuhnya tidak kurang dari 80,640
km. Perjalanan yang dilakukan bertujuan baik, bukan untuk kejahatan dan maksiat.
c. Salat yang diqasar adalah salat adaan (tunai), bukan salat qada'.
Mengambil posisi duduk iftirasi atau tawaruk, atau duduk cara lain yang sopan
dengan menghadap ke kiblat
Rukuk dengan cara sedikit membungkuk, dan sujud seperti biasa jika mungkin. Bila
tidak, maka sujud dengan mengangguk lebih rendah dibanding anggukan rukuk
Mengambil posisi berbaring miring ke kanan kepala di utara sedemikian rupa hingga
wajah dan dada tetap menghadap kiblat. Tangan bersedekap jika memungkinkan
Gerakan shalat dilakukan dengan isyarat-isyarat anggukan kepala jika tidak kuasa
maka dengan isyarat kedipan mata atau isyarat apapun yang masih dapat dilakukan
Bacaan-bacaan dikerjakan sebagaimana biasa kalau tidak kuasa maka dibaca dalam
hati.
SHOLAT SUNNAT MUAKAD DAN GHAIRU MUAKAD
A. SHALAT SUNNAH MUAKAD
1. Pengertian shalat muakad
Shalat sunnah muakad adalah shalat sunnah yang dikuatkan (selalu dikerjakan Rasulullah
dan jarang ditinggalkannya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad:
1) Tidak didahului adzan dan iqomah
2) Dileksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah idain
3) Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4) Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
5) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
6) Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha dan shalat sunnah rawatib
dan ada yang dibaca jahr (keras): shalat sunnah idain. (Ibrahim, 2008: 120)
2. Macam-macam shalat sunnah muakad
a) Shalat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu baik dikerjakan
sebelum shalat fardhu ataupun sesudahnya. Yang sering disebut shalat qobliyah (sebelum),
shalat ba’diyah (sesudah). (Amir Abyan, 2008: 108)
Yang termasuk shalat sunnah rawatib
Menurut kesepakatan semua ulama
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai berikut:
ﺮﻮﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺍﺮﻯ. ﻋﻟﻰ ﺸﻴﺊ ﻤﻥ ﺍﻠﻧﻮﺍ ﻓﻞ ﺃﺸﺪ ﻤﻧﻪ ﺗﻌﺎﻫﺪﺍﻋﻠﻰ ﺮﻜﻌﺘﻰ ﺍﻠﻓﺠﺮ.ﻡ.ﻋﻦﻋﺎﺌﺸﻪ ﻠﻡ ﻳﻜﻦ ﺍﻠﻧﺑﻲ ﺺ
Artinya: dari Aisyah r.a.. “tidak ada shalat sunnah yang dipentingkan oleh Nabi SAW selain
dua rakaat sebelum subuh (shalat fajar).” (H.R. Al-Bukhari: 1093)
2) Dua rakaat sebelum shalat dzuhur
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur
4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5) Dua rakaat sesudah shalat isya’ (Ibrahim, 2008: 121)
Keutamaan shalat sunnah rawatib:
a. Keutamaan shalat sunnah sebelum subuh
Dijelaskan oleh hadits sebagai berikut:
Yang artinya: “dari Aisyah r.a. dari Nabi SAW. Beliau telah bersabda, dua rakaat sebelum
fajar itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim)
b. Keutamaan shalat sunnah dzuhur baik qabliyah maupun ba’diyah dan shalat sunnah
sesudah shalat maghrib dan sesudah isya’
Dijelaskan dalam hadits, yang artinya sebagai berikut:
“siapa yang shalat sehari semalam dua belas rakaat, maka dibangunlah bagimya sebuah
rumah di surga, yaitu 4 rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat sesudah dzuhur, 2 rakaat sesudah
maghrib, 2 rakaat sesudah isya’ dan 2 rakaat sebelum subuh.” (HR. Turmudzi). (Amir
Abyan, 2008: 109)
b) Shalat sunnah malam
Shalat sunnah malam adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah shalat
isya’ sampai terlihat fajar.
Macam-macam shalat sunnah malam
1. Shalat witir
Shalat witir adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari setelah shalat isya’
hingga terbitnya fajar dengan jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling
banyak sebelas rakaat. Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat malam.
Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah muakkadah
sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.
Dasar Pengambilan Khulashotul Kalam halaman 112
الو ْت ِر َوا ِجبَةٌ ِع ْن َد أبِى َحنِ ْيفَةَ َو ُسنَّةٌ ُمؤَ َّك َدةٌ ِع ْن َد َغي ِْر ِه
ِ ُصالة
Cara pelaksanaan shalat witir
a. Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat salam.
b. Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak tidak usah membaca tasyahud awal
Syafi’i 1 rakaat -
(Abdurrahman, 2006: 414)
2. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari. Waktu yang paling
baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah shalat isya’ sepertiga malam yang
terakhir. Jumlah bilangan rakaatnya paling sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak
terbatas. Allah berfirman: surat al-isra’: 79
“dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”
3. Shalat tarawih
Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari, pada bulan
ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh.
Bilangan rakaat shalat tarawih
Madzhab Bilangan Alasan
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh Khalifah
Hanafi 20
Umar bin Khatab dalam rangka mensyiarkan
Hambali 20
malam ramadhan
Melihat penduduk Madinah melakukan
Maliki 39
shalat tarawih 39 rakaat disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat malam pada
hadits
11 bulan ramadhan maupun selain ramadhan
Aisyah
hanya sebanyak 11 rakaat
Perbedaan pendapat tentang hal initidak perlu menjadi bahan pertentangan karena tarawih
itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya tidak terbatas. Semua itu
untuk menghidupkan malam ramadhan yang banyak berkahnya. Jika shalat tarawih
dilaksanakan empat rakaat maka tidak diselingi dengan tasyahud awal.
c) Shalat Sunnah Idain
Kata idain berarti dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Shalat idain
adalah shalat sunnah yang dilakukan karena datangnya hari raya idul fitri atau idul adha.
Shalat idul idul fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal, sedangkan shalat idul adha di
laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat idain disyariatkan pada tahun pertama
hijriyah.
Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha, yaitu:
Madzha
Hukum
b
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat
Hanafi jum’at tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut maka
akan menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah
Waktu pelaksanaan shalat ied menurut imam madzhab, yaitu:
Madzha
b Waktu shalat
Hambali Sejak naiknya matahari setombak sampai waktu zawal
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari (waktu
Syafi’i
zawal)
Imamiya Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari (waktu
h zawal)
Tata cara shalat ied menurut madzab-madzhab, sebagai berikut:
Madzha
b Tata cara
Niat, mengucapkan takbiratul ihram, mengucapkan takbir 3 kali
diselingi dengan diam sejenak sekadar bacaan 3 kali atau juga
boleh mengucapkan ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ
Hanafi Kemudian ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢacabmem setelah itu membaca
alfatihah dan surat, lalu ruku’ dan sujud. Rakaat kedua,
membaca alfatihah, surat, takbir 3 kali, ruku’, sujud,
menyempurnakan shalat hingga selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, membaca doa iftihah, kemudian
takbir tujuh kali, tiap-tiap 2 takbir di selingi
ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮSecara perlahan, kemudian
membacaﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢ kemudian membaca
Syafi’i alfatihah, surat Qaf, ruku’, sujud. Rakaat kedua, membaca
takbir yang kemudian di tambah 5 kali takbir lagi, diantara 2
takbir diselingi membaca ﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﻮﺍﻠﺤﻤﺪﺍﷲﻮﻻﺍﻟﻪﺍﻻﺍﷲﻮﺍﷲﺍﻛﺑﺮ
Kemudian membaca alfatihah dan surat iqtarobat kemudian
menyempurnakan hingga selesai.
Hambali Membaca doa iftitah, membaca takbir 6 kali, yang diantara 2
takbir itu membaca:
ﺍﷲﺍﻜﺑﺮﻜﺑﻴﺮﺍﻮﺍﻟﺤﻤﺪﷲﻜﺛﻴﺮﺍﻮﺴﺑﺤﺎﻦﺍﷲﺑﻜﺮﺓﺃﺻﻴﻼﻮﺻﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻰﻣﺤﻣﺩﻮﺍﻠﻪﻮﺴﻠﻢﺘﺴﻠﻴﻣﺎ
kemudian membaca ﺍﻋﻮﺫﺑﺎﺍﷲﻤﻦﺍﻟﺷﻴﻄﺎﻦﺍﻟﺮﺟﻴﻢdan basmalah, lalu
membaca al-fatihah dan surat al-a’la. Rakaat kedua, membaca
takbir 5 kali dan tiap-tiap dua takbir diselingi dengan ucapan
yang sama pada rakaat pertama. Kemudian membaca alfatihah
dan surat al-ghasyiyah, lalu ruku’ sampai selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, takbir 6 kali, lalu membaca al-
fatihah dan surat al-a’la, ruku’, dan sujud. Bangkit Rakaat
kedua sambil membaca takbir, ditambah dengan 5 takbir
Maliki
sesudahnya, lalu membaca al-fatihah dan surat as-syamsi
kemudian shala hingga selesai. (Jawad Mughniyah, 2010:126-
127)
Hal-hal yang di sunnahkan dalam shalat ied
a. Membaca takbir.
b. Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus, dan memakai wangi-wangian.
c. Makan sebelum shalat idul fitri, sedangkan untuk idul adha makannya sesudah pulang dari
shalat ied.
d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda.
Hal-hal yang di sunnahkan pada waktu shalat ied
a. Dilaksanakan secara berjamaah
b. Takbir tujuh kali setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca surat alfatihah pada
rakaat pertama. Pada rakaat kedua takbir lima rakaat sebelum membaca surat al-fatihah
selain dari takbir pada waktu berdiri.
c. Mengangkat tangan setiap kali takbir
d. Membaca tasbih di antara beberapa takbir
e. Membaca surat Al-A’la setelah surat Al-fatihah pada rakaat pertama dan surat Al-
ghasyiyah. (Amir Abyan, 2008: 115-116 )
d) Shalat Tahiyatul Masjid
Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul masjid berarti shalat yang
dikerjakan untuk menghormati masjid. Masjid adalah tempat manusia bersemabah sujud
kepada Allah, semua kegiatan dimasjid menggunakan nama Allah makanya masjid disebut
Baitullah. Demikian mulyanya sehinnga islam mensyariatkan shalat tahiyatul masjid,
Rasulullah bersabda:
ﺭﻮﺍﻩﺃﺑﻮﺪ ﺍﻮﺪ.ﺇﺬﺍﺟﺎﺀﺍﺤﺪﻜﻢﺍﻠﻤﺴﺟﺪﻓﻠﻴﺻﻞﺴﺟﺪﺗﻳﻥﻣﻥﻗﺑﻞﺍﻥﻴﺟﻟﺱ
“Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid, hendaklah ia shalt dua rakaat
sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud dari Abi Qatadah : 395)
Tata cara dalam melakukan shalat tahiyatul masjid
a) Rukun shalat tahiyatul masjid sama dengan rukun shalat pada umumnya.
b) Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, ditambah satu lagi yakni
dilakukan di masjid. Tidak sah jika dilakukan diluar masjid.
c) Shalat tahiyatul masjid dilaksanakan sebanyak dua rakaat.
d) Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, hanya niatnya saja
yang berbeda. (Ibrahim, 2008: 126)
Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum masuk masjid adalah
mandub (sunnah) dan tidak wajib.(Abdurrahman, 2006 : 430)
B. SHALAT SUNNAH GHAIRU MUAKAD
1. Pengertian shalat sunnah ghairu muakad
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang tidak dikuatkan (kadang dikerjakan
Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad:
a) Tidak didahului adzan dan iqomah
b) Dileksanakan secara munfarid (sendirian)
c) Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
d) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
e) Bacaantidak di nyaringkan
f) Memulai shalat di awali dengan niatnya masing-masing.
(Ibrahim, 2008: 128)
2. Macam-macam Shalat Sunnah Ghairu Muakad
a. Shalat sunnah rawatib
Ada beberapa shalat sunnah rawatib yang merupakan sunnah ghairu muakkad, yaitu:
MADZHAB RAKAAT
Hanafi 4 rakaat sebelum dan sesudah
Syafi’i
dhuhur dan 4 rakaat sebelum ashar
b. Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari terbit
setinggi tombak sampai menjelang waktu dhuhur. Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah
sunnah. Shalat dhuha memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah
menganjurjkan para sahabat dan seluru kaum muslim untuk melaksanakannya.
Bilangan rakaat shalat dhuha
Shalat dhuha diikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-banyaknya sebelas
rakaat.
Tata Cara Shalat Dhuha
Tata cara shalat dhuha sama dengan shalat lainnya. Hanya saja pada rakaat pertama
dianjurkan membaca surat Al-fatihah kemudian surat Asy-Syams sedangkan rakaat surat Al-
fatihah lalu surat ad-dhuha. Jika belum hafal boleh menggunakan surat apa saja. (Ibrahim,
2008:130)
Hukum sujud tilawah adalah sunnah, Namun apabila dalam shalat jama'ah makmum
wajib mengikuti imam. Artinya jika imam membaca ayat sajdah lalu bersujud, maka
makmum wajib ikut sujud. Tetapi jika imam tidak sujud, maka makmumpun tidak boleh
sujud sendirian
Nabi saw bersabda:
ِ عًا لِ َم َكfffض
ِهfffِان ج ْبهَتfff ِ ْنَا َموfffْض َ fff َرأُ ُسfffرْ آنَ فَيَ ْقfffُ َرأُ ْالقfffانَ يَ ْقfffَك
ُ ُد بَعfffا يَ ِجfff هُ َحتَّى َمfff ُج ُد َم َعfff ُج ُد َون َْسfffجْ َدةٌ فَيَ ْسfffا َسfffَورةً فِيه
Artinya: “Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya
terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud
bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pengertian Puasa
Secara etimologis, puasa atau saum adalah imsak (menahan) diri dari sesuatu. Puasa Ramadhan
diwajibkan bagi seluruh umat muslim seperti yang tercantum dalam surat al-baqarah ayat 183. ''Hai
orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu. Agar kamu bertaqwa'' Kiranya sangat jelas bahwa puasa dalam ajang
menahan diri dari hawa nafsu atau jelasnya menahan dari segala yang dapat membatalkan diri
sepanjang hari dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Ada juga yang menafsirkan
bahwa puasa yakni menahan diri dari satu jengkal keatas pusar dan satu jengkal kebawah pusar, yang
memiliki konotasi menahan hawa nafsu perut dan menahan hawa nafsu sahwat. Dari kesemua artian
diatas menunjukan bahwa nilai atau esensi berpuasa memiliki makna yang dalam. Dari tinjauan
sosiologis, puasa dapat memberikan dampak yang positif kepada realita sosial. Sebagai contoh,
dengan adanya puasa ramadhan yang diwajibkan bagi seluruh umat muslim terkecuali yang
berhalangan seperti sakit yang parah, dalam perjalanan jauh, atau sudah lanjut usia yang denganya
dapat digantikan melalui membayar fidyah makan untuk orang-orang fakir. Keadaan ini didukung
dengan kondisi bangsa kita yang sedang dalam masa transisi menuju pencarian jati dirinya. Artinya
bahwa ditengah derasnya arus era globalisasi, modernisasi dan era transisi politik ini, bangsa kita
sedang diuji ketahanan imanya dalam kehidupan sosialnya. Dengan membawa semangat quran dan
sunnah, pada dasarnya bulan suci ramadhan ini ialah lumbung untuk mendapatkan pahala. Dengan
mendapatkan dalil dari normatif Islam yang menyebutkan bahwa pada bulan yang suci ini ialah masa
yang paling dinanti oleh umat muslim untuk berlomba mendapatkan pahala dan magfirah dari Allah
SWT. Momen ini tentu sangat disayangkan bila tidak disiasari bersama dan dijadikan bahan refleksi
menuju kearah yang progresif. Dengan mengacu pada nilai-nilai kebersamaan dan nilai-nilai ke
illahian Islam, maka sudah seharusnya umat muslim dapat mempergunakan waktu di bulan suci
ramadhan ini dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Apa yang ditakutkan oleh baginda
Rasulullah SAW, dalam sebuah hadist ''betapa banyak orang yang berpuasa, yang diperolehnya dari
puasa itu hanyalah lapar dan dahaga saja'' (H.R. Ibn Khuzaimah dan Tabrani). Pada bulan suci
ramadhan biasanya masjid-masjid di beberapa kota besar sering menghidangkan takjilan untuk
berbuka puasa, ditambah pengajian yang rutin dilaksanakan selepas ba'da isya'. Ditambah lagi
dengan adanya bulan suci ramadhan, para stasiun tv gencar menayangkan pengajian-pengajian yang
bernafaskan dakwah islami. Artinya bahwa momen satu kali setahun ini selalu dirindukan oleh para
umat Islam bahkan umat lainya, karna banyak sekali agenda-agenda yang sangat positif di dalam
bulan suci ramadhan. Ada beberapa aspek yang saya lihat sebagai dampak positif dari datangnya
bulan suci ramadhan ini. Pertama, bidang pendidikan. Pada bulan ramadhan yang sarat akan makna
dan nilai, terutama nilai yang dapat diambil dan dirasakan oleh kita ialah nilai-nilai moral. Terkait
dengan wajibnya menahan diri Sepanjang hari. Nilai inilah yang harus ditanamkan kepada anak-anak
kita dalam rangka membangun budi pekerti semanjak dini. Kedua, bidang ekonomi. Dalam bulan
suci ramadhan ini memanglah bulan yang amat sangat penuh berkah. Salah satu berkah yang dapat
dirasakan ini pada para pedagang atau para enterpreuner yang menjajakan baik itu makanan, pakaian,
dll. Kesemua sendi lapisan itu memiliki pangsa yang sama potensialnya. Bagaimana tidak, setiap
sore para penjaja makanan sangat dicari oleh masyarakat yang akan berbuka, pada pakaian terutama
menjelang hari raya sangat ramai pengunjung untuk mencerminkan rasa bersyukur atas datangnya
hari kemenangan. Dari berbagai aspek inilah maka dapst dikatakan bahwa bulan suci ramadhan ini
ialah bulan yang penuh berkah. Selamat memunaikan ibadah puasa..
Pengertian Zakat
Zakat termasuk Rukun Islam Ke-4
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai
dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah
satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam.
Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan
telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Perhitungan Zakat
Cara Menghitung Zakat
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa
kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang
sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x
harga beras per kg.
2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600
ribu = Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat
maal sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.
3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang. Lalu
hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp
1 juta. Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1
kg adalah Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib dibayar
adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
Penerima Zakat
Yang Berhak Menerima Zakat
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah
Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:
1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar
untuk hidupnya.
3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan
tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah kamu termasuk orang
yang harus membayar zakat atau yang berhak menerima zakat. Dengan memenuhi
kewajiban Anda sebagai umat Muslim untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan
yang bisa didapat. Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:
Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan yang
berkecukupan
Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadamu
Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
Artinya:
Yang mengharuskan sesuatu dan menjadikan keharusannya.
Menurut Istilah fikih, syarat sering diartikan sebagai berikut:
ِ ِِل َذات
]2[.ه َما يَ ْلزَ ُم ِمنْ َع َد ِم ِه ال َع َد ُم َوالَ يَ ْل َز ُم ِمنْ ُو ُج ْو ِد ِه ُو ُج ْو ٌد َوالَ َع َد ٌم
Artinya:
Ketiadaan sesuatu tidak mengharuskan ketiadaan yang lain dan adanya dia tidak
mengharuskan ada dan tidak adanya yang lain.
b. Syarat wajib Haji dan Umrah
Syarat wajib Haji dan Umrah menurut pandangan jumhur fuqaha adalah:
1) Islam
2) baligh
3) berakal sehat
4) merdeka (bukan hamba sahaya), dan
5) mampu (istitha’ah).
Syarat tersebut di atas disepakati oleh empat mazhab kecuali Imam Malik yang
menyatakan syarat wajib haji dan umrah hanya satu yaitu Islam.[3]
c. Syarat sahnya haji dan umrah
Mengenai syarat sahnya haji dan umrah terdapat beberapa pendapat di kalangan
ulama:
1) Menurut Mazhab Hanafi, syarat sahnya haji dan umrah adalah:
a) Islam
b) Ihram
c) Dilaksanakan pada waktu dan tempat yang tepat
2) Menurut Mazhab Maliki
Syarat sahnya haji dan umrah hanya satu, yaitu Islam.[4]
3) Menurut mazhab Syafi’i dan Hambali, syarat sahnya haji dan umrah adalah:
a) Islam, maka tidak sah hajinya/umrahnya orang selain muslim
b) Mumayyiz (sudah dapat membedakan antara yang baik dan buruk), anak yang
belum mumayyiz tidak sah hajinya/umrahnya.
c) Dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Empat Imam Mazhab sepakat mensahkan wali bagi si anak yang belum mumayyiz
mewakili ihramnya, menghadirkannya di Arafah, meluntar jamrah baginya serta
membawanya thawaf dan sa’i.[5]
2. Rukun Haji
a. Pengertian Rukun
Menurut bahasa (ركنqq )الberarti sisi/unsur pokok dari sesuatu.[6] Adapun menurut
istilah rukun adalah:
]7 [ .ام
ِ َالقِي َّ ش ْي ُئ ِمنَ التَّقَ ُّو ِم إِ ْذ قَ َّوا ُم ال
َش ْي ِئ بِ ُر ْكنِ ِه الَ ِمن َّ َما يَقُ ْو ُم بِ ِه َذالِكَ ال
Artinya:
Apa yang menopang berdirinya sesuatu, karena sesuatu itu berdiri dengan unsur
pokoknya (rukun) bukan karena berdiri sendiri.
b. Rukun Haji
Rukun haji adalah amalan-amalan haji yang apabila ditinggalkan maka batal hajinya.
Dalam hal ini, di antara para fuqaha terdapat perbedaan pendapat;
1) Menurut Mazhab Hanafi, rukun haji ada dua, yaitu:
a) wukuf di Arafah; dan
b) Empat kali putaran dalam thawaf ifadhah sedangkan tiga kali putaran lainnya
sekedar wajib.[8]
2) Menurut Mazhab Maliki dan Hambali, rukun haji ada empat, yaitu:
a) ihram
b) thawaf ifadhah
c) sa’i, dan
d) wukuf di Arafat (hari Arafah).[9]
3) Menurut Mazhab Syafi’i ada enam,yaitu:
a) Ihram;
b) Thawaf Ifadhah;
c) Sa’i
d) Wukuf di Arafat (hari Arafah).
e) Memotong/menggunting rambut
f) Tertib
Yang dimaksud tertib di sini adalah mendahulukan ihram dari semua amalan haji.
Melaksanakan wukuf sebelum thawaf Ifadhah dan menggunting rambut, melaksanakan
thawaf Ifadhah sebelum sa’i kecuali yang telah sa’i pada waktu thawaf qudum (bagi yang
melaksanakan haji ifrad atau qiran), maka setelah thawaf ifadhah tidak diharuskan sa’i lagi.
[10]
c. Rukun Umrah
Mengenai rukun umrah juga terdapat perbedaan pendapat di kalangan fuqaha, di
anatarnya adalah;
1) Menurut Mazhab Syafi'i ada lima yaitu:
a) Ihram
b) Thawaf
c) Sa'i
d) Memotong/menggunting rambut
e) Tertib
2) Menurut Mazhab Maliki dan Hambali ada tiga, yaitu :
a) Ihram
b) Thawaf
c) Sa'i
3) Menurut Mazhab Hanafi yaitu empat putaran thawaf, sedangkan yang tiga putaran
lainnya hukumnya wajib.[11]
Rukun haji atau umrah kalau ditinggalkan haji atau umrahnya belum selesai (tidak
sah).
3. Wajib Haji dan Umrah
Wajib haji atau umrah adalah sesuatu hal yang apabila ditinggalkan sah haji atau
umrahnya akan tetapi wajib membayar dam.
a. Pengertian Wajib
Shadaqoh adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan dari seseorang kepada orang lain
atau dari suatu pihak kepihak lain tanpa mengharapkan apa-apa kecuali ridha Allah SWT.
Sebenarnya pengertian shadakoh sangatlah luas sebab segala sesuatu yang kita berikan
berupa kebaikan ataupun yang bermanfaat, baik kepada manusia ataupun binatang adalah
shadaqoh. Demikian pula luasnya pengertian shadaqoh tidak hanya berbentuk harta ataupun
materi, tetapi juga yang immateri(rhohaniyah). Semua yang kita berikan adalah cabang dari
shadaqah , termasuk zakat adalah shadaqah (QS. At-Taubah : 60), senyum kebaikan adalah
shadaqah dll.adapun rukun dan syarat shadaqoh antara lain:
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan (mengedarkanya).
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah memberi
kepada.anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
c) Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi sedangkan
qobul ialah pernyataan orang yang menerima pemberian.
d) Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat di jual atau dapat dimanfaatkan.
Adapun hukum shadaqah wajib apa bila sudah ditentukan ukuran, bentuk dan waktunya
seperti halnya zakat, dan sunnah muakkadah bila tidak ditentukan jumlah dan waktunya.
2. Pengertian Hibah
Hibah adalah pemberian sesuatu barang dari seseorang kepada orang lain tanpa suatu sebab,
tanpa adanya ikatan apa-apa dan tidak mengharapkan imbalan kecuali ridha Allah SWT.
Dari segi bentuknya hibah ini berbentuk materi atau barang yang bisa bertahan lama.
Sedangkan obyek yang diberinya bersifat perorangan bukan organisasi. Adapun dari segi
macamnya hibah terbagi menjadi dua yaitu: pertama, hibah benda yaitu, menghibah kan
suatu benda untuk memilikinya. Kedua, hibah manfaat suatu benda atau barang tetapi status
kepemilikan tetap pada pemberi. Adapun rukun dan syarat hibah antara lain:
ü Rukun Hibah
a) Orang yang memberikan hibah (wahib)
b) Orang yang diberi hibah (mauhub lahu)
c) Barang yang dihibahkan (mauhub)
d) Akad (ijab qobul)
ü Syarat Hibah
a) Syarat wahib
ü Baligh dan berakal
ü Dilakukan atas kemauan sendiri
ü Dapat melakukan tindakan hokum
ü Pemilik barang yang dihibahkan
b) Syarat mauhub
ü Jelas ada wujudnya tidak samar
ü Mempunyai nilai atau harga tertentu
ü Barang yang dihibahkan benar-benar barang milik orang yang menghibahkan
c) Syarat mauhub lahu
ü Terbukti adanya pada saat dilakukan hibah (ijab qobul
ü Benar-benar berhak memiliki sesuatu yang dihibahkan
3. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian suatu barang oleh seseorang kepada orang lain untuk memuliakan
atau sebagai penghormatan atau penghargaan kepada yang di beri. Adapun hukumnya
adalah boleh. Tetapi ada pula hadiah yang dilarang oleh agama, yaitu hadiah yang mengarah
pada risywah atau suap. Rosulullah SAW. Bersabda:
رواه ابو د ود.من استعملنا ه عمل فر ز قنا ه رزقا فمااخد بعدذدلك فهو غلول.
“Barangsiapa yang kami pekerjakan pada suatu pekerjaan, kemudian kami beri gaji, maka
apa yang diimbalkan lebih dari itu berarti suatu penipuan.” (HR. Abu Daud)
Adapun Rukun dan syarat hadiah antara lain:
1. Rukun Hadiah
ü Pemberi
ü Penerima
ü Ijab qobiul
ü Barang atau benda yang diberikan
2. Syarat – syarat Hadiah
ü Orang yang member hadiah sehat akalnya dan tidak dibawah perwalian orang lain
ü Penerima hadiah bukanlah orang yang memintanya.artinya hadiah yang diberikan kepada
yang memintanya tidak termasuk hadiah
ü Barang yang di hadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya
B. Hikmah shadaqah, Hadiah, Hibah
Banyak sekali hikmah atau manfaat shadaqah, hibah, dan hadiah, antara lain sebagaimana
dijelaskan di bawah ini
a. Kebiasaan bershodaqoh merupakan sumber kebaikan pada diri seseorang
b. Mengikat masyarakat dengan ikatan kasih saying dan persaudaraan yang erat
c. Shadaqah dapat lebih memper erat tali persaudaraan atau silaturahmi
C. Perbedaan dan persamaan shadaqoh dan Hadiah
a. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar, sedangkan hadiah ditujukan kepada orang
yang berprestasi.
b. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya,
sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang yang
dihormati.
c. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah
hukumnya mubah (boleh).
Ketentuan makanan halal dan haram
Syekh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim dalam kitabnya Shahih Fiqih Sunnah
menyebutkan bahwa makanan dan minuman menjadi haram karena salah satu dari lima
sebab berikut;
1. Membawa mudharat pada badan dan akal (sebagaiman disinggung pada kaidah ketiga di
edisi lalu),
2. Memabukkan. Merusak akal, dan menghilangkan kesadaran (seperti khamr dan narkoba),
3. Najis atau mengandung najis,
4. Menjijikkan menurut pandangan orang kebanyakkan yang masih lurus fitrahnya, dan
5. Tidak diberi idzin oleh syariat karena makanan/minuman tersebut milik orang lain.
Artinya haram mengkonsumsinya tanpa seidzin pemiliknya.
Jenis-jenis Makanan dan Minuman Yang Diharamkan
Salah satu kaidah yang masyhur dalam urusan makanan adalah bahwa segala sesuatu
hukumnya halal, kecuali yang disebutkan pengharamannya dalam al-Qur’an dan hadits
Nabi. Oleh karena itu di sini akan disebutkan jenis-jenis makanan yang haram sebagai
disebutkan dalam al-Qur’an dan al-hadits.
1. Bangkai
Yaitu hewan yang mati tanpa melalui proses penyembelihan yang syar’i. Dalil pengharaman
bangkai adalah firman Allah dalam surah Al-an ‘Am ayat 145:
قًاfير فَإِنَّهُ ِرجْ سٌ أَوْ فِ ْس ْ َطا ِع ٍم ي
ِ fفُوحًا أَوْ لَحْ َم ِخfط َع ُمهُ إِاَّل أَن يَ ُكونَ َم ْيتَةً أَوْ َد ًما َّم ْس
ٍ نزf َ ي ُم َح َّر ًما َعلَ ٰى َّ َقُل اَّل أَ ِج ُد فِي َما أُو ِح َي ِإل
ِهffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffِر هَّللا ِ بffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffْ
ِ َّل لِ َغيffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffأُ ِه ۚ
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah”.
Termasuk kategori bangkai adalah setiap hewan yang mati secara tidak wajar, tanpa
disembelih secara syar’i, yakni (a) Hewan yang mati karena tercekik [al-munkhaniqah], (b)
Hewan yang mati karena dipukul [al-mauqudzah], (c) Al-Mutaraddiyah, yaitu Hewan yang
mati karena terjatuh dari tempat yang tinggi, (d) An-Nathihah, yaitu hewan yang ditanduk
oleh hewan lain, lalu mati, dan (e) Hewan yang dimangsa atau diterkam oleh binatang buas.
Jika suatu hewan mati karena salah satu dari kelima sebab diatas, maka haram memakannya.
Kecuali jika masih hidup dan sempat disembelih, maka ia menjadi halal. Dalil larangan
untuk hewan yang mengalami kelima kondisi diatas adalah surah Al-Maidah ayat 3:
بُ ُع إِاَّلfالس َ fا أَ َكffيحةُ َو َم
َّ لf َ ير َو َما أُ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ بِ ِه َو ْال ُم ْن َخنِقَةُ َو ْال َموْ قُو َذةُ َو ْال ُمتَ َر ِّديَةُ َوالنَّ ِط ِ ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ
ِ نز ْ حُرِّ َم
ٌ fffffffffffffffۚ ٰ َذلِ ُك ْم فِ ْس اأْل َ ْزاَل ِمfffffffffffffffِ ُموا بfffffffffffffffب َوأَن تَ ْستَ ْق ِس
ق ِ fffffffffffffffص ُ ُّا ُذبِ َح َعلَى النfffffffffffffffا َذ َّك ْيتُ ْم َو َمfffffffffffffff َم ۗ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan.. . “ (Qs:5:3)
Ayat tersebut sekaligus menjadi dalil keharaman jenis makanan yang akan disebutkan
selanjutnya.
Faidah (1) Termasuk bangkai adalah bagian tubuh yang terpotong dari hewan yang masih
hidup. Maksudnya;hewan tersebut tidak disembelih. Tapi hanya dipotong tubuh tertentu
saja, paha misalnya. Maka bagian tubuh yang dipotong itu termasuk bangkai dan tidak halal
dimakan. Hal ini berdasakan sabda Nabi yang mengatakan bahwa, “Ma Quthi’a minal
bahimati wa hiya hayyah fa huwa maytatun, Bagian tubhuh yang terpotong dari hewan yag
masih hidup termasuk bangkai”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Faidah (2) Ada dua bangkai yang dikecualikan (tidak haram), yakni ikan (hewan laut) dan
belalang. Dasarnya adalah perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Telah dihalalkan
untuk kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah
ikan dan belalang, . . “ (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad). Lalu bagaimana jika
kita menemukan ikan atau hewan laut lainnya yang terapung di atas permukaan air? Apakah
halal dikonsumsi atau tidak? Dalam masalah ini ada dua pendapat ulama. Namun yang
paling rajih (kuat) adalah pendapat yang mengatakan ke-halal-an nya. Kecuali jika terbukti
secara medis bahwa ikan yang terapung itu sudah rusak dan membahayakan kesehatan atau
mengeluarkan bau busuk, maka mengindari dan meninggalkannya lebih utama. Karena hal
itu lebih selaras dengan kaidah syari’ah yang mengaramkan setiap makanan yang buruk dan
menjijikkan.
2. Darah yang mengalir
Tidak halal mengkonsumsi darah yang dialirkan atau ditumpahkan. Ha ini berdasarkan
firman Allah pada surah al-Maidah ayat 3 dan Al-An ‘am ayat 146;
َّد ُمffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffةُ َوالffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffَت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيت
ْ رِّ َمffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffُ… ح.. ۚ
““Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, . . . “ (Terj. Qs:5:3).
َّ َا أُو ِح َي إِلffff ُد فِي َمffffل اَّل أَ ِجffffُ ق. . . .
ْ َا ِع ٍم يffffَا َعلَ ٰى طffffي ُم َح َّر ًم
فُوحًاffffا َّم ْسffffةً أَوْ َد ًمffffَونَ َم ْيتffff هُ إِاَّل أَن يَ ُكffffط َع ُم
“. . ., kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir. . . “ (Terj. Qs. 6:146)
Adapun darah yang sedikit semisal yang tersisa pada daging sembelihan, maka hal itu
dimaafkan. Selain itu dikecualikan pula hati dan limpa, sebagaimana dalam atsar Ibnu Umar
yang diriwayatkan Ibnu Maajah dan Ahmad diatas, “Telah dihalalkan untuk kita dua macam
bangkai dan dua macam darah. . . . Dan adapun dua macam darah adalah hati dan limpa “
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad).
3. Daging Babi
Berdasarkan firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 3 dan Al-An’am ayat 146:
ير
ِ نزfffffffffffffffffffffffffff
ِ َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخfffffffffffffffffffffffffffةُ َوالfffffffffffffffffffffffffffَت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيت ْ ِّر َمfffffffffffffffffffffffffffُ……… ح.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, …” (Terj. Qs. 5:3),
ير
ٍ نزfff ْ َاع ٍم يfff
ِ فُوحًا أَوْ لَحْ َم ِخfffا َّم ْسfffةً أَوْ َد ًمfffَونَ َم ْيتfff هُ إِاَّل أَن يَ ُكfffط َع ُم ِ ط َ ا َعلَ ٰىfffي ُم َح َّر ًم َّ َا أُو ِح َي إِلfff ُد فِي َمfffل اَّل أَ ِجfffُ… ق.. ۚ
“,. . kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir, daging babi, . . “ (Terj.
Qs. 6: 146).
Penyebutan ‘daging’ mencakup seluruh bagian tubuhnya, baik daging, lemak, tulang,
rambut, dan sebagainya. “Tidak ada perselisihan diantara ulama tentang haramnya babi;
dagingnya, lemaknya, dan seluruh bagian tubuhnya”, demikian penegasan Penulis kitab
Shahih Fiqih Sunnah. Ini termasuk dalam kaidah ‘dzikrul ba’dh yuradu bihil kull’,
Menyebutkan sebahagian, tapi yang dimaksud adalh keseluruhan. Jadi hanya disebutkan
daging, yang dimaksud seluruh bagian tubuh babi. Karena biasanya yang dimakan dari
hewan adalah dagingnya.
4. Hewan yang disembelih Tanpa Menyebut nama Allah atau Menyebut Selain Nama Allah
Dasar pengharamannya adalah surah al-maidah ayat 3 dan Al-An’am ayat 121:
ِ َّل لِ َغيfffffffffffا أُ ِهfffffffffffير َو َم
ِهfffffffffffِر هَّللا ِ بfffffffffffْ َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخfffffffffffةُ َوالfffffffffffَت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيت
ِ نزfffffffffff
ِ ْ ِّر َمfffffffffffُ… ح.. ۚ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah,. . . “ (Terj. Qs:5:3)
ْ ُأْ ُكلُوا ِم َّما لَ ْم يffffffffffffffffffffffffََواَل ت
ٌ ffffffffffffffffffffffff ِه َوإِنَّهُ لَفِ ْسffffffffffffffffffffffff ُم هَّللا ِ َعلَ ْيffffffffffffffffffffffffذ َك ِر ا ْسffffffffffffffffffffffff
ق
“Dan janganlah kamu memakan -hewan-hewan- yang tidak disebut nama Allah saat
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan semacam itu termasuk kefasikan”. (Terj. Qs.
6:121).
Oleh karena itu, tidak dihalakan mengkonsumsi semeblihan orang kafir, orang musyrik, atau
orang Majusi. Sebab sembelihan mereka tidak sah karena tidak menyebut nama Allah.
Adapun sembelihan Ahli Kitab boleh dimakan, selama tidak diketahui bahwa mereka
menyembelih dengan menyebut nama selain Allah. “Dan makanan (sembelihan) orang-
orang yang diberi kitab itu halal bagimu”, kata Allah dalam surah Al-Maidah ayat 5 (Lih.
Terj. Qs.5:5).
Bagaimana dengan daging dan makanan olahan dari daging yang diimpor dari negeri non
Muslim?
a. Jika yang diimpor dari negeri non Muslim berupa daging-daging hewan laut, maka halal
dimakan. Karena hewan laut boleh dimakan tanpa disembelih, baik ditangkap oleh Muslim
maupun non Muslim.
b. Apabila yang diimpor adalah unggas dan daging hewan darat yang halal dimakan, seperti
ayam, bebek, sapi, kambing, kelinci, dan sebagainya; maka dilihat negara asalnya. Jika
berasal dari negeri yang mayoritas penduduknya menganut paham atheis, beragama majusi,
penyembah berhala (paganisme), maka daging-daging dari negeri tersebut tidak halal.
Adapun jika berasal dari negeri-negeri yang penduduknya mayoritas penganut Yahudi dan
Nasrani (Ahli Kitab), dihalakan dengan dua syarat: Pertama, Disembelih secara syar’i
(sembelihan ahli kitab halal dimakan); Kedua, Tidak diketahui, mereka menyebut selain
nama Allah ketika menyembelihnya.
Akan tetapi; Sebagian negara eksportir yang biasa mengekspor ke negeri Muslim melibatkan
ummat Islam dalam proses penyembelihan dan disembelih secara syar’i. Oleh karena itu jika
ada pengakuan (yang telah dichek kebenarannya) dari negara pengekspor, bahwa hewan
tersebut disembelih secara syariat, halal memakannya. Tetapi jika terbukti, dari berbagai
temuan dan fakta yang ada, negara-negara tersebut tidak menyembelihnya menurut syari’at
Islam, tidak halal dimakan. Adapun sekadar label halal atau tulisan ‘disembelih menurut
syari’at Islam” yang tertemepel pada kemasan daging tersebut, maka tidak dapat dijadikan
standar.
c. Keju impor yang berasal dari negeri ahli kitab yang memproduksi keju dari lemak hewan
yang halal dikonsumsi, maka boleh bagi kaum Muslimin memakannya. Tetapi jika mereka
memproduksi keju dari lemak hewan yang haram dimakan seperti Babi, maka keju dari
negeri tersebut haram dikonsumsi.
5. Hewan Yang Disembelih Untuk Berhala.
Dasarnya adalah firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 3;
ب ُ ُّا ُذبِ َح َعلَى النfffffffffffffffffffffffffةُ ……… َو َمfffffffffffffffffffffffffَت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيت
ِ fffffffffffffffffffffffffص ْ ِّر َمfffffffffffffffffffffffff… ُح.
“Dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala”. (Terj. Qs.5:3).
Ini mencakup semua binatang yang disembelih untuk untuk kuburan, sesajen yang
dilabuhkan ke laut, tumbal proyek pembangunan jembatan atau jalan, tugu peringatan yang
disembah sebagai tanda dan simbol bagi sesembahana selain Allah, atau sebagai perantara
kepada Allah. Hewan yang disembelih untuk berhala haram dikonsumsi meskipun
disembelih dengan menyebut nama Allah. Jika tidak menyebut nama Allah saat
menyembilhnya (misalnya menyebut nama berhala yang kan dituju), maka lebih haram lagi.
Karena menggabungkan dua sesab keharaman sekaligus. Sembelihan atas nama selain Allah
dan untuk selain Allah. (sym)
Ketentuan Aqiqah
Aqiqah hukumnya sunnah bagi orang yang bertanggung jawab atas biaya hidup sang
bayi.
Bentuk aqiqah adalah menyembelih dua ekor kambing untuk bayi anak laki-laki dan
seekor kambing untuk anak perempuan. Bagi yang tidak mampu, boleh saja menyembelih
seekor kambing untuk anak laki-laki.
Persyaratan hewan aqiqah Binatang yang dapat disembelih untuk aqiqah adalah kambing,
domba, sapi, kerbau, dan unta. Binatang yang digunakan adalah binatang yang baik, yakni
sudah cukup umurnya dan tidak memiliki cacat. Untuk kambing, sudah berumur dua tahun
atau sudah berganti giginya dan untuk domba, sudah berumur satu tahun lebih. Untuk sapi
dan kerbau, juga sudah berumur dua tahun. Sedang untuk unta, sudah berumur lima tahun.
Daging hewan aqiqah dibagikan kepada fakir miskin, keluarga, dan tetangga dalam
bentuk siap saji (sudah dimasak). Di samping dibagikan, daging aqiqah dapat juga
dinikmati oleh yang beraqiqah.
Waktu penyembelihan aqiqah adalah tujuh hari, empat belas hari, atau dua puluh satu
hari setelah kelahiran seorang bayi. Jika pada waktu-waktu itu tidak bisa, maka bisa
dilakukan di waktu-waktu yang lain.
Pengertian Pinjam Meminjam dan Dalil Meminjam Pinjam meminjam dalam bahasa Arab disebut
“Ariyah”. Secara bahasa artinya pinjaman. Pinjam-meminjam menurut istilah ‘Syara” ialah akad
berupa pemberian manfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa ada imbalan
dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikan setelah diambil manfaatnya.
ِ اffَ ِدي ُد ْال ِعقfوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َشffُإلث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّق
Allah swt. berfirman: ب ْ اونُوا َعلَى ْا
َ َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعArtinya
“Dan tolong-memolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
memolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksa-nya.” (QS. Al-Maidah: 2). , َوالَ يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن, ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم ِ أَ َرأَيْتَ الَّ ِذي يُ َك ِّذبُ بِالد
َ ِ فَ َذل,ِّين
َا ُعونffونَ ْال َمff َويَ ْمنَ ُع, َ الَّ ِذينَ هُ ْم يُ َراءُون, َصالَتِ ِه ْم َساهُون َ فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُمArtinya: “Tahukah kamu (orang)
َ الَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن, َصلِّين
yang mendustakan agama?, . Itulah orang yang menghardik anak yatim,, . dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin., . Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, . (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. Dan “Dan enggan (menolong
dengan) barang berguna.” (QS. Al Ma’un : 1 - 7) 2. Hukum Pinjam Meminjam. Hukum pinjam
meminjam dalam syariat Islam dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :
a. Mubah, artinya boleh, ini merupakan hukum asal dari pinjam meminjam.
b. Sunnah, artinya pinjam meminjam yang dilakukan merupakan suatu kebutuhan akan hajatnya,
lantaran dirinya tidak punya, misalnya meminjam sepeda untuk mengantarkan tamu, meminjam uang
untuk bayar sekolah anaknya dan sebagainya.
c. Wajib, artinya pinjam meminjam yang merupakan kebutuhan yang sangat mendesak dan kalau
tidak meminjam akan menemukan suatu kerugian misalnya : ada seseorang yang tidak punya kain
lantaran hilang atau kecurian semuanya, maka apabil atidak pinjam kain pada orang lain akan
telanjang, hal ini wajib pinjam dan yang punya kainjuga wajib meminjami.
d. Haram, artinya pinjam meminjam yang dipergunakan untuk kemaksiatan atau untuk berbuat jahat,
misalnya seseorang meminjam pisau untuk membunuh, hal ini dilarang oleh agama. Contoh lain,
pinjam tempat (rumah) untuk berbuat maksiat. 3. Rukun dan Syarat Pinjam Meminjam. Anda belum
mahir membaca Qur'an? Ingin Segera Bisa? Klik disini Sekarang! Rukun meminjam berarti bagian
pokok dari pinjam meminjam itu sendiri. Apabila ada bagian dari rukun itu tidak ada, maka dianggap
batal. Demikian juga syarat berarti hal-hal yang harus dipenuhi. Rukun pinjam meminjam ada empat
macam dengan syaratnya masing-masing sebagai berikut:
a. Adanya Mu’iir ( ) ُم ِع ْي ٌرyaitu, orang yang meminjami. - Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang
menghalangi. Orang yang dipaksa anak kecil tidak sah meminjamkan. - Barang yang dipinjamkan itu
milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang meminjamkannya.
b. Adanya Musta’iir ( ) ُم ْستَ ِع ْي ٌرyaitu, orang yang meminjam. - Mampu berbuat kebaikan. Oleh sebab
itu, orang gila atau anak kecil tidak sah meminjam. - Mampu menjaga barang yang dipinjamnya
dengan baik agar tidak rusak. - Hanya mengambil manfaat dari barang dari barang yang dipinjam.
c. Adanya Musta’aar ( ) ُم ْستَ َعا ٌرyaitu, barang yang akan dipinjam. - Barang yang akan dipinjam benar-
benar miliknya, - Ada manfaatnya - Barang itu kekal (tidak habis setelah diambil manfaatnya). Oleh
karena itu, maka yang setelah dimanfaatkan menjadi habis atau berkurang zatnya tidak sah
dipinjamkan.
d. Dengan perjanjian waktu untuk mengembalikan. Ada pendapat lain bahwa waktu tidak menjadi
syarat perjanjian dalam pinjam meminjam, sebab pada hakekatnya pinjam meminjam adalah
tanggung jawab bersama dan saling percaya, sehingga apabila terjadi suatu kerusakan atau keadaan
ِ اَ ْل َع
yang harus mengeluarkan biaya menjadi tanggung jawab peminjam. Hadits Nabi Saw. : ٌاريَةُ ُم َؤ َدة
ِ َوالر َِّع ْي ُم غArtinya : “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan orang-orang yang menanggung sesuatu
َـار ٌم
harus membayar.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
e. Adanya lafadz ijab dan qabul, yaitu ucapan rela dan suka atas barang yang dipinjam. 4. Hak dan
Kewajiban Pemberi Pinjaman dan Peminjam. Antara pemberi pinjaman dan peminjam harus selalu
menjaga hak dan kewajiban dalam pinjam meminjam antara lain :
a. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman. 1) Menyerahkan atau memberikan benda yang dipinjam
dengan ikhlas dan suka rela. 2) Barang yang dipinjam harus barang yang bersifat tetap dan
memberikan manfaat yang halal. 3) Tidak didasarkan atas riba. b. Hak dan Kewajiban Peminjam. 1)
Harus memelihara benda pinjaman dengan rasa tanggung jawab. 2) Dapat mengembalikan barang
pinjaman dengan tepat. 3) Biaya ditanggung peminjam, jika harus mengeluarkan biaya. 4) Selama
barang itu ada pada peminjam, tanggung jawab berada padanya. 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pinjam meminjam. a. Pinjam meminjam harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik dan
halal. Pinjam meminjam barang untuk perbuatan maksiat hukumnya haram.
b. Orang yang meminjam barang hanya boleh menggunakan barang itu sebatas yang diizinkan oleh
pemilik barang atau kurang dari batasan yang ditentukan oleh pemilik barang. Misalnya, seseorang
meminjamkan tanah dengan akad hanya diperkenankan untuk ditanami padi, maka tidak boleh
ditanami tebu.
ْ صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَي ْاليَ ِد َما أَخَ َذ
c. Merawat barang dengan baik. ّت َحتَّى يُ َؤ ِّد ْي ِه (رواه الخمسة اال َ ال النَّبِ ُّي
َ َع َْن َس ُم َرةَ ق
النسائArtinya: “ Dari Samurah, Nabi saw. bersabda : Tanggung jawab barang yang diambil atas yang
mengambil sampai dikembalikannya barang itu. ” (HR. Lima Orang Ahli Hadits)
d. Jika barang yang dipinjamkan itu rusak atau hilang dengan pemakaian sebatas yang diizinkan
pemiliknya, maka peminjam tidak wajib mengganti. Sebab pinjam-meminjam itu sendiri berarti
saling percaya- mempercayai, Akan tetapi kalau kerusakan barang yang dipinjam akibat dari
pemakaian yang tidak semestinya atau oleh sebab lain, maka wajib menggantinya. Hadits Nabi saw.:
ِ اَ ْل َعArtinya :“Pinjaman wajib dikembalikan, dan orang yang
ِ اريَةُ ُم َؤ َّدةٌ َو ال َّز ِع ْي ُم غ
و داود و الترمذfار ٌم (رواه ابfَ
menjamin sesuatu harus membayar “ (H.R. Abu Daud).
e. Jika dalam proses mengembalikan barang itu memerlukan ongkos maka yang menanggung adalah
ْ صلَّي هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَي ْاليَ ِد َما أَ َخ َذ
pihak peminjam. ت َحتَّى يُ َؤ ِّد ْي ِه (رواه الخمسة االّ النسائ َ ع َْن َس ُم َرةَ قَا َل النَّبِ ُّيArtinya :
“Dari Samurah, Nabi saw. bersabda: Tanggung jawab barang yang diambil atas yang mengambil
sampai dikembalikannya barang itu”. (HR. Lima Orang Ahli Hadits).
f. Akad pinjam-meminjam boleh diputus dengan catatan tidak merugikan salah satu pihak.
g. Akad pinjam-meminjam akan putus jika salah seorang dari kedua belah pihak meninggal dunia,
atau karena gila. Maka jika terjadi hal seperti itu maka ahli waris wajib mengembalikannya, dan
tidak halal menggunakannya. Dan andaikan ahli waris menggunakannya maka wajib membayar
sewanya.
h. Jika terjadi perselisihan antara pemberi pinjaman dengan peminjam, misalnya yang pemberi
pinjaman mengatakan bahwa barangnya belum dikembalikan, sedang peminjam mengatakan bahwa
barangnya belum dikembalikan, maka pengakuan yang diterima adalah pengakuannya pemberi
pinjaman dengan catatan disertai sumpah.i. Setelah si peminjam telah mengetahui bahwa yang
meminjamkan sudah memutuskan / membatalkan akad, maka dia tidak boleh memakai barang yang
dipinjam itu. Secara
ketentuan gadai
syar‘i, ar-rahn (agunan) adalah harta yang dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa
dibayar dengan harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan)
menunaikannya. Ar-Rahn disyariatkan dalam Islam. Allah Swt. Berfirman (QS al-Baqarah :
283):
Ketentuan Gadai/Rahn Hukum, Rukun dan Syaratnya Menurut Islam bacaanmadani 8:37:00
PM Bacaan Islami , Fiqih 0 Comments Ar-Rahn merupakan mashdar dari rahana-yarhanu-
rahnan; bentuk pluralnya rihân[un], ruhûn[un] dan ruhun[un]. Secara bahasa artinya adalah
ats-tsubût wa ad-dawâm (tetap dan langgeng); juga berarti al-habs (penahanan). Secara
syar‘i, ar-rahn (agunan) adalah harta yang dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa
dibayar dengan harganya oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan)
menunaikannya. Ar-Rahn disyariatkan dalam Islam. Allah Swt. Berfirman (QS al-Baqarah :
ِ َّاؤتُ ِمنَ أَ َمانَتَه َو ْليَت
283): ُق هَّللا َ َربَّه ْ ض ُكم بَ ْعضًا فَ ْليُ َؤ ِّد الَّ ِذي
ُ ضةٌ ۖ فَإ ِ ْن أَ ِمنَ بَ ْع
َ َان َّم ْقبُو
ٌ َوإِن ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َسفَ ٍر َولَ ْم تَ ِجدُوا َكاتِبًا فَ ِره
هَا َدةَ ۚ َو َمنffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffوا ال َّشffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffۗ َواَل تَ ْكتُ ُم
يَ ْكتُ ْمهَا فَإِنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِي ٌم
Mengenai ahli waris, ada delapan kelompok orang yang berhak menerima warisan, yaitu:
1. Ahli waris sababiah, yaitu orang yang berhak mendapat hak waris karena hubungan
perkawinan yang masih berjalan.
2. Ahli waris nasabiah, yaitu orang yang berhak mendapat warisan karena hubungan darah,
antara lain dari garis keturunan ayah atau ibu terus ke atas, garis keturunan anak baik laki-
laki maupun perempuan dan terus ke bawah, dan saudara, baik saudara laki-laki maupun
perempuan, saudara seayah maupun seibu, serta paman dan kemenakan.
3. Ahli waris menurut jenis kelamin, antara lain
suami
anak laki-laki
cucu laki-laki dari garis keturunan laki-laki
ayah
kakek
saudara laki-laki seibu seayah
saudara laki-laki seibu
saudara laki-laki seayah
anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu seayah dan terus ke bawah menurut garis
keturunan laki-laki
anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah dan terus ke bawah menurut garis
keturunan laki-laki
paman seibu seayah
paman seayah
anak laki-laki dari paman seibu seayah dan terus ke bawah menurut garis keturunan
laki-laki
anak laki-laki dari paman seayah dan anak laki-laki melalui garis keturunan laki-laki
ke bawah.
4. Ahli waris menurut jenis kelamin perempuan, yaitu istri, anak perempuan, cucu
perempuan dari anak laki-laki dan terus ke bawah melalui garis keturunan laki-laki, ibu,
nenek, saudara perempuan seibu seayah, saudara perempuan seibu, dan saudara perempuan
seayah.
5. Ahli waris yang memperoleh bagian tertentu yaitu:
suami memperoleh setengah harta istri jika istri tidak meninggalkan keturunan, dan
memperoleh seperempat jika istri meninggalkan keturunan.
istri memperoleh seperempat harta waris jika suami tidak meninggalkan keturunan,
dan memperoleh seperdelapan jika suami meninggalkan keturunan.
ayah memperoleh seperenam harta peninggalan anaknya jika anaknya tidak memiliki
keturunan
ibu memperoleh sepertiga harta anaknya apabila anaknya tidak meninggalkan
keturunan atau dua orang saudara atau lebih, namun ibu mendapat seperenam bagian jika
anaknya memiliki keturunan atau dua orang saudara atau lebih
seorang anak perempuan dan tidak memiliki saudara laki-laki mendapat setengah
harta waris, namun jika anak perempuan ada dua orang atau ada anak laki-laki, maka ia
mendapat dua pertiga bagian
cucu perempuan dari garis keturunan anak laki-laki, jika hanya seorang dan tidak ada
yang lain maka mendapat setengah bagian harta warisan, jika ada dua atau lebih maka
bagiannya adalah sebanyak dua pertiga, jika si mati memiliki anak perempuan, maka cucu
perempuan memperoleh seperenam bagian
saudara perempuan sekandung mendapat setengah bagian jika hanya seorang dan
tidak ada ahli waris lain yang dekat, jika ada dua orang atau lebih dan tidak ada ahli waris
lain, maka bagiannya adalah dua pertiga
saudara perempuan seayah, mendapat setengah bagian harta warisan jika hanya
seorang dan tidak ada ahli waris yang lain, jika jumlahnya dua orang atau lebih maka
bagiannya adalah seperenam.
saudara seibu baik laki-laki maupun perempuan memperoleh seperenam bagian jika
tidak ada saudara yang lain dan si mati tidak meninggalkan keturunan, dan dua pertiga
bagian jika ada dua orang atau lebih, namun jika tidak ada saudara perempuan dan tidak ada
keturunan maka saudara laki-laki menguasai seluruh bagian, jika ada saudara laki-laki dan
perempuan, maka saudara laki-laki memperoleh bagian sebanyak dua saudara perempuan.
kakek memperoleh seperenam harta waris jika tidak ada keturunan
nenek mendapat seperenam bagian jika tidak ada keturunan ke atas yang lebih dekat
6. Ahli waris asabat, yaitu ahli waris yang menerima harta peninggalan tidak berdasarkan
jumlah tertentu, tetapi mendapat sisa peninggalan dari ahli waris yang telah disebutkan
dalam poin 5. Ahli waris ini terdiri atas ahli waris yang telah memerdekakan orang yang
meninggalkan pusaka dengan status hamba.
7. Orang yang tidak memiliki hubungan dengan pewaris.
Ali bin Abi Thalib, Mu'az bin Jamal, Abu Ubaidah bin Jarrah, al-Khulafa' ar-Rasyidin yang
lain, dan pihak tabiin berpendapat ahli waris yang tidak memiliki hubungan dengan pewaris
bisa mendapatkan hak warisan. Namun, Imam Malik, Imam Syafi'i, Abdurrahman Al-
Auza'i, dan Ibn Hazm berpendapat jika seseorang meninggal tanpa memiliki ahli waris
(kerabat) maka hartanya menjadi milik baitulmal.
Begitulah ketentuan islam mengenai waris. Karenanya, ulama Malaysia, Prof Dr Musa
Fatullah Harun, menyatakan sedih bila ada pihak yang menyebut ketetapan Islam mengenai
warisan sudah ketinggalan zaman. Apa jadinya kalau seorang muslim sudah meragukan
ajaran agamanya sendiri? Menurut dia, segala sesuatu adalah milik Allah dan Allah berhak
untuk menentukan siapa yang akan memilikinya kemudian. Milik kita itu sebenarnya adalah
milik pinjaman. Bila kita meninggal, siapa yang berhak untuk memiliki apa yang ada di
tangan kita? Siapa yang ditetapkan oleh Allah dia akan memilikinya maka dia berhak untuk
memilikinya.