Anda di halaman 1dari 5

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

“SHALAT JUM’AT, BENARKAH FARDU KIFAYAH?”


Oleh: Faqih Aulia (14.3887)
MUQODDIMAH:
Hari Jum’at merupakan hari yang penting bagi kaum muslimin. Hari yang memiliki kekhususan dan
keistimewaan yang tidak dimiliki hari-hari lain. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk berkumpul pada
hari itu untuk menunaikan ibadah shalat di masjid tempat berkumpulnya penduduk. Disana kaum muslimin
saling berkumpul dan bersatu, sehingga dapat terbentuk ikatan kecintaan, persaudaraan dan persatuan.
Prof. Dr. Shalih bin Ghanim As-Sadlan berkata, “Hari Jum’at merupakan hari terbaik dan termulia, yang Allah
khusukan untuk umat Islam. Pada hari itu Allah mensyari’atkan kaum muslimin untuk berkumpul. Diantara
hikmahnya, yaitu menjadi sarana perkenalan, persatuan, saling mencintai dan kerjasama diantara mereka.
Jadilah hari Jum’at sebagai hari raya pekanan dan menjadi hari terbaik.”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata, “Jum’at -dengan didhammahkan huruf jim-nya dan
disukunkan huruf mim-nya- berasal dari kata al jam’u. Dinamakan demikian, karena Allah telah mengumpulkan
beberapa perkara kauniyah dan syar’iyah yang tidak ada di hari lainnya. Terdapat padanya penyempurnaan
penciptaan langit dan bumi, penciptaan Adam dan terjadinya hari kiamat dan kebangkitan manusia. Juga pada
hari itu manusiapun berkumpul.”
Demikianlah Rasulullah khabarkan dalam hadits-hadits Beliau, diantaranya:
‫ٍم‬
‫َخ ْيُر َيْو َطَلَعْت َعَلْيِه الَّش ْم ُس َيْو ُم اُجْلُم َعِة ِفيِه ُخ ِلَق آَدُم َو ِفيِه ُأْد ِخ َل اَجْلَّنَة َو ِفيِه ُأْخ ِر َج ِم ْنَه ا َو اَل َتُقوُم الَّس اَعُة‬
.‫ِإاَّل يِف َيْو ِم اُجْلُم َعِة‬
“Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, masuk
dan keluar dari syurga dan hari kiamat hanya akan terjadi pada hari Jum’at.” (H.R. Imam Muslim dalam
Shahih-nya, kitab Al Jum’ah, Bab Fadhlu Yaum Al Jum’ah, no.1411)
Pada hari Jum’at, Allah mensyari’atkan shalat Jum’at, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
‫َياَأُّيَه ا اَّل ِذيَن َءاَم ُن وا ِإَذا ُنوِدَي ِللَّص َالِة ِم ن َيْو ِم اُجْلُم َع ِة َفاْس َعْو ا ِإىَل ِذْك ِر اِهلل َو َذُر وا اْلَبْي َع َذِلُك ْم َخ ْيٌر َلُك ْم ِإن‬
. ‫ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui” [Al Jum’ah/62:9]
HUKUM SHALAT JUM’AT:
Hukum shalat Jum’at adalah wajib dengan dasar Al Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Adapun dalil dari Al Qur’an
adalah firman Allah:
‫َياَأُّيَه ا اَّل ِذيَن َءاَم ُن وا ِإَذا ُنوِدَي ِللَّص َالِة ِم ن َيْو ِم اُجْلُم َع ِة َفاْس َعْو ا ِإىَل ِذْك ِر اِهلل َو َذُر وا اْلَبْي َع َذِلُك ْم َخ ْيٌر َّلُك ْم ِإن‬
. ‫ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” [Al Jum’ah/62:9]
Keterangan:
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menunaikannya, padahal perintah -dalam istilah ushul fiqh-
menunjukkan kewajiban. Demikian juga larangan sibuk berjual beli setelah ada panggilan shalat, menunjukkan
kewajibannya; sebab seandainya bukan karena wajib, tentu hal itu tidak dilarang.
1
Allah menghimbau orang-orang beriman agar segera ke masjid untuk salat berjamaah apabila azan sudah
dikumandangkan. Wahai orang-orang yang beriman! Di mana pun dan kapan pun kamu berada. Apabila telah
diseru dengan dikumandangkan azan untuk melaksanakan salat Jumat pada hari Jumat, atau salat lima waktu
maka segeralah kamu mengingat Allah, dengan melaksanakan salat yang khusyuk serta zikir dan doa sesudah
salat; dan tinggalkanlah jual beli dan berbagai kegiatan lainnya. Yang demikian itu, meninggalkan sementara
berbagai kegiatan untuk segera melaksanakan salat wajib berjamaah di masjid, lebih baik bagi kamu
dibandingkan dengan menunda salat, jika kamu mengetahui keutamaan salat di awal waktu dengan berjamaah
di masjid.
Allah menerangkan bahwa apabila muazin mengumandangkan azan pada hari Jumat, maka hendaklah kita
meninggalkan perniagaan dan segala usaha dunia serta bersegera ke masjid untuk mendengarkan khutbah dan
melaksanakan salat Jumat, dengan cara yang wajar, tidak berlari-lari, tetapi berjalan dengan tenang sampai ke
masjid, sebagaimana sabda Nabi saw: Apabila salat telah diikamahkan, maka janganlah kamu mendatanginya
dengan tergesa-gesa. Namun datangilah salat dalam keadaan berjalan biasa penuh ketenangan. Lalu, berapa
rakaat yang kamu dapatkan maka ikutilah, sedangkan rakaat yang ketinggalan maka sempurnakanlah. (Riwayat
al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Seandainya seseorang mengetahui betapa besar pahala yang akan diperoleh orang yang mengerjakan salat
Jumat dengan baik, maka melaksanakan perintah itu (memenuhi panggilan salat dan meninggalkan jual-beli),
adalah lebih baik daripada tetap di tempat melaksanakan jual-beli dan meneruskan usaha untuk memperoleh
keuntungan dunia. Firman Allah: Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (al-A'la/87: 17)
Sedangkan dalil dari Sunnah, ialah sabda Rasulullah:
. ‫َلَيْنَتِه َّنَي َأْقَو اٌم َعْن َو ْد ِعِه ْم اُجْلُم َعاِت َأْو َلَيْخ ِتَم َّن الَّلُه َعَلى ُقُلوِهِبْم َّمُث َلَيُك وُنَّن ِم ْن اْلَغاِفِلَني‬
“Hendaklah satu kaum berhenti dari meninggalkan shalat Jum’at, atau kalau tidak, maka Allah akan mencap
hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk orang yang lalai.” (HR Imam Muslim dalam Shahih-nya,
kitab Al Jum’ah, Bab At Taghlith Fi Tarki Al Jum’ah, no.1422)
Hal ini dikuatkan lagi dengan kesepakatan (Ijma’) kaum muslimin atas kewajibannya, sebagaimana hal itu
dinukil para ulama, diantaranya: Ibnu Al Mundzir, Ibnu Qudamah dan Ibnu Taimiyah.
SHALAT JUM’AT, BENARKAH FARDU KIFAYAH?
Beredar ditengah-tengah juhala’ bahwa shalat Jumat adalah fardhu kifayah bukan fardhu ‘Ain. Hal itu
disebabkan karena salah memahami sebagian teks kitab karena kurang bacaan sehingga berimbas demikian.
Adapun dasar sebagian mereka adalah perkataan Jalaluddin Almahalli dalam kitabnya Kanzul Gharibin
Syarah Minhaj Nawawi sebagai berikut;

‫ وقي ل وجوهُب ا وج وُب كفاية )على ك ِّل‬. ‫)ص الة الُج ُم عة إنم ا تتَعَّيُن ( أي جتب وج وَب عٍني‬
.‫ ط احلرمني‬/310(1) ‫اهـ شرح املنهاج‬... (‫مكّلف‬
Shalat Jumat ia fardhu ‘ain, waqila fardhu kifayah terhadap setiap mukallaf.
Dari pernyataan tersebut mereka mengambil kesimpulan adanya pendapat dhaif yang mengatakan bahwa shalat
jumat adalah fardhu kifayah dan ia boleh diamalkan secara pribadi. Dan ini adalah kesimpulan yang tergesa-
gesa tanpa pertimbangan yang akan menimbulkan kesesatan.
Perlu diperhatikan bahwa pernyataan bahwa ia fardhu kifayah adalah tambahan/syarahan dari Imam Mahalli,
dan di matan kitab Minhaj Nawawi itu sendiri setelah disebutkan hukum shalat jumat adalah fardhu ‘ain, tidak
ditambahkan atau diakhiri dengan tanda khilaf seperti ‫ على األصح‬,‫ في األصح‬atau sebagainya. Hal itu
menunjukkan bahwa Imam Nawawi tidak menganggap adanya khilaf pada masalah hukum shalat jumat.
Dengan kata lain menurut Imam Nawawi ulama sepakat hukum shalat Jumat adalah fardhu ‘Ain.
Abdurrahman Aljaziri dalam kitabnya Alfiqhu ‘Alal Mazahibil Arba’ah menyebutkan ;
‫وقد انعقد اإلجماع على أن اجلمعة فرض عني‬
Sepakatlah Ijma’ bahwa shalat Jumat fardhu ‘ain.
2
Imam Abdul Wahab Asy sya’rani dalam kitabnya Mizanul Kubra juga menyebutkan ;
.‫ وغلطوا من قال هي فرض كفاية‬,‫اَّتفق األئمُة على أن صالَة اجلمعة فرض واجب على األعيان‬
Para imam-imam (mujtahid) sepakat bahwa shalat Jumat hukumnya fardhu ‘ain, dan salahlah yang mengatakan
ia fardhu kifayah.
Imam Nawawi dalam kitabnya Majmu’ Syarhul Muhazzab (5/546) menyebutkan masalah tersebut secara lebar;
‫ وقط ع ب ه‬,‫ وه و املنصوص للشافعي يف كُتبه‬,‫ ه ذا ه و املذهب‬,‫فاجلمعة فرض عني على كل مكلف‬
‫األصحاُب يف مجيع الطرق إال ما حكاه القاضي أبو الطيب يف تعليقه وصاحب الشامل وغريمها عن بعض‬
.‫ فقال هي فرض كفاية‬. ‫األصحاب أنه غلٌط‬
: ‫ قالوا‬."‫ وجبت علي ه ص الة العي دين‬,‫ وسبب غلُط ه أن الشافعي قال "من وجبت علي ه اجلمعة‬: ‫قالوا‬
.‫ خوطب بالعيدين متأّك ًد ا‬,‫ ألن مراَد الشافعي َم ن ُخ وطب باجلمعة وجوبا‬.‫وغلط ِم ن فهِم ه‬
.‫واتفق القاضي أبو الطيب وسائُر َم ن حكى هذا الوجَه على غَلِط قائله‬
‫ وال خيتلف أًّن مذهب الشافعي أن‬,‫ ال حيُّل أن حيكَي هذا عن الشافعي‬: ‫قال القاضي أبو إسحاق املروزي‬
‫ إمجاع املسلمني على‬: "‫ ونقل ابن املنذر يف كتاَبْي ه "كتاب اإلمجاع وكتاب اإلشراف‬. ‫اجلمعة فرض عٍني‬
‫اه‬...‫وجوب اجلمعة‬
Jumat hukumnya fardhu ‘ain terhadap sekalian mukallaf, ini adalah pendapat mazhab, Imam Sayfi’i telah
mennashkannya (menyebutkan) di dalam beberapa kitabnya. Pendapat ini diikuti oleh para sahabat pada
semua thuruq kecuali thuruq(pendapat) yang dinukilkan oleh Abu Thaib dalam kitabnya Ta’liq dan pengarang
kitab Asyamil dan selain keduanya yang mengatakan fardhu kifayah dan pendapat ini pendapat yang salah.
Mereka berkata: penyebab kesalahannya adalah karena salah memahami perkataan Imam Syafi’i “barang
siapa yang wajib jumat atasnya, maka wajiblah shalat ‘aid”.
Mereka berkata: ia salah memahaminya, karena maksud Imam Syafi’i barang siapa yang wajib Jumat maka
dituntut berat (sunat muakkad) shalat ‘aid.
Abu Thaib dan yang menukilkan pendapat ini (pendapat jumat fardhu kifayah) sepakat bahwa pendapat ini
salah.
Abu Ishaq Almaruzi berkata: tidak halal menukilkan pendapat ini dari Imam Syafi’i. (Artinya tidak boleh
menyandarkan kepada Imam Syafi’i). Dan tidak ada perbedaan pendapat dalam mazhab Syafi’i bahwa shalat
Jumat hukumnya fardhu ‘ain.
Ibnu Munzir menukilkan dalam dua kitabnya yaitu kitab Ijma’ dan kitab Isyraf bahwa muslimin sepakat
hukum shalat jumat fardhu ‘ain...
Dari nukilan beberapa kitab diatas maka boleh kita simpulkan bahwa shalat jumat hukumnya wajib ‘ain
secara ijma’. Maka tertolaknya pernyataan para juhala’ yang mengatakan hukumnya fardhu kifayah dan boleh
diamalkan untuk pribadi.
KESIMPULAN:
Sholat Jum’at Hukumnya fardhu a’in/kewajiban yang bersifat individu bagi setiap muslim yang telah terbebani
aturan syari’at kecuali yang dikhususkan oleh dalil. Dalil yang menunjukkan wajibnya adalah Al Qur’an dan As
Sunnah serta ijma kaum muslimin.

3
Firman Allah Ta’ala:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ِإَذا ُنوِدَي ِللَّص اَل ِة ِم ْن َيْو ِم اُجْلُم َع ِة َفاْس َعْو ا ِإىَل ِذْك ِر الَّل ِه َو َذُر وا اْلَبْي َع َذِلُك ْم َخ ْيٌر َلُك ْم ِإْن‬
‫ُك ْنُتْم َتْع َلُم وَن‬
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS.
Al Jumu’ah [62]: 9)
Hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan dari istri Nabi Shollallahu ‘alaihi wa
Sallam Hafshoh Rodhiyallahu ‘anha:
‫َرَو اُح اُجْلُم َعِة َو اِج ٌب َعَلى ُك ِّل ْحُمَتِلٍم‬
“Pergi sholat Jum’at adalah sebuah kewajiban bagi laki-laki yang telah baligh”.
Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dan Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhum:
‫ِفِل‬ ‫ِم‬ ‫ِهِب‬ ‫ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِع‬
‫َلَيْنَتِه َّنَي َأْقَو اٌم َعْن َو ْد ِه ُم اُجْلُم َعا َأْو َلَيْخ َم َّن الَّلُه َعَلى ُقُلو ْم َّمُث َلَيُك وُنَّن ْن اْلَغا َني‬
“Hendaklah orang-orang yang meninggalkan sholat Jum’at berhati-hati atau Allah akan mengunci mati hati
mereka kemudian Allah tetapkan mereka menjadi orang-orang yang lalai”.
Hadits lainnya diriwayatkan oleh Abu Al Ja’d Al Dhomri Rodhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
‫َك َثَالَث ٍع ا ًنا ا َط الَّل َلى ْلِبِه‬
‫َمُج َتَه ُو َهِب َبَع ُه َع َق‬ ‫َمْن َتَر‬
“Barang siapa yang tiga sholat Jum’at karena menganggap remeh maka Allah akan mengunci hatinya”.
Dalil lainnya adalah hadits dari ‘Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan:
‫ِة‬ ‫ٍل‬ ‫ِل‬
‫ َّمُث َحُيِّرَق َعَلى ِر َج ا َيَتَخ َّلُفوَن َعِن اُجْلُم َع‬، ‫َلَقْد َمَهْم ُت َأْن آُمَر َرُج ًال ُيَص ِّلى ِبالَّناِس َأْو لَّناِس‬
“Sungguh aku benar-benar telah berkeinginan untuk memerintahkan seseorang untuk menjadi imam manusia.
Lalu aku akan membakar rumah orang-orang yang tidak menghadiri ibadah Jum’at”.
Demikian juga ijma’ muslimin tentang wajibnya sholat Jum’at. Namun yang diperselisihkan adalah apakah
termasuk fardhu kifayah ataukah fardhu ‘ain. Namun yang lebih dekat dengan kebenaran adalah fardhu ’ain
bagi setiap laki-laki yang mukallaf yang tidak ada udzur syar’i padanya.

SUMBER PENULISAN:
https://almanhaj.or.id/27193-shalat-jumat-dalam-pandangan-fiqh.html
https://syarifuddinismail.blogspot.com/2020/07/shalat-jumat-benarkah-fardhu-kifayah.html
https://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/hukum-sholat-jumat/

SAUDARA KU…
PESAN KU UNTUK MU, JIKA KELAK KAU TIDAK MENDAPATI KU DI DALAM SURGA ALLAH, MAKA
CARI AKU DI NERAKA ALLAH, KEMUDIAN TARIK TANGAN KU DAN AJAK AKU MEMASUKI SURGA
ALLAH. SESUNGGUHNYA TANGAN ITU TELAH MENJADI SAKSI DI HADAPAN ALLAH, BAHWA
DAHULU TANGAN ITU PERNAH IKUT ANDIL DALAM MEMBELA AGAMA ALLAH (MELALUI TULISAN
YANG BERMANFAAT).

4
5

Anda mungkin juga menyukai