Anda di halaman 1dari 6

Fatwa Produk

Hukum Seputar Kotak Infak Ketika


Shalat Jum’at
admin • Februari 1, 2017 0  209  4 minutes read

HUKUM SEPUTAR KOTAK INFAK KETIKA SHALAT JUM’AT

Pertanyaan Dari:

Safridarnis, Sungai Tengah, Kalimantan Selatan

(disidangkan pada Jumat, 4 Jumadats-Tsaniyah 1430 H / 29 Mei 2009 M)

[Fatwa ini Pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah No. 14 Tahun


2009]

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Melalui surat ini saya mohon penjelasan tentang hal-hal sebagai berikut:
Selama ini di mana-mana baik di masjid Muhammadiyah maupun di masjid
selain Muhammadiyah sudah menjadi tradisi mengedarkan kotak infak saat
khutbah dimulai (kotak tersebut mempunyai roda atau tidak).

Akhir-akhir ini ada ustadz berpetuah bahwa mendorong kotak infak tersebut
dapat merusak nilai ibadah shalat Jum’at. Sehingga diantara kami terjadi
kontropersi terhadap petuah tersebut. Untuk itu kami mohon penjelasan
melalui Suara Muhammadiyah tentang hal-hal berikut;

1. Bagaimana hukumnya mengedarkan kotak infak saat khatib sudah naik


mimbar pada hari Jum’at?

2. Apakah perbuatan mendorong kotak infak menjadikan rusaknya nilai


ibadah Jum’at? Seperti seseorang berkata ”diam” saat khatib
berkhutbah.

Demikian yang dapat kami sampaikan atas penjelasannya kami ucapkan


terima kasih.

Jawaban:

Sebelum menjawab pertanyaan saudara perlu disampaikan beberapa hadits


sebagai berikut:

1. Tentang melangkahi leher jama’ah yang hadir

‫َع ْن َج ا ْب َع ْب ِد اِهَّلل َأ َّن َر ُج ًال َد َخ َل‬


‫ِبِر ِن‬
‫اْلَم ْس ِج َد َي ْو َم اْلُج ُم َع ِة َو َر ُس وُل اِهَّلل‬
‫ َي ْخ ُط ُب‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬-
‫َف َج َع َل َي َت َخ َّط ى الَّن اَس َف َق اَل َر ُس وُل‬
‫ اْج ِل ْس‬-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫اِهَّلل‬
‫َف َق ْد آَذ ْي َت َو آَن ْي َت‬
[‫]رواه ابن ماجه‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa ada seseorang
masuk masjid ketika Rasulullah saw berkhutbah, dan orang tersebut
melangkahi (leher) orang-orang yang hadir. Kemudian Rasulullah saw
bersabda:“Duduklah kamu, sungguh kamu telah mengganggu (jama’ah
lain) dan terlambat (datang).” [HR. Ibnu Majah]

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab Iqamah as-Shalat
wa as-Sunnah Fiiha, Bab Maa Ja-a fi an-Nahyi fi Thakhaththin-Nas Yaumal
Jum’ah, dan hadits yang semakna dengannya diriwayatkan oleh an-Nasa-i,
Kitab al-Jum’ah, Bab an-Nahyu ‘an Thakhaththi Riqaabin-Nas wal Imam ‘ala
al-Minbar Yauma al-Jum’at, Imam Ahmad Musnad asy-Syamilin.

Hadis-hadis tersebut menjelaskan bahwa di antara larangan bagi orang-


orang yang menghadiri shalat jum’at adalah melangkahi leher orang-orang
yang hadir pada hari jum’at

Imam an-Nawawi membedakan antara kalimat “at-Thakhaththi”


(melangkahi) dan “at-Tafriq bainasnaini” (menyibak di antara dua orang).
Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni berpendapat bahwa kalimat “at-
Thakhaththi” semakna dengan kalimat “at-Tafriq”. Sedang al-Iraqy
berpendapat bahwa kalimat “at-Thakhaththi” berbeda maknanya dengan “at-
Tafriq”. Karena makna at-Tafriq dapat dilakukan dengan duduk antara dua
orang meskipun tanpa menyibak antara keduanya. Selanjutnya al-‘Iraqy
mengecualikan bolehnya bagi imam melangkahi leher orang yang sudah
hadir pada hari Jum’at apabila dipandang sangat darurat dan tidak ada
alternatif lain untuk naik mimbar, kecuali melangkahinya.

2. Perbuatan-perbuatan yang termasuk “lagha”


1- ‫َع ْن َأ َب ْي ُه َر ْي َر َة َأ َّن َر ُس وَل اِهَّلل‬
‫َص َّلى اُهَّلل َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإ َذ ا ُق ْلَت‬
‫ِل َص اِح ِب َك َأْن ِص ْت َي ْو َم اْلُج ُم َع ِة‬
‫َو اِإْل َم اُم َي ْخ ُط ُب َف َق ْد َلَغ ْو َت‬

[‫]روا البخارى‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw
bersabda: Apabila kamu berkata kepada temanmu “diamlah” pada hari
Jum’at sedang imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat
lagha.” [HR al-Bukhari]

Hadis di atas riwayat al-Bukhari, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat Yaum al-
Jum’at wa al-Imam Yakhthub, dan hadits yang semakna dengan hadits di
atas diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat Yaum al-
Jum’at fi al-Khutbah, at-Tirmidzi, Kitab al-Jum’ah, Bab Maa Ja-a fi Karahiyah
al-Kalam wa al-Imam Yakhthub, an-Nasa-i, Kitab al-Jum’ah, Bab al-Inshaat li
al-Khatib Yaum al-Jum’at, Abu Dawud, Kitab as-Salat, bab al-Kalam wa al-
Imam Yakhthub, Malik al-Muwaththa, an-Nida li as-Salat, ad-Darimy, kitab
as-Salah, Bab Fii al-Istima’ Yaum al-Jum’at ‘an al-Khutbah.

2- ‫َع ْن َأ ِب ي ُه َر ْي َر َة َق اَل َق اَل َر ُس وُل‬


‫اِهَّلل َص َّلى اُهَّلل َع َلْي ِه َو َس َّلَم َم ْن‬
‫َت َو َّض َأ َف َأ ْح َس َن اْلُو ُض وَء ُث َّم َأَت ى‬
‫اْلُج ُم َع َة َف اْس َت َم َع َو َأْن َص َت ُغ ِف َر َلُه َم ا‬
‫َب ْي َن ُه َو َب ْي َن اْلُج ُم َع ِة َو ِز َي اَد ُة َثاَل َث ِة‬
‫َأ َّي اٍم َو َم ْن َم َّس اْلَح َص ى َف َق ْد َلَغ ا‬
[‫]رواه مسلم‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: “Barangsiapa berwudhu dan membaguskan wudhunya,
kemudian memghadiri salat Jum’at, lalu mengengarkan (khutbah) dan
diam penuh perhatian, maka diampuni (dosanya) yang ada antara
Jum’at yang lalu dan Jum’at hari ini dan ditambah tiga hari. Dan
barangsiapa menyentuh (mempermainkan/menggerak-gerakkan) kerikil,
maka dia telah berbuat lagha”.” [HR. Muslim]

Hadis di atas diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Jum’at, Bab Fadlu Man
Istama’a wa Anshata fi al-Jum’at, dan hadis yang semakna dengannya
diriwayatkan at-Tirmidzi, kitab al-Jum’at ‘an Rasulillah saw, Bab Maa Ja-a fi
al-Wudhu Yaum al-Jum’at, Abu Dawud, kitab as-Salah, Bab Fadlu al-Jum’at,
Ibnu Majah, kitab Iqamah as-Salah wa as-Sunnah Fiiha, Bab Massa al-Hasha
fi al-Jum’at, Ahmad, Baaqi Musnad al-Muksirin.

Hadis al-Bukhari (hadits no.1) dan yang semakna dengannya menjelaskan


bahwa apabila salah seorang jamaah salat Jum’at mengatakan “diamlah”
kepada temannya, maka ia telah berbuat lagha. Artinya pahala shala
Jum’atnya menjadi batal. Begitu pula hadis riwayat Muslim (hadits no.2) dan
yang semakna dengannya menjelaskan bahwa mengerak-gerakan pasir
termasuk perbuatan lagha.

Hadits di atas menjelaskan beberapa pelajaran:

1. Kewajiban mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib

2. Tidak boleh berbicara ketika khatib sedang berkhutbah, karena hal


tersebut dapat menghilangkan konsentrasi mendengarkan khutbah.

3. Tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi


dalam mendengarkan khutbah, seperti menggerak-gerakan pasir dan
sejenisnya, atau berkata ‘diamlah’ kepada orang lain.
Para ulama berbeda pendapat tentang makna kalimat lagha. Makna lagha
dalam kalimat “apabila engkau berkata kepada temanmu: ‘diamlah’ ketika
khatib berkhutbah, maka engkau telah berbuat lagha” adalah pahala salat
Jum’atnya batal, berubah keutamaannya seperti salat Dhuhur. Abdullah bin
Abdurrahman Ali dalam kitab Taysirul ‘Alam menjelaskan: Kata lagha seperti
kata ghaza, artinya mengucapkan perkataan yang tidak ada manfaatnya
(pahalanya).

Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus-Salam menjelaskan: “Apabila engkau


berkata kepada temanmu: ‘diamlah’ ketika khatib berkhutbah, maka engkau
telah berbuat lagha” merupakan penguat larangan berbicara. Apabila hal
tersebut (berkata ‘diamlah’) dikategorikan sebagai pebuatan lagha padahal
perkataan hal tersebut termasuk pada amar ma’ruf, maka orang yang
berbicara lebih berat hukumnya. Dengan pengertian tersebut, maka wajib
bagi orang yang akan menegur dengan menggunakan isyarat apabila
memungkinkan.

Kembali kepada permasalahan di atas, apakah mengedarkan kotak infak


termasuk perbuatan lagha atau tidak?

Dengan memperhatikan beberapa penjelasan di atas dan pelajaran yang


dapat diambil dari hadits, mengedarkan kotak infak tidak dilarang asal tidak
mengganggu konsentrasi mustami’ dalam mendengarkan khutbah dan
bukan termasuk perbuatan lagha.

Wallahu a’lam bish shawab. *A.56h)

Anda mungkin juga menyukai