SHALAT SUNAT
1
Shalat Rawatib
Shalat sunat itu banyak macamnya, di antara Shalat Rawatib,
yakni shalat yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardlu.
Semua sebanyak 22 raka’at
2 raka’at sebelum shalat Subuh
4 raka’at sebelum shalat Zhuhur (Jum’at)
4 raka’at sesudah shalat Zhuhur (Jum’at)
4 raka’at sebelum shalat Ashar
2 raka’at sebelum shalat Maghrib
2 raka’at sesudah shalat Maghrib
2 raka’at sebelum shalat Isya’
2 raka’at sesudah shalat Isya’
Shalat Rawatib
Di antara shalat di atas, ada yang mu’akkad artinya sunat yang
dikuatkan, yaitu:
2 raka’at sebelum shalat Shubuh
2 raka’at sebelum shalat Zhuhur (Jum’at)
2 raka’at sesudah shalat Zhuhur (Jum’at)
2 raka’at sesduah shalat Maghrib
2 raka’at sesudah shalat Isya’
2
Cara Mengerjakan Shalat Rawatib
Cara mengerjakan shalat sunat rawatib sama dengan cara shalat
fardlu biasa, hanya saja:
Niatnya menurut macamnya (waktunya)
Tidak dengan Adzan atau Iqamah
Dikerjakan sendiri-sendiri (tidak dengan berjama’ah)
Bacaannya tidak dinyaringkan
Yang lebih dari dua raka’at, tiap dua raka’at salam
Boleh dikerjakan dengan duduk. Dengan berdiri lebih baik
Sebaiknya pindah sedikit dari tempat shalat fardlu
Shalat Witir
ShalatWitir adalah shalat ganjil, sedikitnya 1 raka’at,
secukupnya 3 raka’at, dan sebanyak-banyaknya 11 raka’at dan
harus ganjil.
Waktunya sesudah shalat Isya’. Dikerjakan sendiri atau
berjama’ah.
Shalat witir pada malam puasa, mulai pertengahan sampai
akhir puasa dengan membaca Qunut Shubuh
3
Shalat Dhuha
Dikerjakan sedikitnya 2 raka’at dan sebanyaknya-banyaknya 8
raka’at
Waktunya dari sesudah matahari meninggi sampai tengah
hari
4
Shalat Tahiyyatul Masjid
Dikerjakan 2 raka’at
Waktunya pada saat tiap masuk masjid
Shalat Hajat
Dikerjakan 2 raka’at
Kemudian berdo’a memohon sesuatu yang menjadi hajatnya
5
Shalat Istikharah
Shalat yang minta pilihan ketika bimbang dalam sesuatu hal.
Sesudah shalat dua raka’at
Shalat Tarawih
Shalat pada bulan Ramadhan sesudah shalat Isya’, sebelum
shalat witir.
Dikerjakan sendiri-sendiri atau dengan berjama’ah
Sebanyak 8 raka’at atau 20 raka’at. Tiap-tiap dua raka’at
salam, biasanya bersambung dengan witir
6
Shalat Thahur
Shalat sunat yang dikerjakan sesudah wudlu
Shalat Intizhar
Shalat untuk menanti datang Imam atau Khatib. Sedikitnya 2
raka’at dan boleh terus sampai datangnya khutbah pada hari
jum’at
7
Shalat Thawaf
Shalat sunat 2 raka’at sesudah Thawaf
8
Waktu Tahrim
Dilarang atau haram shalat sunat dengan tidak ada sebabnya
khusus, pada tiga waktu yang dinamakan waktu tahrim, yakni:
1. Sesudah shalat subuh sampai terbit matahari
2. Ketika matahari di Istiwa’ (tepat tengah hari) sampai waktu
Zhuhur
3. Sesudah shalat ‘Ashar sampai terbenam matahari
Selain dari pada shalat sunat di atas, ada pula shalat sunat yang
harus dikerjakan beramai-ramai serta dengan Khutbah.
Diantaranya adalah shalat Hari Raya Fitrah dan Hari Raya Adha,
Shalat Istisqa dan Gerhana.
9
Shalat Hari Raya
Hari raya itu ada dua,
1. Hari Raya Fitri atau Fitrah, yaitu jatuh pada 1 Syawal
2. Hari Raya Adha atau hari raya Qurban atau disebut juga hari
Haji, yang jatuh pada tanggal 10 Dhulhijjah
Mengerjakan shalat hari raya beserta khutbahnya, itu
hukumnya sunat mu’akad
Waktu mengerjakan shalat hari raya itu mulai matahari terbit
sampai tengah hari.
Untuk shalat Hari Raya Fitrah sunat agak dilambatkan, lebih
kurang jam 08.00. untuk shalat Hari Raya Adha sunat agak
pagi, lebih kurang jam 07.00. tempat di masjid atau di
lapangan.
10
Cara Mengerjakan Shalat Hari Raya
1. Tidak dengan Adzan hanya bilal menyerukan takbir serta
“Asshalatul jama’ah” dan seterusnya
2. Dikerjakan dengan berjama’ah dan Imam mengeraskan
bacaan Fatihah dan surah/ayatnya
3. Setelah Takbiratul Ihram serta niat, kemudian do’a iftitah
seperti shalat biasa
4. Takbir lagi 7 kali, antara takbir satu dengan lainnya sunat
membaca:
ﺳﺒﺤﺎن اﷲ واﻟﺤﻤﺪﷲ وﻻ اﻟﮫ اﻻ اﷲ واﷲ أﻛﺒﺮ
11
Syarat Rukun dan Isi Khutbah
Syarat dan rukun Khutbah Hari Raya sama dengan khutbah
Jum’at hanya ada sedikit perbedaan sebagai berikut:
Setelah bilal menyerukan bilallnya, sebagai tanda khutbah akan
dimulai, maka khatib beridiri dan mengucapkan salam dan terus
saja berkhutbah, jadi tidak dengan duduk terlebih dahulu dan
tidak pula ada Adzannya (tidak seperti shalat jum’at)
Takbir
Dalam kedua Hari Raya itu, tiap-tiap orang sunat membaca
takbir sebanyak-banyaknya, di pasar, di masjid, di rumah dan
sebagainya
Pada Hari Raya Fitrah, sunat membaca Takbir mulai terbenam
matahari penghabisan bula puasa (malam hari raya) sampai
Imam masuk shalat Hari Raya
Dalam Hari Raya Adha sunat membaca Takbir pada tiap-tiap
sesudah shalat Fardlu mulai Subuh, hari 9 Dhulhijjah (hari
Arafah) sampai Ashar hari tiga belas Dhulhijjah (penghabisan
hari Tasyrik)
12
Takbir
Adapun bacaan takbir itu sebagai berikut:
اﷲ أﻛﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ. ﻻاﻟﮫ اﻻ اﷲ واﷲ أﻛﺒﺮ. اﷲ أﻛﺒﺮ، اﷲ أﻛﺒﺮ،اﷲ أﻛﺒﺮ
Boleh juga Takbir itu sebagai berikut:
اﷲ أﻛﺒﺮ ﻛﺒﯿﺮا واﻟﺤﻤﺪاﷲ ﻛﺜﯿﺮا وﺳﺒﺤﺎن اﷲ. اﷲ أﻛﺒﺮ، اﷲ أﻛﺒﺮ،اﷲ أﻛﺒﺮ
، وأﻋﺰّ ﺟﻨﺪه، وﻧﺼﺮ ﻋﺒﺪه، ﺻﺪق وﻋﺪه. ﻻاﻟﮫ اﻻ اﷲ وﺣﺪه.ﺑﻜﺮة وأﺻﯿﻼ
. اﷲ أﻛﺒﺮ وﷲ اﻟﺤﻤﺪ. ﻻاﻟﮫ اﻻ اﷲ واﷲ أﻛﺒﺮ.وﺣﺰم اﻷﺣﺰاب وﺣﺪه
Dalam hari raya itu semua orang yang dapat keluar, laki-laki,
perempuan, tau muda semua sunat keluar. Meskipun
perempuan yang sedang berhalangan mengerjakan shalat.
Perempuan yg tidak boleh mengerjakan shalat cukup
mendengarkan khutbahnya saja.
SUJUD SAHWI
13
Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud karena keluapaan di dalam shalat
Cara mengerjakan sebagaimana dua sujud yang biasa. Jadi juga
dengan takbir dan duduk antara dua sujud. Bacaan dalam sujud
sebagai berikut:
ن ﻣَﻦْ ﻻﯾﻨﺎ ُم وﻻ ﯾﺴﮭُﻮ
َ ﺳﺒﺤﺎ
Waktu mengerjakan sesudah tahiyyat akhir adalah sebagai berikut:
1. Jika sekira ada salah satu rukun yg kelupaan belum dikerjakan,
maka jika teringat sebelum mengerjakan rukun seperti itu pada
raka’at berikutnya, wajiblah kembali pada rukun yg ketinggalan
dan terus menyempurnakan shalatnya dan sebelum salam sunat
sujud sahwi
Sujud Sahwi
2. Apabila teringat akan rukun yg kelupaan, setelah
mengerjakan rukun yg serupa pada raka’at sesudahnya,
maka raka’at yg sesudahnya itu sebagai ganti yg ketinggalan,
sedang segala pekerjaan dalam raka’at yg salah tadi harus
dianggap seperti tidak ada. Kemudian terus
menyempurnakan shalat dan sebelum salam sunat sujud
sahwi
3. Jika sekiranya kelupaan/ketinggalan salah satu dari sunat
Ab’adl, maka jika sekiranya ingat, tidak kembali pada sunat
yg ketinggalan itu, tetapi sebelum salam sunat sujud sahwi
14
Sujud Sahwi
4. Apabila seseorang lupa akan bilangan raka’atnya yg telah
dikerjakan, umpamanya sudah tiga raka’at atau masih dua
raka’at, sudah empat raka’at atau baru tiga raka’at, maka di
dalam hal itu harus dihukumi bilangan yang yakin, yakni yg
sedikit, dan terus shalat disempurnakan dan sebelum salam,
sunat sujud sahwi
5. Jika sekiranya orang sudah salam, tetapi teringat atau ada
orang yang mengingatkan bahwa shalatnya kurang, maka
hendaknya ia kembali shalat menambah kekurangan itu dan
sebelum salam sunat sujud sahwi
Sujud Sahwi
6. Apabila seorang telah shalat, dan sebelum selesai teringat bahwa
shalatnya lebih raka’atnya, maka sunatlah sebelum salam sujud
sahwi
7. Apabila seorang imam mengerjakan sujud sahwi, maka ma’mum
wajib mengikuti imamnya sujud sahwi, meskipun tidak tahu
akan sebabnya, dan meskipun ma’mum masih belum akan
menyudahi shalatnya
Keteranga:
Apabila kelupaan ketinggalan salah satu, atau lebih dari satu dari pada
sunat hai’at maka tidak usah kembali mengulangi adan tidak perlu
suju sahwi.
Apabila terjadi beberapa hal yg menyebabkan sunat sujud sahwi,
maka sujud sahwinya cukup sekali saja.
15
SUJUD TILAWAH DAN SUJUD SYUKUR
16
Sujud Tilawah dan Sujud Syukur
Cara mengerjakan sujud di luar shalat:
1. Menghadap kiblat
2. Takbir dengan niat
3. Suju (hanya sekali)
4. Kembali duduk
5. Salam
Apabila orang yg membaca Al-Quran itu sendiri tidak sujud,
maka pendengar pun tidak sunat sujud
17
Sujud Tilawah dan Sujud Syukur
Yang dinamakan sujud syukur adalah sujud yang sunat
dikerjakan ketika mendapat kenikmatan besa, yang tidak
sangka-sangka atau terlepas dari bahaya.
Cara mengerjakan sama dengan sujud tilawah, hanya sujud
syukur itu tidak ada dan tidak boleh dikerjakan di dalam
shalat.
18
Shalat Orang Sakit
Orang yg sakit atau berhalangan, yang tidak dapat
mengerjakan shalat dengan sempurna, tetapi ia bekewajiban
mengerjakannya sekedar yang dapat.
Apabila tidak kuasa melakukan shalat dengan berdiri, sebab
pusing atau di atas kapal yang sedang bergerak, atau di atas
kereta api dan sebagainya, maka cukup dengan duduk.
Orang yg shalat dengan duduk, maka ruku’nya cukup dengan
membungkuk sambil duduk dan sujudnya dapat dikerjakan
seperti biasa.
Apabil tidak dapat shalat dengan duduk, cukuplah dikerjakan
dengan berbaring (menelentang atau miring)
19