Anda di halaman 1dari 10

A.

Azan Tsani
Azan merupakan tanda bahwa waktu salat telah tiba. Azan dikumandangkan oleh
seseorang secara lantang dengan tujuan supaya semua orang dapat mendengar dan selalu
mengingat akan masuknya waktu salat. Sehingga orang yang mendengarkan azan tersebut
tidak akan tertinggal waktu salat. Sama seperti halnya waktu salat lainnya, azan juga
dikumandangkan pada saat salat Jumat.
1. Memahami Azan
Secara bahasa azan berarti pemberitahuan atau seruan. Adapun makna azan secara
istilah adalah seruan yang menandai masuknya waktu salat lima waktu, untuk memanggil kaum
muslimin untuk melaksankan salat jemaah di masjid/musala.
Azan pertama kali dikumandangkan pada zaman Rasulullah saw. masih hidup. Pada
masa itu, orang-orang merasa sangat disibukkan oleh hal-hal duniawi sehingga banyak yang
lupa akan datangnya waktu salat. Hal tersebut menjadikan para sahabat memiliki saran kepada
Rasulullah saw. tentang bagaimana cara membuat seseorang bisa tepat waktu dalam
menjalankan ibadah salatnya. Beberapa menyarankan untuk menggunakan terompet, ada juga
yang menyarankan untuk menggunakan lonceng, bahkan ada yang menyarankan untuk
membuat api unggun supaya asap yang keluar dapat dilihat oleh semua orang. Akan tetapi
saran tersebut rupanya kurang disetujui oleh Rasulullah saw. karena terkesan menyamai
dengan ibadah agama lain.
Melalui mimpinya, Umar bercerita kepada Rasulullah bahwa ia bertemu dengan
seseorang yang berpakaian hijau dan membawa sebuah lonceng. Ketika Umar hendak
membeli lonceng tersebut kemudian ia ditanyai untuk apa lonceng tersebut akan digunakan.
Umar menjawab untuk digunakan sebagai panggilan waktu salat. Kemudian orang yang berbaju
hijau tersebut menunjukkan sesuatu yang lebih baik dari cara tersebut, yaitu dengan memberi
tahu dirinya tentang lafaz azan.
Rasulullah saw. kemudian menyuruh Bilal untuk mengumandangkan azan dengan lafaz
yang disampaikan oleh Umar tersebut. Pada saat Bilal mengumandangkan azan, ternyata
Umar mendengarnya dari rumah. Kemudian Umar bergegas menuju tempat Rasulullah saw.
dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi Yang Mengutus Anda dengan sebenarnya, aku bermimpi
seperti itu.” Semenjak kejadian tersebut, akhirnya lafaz azan selalu dikumandangkan dalam
lima waktu di Madinah sebagai tanda bahwa waktu salat telah tiba.
َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٌَ َ ُ َ
Pada saat Bilal mengumandangkan azan, Anas bin Malik berkata sebagai berikut.
َ‫ان َوأ ْن ُييح َر الإ َكام‬ َ َ
‫فأ ِمر ِةلال أن يشفع الأ ذ‬
ِ ِ
Artinya: “Maka Bilal diperintah untuk mengumandangkan azan dengan menggenapkan dan
mengumandangkan ikamah dengan mengganjilkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Utsman bin al-„Ash berkata bahwa ia mendengar Nabi Muhammad saw. bersabda
َ َ
sebagai berikut.
ْ
ً‫َو َّاتخ ْذ ُم َؤ ِّذ ًنا َلا َيأ ُخ ُذ َع َلى أ َذانه أ ْجرا‬
ِِ ِ ِ
Artinya: “Angkatlah muazin yang tidak mencari upah dari azannya.” (H.R. Abu Daud dan an-
Nasai)
Adapun selain dikumandangkan sebagai bentuk masuknya salat lima waktu, azan juga
digunakan ketika umat muslim melaksanakan ibadah salat Jumat. Salah satu dalil yang
menjelaskan akan hal tersebut yaitu sebagai berikut.
ْ ُ َّ َ ُ ٰ َ ْ َ ‫ه‬ ْ ٰ
ْ ‫اس َػ‬ َ َ ُُْ َّ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
ْ ‫لص ٰلية م ْنَّي‬
‫اّٰلل َوذ ُروا الب ْي َعَۗ ذ ِلك ْم خ ْي ٌد لك ْم ِان‬
ِ ‫ر‬‫ك‬ ‫ذ‬
ِ ِ ِ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬ ْ ‫ف‬ ‫ث‬
ِ ‫ػ‬‫م‬‫ج‬ ‫ال‬ ‫م‬
ِ ‫ي‬ ِ ِ ‫يايىا ال ِذين امجيْٓا ِاذا ني ِدي ِل‬
َ َ َْ ُْ ُ
٩ ‫كجخ ْم حػل ُم ْين‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan salat pada
hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Jumu‟ah [62]: 9)
Pada ayat tersebut secara jelas disebutkan bahwa azan juga dilakukan pada hari Jumat.
Sebagai pengingat akan adanya waktu salat Jumat berjemaah bagi para kaum muslim. Hukum
dikumandangkannya azan untuk pengingat waktu salat adalah sunah. Akan tetapi beberapa
ulama ada yang berpendapat bahwa azan memiliki hukum fardu kifayah. Fardu kifayah adalah
status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah
dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Nabi Muhammad saw. bersabda

ُ ْ َ ُ َ ُ َ
sebagai berikut.
ْ ُ
ْ‫الصلاَ ُة َف ْل ُي َؤ ِِّذ ْن لك ْم أ َح ُدك ْم َول َي ُؤ َِّمك ْم أك َب ُدكم‬
َّ َ َ َ َ
‫ف ِإ ذا حض َر ِت‬
Artinya: “Jika waktu salat telah tiba, salah seorang di antara kalian hendaknya
mengumandangkan azan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafaz azan terdapat asma Allah Swt. yang sangat diagungkan. Hal tersebut
membuat seseorang ketika hendak melafazkan azan dianjurkan untuk bersuci dari hadas
terlebih dahulu. Hal tersebut juga dilakukan supaya mendapatkan kepraktisan dalam
melaksanakan ibadah salat secara berjemaah. Ketika seorang muazin sudah selesai
mengumandangkan azan maka ia dapat melanjurkan ibadah lain tanpa harus bersuci lagi
karena sudah bersuci sebelum azan dikumandangkan.

Halaman 9
2. Memahami Salat Jumat
Salat Jumat merupakan salat yang dilakukan secara berjemaah di siang hari yang
memiliki waktu seperti salat Zuhur namun dilaksanakan pada hari Jumat. Jika salat Zuhur
memiliki jumlah rakaat sebanyak 4 rakaat maka salat Jumat memiliki 2 rakaat salat. Dalam
pelaksanaannya, salat Jumat didahului terlebih dahulu dengan khotbah. Seorang muslim yang
sudah memiliki syarat-syarat salat Jumat maka ia diwajibkan untuk menunaikan salat tersebut
serta tidak diperbolehkan meninggalkan salat Jumat tanpa adanya uzur syar‟i apapun.
Awal mula salat Jumat pada dasarnya telah diisyaratkan saat Nabi Muhammad saw.
masih berada di Makkah dan belum hijrah ke Madinah. Namun, ibadah tersebut belum bisa
terlaksana karena jumlah umat Islam yang masih sedikit serta banyaknya intimidasi dari kaum
kafir Quraisy.
Akhirnya, Nabi Muhammad dan para sahabatnya melaksanakan salat Jumat pertama
kali saat perjalanan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Hal itu dilakukan pada pekan kedua
bulan Rabiul Awal atau pekan terakhir September 622 masehi. Nabi Muhammad dan para
sahabat tiba di Quba atau kira-kira 7 kilometer dari Madinah yang bertepatan pada hari Senin, 8
Rabiul Awal. Di sana, rombongan Rasulullah beristirahat selama 4 hari dan juga membangun
masjid.
Pada hari ke-5 atau pada Jumat pagi, Rasulullah dan sahabat melanjutkan perjalanan
ke Madinah. Setelah 3 kilometer berjalan, tepatnya di Wadi Ranuna, Nabi Muhammad
menjalankan salat Jumat untuk pertama kali. Di tempat tersebut juga, saat ini telah berdiri
masjid dengan nama masjid Jumat. Hal ini dilakukan untuk mengenang sejarah salat Jumat
pertama.
Secara hukum, salat Jumat merupakan salah satu ibadah yang wajib bagi seorang laki-
laki yang sudah baligh. Adapun dalil yang menjelaskan keutamaan salat Jumat di antaranya
sebagai berikut.
َ َ ْ ْ َُّ ُ َ َ َُّ ْ ُ ُ َ َ ُ َّ َّ ْ َ َ ْ َ َ
َ ُ ُ ْ ْ ْ َ ْ ٌ َ ْ ََّ َ ْ َ َ
‫يب ِهم ذم لحكينن ِمن الغ ِاف ِلين‬ َ
ِ ‫ات أو لحخ ِخمن اّٰلل على كل‬
ِ ‫لحنخ ِىين أكيام ِمن ود ِغ ِىم الجمػ‬
Artinya: “Sungguh berhentilah kaum-kaum dari meninggalkan beberapa Jumat atau sungguh
Allah menutup hati mereka sehingga mereka termasuk orang-orang yang lalai,” (H.R. Muslim)
َ ْ ُ ِّ ُ َ َ ْ ُ
‫اج ٌب على ك ِل محخ ِلم‬‫و‬َ ‫اح ال ُج ُم َػث‬‫َر َو‬
ِ ِ
Artinya: “Berangkat Jumat adalah kewajiban bagi setiap orang yang aqil baligh,” (H.R. An-
Nasa‟i dengan sanad sesuai standar syarat Imam Muslim)
َ َ َ َ َ ْ
ٌ َ ْ ٌّ َ ْ ٌ َ ْ ْ ٌ ُ ْ َ ٌ ْ َ ً َ َ ْ َّ ِّ ُ َ َ َ ‫ال ُج ُم َػ ُث َح ٌّق‬
‫اج ٌب على ك ِل ُم ْس ِلم إلا أرةػث غتد َمليك أو امرأة أو صبي أو م ِريض‬
ِ ‫و‬
ِ
Artinya: “Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim kecuali empat orang. Hamba sahaya
yang dimiliki, wanita, anak kecil, dan orang sakit,” (H.R. Abu Daud dengan sanad sesuai
standar syarat Bukhari dan Muslim)
ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ً ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ
‫اّٰلل على كل ِت ِه‬ ‫‏ من ح َرك ذلاث جمع حىاونا ِةىا طتع‬
Artinya: “Barang siapa yang meninggalkan tiga kali salat Jumat karena meremehkan, niscaya
Allah akan menutup hatinya.” (H.R. Abu Dawud & H.R. An-Nasa‟i)
Salat Jumat merupakan sebuah kewajiban bagi orang-orang yang sudah memiliki syarat
di antaranya sebagai berikut.
a. Beragama Islam.
b. Baligh.
c. Berakal.
d. Bermukim.
e. Laki-laki.
f. Menetap atau bermukim.
Adapun beberapa alasan yang dibenarkan secara syar‟i meninggalkan salat Jumat di
antaranya sebagai berikut.
a. Hujan lebat yang dapat membasahi pakaian (tidak bisa ke masjid).
b. Turun salju (yang membuat tidak bisa ke masjid).
c. Cuaca dingin (ekstrem).
d. Sakit berat yang membuatnya sulit untuk menghadiri salat Jumat dan salat berjamaah
atau orang yang ditugasi menjaga orang sakit.
e. Ada kekhawatiran terhadap gangguan keselamatan jiwa, kehormatan diri, dan harta
bendanya karena suatu dan lain hal. Seperti saat ini, karena ada wabah Covid-19.
Dalam pelaksanaannya salat Jumat dilakukan sama waktunya dengan salat Zuhur, hal
َ
tersebut sebagaimana sebuah hadis yang berbunyi sebagai beriku.
ُ ْ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ ِّ َ ُ َ َ َّ َّ َّ
‫أن الج ِتيكان يص ِلي الجمػث ِحين ح ِميل الشمس‬
Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw. melakukan salat Jumat saat matahari condong ke Barat
(waktu Zuhur)”. (H.R. al-Bukhari dari sahabat Anas)
ْ َ َ َ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ْ ُ َ َ َ ُ َ ُ َُّ
َ‫الش ْم ُس ُذَّم َن ْرج ُع َن َت َخَّت ُع ال َف ْيء‬
َّ َ َ َ ْ
ِ ‫كنا نج ِ ِّمع مع رسي ِل‬
‫اّٰلل صلى اّٰلل علح ِه وسلم ِإذا زال ِج‬
ِ
Artinya: “Kami mengerjakan salat Jumat bersama Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
apabila matahari telah tergelincir dan kami kembali pulang dengan mengikuti bayangannya.”
(H.R. Muslim)
Apabila tidak ada uzur syar‟i yang memang benar-benar sangat mendesak maka
sebaiknya sebagai seorang muslim kita jangan sampai meninggalkan salat Jumat. Hal tersebut
karena akan membuat Allah Swt. merasa tidak senang yang akhirnya dapat menutup mati hati
orang-orang yang lalai mengerjakan salat Jumat.
Apabila telah masuk waktu salat Jumat maka orang-orang yang sudah diwajibkan untuk
melaksanakannya harus segera mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah salat Jumat
tersebut. Hal ini juga dijelaskan dalam sebuah hadis sebagai berikut.
ُّ َ َ ً ْ َ
ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ْ ُ َ َ َ ِّ َ ُ َُّ
‫ان فحئا نسخ ِظل ِة ِه‬
ِ ‫اّٰلل صلى اّٰلل علح ِه وسلم الجمػث فند ِجع وما ِنجد ِللحيط‬ ِ ‫كنا نص ِلي مع رسي ِل‬
Artinya: “Kami pernah salat Jumat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu kami
kembali ke tempat kami (selesai mengerjakan Jumat) dalam keadaan kami tidak mendapati
bayangan tembok/dinding yang bisa kami jadikan naungan.” (H.R. Muslim)
Makna hadis tersebut tidak berarti tidak ada bayangan sama sekali dari tembok/dinding
itu, hingga dipahami bahwa matahari belum zawal saat itu. Sebab, yang dinyatakan tidak ada
atau dinafikan oleh Salamah hanyalah bayangan yang bisa dijadikan naungan, yang mencukupi
untuk berteduh dari panas.
Sementara itu, tembok/dinding mereka pendek dan negeri mereka berada di tengah
(pancaran sinar) matahari. Karena itu, tidak tampak bayangan yang bisa dijadikan tempat
berteduh kecuali setelah zawal berlalu dalam waktu yang lama. Ini jelas menunjukkan bahwa
salat Jumat langsung dilaksanakan ketika zawal (tanpa penangguhan waktu). Maka sebagai
seorang muslim yang taat kita harus menyegerakan beribadah apabila waktunya sudah tiba.
Sebenarnya sejak dahulu hingga sekarang mengenai jumlah jemaah salat Jumat sangat
diperhatikan. Meski di dalam Al-Qur‟an tidak diterangkan, masih ada risalah yang dikemukakan
oleh beberapa ahli hadis sebagai pegangan.
a. Imam Hanafi atau Abu Hanifah menyatakan cukup 4 orang, termasuk imam. Hal ini
berdasarkan hadis, "Jumah itu wajib bagi tiap-tiap desa yang ada padanya seorang imam,
walaupun penduduknya hanya ada 4 orang." (H.R. Thabrani).
b. Imam AuzaI menyatakan bahwa jumlah jemaah salat Jumat itu cukup 12 orang. Hal ini
diambil dari hadis, “Orang yang pertama kali datang ke Madinah dari kaum Muhajirin ialah
Mushab bin Umair dan dialah orang yang pertama mendirikan salat Jumat di situ pada hari
Jumat, sebelum Nabi Muhammad datang (dan waktu itu) mereka 12 orang,” (H.R. Thabrani).
c. Imam Syafii menyatakan salat Jumat itu harus 40 orang, dengan didasari hadis: "Telah
berkata Abdurrahman bin Ka'b, "Bapak saya ketika mendengar azan hari Jumat biasa
mendoakan bagi As'ad bin Zararah. Maka saya bertanya kepadanya: Apabila mendengar azan
mengapa ayah mendo'akan untuk As'ad bin Zararah?" Ayahnya menjawab: Karena dialah
orang yang pertama kali mengumpulkan kita untuk salat Jumat di desa Hazmin Nabit. Maka
bertanya saya kepadanya: Berapakah waktu itu orang yang hadir? Ia menjawab : "Empat puluh
orang laki-laki.” (H.R. Abu Dawud)
Dalam Muktamar ke-4 Nahdlatul Ulama di Semarang pada 19 September 1929. Dalam
fatwanya, ulama NU menyatakan, jika jumlah jamaah pada sebuah desa kurang dari 40 orang,
maka mereka boleh bertaklid kepada Abu Hanifah, “Dengan ketentuan harus menunaikan rukun
dan syarat menurut ketentuan Abu Hanifah. Tetapi lebih utama supaya bertaklid kepada Imam
Muzan dari golongan Mazhab Syafi‟i.” demikian kesepakatan ulama NU terkait masalah jumlah
minimal jemaah salat Jumat.
Selain itu, ulama NU juga membolehkan penyelenggaraan salat Jumat di kantor-kantor.
Syaratnya, salat Jumat itu diikuti orang-orang yang tinggal menetap sampai bilangan yang
menjadi syarat sahnya salat Jumat terpenuhi. Selain itu, tidak terjadi penyelenggaraan Jumat
lebih dari satu.
Gambar khatib sedang khotbah.
Salah satu syarat sah pelaksanaan salat Jumat adalah didahului dua khotbah. Ritual
khotbah dilakukan sebelum salat Jumat dikerjakan. Khotbah Jumat dilakukan dua kali, di antara
khotbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk. Khotbah Jumat memiliki lima rukun yang
harus dipenuhi. Kelima rukun tersebut disyaratkan menggunakan bahasa Arab dan harus
dilakukan dengan tertib (berurutan) serta berkesinambungan (muwalah). Berikut ini lima rukun
khotbah Jumat beserta penjelasannya.
a. Memuji kepada Allah di kedua khotbah
b. Membaca selawat kepada Nabi Muhammad saw. di kedua khotbah
c. Berwasiat dengan ketakwaan di kedua khotbah
d. Membaca ayat suci al-Quran di salah satu dua khotbah.
e. Berdoa untuk kaum mukmin di khotbah terakhir
Selain rukun khotbah di atas, ada beberapa hal yang menjadikan syarat sahnya khotbah
Jumat, di antaranya sebagai berikut.
a. Khatib harus laki-laki.
b. Khotbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah Jumat yang melaksanakan
Jumat.
c. Khotbah dilakukan berturut-turut antara khotbah pertama dengan khotbah kedua.
d. Khotbah dibaca di kawasan bangunan rumah penduduk desa.
e. Khatib harus suci dari dua hadas.
f. Khatib harus suci dari najis.
g. Khatib harus menutup aurat.
Pada pelaksanaan salat Jumat ada beberapa sunah yang dapat diamalkan oleh para
jemaah, di antara sunah salat Jumat tersebut sebagai beriku.
a. Didahului dengan mandi
Bagi yang hendak salat Jumat disarankan mandi sebelum menunaikan ibadah wajib
bagi laki-laki tersebut. Sebagai ibadah sunah, mandi bukan syarat sah salat sehingga tak perlu
khawatir jika tidak sempat mandi. Adapun dalilnya sebagai berikut.
َْ ٌ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ُْ َ ْ ُ َّ ُ َ َ َ َ َ َّ
‫حب فل َي َمَّس‬ َ ‫ َف َم ْن َج‬،‫ين‬
‫ َو ِإن كان ِط‬،‫اء ِإلى الج ُمػ ِث فل َيغت ِسل‬
َ
‫اّٰلل ِلل ُم ْس ِل ِم‬ ‫ِإن وذا َي ْي ُم ِغيد جػله‬
ُ
‫اك‬ ‫ي‬ ِّ ‫ َو َع َل ْحك ْم ة‬،‫م ْن ُه‬
َ ‫الس‬
ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah Swt. untuk umat Islam. Siapa
yang ingin melaksanakan salat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada,
dan menggosok gigi (siwak)," (H.R. Ibnu Majah).
b. Potong kuku dan kumis
Potong kuku dan kumis juga termasuk sebuah sunah yang sangat baik untuk dilakukan
pada hari Jumat. Kegiatan ini termasuk cara seseorang dalam membersihkan dirinya. Adapun
َ َ
dalil yang menyatakan sunahnya potong kuku dan kumis sebagai berikut.
َ ُُْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُّ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ
‫كان النبي صلى اّٰلل علح ِه وسلم يسخ ِحب أن يأخذ ِمن ش ِار ِة ِه وأظ ِاف ِر ِه ييم الجمػ ِث‬
ِ
Artinya: “Nabi Muhammad saw. biasa mencukur kumis dan kukunya di hari Jumat." (H.R. Imam
al-Baihaqi)
c. Berpakaian rapi dan bersih
Salat Jumat merupakan hari yang istimewa, sama halnya ketika hendak melaksanakan
salat fardu maka kita juga harus menggunakan pakaian yang rapi dan bersih pada saat
melaksanakan salat Jumat. Terdapat keutamaan menggunakan pakaian berwarna putih pada
saat salat karena pakaian putih akan mempermudah ketika terdapat kotoran yang menempel.
َ َ
Dalil yang menganjurkan berpakaia putih tersebut sebagai berikut.
ُ َ َ ََْ َْ
َ ‫اض َفإَّن َىا أ ْط َى ُر َوأ ْط َح ُب َوك ِّف ُنيا ف‬
ْ‫يىا َم ْي َحاكم‬ ُ
‫البسيا البي‬
ِ ِ ِ
Artinya: “Kenakanlah pakaian warna putih karena pakaian tersebut lebih bersih dan paling
baik. Kafanilah pula orang yang mati di antara kalian dengan kain putih." (H.R. Tirmidzi dan
Ibnu Majah).
d. Menggunakan wangi-wangian
Mengenakan parfum atau wangi-wangian merupakan ibadah selanjutnya yang bisa
dilakukan pria sebelum berangkat salat Jumat. Parfum, yang wanginya tidak berlebihan,
membantu mengatasi aroma tubuh yang kurang enak selama beraktivitas.
َ ِّ
ُ ََْ ُ ْ
َ َّ َ ْ َ ٌ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُْ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َّ ُ َ َ َ ُ ‫إَّن َى َذ َاي ْي‬
‫اك‬ ْ َ ُ َ َ ُ
ِ ‫السي‬ ‫ت‬
ِ ِ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫و‬، ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫س‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫حت‬‫ط‬ِ ‫ان‬‫ك‬ ‫ن‬‫إ‬ِ ‫و‬، ‫ل‬‫س‬ِ ‫ت‬ ‫غ‬‫ي‬ ‫ل‬‫ف‬‫ث‬ِ ‫ػ‬‫م‬ ‫ج‬ ‫ىال‬‫ل‬ ‫إ‬ِ ‫اء‬ ‫ج‬‫ن‬ ‫م‬ ‫ف‬، ‫ين‬ ‫م‬ِ ‫ل‬
ِ ‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬‫ل‬ِ ‫ى‬‫الل‬ ‫ى‬‫ل‬‫ػ‬‫ج‬ ‫يد‬‫ػ‬ِ ‫م‬ ِ
Artinya: “Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah Swt. untuk umat Islam. Bagi
siapa yang ingin melaksanakan salat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau
ada, dan menggosok gigi (siwak)." (H.R. Ibnu Majah)
e. Membaca doa ketika keluar rumah
Tiap aktivitas sebaiknya diawali doa yang mengharapkan berkah dan perlindungan dari
Allah Swt.. Doa keluar rumah bisa diamalkan tiap hari, bukan cuma menjelang salat Jumat.
Berikut doanya yang cukup simpel dan mudah dihapal.
َّ َّ َ َُّ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ُ ْ ََّ َ َّ ْ
ِ ‫ لا حيل َولا كية ِإلا ِة‬،‫اّٰلل‬
‫اّٰلل‬ ِ ‫اّٰلل حيكلج على‬
ِ ‫ِبس ِم‬
Artinya: “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali
dengan Allah."
f. Segera munuju masjid
Gambar menyegera menuju masjid
Jika tidak ada aktivitas lain, sebaiknya segera menuju masjid untuk menunaikan ibadah
lain sebelum salat Jumat. Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah menjelaskan tidak
terlambat ke masjid adalah salah satu keutamaan salat Jumat.
Imam Ghazali juga mengatakan, jaraknya dekatnya manusia melihat Allah Swt. saat
kiamat bergantung dari waktu datang salat Jumat. Makin cepat datang maka semakin dekat
jaraknya untuk melihat Tuhan.
g. Masuk masjid dengan kaki kanan terlebih dahulu
Memasuki masjid dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu merupakan
gambaran dari sebuah kebaikan. Adapun Nabi Muhammad saw. melakukan beberapa hal juga
didahului dari sebelah kanan. Adapun hadis tersebut sebagai berikut.
ُّ َ َ َ ُّ َ َ َ ُ ُ ِّ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُّ َ َّ ُّ ُ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ
‫ير ِه وحرج ِل ِه وحنػ ِل ِه‬
ِ ‫ى‬ ‫ط‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ، ‫ه‬
ِ
ِ ِ ِ ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ه‬
ِ ‫ن‬‫أ‬‫ش‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫يحب التيمن ما اسخط‬
‫اع‬ ِ ‫كان الن ِبي صلى اّٰلل علح ِه وسلم‬
Artinya: “Nabi shallallahu „alaihi wa sallam suka mendahulukan yang kanan dalam setiap
perbuatannya selama beliau mampu, seperti dalam bersuci, menaiki kendaraan, dan memakai
sandal.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
h. Salat Tahiyatul Masjid
Salat sunah ini dilakukan sebelum jemaah duduk menunggu pelaksanaan salat Jumat,
dengan terlebih dahulu memastikan bahwa orang tersebut sudah suci dari hadas. Adapun
َ َ
hadisnya dapat kita lihat sebagai berikut.
َْ ْ َ ْ َ َْ َْ َ َََْْْ َ ْ َْ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ
‫ِإذا دخل أحدكم المس ِجد فليدكع ركػخي ِن كتل أن يج ِل‬
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia salat dua rakaat
sebelum dia duduk." (H.R. Bukhari dan Muslim).

i. Fokus pada ibadah


Ketika sudah berada di masjid sangat disarankan tidak banyak bicara, tenang, dan
memperbanyak doa serta zikir. Keutamaan diam makin besar saat khatib telah naik mimbar
َ
untuk membacakan khotbah Jumat.
َ ْ ََ ْ َ َ ُ ُْ َ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ُْ َ َ َ ُْ َ
‫ (أن ِصج) وال ِإمام يخطب فلد لغيت‬:‫اح ِتك َي ْي َم الج ْمػ ِث‬
ِ ‫ِإذا كلج ِل‬
‫ص‬
Artinya: "Jika kamu berkata kepada temanmu, "Diamlah" sementara imam sedang berkhotbah
di hari jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Halaman 13
3. Pengertian Azan Tsani
Secara umum azan merupakan tanda bahwa waktu salat fardu telah tiba. Hal ini
dilakukan supaya para muslimin tidak telat dalam melaksanakan ibadah salat fardu tersebut.
Dalam pandangan warga Nahdlatul Ulama salah satu azan yang terkenal dilakukan pada hari
Jumat yaitu azan tsani. Azan tsani adalah azan yang dilakukan sebanyak dua kali sebelum
pelaksanaan salat Jumat dimulai.
Azan tsani dikumandangan sebanyak dua kali, pertama dilakukan ketika sebelum khatib
naik ke mimbar. Azan kedua dikumandangkan setelah khatib sudah berada pada mimbar.
َ
Dalam kitab sahih al-Bukhari dijelaskan sebagai berikut.
ََ َ ْ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ََّ َ َ ُ ْ َ ُ َّ َ
ِ ‫ر ِض َي اّٰلل غنىما فلما كان ِفي ِخلاف ِث غرمان ر ِضي اّٰلل غنه وكثدوا أمر غرمان ييم الجمػ ِث ِةالأذ‬
‫ان‬ ْ
َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َََ َّ
‫د فأذان ِة ِه على الزور ِاء فثتج الأمر على ذا ِلك‬ِ ‫الثا ِل‬
Artinya: “Dari Sa'ib ia berkata, "Saya mendengar dari Sa'ib bin Yazid, beliau berkata,
“Sesungguhnya adzan di hari jumat pada asalnya ketika masa Rasulullah saw., Abu Bakar r.a.
dan Umar r.a. dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar. Namun ketika masa Khalifah
Utsman r.a. dan kaum muslimin sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan
adzan yang ketiga. Azan tersebut dikumandangkan di atas Zaura' (nama pasar). Maka tetaplah
hal tersebut (sampai sekarang)". (Sahih al-Bukhari: 865)
Apa yang dimaksud dengan azan yang ketiga adalah azan yang dilakukan sebelum
khatib naik ke mimbar. Sementara azan pertama adalah azan setelah khathib naik ke mimbar
dan azan kedua adalah ikamah. Dari sinilah, Syaikh Zainuddin al-Malibari, membuat kitab Fath
al-Mu'in, mengatakan bahwa sunah mengumandangkan azan dua kali. Pertama sebelum khatib
naik ke mimbar dan yang kedua dilakukan setelah khatib naik di atas mimbar. Sebagai warga
Nahdlatul Ulama, tentu adanya hal tersebut harus kita pertahankan sebagaimana apa yang
telah dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Halaman 14
5. Tata Cara Pelaksanaan Azan Tsani
Dalam tata cara pelaksanaan azan tsani kita dapat mempelajarinya dengan
memperhatikan urutan pelaksanaan azan tsani sebagai berikut.
a. Azan pertama dikumandangkan oleh muazin
Lafaz dari azan tsani pada dasarnya sama dengan lafaz azan secara umum.
Perbedaannya hanya terletak pada waktu pelaksanaan azan tersebut. Sebagai seorang muazin
juga harus memenuhi syarat orang yang mengumandangkan azan. Dianjurkan juga untuk
bersuci dari hadas sebelum mengumandangkan azan tsani.
b. Setelah azan pertama para jemaah melaksanakan salat sunah qabliyah dua rakaat
Kata qabliyah memiliki arti sebelum. Maka salat sunah ini dilaksanakan sebelum salat
Jumat. Tepatnya setelah azan berkumandang dan sebelum khotbah dimulai. Hal tersebut pun
sesuai dengan Mazhab Syafi'i, di mana salat qabliyah Jumat sama dengan salat sunah rawatib
sebelum Zuhur.
َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُّ ‫ه‬
ْ ‫اّٰلل‬ ْ ‫َما َصَّح َح ُه ْاة ُن حَّتان م ْن َحد ْيد َغ‬
‫ان‬
ِ ‫خ‬ ‫ػ‬ ‫ك‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫ي‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ة‬ ‫و‬ ‫لا‬‫إ‬ِ ‫ث‬ ‫ض‬‫و‬‫ر‬‫ف‬ ‫م‬ ‫ة‬‫لا‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ا‬ ‫م‬ ‫د‬
ِ ‫ي‬‫ة‬ ‫الز‬ ‫ن‬ِ ‫ة‬ ِ ‫د‬
ِ ‫ت‬ ِ ِ ِ ِ
Artinya: “Semua salat fardu itu pasti diikuti oleh salat sunah qabliyah dua rakaat". (H.R. Ibnu
Hibban yang telah dianggap shahih dari hadist Abdullah bin Zubair)
Selain itu, dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut.
َ َ
ٌ َ َ ْ َ َ ِّ ُ َ ْ َ ٌ َ َ ْ َ َ ِّ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ َّ ْ َ ْ َ
‫اّٰلل ة ِن مغفل كال كال النبي صلى اّٰلل علح ِه وسلم ةين ك ِل أذاني ِن صلاة ةين ك ِل أذاني ِن صلاة‬ ِ ‫غن غت ِد‬
ِ
َ َ َُّ
َ ‫الثال َث ِث ل َم ْن َش‬
‫اء‬
َّ
‫ي‬ ‫ف‬
ِ ِ ِ ‫ذم ك‬
‫ال‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda,
“Antara dua seruan ada salat”, beliau ucapkan tiga kali.” (H.R. al-Bukhari)

َ ْ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َّ ُ ِّ َ ُ
Adapun lafaz niat salat sunah qabliyah Jumat sebagai berikut.
َ ََ ‫ً ه‬
َّ ْ
ِ ِ ‫أص ِل ْي سنث الجمػ ِث ركػخي ِن كت ِليث‬
‫ّٰلل حػالى‬
Artinya: “Saya berniat salat sunah qabliyah Jumat dua rakaat karena Allah Swt..”
Salat sunah qabliyah sangat dianjurkan untuk seluruh umat muslim, hal tersebut karena
salat qabliyah dapat mendatangkan pahala dan sebagai penyempurna dalam ibadah salat.
Maka akan rugi apabila amalan yang baik tersebut dilewatkan begitu saja.
c. Azan kedua
Setelah khatib naik ke mimbar dan menyampaikan salam kepada para jemaah maka
azan kedua dapat dikumandangkan oleh seorang muazin yang bertugas pada waktu tersebut.
Tata cara azannya sama seperti pada saat azan seperti biasanya.
d. Khatib membacakan khotbahnya sebanyak dua kali dengan berdiri dan
memegang tongkat
Mayoritas ulama Fikih sepakat bahwa khotbah dengan memegang tongkat dengan
tangan kiri merupakan sebuah sunah. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Imam Syafi‟i di dalam
kitab al-Umm. Imam Syafi'i r.a. berkata, “Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika
Rasulullah saw berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau
berkhotbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu
dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi' mengabarkan dari Imam Syafi'i dari Ibrahim,
dari Laits dari 'Atha', bahwa Rasulullah saw. jika berkhotbah memegang tongkat pendeknya
untuk dijadikan pegangan." (al-Umm, juz I, hal 272)
Rasulullah saw. saat khotbah pernah berpegangan pada tongkat atau busur panah. Hal
ini bisa kita rujuk pada hadis riwayat Abu Dawud sebagai berikut.
َ‫اّٰلل َع َل ْحه َو َسَّل َم َف َلام‬
ُ َّ ‫اّٰلل َصَّلى‬
َّ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ ْ َ ُ ْ َ
ِ ِ ‫غن شػح ِب ة ِن ز َر ْيق الط ِائ ِف ِّي كال ش ِىدنا ِفيىا الجمػث مع رسي ِل‬
ْ
ِ
ْ َ ْ َ َ َ َ َ ً ِّ َ َ ُ
‫متي ِكئا على غصا أوكيس‬
Artinya: “Dari Syu‟aib bin Zuraidj at-Tha‟ifi ia berkata ”Kami menghadiri salat jum‟at pada suatu
tempat bersama Rasulullah saw. Maka Beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau
busur.” (H.R. Abu Dawud)
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya‟ Ulumiddin menjelaskan bahwa tujuan memegang
tongkat adalah agar khatib tersebut tidak memainkan tangannya saat berkhotbah, “Apabila
muadzin telah selesai (azan), maka khatib berdiri menghadap jemaah dengan wajahnya. Tidak
boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan
atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak
mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu
dengan yang lain.”
Dari penjelasan al-Ghazali ini, bisa disimpulkan bahwa selayaknya seorang khatib harus
tetap fokus saat menyampaikan khotbahnya, tidak boleh menoleh kekanan dan kekiri serta
tidak diperkenankan memainkan tangannya. Dan tongkat adalah salah satu media agar
seorang khatib tetap fokus dan tidak memainkan tangannya.
Selain memegang tongkat ketika berkhotbah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
juga oleh khatib. Beberapa hal tersebut di antaranya sebagai berikut.
a. Mengucapkan salah sebelum khotbah.
b. Khotbah di atas mimbar.
c. Menghadap jemaah.
d. Bersuara jelas.
e. Waktu khotbah tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu lama.
f. Penyampaian khotbah mudah dipahami.
g. Duduk di antara dua khotbah.
Ada satu hal yang dapat dilakukan sebelum khatib maju untuk menuju mimbar. Hal
tersebut berupa pembacaan tarqiyyah yang dilakukan oleh petugas yang disebut dengan bilal
atau muraqqi. Bilal tersebut juga biasanya merangkap tugas sebagai seorang muazin. Adanya
bilal merupakan suatu ciri khas yang biasa dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama dalam
pelaksanaan salat Jumat.
Pada dasarnya bilal pada salat Jumat bertujuan untuk memperingatkan para jemaah
Jumat supaya lebih tenang serta fokus untuk memperhatikan nasihat yang akan disampaikan
oleh khatib ketika sedang berkhotbah. Selain sebagai peringatan, bacaan bilal juga bertujuan
untuk mendoakan kaum muslimin baik yang sudah meninggal ataupun yang masih hidup.

Anda mungkin juga menyukai