Anda di halaman 1dari 3

Hikmah Ditetapkannya Waktu Shalat

Hikmah dari ditentukannya waktu-waktu shalat itu, karena perkara yang tidak mempunyai
waktu tertentu biasanya tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang. Disamping itu, zikir yang
mndidik jiwa ini mengandung pendidikan amaliah bagi umat Islam, karena mereka
melaksanakan amal-amalnya di dalam waktu-waktu tertentu, tanpa tawar-menawar lagi. Oleh
karena itu, barangsiapa melalaikan shalat di dalam lima waktu itu, maka boleh jadi dia akan lupa
kepada Tuhannya dan tenggelam dalam lautan kelalaian.[2]
Kedudukan Shalat Dalam Islam. Di dalam islam, shalat memiliki kedudukan yang tidak
bisa disamai oleh ibadah yang lain. Ia adalah tiang agama yang tidak bisa tegak agama ini,
kecuali dengannya. Rasulullah saw bersabda,
Artinya: “Inti segala urusan adalah islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya
adalah jihad.” (HR. At-Tarmidzi, dari Muazd bin jabal). Shalat adalah ibadah pertama yang
diwajibkan oleh Allah diantara ibadah-ibadah yng ada.[3]
 Dan sabda Rasulullah saw:
Artinya:”Telah difardukan Allah atas umatku pada malam isra’ lima puluh shalat. Maka
senantiasa saya kembali kehadirat Ilahi, dan saya minta keringanan sehingga dijadikan-Nya
menjadi lima kali dalam sehari semalam.” (HR. Mutafqun ‘alaih)[4]
Firman Allah swt dalam surah Al-Isra’ ayat 78:
ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# Ï8qä9à$Î! Ä§ôJ¤±9$# 4’n<Î) È,|¡xî È@ø‹©9$# 
tb#uäöè%ur Ìôfxÿø9$# ( ¨bÎ) tb#uäöè% Ìôfxÿø9$# šc%x. #YŠqåkô¶tB ÇÐ
ÑÈ
78.  Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah
pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
[865]  ayat Ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk
waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
Penafsirannya : ayat ini menuntut Nabi saw . dan umatnya dengan menyatakan
bahwa: laksanakanlah secara bersinambung lagi sesuai dengan syarat dan sunah-sunnahnya
semua jenis shalat yang wajib dari sesudah matahari tergelincir, yakni condong dari
pertengahan langit sampai  muncul gelapnya malam, dan laksanakan pula seperti itu Qur’an /
bacaan di waktu al-fajr,  yakni shalat subuh. Sesungguhnya Qur’an /bacaan di waktu al-
fajr, yakni shalat subuh itu, adalah bacaan, yakni shalat yang disaksikan oleh para malaikat.
Dapat juga ditambahkan bahwa penempatan ayat ini pada surah al-Isra’ sungguh tepat
karena, dalam peristiwa itu, Nabi saw. Dan umat islam diperintahkan melaksanakan lima kali
shalat wajib dalam sehari semalam, sedang ketika itu penyampaian Nabi saw. Baru bersifat lisan
dan waktu-waktu pelaksanaannya pun belum lagi tercantum dalam Al-Qur’an.
Penafsiran kata : kata li duluk terambil dari kata dalaka yang bila dikaitkan dengan
matahari, seperti bunyi ayat ini, ia berarti tenggelam, atau menguning, atau tergelincir dari
tengahnya. Ketiga makna ini ditampung oleh kata tersebut dan, dengan demikian, ia
mengisyaratkan secara jelas dua kewajiban shalat, yaitu Zuhur dan Mahgrib, dan secara tersirat
ia juga mengisyaratkan tentang shalat Ashar karena waktu Ashar bermula begitu matahari
menguning. Hal ini dikuatkan lagi dengan redaksi ayat di atas yang menghinggakan perintah
melaksanakan shalat  sampai ghasaq al-lail, yakni kegelapan malam. Demikian tulis al-Biqa’i.
ulama syi’ah kenamaan, Thabathaba’I, berpendapat bahwa kalimat li duluk asy-syams ila ghasaq
al-lail mengandung empat kewajiban shalat, yakni ketiga yang disebut al-Biqa’I dan shalat isya
yang ditunjuk oleh ghasaq al-lail. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh ulama-ulama lain.
Kata ghasaq pada mula berarti penuh. Malam dinamai ghasaq al-lail karena angkasa
dipenuhi kegelapan. Air yang sangat panas atau dingin, yang panas dan dinginnya terasa
menyengat seluruh badan, dinamai juga ghasaq, demikian juga nanah yang memenuhi lokasi
luka. Semua makna-makna itu dihimpun oleh kepenuhan.
Kata qur’an al-fajr secara harfiah berarti bacaan (al-Qur’an) di waktu fajar, tetapi karena
ayat ini berbicara dalam konteks kewajiban shalat, tidak ada bacaan yang wajib pada saat fajar
kecuali bacaan al-Qur’an yang dilaksanakan paling tidak dengan membaca surah al-Fatihah
ketika shalat subuh. Dari sini, semua penafsir sunnah dan  syi’ah menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan istilah ini adalah shalat subuh. Penggunaan istilah khusus ini untuk shalat fajar
karena ia mempunyai keistimewaan tersendiri, bukan saja karena ia disaksikan oleh para
malaikat, tetapi juga karena bacaan al-Qur’an pada semua rakaat shalat subuh dianjurkan untuk
dilakukan secara jahar (suara yang terdengar juga oleh selain pembacanya). Di samping itu,
shalat subuh adalah salah satu shalat yang terasa berat oleh para munafik karena waktunya pada
saat kenyamanan tidur.[5]
Dan firman Allah dalam surah Hud ayat 114 :
ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# Ç’nûtsÛ Í‘$pk¨]9$# $Zÿs9ã—ur z`ÏiB 
È@øŠ©9$# 4 ¨bÎ) ÏM»uZ|¡ptø:$# tû÷ùÏdõ‹ãƒ ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# 4 y7Ï9ºsŒ 3“tø.ÏŒ 
šúï̍Ï.º©%#Ï9 ÇÊÊÍÈ
114.  Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat.
Asbabun Nuzul
                Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, bahwa seseorang lelaki menghadap kepada Nabi saw,
lalu berkata: saya mencumbu seorang wanita di pinggiran kota dan saya melakukan segala hal
kepadanya selin senggama. Inilah saya, putuskan apa yang engkau kehendaki terhadap saya.
Umar (yang saat itu ikut hadir) berkata kepadanya: Allah sudah menutup dirimu, kenapa kamu
malah menceritakannya? Nabi saw tidak menjawab apa-apa, kemudian lelaki itupun pergi dan
turunlah ayat ini :
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua terpi siang (pagi dan petang) dan Pada bagian
permulaan dari malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk.”
            Nabi Muhammad saw lalu menyuruh mengejar lelaki tersebut dan memanggilnya lalu
membacakan ayat di atas kepadanya.[6]
            Penafsirannya : “Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang),” lakukanlah shalat fardhu dengan sempurna dan lengkap pada awal siang dan akhirnya,
yang dimaksudkan adalah shalat subuh dan ashar, sebab keduanya adalah tepi siang hari. “dan
pada bagian permulaan dari malam,” dan pada beberapa saat dari malam yang dekat dengan
siang, yaitu shalat mahgrib dan isya’. “ Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk,” amal-amal shaleh, termasuk shalat lima
waktu, menghapus dosa-dosa kecil, sebagaimana disabdakan Nabi saw:  “Shalat lima waktu
adalah Kifarat bagi apa yang ada di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi.”
            Ulama tafsir berkata : yang dimaksudkan dengan perbuatan yang baik dalam ayat di atas
adalah shalat lima waktu. Mereka mendasari hal tersebut dengan Azbabun Nuzul dan ini adalah
pendapat jumhur ulama. Namun hal yang paling jelas adalah bahwa sifatnua umum dan Ibnu
katsir mendukung pendapat ini, di mana dia berkata: Tafsir ayat adalah melakukan perbuatan
baik menghapuskan dosa-dosa yang telah terdahulu, sebagaimana yang telah disebutkan dalam
hadits : “ Tak seoarang pun melakukan dosa, lalu berwudhu dan shalat dua rakaat, kecuali dia
diberi ampunan.”
“Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat,” hal tersebut, yaitu bersikap lurus dan
memperhatikan shalat, adalah nasehat bagi mereka yang mau menerima nasehat dan petunjuk
bagi mereka yang ingin petunjuk.[7]

Anda mungkin juga menyukai