Anda di halaman 1dari 16

Khutbah

Anggota Kelompok

Aisyah Rabina Guntur Dwi Hanifa Nasywa


01 Vitri 02 Pangestu 03 Syahrani

04 Mahalifa Nazla 05 Rama Pradito 06 Reva Yunita

Widya Fitra Zakiyah


07 Rizki Syafriwal 08 Aghrina 09 Fadhilah Putri
1. Pengertian Khutbah
Khutbah berasal dari kata khataba, yakhtubu dan khutbatan yang berarti ceramah
atau pidato. Khutbah yang disyariatkan yaitu khutbah Jumat, idul adha, idul fitri,
salat istisqa, nikah dan wuquf di Arafah.
Dalam fikih, khutbah diartikan dengan pidato dari seorang khatib yang diucapkan di
depan jamaah sebelum salat jum’at atau setelah salat Id. Khutbah berisi tentang
nasihat-nasihat guna mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Khutbah disampaikan secara monolog, yaitu komunikasi satu arah. Bila khatib
sudah melakukan khutbah, para jamaah wajib untuk mendengarkannya. Dengan
begitu, khatib dalam menyampaikan khutbah tidak memiliki kesempatan untuk
melakukan tanya jawab atau diskusi, sedangkan jamaah hanya mendengarkan
dengan khidmat.
2. Syarat Khutbah
a. Syarat Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
Berikut ini syarat khutbah Idul Fitri atau Idul Adha, yaitu:
1. Khatib harus laki-laki.
2. Khatib harus suci dari hadas besar maupun kecil.
3. Khatib harus menutup aurat.
4. Khatib harus berdiri bila mampu.
5. Isi rukun khutbah baik yang pertama dan kedua harus didengar oleh jamaah
sekurang-kurangnya 40 orang jamaah.
3. Rukun Khutbah
a. Rukun Khutbah Jumat
Adapun rukun-rukun khutbah Jumat sebagai berikut:
1. Membaca Hamdalah.
2. Shalawat kepada Nabi SAW.
3. Membaca dua kalimat Syahadat.
4. Ajakan untuk Taqwa kepada Allah SWT.
5. Membaca ayat suci Al-Quran di salah
| satu khutbah-nya.
 
b. Rukun Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
Rukun khutbah yang harus diperhatikan saat melaksanakan khutbah Idul Fitri atau
Idul Adha tidak berbeda jauh dengan rukun khutbah Jumat. Di antaranya memuji Allah,
membaca selawat, berwasiat tentang taqwa, membaca ayat Al-Qur'an pada satu di antara
khutbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada khutbah kedua.
Hukum penyampaian khutbah Idul Fitri atau Idul Adha adalah sunnah. Jadi, jika tidak ada
jama’ah yang memiliki kemampuan untuk berkhutbah, maka khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
ditiadakan dan salat Idul Fitri atau Idul Adha tetap sah. Kendati demikian, seperti yang sudah
disebutkan di atas, penyampaian khutbah Idul Fitri atau Idul Adha tetap disunnahkan, meski
salat Id dilaksanakan di rumah dengan jemaah terbatas.
4. Tata Cara Khutbah
a. Tata Cara Khutbah Jumat
Berikut tata cara khutbah shalat Jumat sesuai sunnah Rasul, yaitu:
1. Khatib berdiri di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi lalu mengucapkan salam.
Kemudian, khatib dianjurkan untuk mengucapkan salam pada jamaah, sebagaimana
disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah, Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam jika telah naik mimbar biasa mengucapkan salam. HR Ibnu Majah, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.
2. Usai mengucap salam, maka suara adzan akan dikumandangkan. Khatib dianjurkan untuk
duduk mendengarkan dan menirukan hingga adzan selesai.
3. Selanjutnya, khatib berdiri untuk berkhutbah. Sebelum memulai ada baiknya membuka
khutbah sesuai dengan rukun khutbah, yaitu dengan membaca Alhamdulilah, sanjungan
kepada Allah, syahadat, shalawat, bacaan ayat-ayat taqwa, dan perkataan amma ba’d.
1. |
2. |
3. |

4. Khatib dianjurkan untuk berdiri dan menghadapkan wajahnya pada para jamaah. Namun,
jika khatib tidak dapat berdiri maka khutbah dapat dilakukan dengan posisi duduk.
5. Duduk di antara dua khutbah. Usai menyampaikan khutbah pertama hendaknya khatib
duduk sejenak untuk beristirahat sebelum menyampaikan khutbah kedua.
6. Khutbah Jumat ada baiknya tidak terlalu panjang. Khutbah hendaknya tidak boleh lebih
lama dibandingkan dengan durasi shalat Jumat.
7. Dalam berkhutbah, khatib hendaknya melantangkan suara dan menyampaikan khutbahnya
dengan jelas. Hal ini bertujuan supaya jamaah yang mendengarkan paham dengan kata-
kata yang diucapkan.
8. Saat di akhir khutbah, hendaknya ditutup dengan kalimat permohonan ampun kepada
Allah SWT. Kalimat permohonan ampun ini bisa disampaikan pada khutbah kedua.
b. Tata Cara Khutbah Idul Fitri atau Idul Adha
Berikut ini tata cara khutbah Idul Fitri atau Idul Adha, yaitu:
1. Khotbah pertama:
• Menghadap jemaah.
• Mengucap salam.
• Melafalkan takbir sebanyak sembilan kali.
• Membaca tahmid/hamdalah.
• Membaca selawat nabi, yaitu Allahumma shalli ‘al sayyidin Muhammad,
wa 'alaa aali sayyidin muhammad.
• Membaca wasiyyat bit taqwa.
• Menyampaikan nasihat ketaqwaan, terutama soal penting zakat fitrah
• Membaca salah satu ayat Al-Qur'an.
• Menutup khutbah pertama.
2. Khotbah kedua:
• Membaca takbir sebanyak tujuh kali.
• Membaca tahmid/hamdalah.
• Membaca selawat nabi.
• Membaca wasiyyat bit taqwa.
• Membaca salah satu ayat Al-Qur'an.
• Membaca doa ampunan untuk umat Islam.
• Doa sapu jagat.
• Menutup khutbah kedua.
• Mengucap salam.
5. Dalil Khutbah
A. Dalil Etika
‫ َذا قُلْ َت‬:‫ع َْن َأىِب ه َُرْي َر َة َع ِن النَّىِب ِ ّ صىل هللا عليه وسمل قَا َل‬
‫ِإ‬
‫ متفق‬.‫يت‬ َ ‫ِل َصا ِحب َِك َأن ِْص ْت ي َ ْو َم الْ ُج ُم َع ِة َوا َما ُم خَي ْ ُط ُب فَ َق ْد ل َ ِغ‬
‫ِإل‬
‫عليه‬
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi
saw, beliau bersabda: ‘Ketika kamu berkata ‘diam’
kepada temanmu saat hari Jumat, sementara Imam
sedang berkhutbah, maka shalat Jumatmu sia-sia’.”
(Muttafaq ‘Alaih). (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fathul
Bâri, [Beirut, Dârul Ma’rifah: 1379 H), juz II, halman
414).
B. Dalil Khutbah
Surat Al-Jumu'ah: 11, Allah berfirman:
ِ ‫وَ َذا َرَأ ْو ۟ا جِت َٰ َر ًة َأ ْو لَه ًْوا ٱن َفضُّ ٓو ۟ا لَهْي َا َوتَ َر ُكوكَ قَآِئ ًما ۚ قُ ْل َما ِعندَ ٱهَّلل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َخرْي ٌ ِّم َن ٱللَّهْ ِو َو ِم َن ٱلتِّ َجٰ َر ِة ۚ َوٱهَّلل ُ َخرْي ُ ٱ َّ ٰلر ِز ِق َني‬
“ Dan apabila mereka melihat pertandingan atau
permainan, mereka akan menuju ke arahnya dan
mereka meninggalkan kamu sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah, ”Apa yang di sisi Allah
lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan
Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”
c. Dalil Tata Cara Khutbah
Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, dia
berkata,
‫ مُث َّ ي َ َوقُو ُم كام‬، ُ‫ مُث َّ ي َ ْق ُعد‬،‫هللا عليه وسمَّل َ خَي ْ ُط ُب قَاِئ ًما‬
ُ ‫النيب َصىَّل‬
ُّ ‫اكن‬
َ
”Dahulu Nabi ‫ ﷺ‬berkhutbah dalam keadaan berdiri lalu
duduk kemudian berdiri sebagaimana kalian lakukan
sekarang ini.”
d. Dalil Rukun Khutbah
 
‫وفروضها مخسة محد هللا تعاىل والصالة عىل رسول هللا صىل هللا‬
‫عليه وسمل والوصية ابلتقوى وجتب هذه الثالثة يف اخلطبتني الرابع‬
‫قرأة أية مفهمة يف إحداهام اخلامس ادلعاء للمؤمنني واملؤمنات يف‬
‫الثانية‬
Artinya, “Rukun khutbah Jumat ada lima, yaitu memuji
kepada Allah, membaca shalawat kepada Rasulullah,
berwasiat tentang ketakwaan, (ketiga fardlu ini wajib ada
pada dua khutbah), rukun keempat membaca ayat yang
dapat dipahami pada salah satu khutbah, rukun kelima
mendoakan kaum Mukminin dan Mukminat pada khutbah
kedua.” (Lihat: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadlal
Al-Hadlrami, Muqaddimah Al-Hadlramiyyah, juz 2, hal. 6 -
7).
Kesimpulan
Jika kita teliti dengan cermat, memahami makna hadits tersebut
dengan hal semacam itu sangatlah tidak tepat. Hadits ini
menyuruh kepada kita agar ketika menyampaikan hadits Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam kita tahu dan yakin bahwa hadits
tersebut berasal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi yang benar dari hadits ini bukanlah memotivasi orang yang
tidak berilmu untuk berbicara (masalah agama) akan tetapi
hadits ini memotivasi kepada orang yang telah belajar dan
mengetahui, hendaklah disampaikan walau sedikit. Ketika
seseorang telah mengetahui syariat ini benar dari Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka diperkenankan baginya
untuk menyampaikannya kepada orang lain.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai