MODUL 1
TATA CARA TAHARAH DAN SALAT
Penyusun:
H. Andi Achruh AB. Pasinringi
Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian dan hukum salat Jumat
2. Syarat-syarat salat Jumat
3. Tata cara pelaksanaan Salat Jumat
4. Ketentuan khutbah Jumat
5. Nilai-nilai pendidikan dalam penyelenggaraan salat Jumat
Uraian Materi
خري يوم طلعت عليه الشمس يوم اجلمعة فيه خلق:عن أيب هريرة أن النيب صلى هللا عليه و سلم قال
آدم وفيه أدخل اجلنة وفيه أخرج منها وال تقوم الساعة إال يف يوم اجلمعة
Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat. Pada hari
itu Adam diciptakan, masuk dan keluar dari syurga dan hari kiamat hanya akan
terjadi pada hari Jumat. (HR Imam Muslim).
Pada hari Jumat, Allah mensyariatkan salat Jumat. Salat Jumat adalah salat
yang wajib dikerjakan pada waktu Zuhur di hari Jumat yang diawali dengan dua
khutbah. Disebut salat Jumat karena dilaksanakan pada hari Jumat. Salat Jumat itu
hukumnya fardu ain bagi setiap mukalaf yang mampu dan memenuhi syarat-syarat-
nya. Dasar hukum salat Jumat adalah:
اَّللِ اوذا ُروا الْبا ْي اع ذالِ ُك ْم اخ ْريٌ لَّ ُك ْم إِن
َّ اس اع ْوا إِ اَل ِذ ْك ِر ِ ْ لص اَل ِة ِمن ي وِم
َّ ِودي ل
ِ َُي أايُّها الَّ ِذين آمنُوا إِذاا ن
ْ اجلُ ُم اعة فا ْا ا ا ا ا
٩- ُكنتُ ْم تا ْعلا ُمو ان
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan-
lah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS
Al-Jum’ah/62: 9).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menunaikan salat Jumat. Perintah
dalam istilah ushul fikih menunjukkan kewajiban. Demikian juga larangan sibuk
berjual beli setelah ada panggilan salat, menunjukkan kewajibannya, sebab seandai-
nya bukan karena wajib, tentu hal itu tidak dilarang.
Sedangkan dalil dari sunah, sabda Rasulullah:
« ول اعلاى أ ْاع او ِاد ِمْن اَِبِهُ يا ُق-صلى هللا عليه وسلم- اَّلل َِّ ول بْ ان عُ امار اوأ ااَب ُهاريْاراة اح َّد اَثهُ أا ََّّنُاما اَِس اعا ار ُس ا
ِِ ِ ِِ َّ ات أ ْاو لايا ْختِ ام َّن
ِ َي أاقْ وام عن و ْد ِع ِهم ا ْجلمع
.» َياَّللُ اعلاى قُلُوِب ْم ُُثَّ لايا ُكونُ َّن م ان الْغاافل ا لايا ْن تا ِه ا َّ ا ٌ ا ْ ا ُ ُ ُ ا
Hendaklah satu kaum berhenti dari meninggalkan salat Jumat, atau kalau tidak,
maka Allah akan mencap hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk
orang yang lalai.” (HR. Imam Muslim).
Salat Jumat ini diwajibkan bagi setiap umat Islam dan dikecualikan bagi hamba
sahaya, kaum wanita, anak-anak, orang sakit dan orang yang sedang berhalangan/
uzhur seperti sakit atau bepergian. Hal ini ditegaskan oleh sabda Rasulullah saw.:
ب اعلاى ُك ِىل ُم ْسلٍِم ِِف ِ
ٌ قا اال « ا ْجلُ ُم اعةُ اح ٌّق اواج-صلى هللا عليه وسلم- َّب ِ ٍ ِ ِ ِِ
اع ْن طاارق بْن ش اهاب اعن النِ ِى
ٌ ب أ ْاو ام ِر
» يض ٌّ ِص ٌ ُاع ٍة إِالَّ أ ْاربا اع ًة اعْب ٌد َماْل
وك أا ِو ْامارأاةٌ أ ْاو ا اَجا ا
Jumat itu wajib bagi setiap Muslim dengan berjamaah, kecuali empat (golong-
an), yaitu: hamba sahaya, wanita, anak-anak, dan orang yang sakit.” (HR. Abu
Daud dan Hakim).
Sedangkan tentang hukum musafir, para ulama berbeda pendapat tentang wajib
tidaknya salat Jumat bagi mereka. Ada dua pendapat, yaitu:
Pertama, musafir tidak diwajibkan salat Jumat. Ini adalah pendapat jumhur ulama,
dengan dasar bahwa Rasulullah saw. dalam seluruh safarnya tidak pernah melakukan
4
salat Jumat, padahal bersamanya sejumlah sahabat beliau. Hal ini dikuatkan dengan
kisah haji wada, sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdillah dalam hadis yang
panjang.
ُث أذن ُث أقام فصلى الظهر ُث أقام فصلى العصر ومل يصل بينهما... فأيت بطن الوادي فخطب الناس
شيئا
Lalu beliau mendatangi Wadi dan berkhutbah … kemudian (Bilal) menguman-
dangkan azan, kemudian iqamah dan salat Zuhur, kemudian iqamah dan salat
Asar, dan tidak salat sunah di antara keduanya…. (HR. Muslim).
Kedua, musafir wajib melakukan salat Jumat. Ini merupakan pendapat mazhab
Zahiriyah, al-Zuhri, dan al-Nakha’i. Mereka berdalil dengan keumuman ayat dan
hadis yang mewajibkan salat Jumat dan menyatakan baha tidak ada satupun dalil
sahih yang mengkhususkannya hanya untuk muqim.
Dari kedua pendapat tersebut, maka yang rajih adalah pendapat pertama
dikarenakan kekuatan dalil yang ada. Pendapat inilah yang dirajihkan Ibnu Taimiyah,
sehingga setelah menyampaikan perselisihan para ulama tentang kewajiban salat
Jumat dan Id bagi musafir, ia berkata, “Yang jelas benar adalah pendapat pertama
bahwa hal tersebut tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah saw. telah
bepergian dalam banyak safar, telah berumrah tiga kali selain umrah ketika hajinya
dan berhaji haji wada’ bersama ribuan orang, serta telah berperang lebih dari dua
puluh peperangan, namun belum ada seorangpun yang menukilkan bahwa beliau
melakukan salat Jumat, dan tidak pula salat Id dalam safar tersebut. Bahkan, beliau
salat dua rakaat saja dalam seluruh perjalanan (safar)nya.”
Demikian juga orang yang memiliki uzur yang dibenarkan syarak, termasuk
orang yang tidak diwajibkan menghadiri salat Jumat. Orang yang mendapat uzur,
tidak wajib salat Jumat, tetapi wajib menunaikan salat Zuhur, bila termasuk mukalaf
karena asal perintah hari Jumat adalah salat Zuhur, kemudian disyariatkan salat
Jumat kepada setiap muslim yang mukalaf dan tidak memiliki uzur sehingga mereka
yang tidak diwajibkan salat Jumat masih memiliki kewajiban salat Zuhur.
Waktu salat Jumat adalah sama dengan waktu salat Zuhur yaitu sejak tergelin-
cirnya matahari hingga ukuran bayangan sesuatu sama dengannya, setelah bayangan
istiwa’. Inilah waktu yang disepakati para ulama. Waktu yang paling utama untuk
melaksanakan salat Jumat adalah setelah matahari tergelincir ke barat sebagaimana
hadis dari Salamah bin al-Akwa, ia berkata:
Kami (salat) Jumat bersama Rasulullah saw. ketika matahari telah tergelincir,
lalu kami pulang mengikuti bayangan (kami).
Bila salat Jumat dilakukan sebelum tergelincir matahari, maka para ulama
berselisih dalam dua pendapat.
Pertama, tidak sah menurut pendapat jumhur ulama dengan argumen sebagai
berikut:
– Hadis Anas bin Malik, ia berkata:
5
أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حَي متيل الشمس: عن أنس بن مالك رضي هللا عنه
Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Jumat ketika matahari
condong (tergelincir). (HR Imam Bukhari)
– Hadis Samahin al-Aqwa’, ia berkata:
عن إَيس بن سلمة األكوع عن أبيه قال كنا جنمع مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا زالت
الشمس ُث نرجع نتتبع الفيء
Kami salat Jumat bersama Nabi saw. jika tergelincir matahari, kemudian
kami pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari panas). (HR Imam
Muslim).
Inilah yang dikenal dari para salaf, sebagaimana dinyatakan Imam al-Syafi’i:
Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Usman dan para imam setelah mereka, salat setiap
Jumat setelah tergelincir matahari.
Kedua, sah salat Jumat sebelum tergelincir matahari. Demikian pendapat Imam
Ahmad dan Ishaq, dengan argumen sebagai berikut:
Hadis saamah in Al Aqwa’, ia berkata:
عن إَيس بن سلمة األكوع عن أبيه قال كنا جنمع مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا زالت
الشمس ُث نرجع نتتبع الفيء
Kami salat Jumat bersama Nabi saw. jika tergelincir matahari, kemudian kami
pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari panas). (HR Imam Muslim).
Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi saw. dan para sahabatnya melakukan
salat Jumat sebelum matahari tergelincir, karena mereka pulang sedangkan belum
ada bayangan yang dapat digunakan untuk berteduh.
Hadis Sahl bin Sa’ad, ia berkata:
وقال ما كنا نقيل وال نتغذى إال بعد اجلمعة: عن أيب حازم عن أبيه عن سهل ِبذا
Kami tidak tidur dan makan siang, kecuali setelah Jumat. (HR Imam Bukhari)
Dalam riwayat muslim terdapat tambahan lafaz: يف عهد رسول هللا صلي هللا عليه
وسلمPendapat ini menyatakan, bahwa makan dan tidur siang dalam adat bangsa Arab
dahulu, dilakukan sebelum tergelincir matahari, sebagaimana dinyatakan Ibnu
Qutaibah. Demikian juga Rasulullah berkhutbah dua khutbah, kemudian diriwaya-
tkan membaca QS Qaf, atau dalam riwayat lain QS al-Furqan, atau dalam riwayat
lain QS al-Jumu’ah dan QS al-Munafiqun. Seandainya Beliau hanya salat Jumat
setelah tergelincir matahari, maka ketika selesai, orang akan mendapatkan bayangan
benda untuk bernaung dari panas matahari dan telah keluar dari waktu makan dan
tidur siang.
– Hadis Jabir bin Abdillah ketika ia ditanya:
مىت كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يصلي اجلمعة ؟: عن جعفر عن أبيه أنه سأل جابر بن عبدهللا
قال كان يصلي ُث نذهب إَل َجالنا فنرحيها زاد عبدهللا يف حديثه حَي تزول الشمس
6
الصِ ِى
.» ب اح َّىت يا ْك ااَب اح َّىت يا ْستا ْي ِق ا
َّ ظ او اع ِن الْ ُمْب تا لاى اح َّىت ياْاَبأا او اع ِن
Pena terangkat dari tiga golongan: dari orang yang tidur sampai dia bangun,
dari anak kecil sampai dia dewasa, dan dari orang gila sampai dia (kembali)
berakal (waras). (HR. Abu Daud)
4. Laki-laki, Merdeka, dan Sehat
Maka dari itu, tidak wajib salat Jumat atas perempuan, sebagaimana sabda
Nabi saw.
اع ٍة إِالَّ أ ْاربا اع ًة اعْب ٌد ِ ِ
ب اعلاى ُك ِىل ُم ْسل ٍم ِِف اَجا ا
ٌ اجلُ ُم اعةُ اح ٌّق اواج
ْ « قا اال-صلى هللا عليه وسلم- َّب ِ
اعن النِ ِى
ٌ ب أ ْاو ام ِر
» يض وك أا ِو ْامارأاةٌ أ ْاو ا
ٌّ ِص ٌ َُماْل
7
Salat Jumat adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim secara
berjamaah, kecuali empat orang: budak sahaya, wanita, anak kecil, atau orang
yang sakit. (HR. Abu Dawud).
5. Orang yang Menetap dan Bukan Musafir
Orang musafir termasuk orang yang mendapat rukhsah (keringan) dari Allah
untuk tidak melaksanakan puasa. Demikian halnya dengan salat Jumat. Di antara
dalil yang menegaskan bahwa musafir tidak diwajibkan untuk salat Jumat adalah
hadis Jabir r.a yang menyebutkan salat Nabi saw. di Padang Arafah di hari Jumat.
Jabir r.a. mengatakan, “Kemudian (muazin) mengumandangkan azan lalu iqamah,
Nabi saw. salat Zuhur. Kemudian (muazin) iqamah lalu salat Asar.” (HR. Muslim).
Adapun tentang musafir yang singgah atau menetap bersama orang-orang
mukim beberapa saat, sebagian ulama berpendapat disyariatkannya Jumat atas
mereka karena mereka mengikuti orang-orang yang mukim.
6. Orang yang Tidak Ada Uzur/Halangan yang Mencegahnya untuk
Menghadiri
Jumat orang yang memiliki uzur, ada keringanan tidak menghadiri salat Jumat
dan menggantinya dengan salat Zuhur. Misalnya hujan deras atau angin topan yang
terus-menerus, atau ada kezaliman yang dikhawatirkannya, atau bisa menggugurkan
suatu kewajiban yang tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya, dan
sebagainya.
tidak wajib untuk melakukan salat Jumat. Ini adalah pendapat Ibnu Hazm, al-
Syaukani, Shidiq Hasan Khan, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Al-
Albani. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata, “Salat berjamaah sah
dilakukan walaupun hanya dengan seorang (makmum) bersama seorang imam,
sedangkan salat Jumat merupakan salah satu dari salat-salat wajib lainnya. Barang-
siapa yang mensyaratkan tambahan bilangan yang ada pada salat berjamaah, maka ia
harus menunjukkan dalil pendapat tersebut, dan niscaya ia tidak akan mendapatkan
dalilnya.
3. Salat Jumat dan Kedua Kutbahnya Dikerjakan pada Waktu Zuhur
Rasulullah saw. bersabda:
أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حَي متيل الشمس: عن أنس بن مالك رضي هللا عنه
Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw. bersabda, “Salat Jumat ketika telah
tergelincir matahari." (H.R. Bukhari).
4. Salat Jumat Dilaksanakan Setelah Dua Khutbah
Hadis tentang khutbah ini menyatakan sebagai berikut:
جيلس بينهما، كان النيب صلى هللا عليه وسلم خيطب يوم اجلمعة خطبتَي: عن ابن عمر قال
Dari Ibnu Umar r.a., berkata Rasulullah saw. berkhutbah pada hari Jumat dua
khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu." (HR.
Ibnu Khuzaimah).
e. Materi khutbah hendaklah pendek, jangan terlalu panjang sebaiknya salatnya saja
yang panjang
f. Khatib menghadap Jamaah.
5. Adab salat Jumat
a. Sebelum berangkat ke masjid, hendaklah terlebih dahulu mandi jumat, memotong
kuku dan kumis, berpakaian bersih dan putih, dan memakai wangi-wangian
b. Hendaknya berangkat ke mesjid lebih awal. Dihindari datang sesudah imam
menyampaikan khutbahnya.
c. Mengisi saf yang kosong, kemudian mengerjalan salat “tahiyatul masjid”
sebanyak dua rakaat
d. memperbanyak zikir, beroda membaca salawat Nabi atau membaca al-Qur’an
sebelum imam naik mimbar
e. Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jamaah dan mengantuk/
tidur sehingga tidak mengetahui isi khutbah. Sabda Rasulullah saw.:
( إذا قلت لصاحبك يوم اجلمعة أنصت: أن أَب هريرة أخَبه أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال
) واإلمام خيطب فقد لغوت
Apabila Anda berkata kepada temanmu, pada hari Jumat “diamlah” padahal
imam telah menyampaikan khutbahnya, maka Jumatmu sia-sia. (HR. Bukhari
dan Muslim).
f. Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah kiblat. Dari
Muthi’ ibn al-Hakam r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:
صعِ اد الْ ِمْن ااَب أ ْاو قا اال قا اع اد اعلاى الْ ِمْن اَِب ِ
ُّ ِ اكا ان الن: اع ِن الْااَباء بْ ِن اعا ِز ٍب قا اال
إِ اذا ا-صلى هللا عليه وسلم- َّب
ِ است ْقب لْناه بِوج
.وهناا ُ ُ ُ ْا ا ا
Apabila beliau naik mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke
beliau (HR. Bukhari Muslim)
g. Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua khutbah.
Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang banyak
dikabulkannya doa saat itu).
berbeda menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf bahwa barangsiapa mendapati imam
tasyahud akhir, maka ia hanya menambahkan dua rakaat setelah salamnya imam.
4. Hari Raya pada Hari Jumat
Apabila hari raya seperti Idul Fitri atau Idul Adha bertepatan pada hari Jumat,
maka kewajiban salat Jumat menjadi gugur bagi mereka yang telah ikut salat Ied.
Akan tetapi, kewajiban salat Zuhur mereka tidak menjadi gugur. Artinya, mereka
tetap diharuskan melaksanakan salat Zuhur. Namun, ada sebagian pendapat meski
tidak populer dan hanya berdasarkan pendapat seorang sahabat yang menyatakan
bahwa barang siapa telah ikut bersalat Id pada hari Jumat, maka tidak ada lagi
kewajiban salat Jumat maupun salat Zuhur. Mereka berpegang pada ucapan Ibnu al-
Zubair yang dirawikan oleh Abu Daud: “ Dua hari raya berhimpun pada hari ini.”
lalu ia (Ibnu Zubair) melaksanakan salat Id dua rakaat di pagi hari, dan tidak
menambahkan apa pun selainnya, sampai saat ia melaksanakan salat Asar.
Bagaimana pun juga, penyelenggaraan salat Jumat tetap dianjurkan agar dapat
dihadiri oleh mereka yang bersalat Id terlebih kepada yang tidak sempat bersalat Id.
Hal ini didasarkan oleh riwayat dari Zaed bin Arqam bahwa Rasulullah saw. salat Id
kemudian meringankan (meninggalkan) salat jumat dan bersabda: Barang siapa yang
menghendaki salat Jumat, maka hendaklah salat Jumat. (Hadis Riwayat Khamsah
dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim.).
Dalam riwayat lain, dinyatakan bahwa boleh meninggalkan salat Jumat karena
telah menunaikan salat Id, tetapi kebanyakan para sahabat tetap menunaikan salat
Jumat sebagaimana hadis dari Ibnu Abbas r.a. berkata:
اجتا ام اع ِع ايد ِان ِِف يا ْوِم ُك ْم اه اذا فا ام ْن َِّ ول ِ اس اعن رس
ْ « أانَّهُ قا اال-صلى هللا عليه وسلم- اَّلل ُ اع ِن ابْ ِن اعبَّ ٍ ْ ا
َّ اجلُ ُم اع ِة اوإِ ََّّن ُُما ِىمعُو ان إِ ْن اشاءا
» ُاَّلل ْ اجازأاهُ ِم ان
ْ اشاءا أ
Telah berkumpul pada hari kamu ini dua Id, barang siapa yang menghendaki
salat Jumat, maka salat Jumat sudah dianggap cukup, tetapi kami termasuk
orang-orang yang menunaikan salat Jumat juga. (HR. Ibnu Majah).