Anda di halaman 1dari 5

LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH DENGAN MENGAMALKAN SHOLAT SUNNAH

NAMA : PUTRA ZAINUL ADINATA

KELAS : 8E

ABSEN : 21
A. Macam – Macam Sholat Sunnah

1. Shalat Hari Raya ‘Idul Fitri


Shalat sunnah ‘Idul Fitri ini adalah shalat sunnah yang dilakukan secara berjamaah oleh umat
Islam setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan selama 29 atau 30 hari. Shalat ‘Idul Fitri ini
dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal

Shalat sunnah ini juga khusus dilakukan di masjid atau tempat lain yang besar dan luas, seperti di
lapangan. Sehingga mampu menampung banyak jamaah. Shalat sunnah ini terdiri dari dua rekaat, yang
setelah takbiratul ihram pada rekaat pertama diulangi lagi sebanyak tujuh kali, dan sebanyak lima kali
ketika berdiri pada rekaat kedua.

Setelah melaksanakan shalat ‘Idul Fitri inilah kemudian seorang khatib naik ke mimbar untuk
menyampaikan khutbah yang akan disampaikannya. Untuk shalat sunnah ini disunnahkan untuk mandi
dan memakai minyak wangi. Kemudian makan dan minum terlebih dahulu sebelum berangkat ke tempat
shalat

2. Shalat Hari Raya ‘Idul Adha


Shalat Sunnah ‘Idul Adha ini tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah ‘Idul Fitri. Adapun yang
membedakannya adalah waktu pelaksanaannya yang dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah, serta
disunnahkan untuk tidak makan dan minum terlebih dahulu, sampai shalat ‘Idul Adha selesai
dilaksanakan.

3. Shalat Kusuf atau Gerhana (Gerhana Bulan atau Gerhana Matahari)


Shalat Kusuf atau lebih dikenal dengan shalat sunnah gerhana ini dilakukan ketika terjadi salah
satu fenomena alam yaitu gerhana. Baik itu gerhana matahari atau gerhana bulan. Hukum dari
melaksanakan shalat ini adalah sunnah muakkad. Adapun untuk melaksanakan shalat ini adalah ketika
terjadinya gerhana tersebut sampai selesainya  gerhana tersebut (kembali dalam kondisi normal)
Shalat gerhana ini baik dilakukan dengan berjamaah (baik itu di masjid ataupun di mushalla) karena
setelah melakukan shalat tersebut akan ada khutbah yang menerangkan akan kebesaran Allah swt.,
mengenai kejadian alam tersebut. Serta anjuran kepada semua jamaah untuk memperbanyak istighfar dan
taubatnya.

4. Shalat Tarawih

Shalat tarawih ini adalah shalat sunnah yang dilakukan seseorang ketika selesai melakukan shalat
sunnah rawatib Isya’ atau sesudah Isya’, yang ada pada bulan Ramadhan. Waktu pelaksanaannya sendiri
dibatasi sampai terbit fajar. Shalat sunnah tarawih ini tentunya lebih diutamakan dilakuksan secara
berjamaah daripada sendiri (munfarid). Jumlah rekaat ketika melakukan shalat tarawih ini (tergantung
madzhab masing-masing) ada banyak, seperti yang sering kita lihat dan sering kita ikuti dalam
masyarakat setempat. Ada yang melakukannya sebanyak delapan rekaat ada juga yang dua puluh rekaat.
Baik dengan dua rekaat ataupun empat rekaat dengan sekali salam.  Hal yang demikian itu tentu
tergantung pada kondisi dan pengetahuan warga setempat.

5. Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud ini adalah shalat sunnah yang juga hampir sama dengan shalat tarawih. Jika shalat
tarawih hanya dilakukan pada bulan Ramadhan maka shalat tahajjud ini bisa dikerjakan kapan saja
diwaktu malam sampai terbit fajar. Boleh dilaksanakan setelah shalat Isya’ atau ketika bangun tidur di
malam hari. Utamanya ketika sepertiga malam yang terakhir.
Shalat ini juga seperti shalat sunnat biasa minimal dua rakaat, dan syukur kita bisa menyusulnya dengan
shalat sunnah witir.

6. Shalat Witir
Shalat witir ini adalah shalat yang rekaatnya terbilang ganjil dan dilaksanakan pada waktu malam
hari. Shalat witir ini jumlah rekaat yang paling minim adalah satu atau tiga atau bisa juga angka-angka
lainnya yang jumlahnya ganjil, maksimal sebelas rekaat.Kata ‘al-Witru’ yang mempunyai arti ganjil ini,
tentunya mengandung makna tersendiri. Oleh karena itu pula melaksanakan shalat witir ini juga dihukumi
sunnah muakkad(sunnah yang dianjurkan)

Pada bulan Ramadhan, shalat witir dilakukan seseorang setelah melakukan shalat tarawih, atau
sampai menjelang sahur. Pada hari-hari biasa, shalat witir ini boleh dilakukan langsung setelah
melakukan shalat Isya’ atau setelah shalat tahajjud, atau hanya menjalankan shalat witirnya saja
dikarenakan waktunya yang ‘mepet’ dengan waktu fajar atau shubuh. Cara melaksanakan shalat witir ini
adalah dengan sekali salam, jika hanya satu rekaat, tentu satu kali salam.

Akan tetapi jika dikerjakan lebih dari satu rekaat, salamnya bisa satu atau dua kali salam.
Misalnya: ketika witir dengan tiga rekaat langsung maka pelaksanaannya pun bisa jadi dua. Langsung
salam pada rekaat ketiga dan dilakukan tanpa tasyahud awal atau dua rekaat salam dahulu kemudian
disusul dengan satu rekaat langsung salam.

7. Shalat Dhuha
Shalat dhuha ini adalah shalat yang dilakukan di pagi hari, ketika matahari sudah sudah mulai
terbit dan naik kira-kira satu satu tombak, atau kurang lebih sekitar jam tujuh pagi. Batas waktu shalat
dhuha ini adalah sampai menjelang shalat Dzuhur. Shalat dhuha ini juga seperti shalat sunnah biasanya
terdiri dari dua rekaat. Maksimal dikerjakan adalah sampai 12 rekaat. Setelah membaca surat al-Fatihah
pada shala dhuha ini dianjurkan untuk rekaat pertama membaca surat as-Syams, kemudian di rekaat ke
dua membaca surat ad-Dhuha
8. Shalat Istikharah
Shalat istikharah ini adalah shalat sunnah yang dilakukan oleh diri pribadi (munfarid). Shalat
sunnah istikharah ini dilakukan oleh seseorang karena sedang dihadapkan dalam kondisi untuk memilih di
antara pilihan yang menurutnya sama-sama baiknya. Shalat ini dilakukan seseorang untuk berdoa
memohon petunjuk dari Allah swt., atas apa yang akan dipilih atau dikerjakannya. Sehingga orang
tersebut bisa mendapatkan petunjuk terbaik atas pilihan atau sesuatu yang akan dikerjakannya.

Semisal ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan hidupnya seperti: memilih seseorang
yang akan dinikahinya, ingin bekerja, ingin berdagang dan lain sebagainya. Tentunya akan merasa ada
pilihan yang terbaik antara yang baik. Shalat sunnah ini juga dilakukan dua rekaat seperti sholat sunnah
biasanya. Adapun waktunya adalah pada waktu malam hari, dan diharapkan orang tersebut juga bisa
berdoa dengan baik dan sungguh-sungguh. Melalui shalat sunnah inilah seseorang berharap  mendapatkan
petunjuk atau pilihan dari Allah swt. atas rencana atau pilihan  yang akan dilakukannya. Adapun petunjuk
tersebut bisa melalui mimpi atau melalui cara yang lain.

9. Shalat Tahiyyatul Masjid
Shalat sunnah tahiyyatul masjid ini adalah shalat sunnah yang dikerjakan oleh seorang muslim
ketika orang tersebut memasuki masjid dan belum duduk. Shalat sunnah tahiyyatul masjid ini juga
sebagai bentuk penghormatan orang tersebut ketika dirinya memasuki rumahnya Allah swt. (dalam hal ini
masjid).
Hadits Nabi saw., yang menjelaskan tentang shalat tahiyyatul masjid ini adalah sebagai berikut:

)‫صلِّ َي َر ْك َعتَ ْي ِن» (رواه بخاري و مسلم‬


َ ُ‫س َحتَّى ي‬ ْ ‫ «إِ َذا د ََخ َل أَ َح ُد ُك ُم ال َم‬:‫سلَّ َم‬
ْ ِ‫ فَالَ يَ ْجل‬،َ‫س ِجد‬ َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
Artinya:
“Jika salah seorang dari kalian semua memasuki masjid, maka (usahakan) jangan duduk dahulu sebelum
melakukan shalat dua rekaat” (HR. Bukhari-Muslim)
Shalat ini tidak dibatasi waktu dan tempat kecuali ketika muadzin yang sedang mengumandangkan
adzannya, baru kemudian ketika adzan sudah selesai, disunnahan untuk melaksanakan shalat
sunnah tahiyyatul masjid tersebut.

10. Shalat Sunnah Rawatib


Shalat sunnah rawatib ini adalah shalat sunnah yang mana pelaksanaan dan waktunya  mengikuti
shalat wajib lima waktu (shalat fardhu). Baik shalat sunnah itu dilakukan sebelum shalat wajib (sunnah
qabliyah) atau sesudah melakukan shalat wajib (sunnah ba’diyah). Shalat sunnah rawatib ini juga ada
yang muakkad dan ada yang ghairumuakkad.
Adapun shalat sunnah rawatib yang muakkad ini adalah sebagai berikut:
 Dua rekaat sebelum shalat Shubuh
 Dua rekaat sebelum shalat Dzuhur
 Dua rekaat sesudah shalat Dzuhur
 Dua rekaat sesudah shalat Maghrib
 Dua rekaat sebelum shalat ‘Isya
Adapun shalat sunnah rawatib yang ghairu muakkad adalah sebagai berikut:
 Dua rekaat sebelum shalat Dzuhur (Khusus Dzuhur shalat sunnahnya ada empat rekaat baik
sebelum ataupun sesudahnya, dengan dua kali salam artinya dua rekaat yang satunya adalah muakkad dan
satunya adalah ghairu muakkad)
 Empat rekaat sebelum Shalat ‘Ashar (dengan dua kali salam)
 Dua rekaat sebelum shalat Maghrib
 Dua rekaat sebelum shalat Isya’
Perlu diketahui bersama bahwa setelah shalat shubuh hingga terbitnya matahari, juga setelah shalat ‘ashar
hingga matahari terbenam tidak ada istilah shalat sunnah rawatib, karena dua waktu tersebut merupakan
waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat.

B. Hikmah Dibalik Shalat Sunnah Berjamaah atau Shalat Munfarid


Shalat sunnah yang dilakukan baik secara berjamaah atupun munfarid yang dijelaskan di atas
tentu mempunyai beberapa hikmah tersendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mendekatkan diri kita kepada Allah swt.


2. Meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt.
3. Memberikan tambahan terhadap amal ibadah yang kita lakukan
4. Menjalin persatuan dan kesatuan bersama antara umat Islam
5. Menjaga hubungan kita baik antara Tuhan kita Allah swt., maupun antara sesama umat manusia

Anda mungkin juga menyukai