Anda di halaman 1dari 3

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

BAB 2: “ADA ORANG YANG BERTANYA MASALAH ILMU, DAN DIA


DALAM KEADAAN SIBUK, LALU DIA MENYEMPURNAKAN
KEPERLUANNYA, SETELAH ITU (BARU) MENJAWAB
PERTANYAAN ORANG YANG BERTANYA”.
Oleh: Faqih Aulia (14.3887)
‫ان َق ا َل َح َّد َث َنا فُ َل ْي ٌح ح و َح َّد َثنِي ِإ ْب َراهِي ُم بْنُ ْال ُم ْن ذ ِِر َق ا َل‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ِس َن‬
‫ْن‬ِ ‫ْح َقا َل َح َّد َثنِي َأ ِبي َقا َل َح َّد َثنِي ِهاَل ُل بْنُ َعلِيٍّ َعنْ َع َطا ِء ب‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ فُ َلي‬
‫ث‬ ُ ‫ِس ي َُح ِّد‬ َ ُّ‫ار َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َقا َل َب ْي َن َما ال َّن ِبي‬
ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َس لَّ َم فِي َمجْ ل‬ ٍ ‫َي َس‬
‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ ‫ضى َرسُو ُل هَّللا‬ َ ‫ْال َق ْو َم َجا َءهُ َأعْ َر ِابيٌّ َف َقا َل َم َتى الس‬
َ ‫َّاع ُة َف َم‬
ْ‫ض ُه ْم َب ْل َل ْم َي ْس َمع‬ ُ ْ‫ث َف َقا َل َبعْ ضُ ْال َق ْو ِم َسم َِع َما َقا َل َف َك ِر َه َما َقا َل َو َقا َل َبع‬ ُ ‫ي َُح ِّد‬
‫َّاع ِة َقا َل َه ا َأ َن ا َي ا َر ُس و َل‬ َ ‫ضى َحدِي َث ُه َقا َل َأي َْن ُأ َراهُ السَّاِئ ُل َعنْ الس‬ َ ‫َح َّتى ِإ َذا َق‬
َ‫اع ُت َها َق ا َل ِإ َذا وُ ِّس د‬ َ ‫ض‬ َ ‫ْف ِإ‬ َ ‫ت اَأْل َما َن ُة َفا ْن َتظِ رْ الس‬
َ ‫َّاع َة َقا َل َكي‬ ُ ‫هَّللا ِ َقا َل َفِإ َذا‬
ْ ‫ضي َِّع‬
َ ‫اَأْلمْ ُر ِإ َلى َغي ِْر َأهْ لِ ِه َفا ْن َتظِ رْ الس‬
.‫َّاع َة‬
Telah menerangkan kepada kami Muhammad bin Sinan, ia berkata: “Telah menerangkan
kepada kami Fulaih (Tahwil1), dan telah menerangkan kepada kami Ibrahim bin Mundzir, ia
berkata: ‘Telah menerangkan kepada kami Muhammad bin Fulaih, ia berkata: “Telah
menerangkan kepada-ku Bapakku, ia telah menerangkan kepada-ku Hilal bin Ali, dari Atho’ bin
Yasar, dari Abu Hurairah, ia berkata: ‘Ketika Nabi saw. (berada) dalam suatu majlis (sedang)
1
Istilah tahwil digunakan untuk perpindahan dari satu sanad pada sanad yang lain namun dalam penulisannya,
muhadditsin hanya mencukupkan dengan menulis simbol. Dalam penggunaan simbol tahwil muhaddisin berbeda
dalam melambangkannya. Sebagian menggunakan simbol ‫ ح‬sebagian lagi menggunakan simbol ‫ خ‬ada juga yang
memakai simbol ‫صح‬. Meski berbeda tapi maksudnya sama yaitu adanya perpindahan sanad. Untuk lebih jelasnya
kami paparkan beberapa pendapat ulama tentang tiga simbol di atas.
Pertama simbol ‫ ح‬setelah diteliti kami menemukan ada enam pendapat ulama mengenai akar kata dari simbol ini,
yaitu:
a) Pendapat An-Nawawi, beliau mengatakan ha ini terambil dari akar kata At-Tahawwul dari fiil madli
tahawwala-yatahawwalu-tahawwulan yang memiliki makna berpindah.
b) Ha ini terambil dari akar kata at-tahwil yaitu derivasi dari hawwala-yuhawwilu-tahwilan yang artinya
memindahkan (dari sanad satu pada sanad yang lain).
c) Ha terambil dari isim fail “Haail” atau masdar “Haylulah” yaitu derivasi dari haala yahulu haylulatan fahuwa
haailun artinya yang menghalangi (antara dua sanad).
d) Ha sebagai simbol yang ditujukan untuk kata al-hadis karena ketika pembaca hadis memotong sanad hadis
yang pertama seakan-akan dia berkata: al-hadis al-madzkur…
e) Ha sebagai bentuk penyederhanaan dari kata al-hajiz artinya yang menghadang.
f) Ha merupakan potongan dari kata sohha yang dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa sanad yang kedua
adalah sahih (jangan dianggap keliru atau gugur)
Kedua simbol ‫ خ‬dalam hal ini ulama berbeda pandangan mengenai pengembalian huruf ini, sebagian mengatakan
kho ini terambil dari kata khor maksudnya dalam matan ini tidak hanya satu sanad tapi terdapat sanad lain, ada
juga yang mengatakan terambil dari kata akhbara atau khabar.
Ketiga simbol ‫ صح‬simbol ini terambil dari kata sahih untuk menunjukkan bahwa sanad yang kedua adalah sahih.

1
berbincang-bincang dengan suatu kaum, (tiba-tiba) datang seorang Arab gunung, lalu ia
bertanya: ‘Kapan kiamat itu terjadi? Maka Rasulullah saw. membiarkan orang yang bertanya
tersebut. Maka berkata sebagian kaum: ‘Beliau mendengar apa yang ditanyakan, tapi Beliau
tidak menyukai apa yang ia tanyakan’. Dan berkata sebagian dari mereka: ‘Akan tetapi
Rasulullah saw. tidak mendengar apa yang ditanyakan, sebelum ia beres dari ucapan-Nya’.
(setelah beres dari ucapan-Nya) Beliau menanyakan: ‘Dimana orang yang bertanya (masalah)
kiamat itu? Ia menjawab: ‘Di sini Wahai Rasulullah saw., maka Beliau menjawab: ‘Apabila
(suatu) amanat sudah diabaikan, maka tunggulah hari kiamat’. Ia bertanya kembali:
‘Bagaimana (caranya) suatu amanat itu diabaikan/disia-siakan? Beliau menjawab: ‘Apabila
suatu urusan (diserahkan/diberikan) kepada orang yang tidak berhak, maka tunggulah hari
kiamat”. Shahih Al-Bukhari
SYARAH HADIS
Pada bab ini ‫باب َمنْ سُِئ َل عِ ْلمًا َوه َُو ُم ْش َت ِغ ٌل‬
harus menjadi perhatian bagi seorang
pengajar (guru) dan seorang yang diajar (murid), karena di dalamnya ada “Adab2) seorang Alim
(guru) dan adab seorang Muta’alim”.
Adab bagi seorang Alim (Guru):
1. Ketika ada seseorang yang bertanya masalah ilmu, sedangkan alim pada saat itu dalam
keadaan sibuk, maka sebaiknya dan selayaknya ia memenuhi hajat (kebutuhan) dirinya,
kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan kepada dirinya. Karena hak diri lebih
didahulukan dan lebih diutamakan daripada hak orang lain.
2. Seorang alim harus memiliki perhatian kepada muridnya, walaupun muridnya itu bertanya
mengenai sesuatu yang sepele.
Adab bagi seorang Muta’alim (Murid):
1. Seorang murid tidak boleh bertanya kepada gurunya, ketika gurunya dalam keadaan sibuk.
Begitu juga seorang murid tidak boleh meminta fatwa dan meminta keputusan hukum kepada
gurunya, ketika gurunya itu dalam keadaan sibuk.
2. Seorang murid boleh bertanya kembali kepada gurunya, jika dirasa jawaban gurunya itu
kurang jelas atau kurang dipahami oleh dirinya. Karena ilmu itu dihasilkan dari tanya-jawab.
Oleh karena itu ada orang yang berpendapat: “Sebaik pertanyaan adalah setengah ilmu”.
Dari hadis di atas, diambil pelajaran oleh imam Malik, imam Ahmad dan yang lainnya, “Bahwa
seorang murid tidak boleh memotong khutbah/pembicaraan gurunya sebelum beres, walaupun
ia menanyakan sesuatu yang penting (menurut dirinya). Tapi setelah beres dari
khutbah/pembicaraan gurunya, maka seorang murid boleh menanyakan sesuatu kepada
gurunya”. Akan tetapi jumhur (mayoritas) ulama berbeda pendapat, “Jika sesuatu yang
ditanyakan itu merupakan sesuatu yang penting yang berkaitan dengan urusan dirinya (yang
membutuhkan putusan segera) dan juga berkaitan dengan urusan agamanya, maka hendaklah
seorang guru menghentikan khutbahnya (pembicaraannya), kemudian menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh muridnya. Tapi jika pertanyaan dari muridnya itu bukan suatu pertanyaan
yang penting (karena tidak berkaitan dengan dirinya dan tidak ada kaitan dengan urusan
agamanya), serta mungkin untuk di akhirkan jawabannya, maka seorang guru sebaiknya dan

2
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama agama
Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum.
Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan
santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab
dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam.

2
selayaknya melanjutkan khutbahnya/pembicaraannya, setelah beres dari
khutbah/pembicaraannya baru ia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh muridnya”.
Dalil-dalil Yang Membolehkan Seorang Guru Meninggalkan Kewajiban Dirinya
‫ َر ُج ل‬: ‫صلَّى اللَّه َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو ُه َو خَي ْطُب‬ ِ َ َ‫َكما يِف ح ِديث َأيِب ِرفَاعة ِعْند مسلِم َأنَّه ق‬
َ ِّ ‫ال للنَّيِب‬ ُ ُْ َ َ َ
‫ َفَت َر َك ُخطْبَته َوَأتَى بِ ُك ْر ِس ٍّي َف َق َع َد َعلَْي ِه فَ َج َع َل‬، ‫َغ ِريب اَل يَ ْد ِري ِدينه َج اءَ يَ ْس َأل َع ْن ِدينه‬
ِ
َ ‫ مُثَّ َأتَى ُخطْبَته فََأمَتَّ آخ‬، ُ‫يُ َعلِّمه‬
.‫رها‬
Sebagaimana pada hadis Abu Rifa’ah yang diriwayatkan oleh imam Muslim, bahwasanya ada
seseorang yang bertanya kepada Nabi Muhammad saw. dan Beliau pada saat itu sedang
berkhutbah: “Seseorang yang asing yang tidak mengetahui urusan agamanya, datang untuk
menanyakan sesuatu (kepada Nabi saw.) dari urusan agamanya, kemudian Beliau meninggalkan
khutbahnya, lalu Beliau mengambil kursi, kemudian Beliau duduk di atasnya, maka mulailah
Beliau mengajarkan urusan agama kepadanya, setelah beres (mengajarkan orang tersebut),
Beliau kembali khutbah, lalu menyempurnakan khutbahnya sampai selesai”.
‫ص لَّى اللَّه َعلَْي ِه َو َس لَّ َم خَي ْطُب‬ ِ ‫الص ِحيح ِ يِف قِ َّ مِل‬
َ ّ ‫ص ة َس ا لَ َّما َد َخ َل الْ َم ْس جد َوالنَّيِب‬ ‫َو َك َم ا يِف َّ َ نْي‬
‫َأصلَّْيت َر ْك َعَتنْي ِ ؟‬
َ : ُ‫ال لَه‬
َ ‫َف َق‬
Sebagaimana pada hadis Shahihain (Bukhari-Muslim), mengenai kisah Salim, tatkala ia masuk
masjid, dan Nabi pada saat itu sedang berkhutbah, maka Nabi bertanya kepadanya: “Apakah
kamu sudah solat dua rakaat?”.
‫ص لَّى اللَّه َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ
ْ َ‫ َك ان‬: ‫َويِف َح ديث َأنَس‬
َّ ‫ت الصَّاَل ة ُت َق ام َفَي ْع ِرض‬
َ ّ ‫الر ُج ل َفيُ َح دِّث النَّيِب‬
ِ
‫ك َبنْي اخْلُطْبَ ة‬ َ ‫ َويِف َب ْعض طُُرقه ُوقُوع َذل‬، ‫ مُثَّ يَ ْد ُخل يِف الصَّاَل ة‬، ‫س َب ْعض الْ َق ْوم‬ َ ‫َحىَّت ُرمَّبَا َن َع‬
.‫َوالصَّاَل ة‬
Dan pada hadis Anas: “Iqomah telah dikumandangkan, lalu seseorang menyodorkan pertanyaan
kepada Nabi saw., maka Nabi saw. berbincang-bincang dengannya, sehingga sebagian kaum
terkantuk-kantuk, (setelah Beliau beres dari menjawab pertanyaannya), Beliau solat”. Pada
riwayat lain kejadian ini terjadi antara khutbah dan solat.

Anda mungkin juga menyukai