Anda di halaman 1dari 9

KHUTBAH

RESUME

Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Fiqih Ibadah

Oleh :

Kel : 11

NAMA : EVA SRI ROHANI

NIM : 21218620820

NAMA : MUHAMMAD AKBAR SYAPUTRA

NIM :

Dosen Pengampu : Kamaruddin, S.Pd.I.,M.A

NIDN.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL FURQAN MAKASSAR

2022/2023

1
BAB 11
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khotbah, Tablig, dan Dakwah


Kata khotbah berasal dari bahasa Arab “khutbah” yang memiliki arti pidato atau ceramah
yang isinya mengenai keagamaan. Khotbah yang disyariatkan oleh Islam adalah khotbah Jum’at,
khotbah Idul Fitri, Khotbah Idul Adha, khotbah pada salat gerhanabulan (khusuf), dan gerhana
matahari (kusuf), khotbah pada salat minta hujan (istisqa), khotbah nikah, dan khotbah tatkala
wukuf di Arafah
Berdasarkan akar katanya, kata tablig berasal dari kata kerja ballagayuballiguyang artinya
menyampaikan. Menurut istilah arti tablig adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang
diterima dari Allah SWT kepada umat manusia agar dijadikan pedoman hidup supaya
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang bertablig disebut mubalig (laki-
laki) dan mubaligah (perempuan).
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’aa-yad’uu yang artinya memanggil,
menyeru atau mengajak. Orang yang menyampaikan dakwah disebut da’i. Menurut istilah syara’
dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang beriman dan taat
kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan orang yang menerima seruan dakwah,
sehingga menjadi orang yang brimandan taat , kepada Allah SWT, tentu akan meraih
kesejahteraan di dunia dan diakhirat. Perbedaan antara dakwah dan tablig hanya pada sebutannya
saja , sedangkan pada hakikatnya sama .
Pada awalnya, kegiatan bertablig ataupun berdakwah merupakan kewajiban Nabi
Muhammad SAW sendiri. Allah SWT berfirman yang artinya: “Wahai rasul sampaikanlah
(bertabliglah) apa yang diturunkan kepada dari Tuahanmu. Dan jika tidakkamu kerjakan (apa
yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara
kam dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-
orang kafir.” (Q.S. Al-Ma’idah, 5:67)
ُ‫ّلل‬ ِّ ‫َٰٓربِّكََٰٰٓۖٓوإِّنَٰٓلَّ ْمَٰٓت ْفع ْلَٰٓفمآَٰبلَّ ْغت‬
ََّٰٓ ‫َٰٓرسالت َٰٓهۥََُٰٰٓۚٓوَٰٓٱ‬ َّ ‫َٰٓمن‬
ِّ ‫نزلَٰٓإِّليْك‬ ِّ ُ ‫لَٰٓب ِّل ْغَٰٓمآَٰأ‬ َُٰٓ ‫سو‬
ُ ‫لر‬ َّ ‫َٰٓيَٰٓأيُّهآَٰٱ‬
َٰٓ ‫ّللََٰٓلَٰٓي ْه ِّدىَٰٓٱ ْلق ْومَٰٓ ٱ ْلك ِّف ِّر‬
‫ين‬ َٰٓ ِّ َّ‫َٰٓمنَٰٓٱلن‬
ََّٰٓ ‫اسََٰٰٓۗٓإِّ َّنَٰٓٱ‬ ِّ ‫ص ُمك‬ ِّ ‫ي ْع‬

2
Selanjutnya, kewajiban bertablig atau berdakwah dipikulkan kepada setiap muslim
muslimah sesuai dengan kemampan dan pengetahuan yang dimiliki, dari semenjak generasi
sahabat, sampai sekarang ini dan seterusnya sampai akhir zaman.
Bahwa kegiatan bertablig atau berdakwah merupakan kewajiban Muslim sesuai dengan
sabdah Rasulullah, yaitu “Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun
hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari, At-Tirmizi dan Ahmad dari Ibnu Amr)
B. Ketentuan Khotbah, Tablig dan Dakwah
1. Ketentuan Khotbah Jum’at
a. Khatib jum’at
Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh seorang khatib,
sebelum salat Jum’at dimulai. Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib
Jum’at harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, ini :
1) Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
2). Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang syarat, rukun dan
sunah-sunahnya.
3). Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist dengan baik dan
benar, juga sanggup bebicara di muka umum dengan jelas dan mudah dipahami.
4). Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak
melakukanperbuatan maksiat, dan bukan orang munafik.
5). Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.
b. Syarat Khutbah Jum’at
1) Khutbah dimulai pada waktu zuhur (sesudah matahari tergelincir).
2) Khutbah dilakukan dengan dua kali dengan berdiri (jika dimungkinkan).
3) Khatib hendaknya duduk di antara dua khotbah.
4) Khotbah diucapkan dengan suara yang jelas dan keras.
5) Dilakiukan secara berturut-turut sesuai dengan rukunnya.
Mengenai bahasa yang digunakan dalam khotbah Jum’at, terdapat dua pendapat, yaitu :
a. Pendapat Pertama
Pendapat pertama beranggapan bahwa khotbah Jum’at seluruhnya harus menggunakan
bahasa Arab, tidak boleh menggunakan bahasa selain bahasa Arab, walaupun hanya berupa hanya
berupa penjelasan-penjelasan dari khotbah Jum’at tersebut. Hal ini dikarenakan Rasulullah SAW

3
dan para sahabat senantiasa menggunakan bahasa Arabdalam menyampaikan khotbahnya, dan
tidak pernah menggunkan bahasa lain, selainbahasa Arab.

b. Pendapat Kedua
Pendapat Kedua menegaskan bahwa khotbah Jum’at rukun-rukunnya tetap
menggunakan bahasa Arab, namun nasihat dan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan dalam
khotbah Jum’at harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
para jamaah Jum’at. Hal ini dikarenakan untuk memelihara dan meningkatkan keta
kwaan pada Allah SWT serta untuk membuat para jamaah mendengar dengan sebaik-baiknya
agar dapat nasihat-nasihat yang disampaikan dapat dilaksankan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Rukun Khotbah
1) Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Alllah SWT.
2) Membaca syahadatain, yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul. Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap khotbah yang tidak ada syahadatnya, adalah
seperti tangan yang terpotong.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
3) Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW.
4) Berwasiat atau member nasihat tentang takwa dan menyampaikan ajaran tentang
akidah,ibadah, akhlak dan muamalah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadist.
5) Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khotbah. Rasulullah bersabdah yang
artinya :

“Dari Jabir bin Samurah, katanya, “Rasulullah SAW berkhotbah berdiri, duduk antara
keduanya, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mengingatkan dan memperingatkan kabartakut pada
manusia.” (H.R. Muslim)
6) Berdoa pada khotbah kedua agar kaum muslimin memperoleh ampunan dosa dan
rahmat Allah SWT.
d. Sunah Khotbah Jum’at
1) Khatib hendaknya berdiri diatas mimbar atau di tempat yang lebih tinggi dan letak
mimbarberada di sebelah kanan tempat berdirinya Imam salat.
2) Khatib hendaknya mengawali khotbahnya dengan member salam. Setelah itu, duduk
sebentar sambil mendengarkan mu’azzin berazan.

4
3) Khotbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu
pendek.
4) Khatib, di dalam khotbahnya hendaknya menghadap kepada para jamaah salat
Jum’at dan jangan berputar-putar karena yang demikian itu tidak
disyariatkan.
5) Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, salawat, dan nasihat agar bertakwa.
6) Mambaxa surah Al-Ikhlas, sewaktu duduk dua khotbah.
e. Praktik Khotbah
1. Khotbah pertama
a. Berdiri diatas mimbar kemudian mengucapkan salam.
b. Khatib duduk sejenak sambil mendengarkan adzan.
c. Setelah adzan selesai, berdiri kembali dengan mengucapkan hamdalah.
d. Setelah membaca hamdalah, mengucapkan syahadat dan shalawat Nabi.
e. Berwasia takwa
f. Membaca salah satu ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi khotbah.
g. Menyampaikan mateti khotbah yang dapat dipahami oleh jamah dan jangan terlalu lama.
h. Khatib duduk di antara dua Khotbah sejenak (kira-kira membaca shalawat Nabi atau
surahAl-Ikhlas)
2. Khotbah Kedua
a. Khatib berdiri kembali dan membaca hamdalah.
b. Membaca shalawat Nabi dan syahadat.
c. Membaca do’a.
d. Membaca penutup khotbah kemudian trun dari mimbar.
f. Mendengarkan Khotbah
Khotbah Jum’at merupakan syarat sahnya penyelenggaraan salat Jum’at. Oleh karena itu
haruslah para khotib melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, terpenuhisyarat-syaratnya, rukun-
rukunya, dan sunah-sunahnya.
Ketika khatib Jum’at menyampaikan khotbahnya, jamaah Jum’at wajib mendengarkan
sebaik-baiknya. Jangan sampai ada di antara jamah ada yang berbicara,bercanda, mengantuk, dan
membuat keributan, hal ini dikarenakan kesempurnaan salat Jum’at akan berkurang. Dalam hal
ini Rasulullah SAW bersabdah, “Barang siapa yangberbicara pada hari Jum’at diwaktu imam

5
berkhotbah, maka ia seperti kedelai yang memikul kitab, sedangkan yang mengingatkan orang itu
dengan diam, maka tidak sempurna Jumatnya,” (H.R. Ahmad)

Jika ada seorang dari jamaah Jum’at yang berbicara, yang berhak menegurnya hanyalah
khatib Jum’at karena jika yang lain diberi hak untuk menegur, dikhawatirkan suasana akan
bertambah rebut dan jelas si penegur akan kehilangan konsentrasi dalammendengarkan khotbah.
2. Ketentuan Tablig dan Dakwah
a) Tablig dan dakwah hendaknya dimulai dari diri mubalig dan da’i itu sendiri, sebagai
sebelum seorang mubalig atau da’I mengajak orang lain untuk berimandan
bertakwa,maka terlebih dahulu mubalig dan atau da’i menjadi orang yang beriman dan
bertakwa.Hal ini diisyaratkandalam firman Allah SWT, yang artinya: “Amat besar keb
encian disisi Allah bahwa kamu mengatakan ap-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S.
As-Saff,61:3)
b) Dalam bertablig atau berdakwah, mubalig, atau da’i hendaknya menggunakan pola
kebijaksanaan, yaitu berbicara atau bertablig kepada manusia menurut
kadar kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada kaum intelek yang
kadarkeilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan tablig atau dakwah terhadap
oran gkebanyakan, kadar keilmuannya masih rendah.
c) Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al
hal” yaitu melalui perbuatan baik diridai oleh Allah SWT agar diteladani orang lain.
d). Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik perorangan
ataupunkepada masyarakat.
Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode dimana telahdijelaskan Allah
SWT dalam Al-Quran dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :

a. Metode al-hikmah yang artinya penyampaian dakwah terlebih dahulu mengetahui


tujuandan sasaran dakwahnya.
b. Metode al-mau’izah al-hasanah yakni member kepuasan kepada orang atau masyarakat
yang menjadi sasaran dakwah dengan cara seperti ini member nasihat, pengajaran
danteladan yang baik.
c. Metode “mujadalah bi al-lati hiya ahsan” ialah bertukar pikiran (berdiskusi) dengan cara

6
d. cara yang terbaik. Metode ini digunakan bagi sasaran dakwah tertentu, misalnya
bagiorang-orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar.
Akan tetapi pada erang yang serbah canggih ini, sekarang dakwah dapat disampaikanmelalui
media surat kabar, majalah, radio dan televisi.
C. Perbedaan Khotbah Jum’at dan Dakwah
1. Waktu Pelaksanaan
Pada khotbah Jum’at, waktu pelaksanaannya yaitu sesudah matahari tergelincir (masuk
salat zuhhur) pada hari Jum’at. Rentang waktunya terbatas yang atrinya tidak terlama
lama ataupun terlalu pendek. Sedangkan pada dakwah, waktu pelaksanaanya dapat
dilaksanakan kapanpun dan lamanya tidak dibatasi.
2. Khatib Jum’at dan Da’I
Khatib Jum’at haruslah seorang laki-laki (Muslimin), sedangkan da’iselain laki-
laki,boleh juga wanita (Muslimat). Dalam pelaksanaannya seorang khatib haruslah suci
dari hadas dan najis. Sedangkan da’i tidak diharuskan suci dari hadas dan najis. Dalam
Khotbahnya seorang khatib harus duduk sebentar antara khutbah pertama dan kedua,
sedangkan dalam dakwah seorang da’I tidak harus duduk.
3. ParaَٰٓPendengarَٰٓKhotbahَٰٓJum’atَٰٓdanَٰٓDakwah
ParaَٰٓpendengarَٰٓkhotbahَٰٓJum’atَٰٓbiasanyaَٰٓhanyaَٰٓterdiriَٰٓdariَٰٓkaumَٰٓlaki-laki
saja (muslimin), sedangkan para pendengar dakwah biasa kaum perempuan
saja (muslimat) dan bisa pula gabungan antara Muslimin dan Muslimat.
4. Ketentuan Syara Dalam Berkhotbah dan Dakwah
Bagiَٰٓ seorangَٰٓ khatibَٰٓ Jum’atَٰٓ dalamَٰٓ melaksanakanَٰٓ khotbahnyaَٰٓ harusَٰٓ
membaca hamdalah, syadatain, wasiat takwa, membaca Al-Qur’anَٰٓ do’a.َٰٓ
sedangkanَٰٓbagiَٰٓseorangَٰٓda’iَٰٓtidakَٰٓdiwajibkan.
D. Cara Menyusun Teks Khotbah Ju’at dan Dakwah
1. MenyusunَٰٓTeksَٰٓKhotbahَٰٓJum’at
a. Menentukan tujuan khutbah yang ingin dicapai.
b. Menentukan tujuan khutbah yang mengacu kepada tujuan khutbah.
c. Menentukan metode dan uraian-uraian materi dari judul khutbah. 1

1
Syamsuri, 2006. Pendidikan Agama Islam SMA (kelas xI). Jakarta : Erlangga (Diakses
pada 17 November 2022)

7
Perlu diingati bahwa :
Teks khutbah dari dua bagian, yaitu khutbah pertama dan khutbah
kedua, khutbah pertama terdiri dari : bacaan hamdalah, syahadatain,
salawat nabi, dan wasiat takwa berupa ayat Al-Qur’anَٰٓ atauَٰٓ Hadits.َٰٓ
Bacaan-bacaan tersebut diucapkan dalam Bahasa Arab. Setelah itu,
disambung dengan uraian dan penjelasan tentang judul khutbah dengan
menggunakan bahaa Indonesia yang baik dan benar. Lalu, khutbah
pertama ini ditutup dengan doa yang ringkas.
Khotbah kedua terdiri dari : Bacaan hamdalah, syahadatain, salawat,
wasiat takwa berupa ayar Al-Qur’an,َٰٓdoaَٰٓdanَٰٓditutupَٰٓdenganَٰٓpesanَٰٓagarَٰٓ
berprilaku adil dan berbuat kebajikan (khutbah kedua ini boleh
diucapkan seluruhnya dengan Bahasa araba tau boleh juga diselingi
dengan menggunakan Bahasa Indonesia).
2. Menyusun Teks Dakwah
a. Menentukan tujuan dakwah.
b. Menentukan judul dakwah dengan mengacu kepada tujuannya.
c. Menentukan materi, Bahasa yang akan digunakan dan cara
penyampaian2

2
IImy,Bachrul. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas II (xI). Bandung : Grafindo
Media Pratama (Diakses pada 17 November 2022)

8
9

Anda mungkin juga menyukai