ين َأَيتَنّبُو َنذّ َض لّيج ّزي الَ ّذين أَساءوا ِّبا ع ّملُوا وََي ّزي الَ ّذين أَحسنوا ِّب أْلسن* ال ّ َر اْل
أ ف ّ ا مو اتّ وَّلِلّ ما ّف ال َسماو
َ َ أ ُ ُ أ
َ َ َ َ أ َ َ َ
ُ َ َ أ َ أ َ َ ََ َ َ
ض َوإّ أذ أَنأتُ أم أ َّجنَة ّف ّ ك َو ّاس ُع الأ َم أغ ّفَرةّ ُه َو أ أَعلَ ُم بّ ُك أم إّ أذ أَنأ َشأَ ُك أم ّم َن أاْل أَر َ َش إَّّل اللَ َم َم إّ َن َرب ّ َّكبَائّر أ
َ اْل أّث َوالأ َف َواح َ
32-31 : سورة النجمن اتَ َقى ّ َون أَُم َهاتّ ُك أم فَ َل تَُزُّكوا أَنأ ُف َس ُك أم ُه َو أ أَعلَ ُم ِّب
ّ ُبط
ُ
Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang yang
menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu. ketika Dia menjadikan
kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. QS. An Najm: 32
821 :تفسي السعدي .اس بّطَ َه َارّتَا َعلَى َو أج ّه التَ َم ُّد ّح
َ َ َتأ َبُو َن الن: أَ أيفَل تَُزُّكوا أَنأ ُف َس ُك أم :ال َ ََوّلََذا ق
َ ال تَ َع
Maka oleh karena ini Allah swt berfirman, “maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci”, yaitu bahwa
terlarangnya orang-orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang merasa suci
dengan bentuk suka memuji-memuji dirinya sendiri. Taisir Karimir Rahman, As Si’di: 821
Selalu beristighfar dan bertaubat Setelah Selesai Menjalankan Ibadah dan Tidak Ujub
َوقَ أد َكا َن،اعتّ ّه ّ ف لَيست أغ ّ َ ّك ح ََّت إ ّاستّ أق َللُهُ و ّصغَرهُ ّف قَ ألب ّ احت:ك ّول عمل
ّ
َ َب ط ي
أ ق
َ
َ َ ُ أع
ُ الِل
َ رف َ َ َ ر اعَ ل
أ ا ن َ َ ُ َ أ و ه
ُ
َ ُارقَ أ َ َ َ َُو َع َل َمةُ قَب
َوَم َد َح ُه أم َعلَى،اْلَ ّج
ب أ ّ ّ ّ ّ ّ َ وأ ََمر،الِلَ ثََل ًث ّ َ إّذَا سلَم ّمن ال ّالِل
َ الِلُ عبَ َادهُ ِبأْل أست أغ َفار عُ َقأي َ َ َ استَ أغ َفَر
ص َلة أ َ ََ َ ول ُ َر ُس
ب َربّّه َوّم أق َد َار ّ ّ ّ ّ ّ اأ ّْلستّ أغ َفا ّر ع َقي
ّ
َ فَ َم أن َشه َد َواج،ب الطُّ ُهور الت أَوبَةَ َواأْل أست أغ َف َار َ عُ َقأي َِب َ َو َشَر،ب قيَ ّام اللَأي ّل
ُّ ّع الن َُأ أ
62 :2 مدارج السالكني.ّصغَا ّره ّ وعيب نَ أف ّس ّه ََل ََّي أد بدًّا ّمن استّ أغ َفا ّر ربّّه ّمأنه واحتّ َقا ّرهّ إّ ََّيه و،عملّ ّه
است أ َُ أ َ َُ أ أ ُ َ أ َ َ َ َ َأ
Dan tanda diterimanya amal shalehmu adalah saat hati merasa bahwa amal shaleh masih hina, sedikit dan kecil.
Sampai orang-orang yang benar-benar mengenal Allah, selalu beristighfar setiap usai melakukan ibadah. Adalah
keadaan Nabi saw bila selesai salam dari shalat, beliau beristighfar tiga kali. Allah juga telah memerintahkan
hamba-hambaNya untuk beristighfar setelah selesai melakukan ibadah haji. Allah juga memuji mereka yang
beristighfar setelah melakukan shalat malam. Nabi saw memerintahkan setelah berwudhu taubat dan istighfar.
Maka siapa yang mengetahui kewajibannya kepada Tuhannya dan menyadari kualitas amalnya, serta aib-aib
yang melekat pada jiwanya, niscaya akan selalu beristighfar kepada Rabb-nya (usai melakukan amal ibadah),
dan merasa penuh dengan kekurangan dan menganggapnya masih sedikit. Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim II: 62
إّ ّذ، َوَه ّذهّ ّه َي ثَأَرةُ الأعّبَ َادةّ َولُبُّ َها،ال الأ َعأب ّد بَ أع َد َها أَ أح َس َن ّم أن َحالّّه قَأب لَ َها
ُ ول الأعّبَ َادةّ أَ أن تَ ُكو َن َح ّ
ّ ات قَب ّ
ُ م أن َعلََم
218 :9 موسوعة اخلطب والدروس. ّيد الأم أرء قُ أرًِب وتَ أقوى لل َ ّ
ز ت
َ ن
أ َ
أ ّ جي ّع الأعّباد
ات َ َ
َّ ف والأغَرض ّمن
ا ألََد ُ َ َ ُ أ
َ َ َُ
Di antara tanda-tanda diterimanya ibadah ialah keadaan seorang hamba setelahnya lebih baik dari pada keadaan
sebelumnya. Dan inilah buah dan inti ibadah, karena tujuan dan maksud dari seluruh ibadah-ibadah adalah
menambah seseorang dekat dan bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla. Mausu’ah al khitab wa ad Durus IX: 218
222 :لطائف املعارف .صالّ َح الَ ّذي يَتَ َعبَ ُد َوَأَيتَ ّه ُد ال َسنَةَ ُكلَ َها
َ ضا َن إّ َن ال
َ س الأ َق أوم ّلَ يَ أع ّرفُو َن للَ َح ًّقا إّّلَ ّف َش أه ّر َرَم ّ
َ بأئ
Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan
Ramadhan, sesungguhnya (hamba Allah) yang sholeh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah
dalam sepanjang tahun penuh. Latha-iful ma’aarif, Ibnu Rajab al-Hambali: 222
1
. ُك أن َرَِبنّيًّا َوّلَ تَ ُك أن َش أعبَانّيًّا:ال ّّ ّ
222 :لطائف املعارف َ أَُّّيَا أَفأ:ُسئ َل الشأبل ُّي
َ ض ُل َر َجب أَأم َش أعبَان؟ فَ َق
Imam asy-Syibli pernah ditanya, ‘Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya’ban?’ Maka beliau
menjawab, ‘Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah swt yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu
dan tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya’bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya di bulan
Sya’ban atau bulan tertentu lainnya).” Latha-iful ma’aarif, Ibnu Rajab al-Hambali: 222
،ص ّيهّ فّ ّيهّ ال وتَ أق ّ ّ ّ ّ ّ ّّ َ ب ّل الأو ّاجب أَ أن ي ع َّت،فَلَ ي أغ ََت الأم أؤّمن بّنَ أف ّس ّه وي عجب بّعملّ ّه ويزكّ ّه
َ َ ف بقلَة َع َمله ّف َحق للا تَ َع َُأ َ أ َ َ َُ َ َ ُ َأ ُ ُ ََ
ّ ّ ّ ّ ّ ّ ودورانّّه بني الأ َقب
كَ ثَُ يَ أهتَ ُّمو َن بَ أع َد ذَل،ف َأَيتَ ّه ُدو َن ّف إّأتَ ّام الأ َع َم ّل َوإّ أك َمال ّه َوإّتأ َقانّّه ُ َك َكا َن ال َسل َ ول َوالَرد؛ فَل َذل ُ َ َ َ َ َ َأ
َخائَّفة ّلَ ََيأَمنُو َن: أَ أيوُبُ ۡم َوّجلَة ۡ ّ ّ ّ ّّ
ُ ُيُؤتُو َن َمآ ءَاتَواأ َوقُل :ال ّبََّنُأم َ ص َف ُه ُم للاُ تَ َعَ َوَه ُؤّلَء َو،بَّقبوله َوَيَافُو َن م أن رده
َش َد أاهتّ َم ًاما ّ ول يكأثّرو َن ّمن اأ ّْلستّ أغ َفا ّر والتَوب ّة مع أاهتّم ّام ّهم بَّق ّ ّ ّ مكأر للا؛ فَ َكانُوا مع أ
َ بول الأ َع َم ّل أ َ أ َ َ َۡ َ أ اخلَأوف م أن َع َدّم الأ َقبُ ُ ُ َ أ ََ َ َ
290 : لطائف املعارف بن رجب اْلنبليني ّ ّ َ إََّّنَا ي تَ َقبَل :ال َ ّ ّمأن هم ِّبلأعم ّل؛
َ ٱلِلُ م َن ٱل ُمتَق ُ َ َ ع
َ ت
َ ال
َ َق ،ى وَ قأ َالت نُ ا
وَ ن
أ ع
ُ ول
َ ب
ُ ق
َ ل
أ ا ن ْل
َ ََ ُأ
Maka orang beriman tidak tertipu oleh dirinya sendiri dan mengaguminya amalnya dan menyucikannya, akan
tetapi yang wajib adalah menyadari dengan sedikit amalnya di sisi Allah Ta’ala dan kurangnya, dan berputarnya
antara penerimaan dan penolakan. Oleh karena itu para salaf mereka bersungguh-sungguh dalam
menyempurnakan amal, menyelesaikannya dan memperbagusnya, kemudian mereka berharap setelah itu
diterima dan khawatir dari penolakannya. Inilah orang-orang yang Allah sifati mereka, “Orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, yaitu takut tidak akan selamat dari adzab
Tuhan, sehingga mereka dengan rasa takut tidak diterima, mereka banyak memohon ampun dan taubat, padahal
perhatian mereka terhadap penerimaan amal lebih besar bagi mereka daripada amal itu sendiri, karena
penerimaan adalah lambang ketakwaan. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari
orang yang bertakwa.” [QS. Al Maidah: 27]. Lathaif Al Ma’arif: 290
Selalu Dimudahkan Melakukan Amal Shaleh Setelahnya dan Istiqamah
فَّإ َن للاَ إّذَا تَ َقبَ َل َع َم َل َعأبد َوفَ َقهُ لّ َع َمل،ضا َن ّ ول
َ ص أوم َرَم ّ
َ ُضا َن َعلََمة َعلَى قَب َ الصيَ ّام بَ أع َد ّصيَ ّام َرَم
ّ َأَ َن معاودة
ََ َُ
ّ اْلَ َسنَ ّة أ َ َ َك َما ق،ُصالّح بَ أع َده
كَ فَ َم أن َع ّم َل َح َسنَةً ثَُ أَتأ بَ َع َها بَ أع َد َها ّبَ َسنَة َكا َن ذَل،اْلَ َسنَةُ بَ أع َد َها اب أ ُ ثَ َو:ض ُه أم
ُ ال بَ أع َ
ّ اْلسن ّة وعدّم قَب ّ ّ َ ُاْلَ َسنَ ّة اأْل
.ولَا ُ َ َ َ َ َ َك َعلََمةَ َرد أ َ ول َك َما أَ َن َم أن َع ّم َل َح َسنَةً ثَُ أَتأ بَ َع َها بّ َسيّئَة َكا َن ذَل ول أ ّ َعلَمةً َعلَى قَب
ُ َ
Sesungguhnya kembali lagi melakukan shaum setelah shaum Ramadhan adalah tanda diterimanya amalan
shaum Ramadhan. Karena Allah apabila menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik
(kemampuan) untuk melakukan amalan shaleh lagi setelahnya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama,
‘Balasan (ganjaran) kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Maka oleh karena itu, siapa yang melakukan
kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda diterimanya amalan kebaikan yang
pertama. Sebagaimana orang yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kejelekan setelahnya, maka itu
adalah tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya. Lathaif Al Ma’arif: 221