MTsN 5 TULUNGAGUNG
2020/2021
BAB V
SHALAT JUM’AT
A. KETENTUAN
Setiap orang islam yang sudah memenuhi ketentuan dalam shalat Jum’at, w ajib baginya
melaksanakan shalat jum’at. Shalat Jum’at merupakan salah satu shalat yang wajib dilaksanakan
selain shalat fardu 5 waktu . Shalat jum’at oleh umat islam biasa dipahami sebagai pengganti shalat
dzuhur.Pendapat ini muncul karena shalat jum’at dilaksanakan pada waktu shalat dzuhur.
Pembahasan ketentuan shalat dan khotbah jum’at meliputi pengertian shalat jum’at dan hukumnya,
syarat wajib dan syarat sah shalat jum’at. 1. Pengertian shalat Jum’at dan hukumnya
Shalat jum’at adalah shalat wajib dua rakaat yang dilakukan sesudah khotbah pada waktu
dzuhur dihari jum’at. Dengan demikian, shalat jum’at hanya sekali dalam seminggu. Shalat
jum’at hukumnya fardlu ain bagi setiap muslim laki-laki yang sudah dewasa, berakal sehat,
merdeka, dan tidak sedang musafir.Allah SWT berfirman
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melakssanakan shalat dihari jum’at,
maka segeralah kamu mengingat Allah SWT dan tinggalkanlah jual beli… (Q.S. al-
Jumu’ah/62:9)
dosa
Di samping mendatangkan pahala, shalat Jum’at juga menjadi pembersih antara Jum’at tersebut dan
Jum’at berikutnya, sebagaimana hadits Nabi saw:
َمِن اْغ تََس َل ثَُّم أَتَى اْلُج ُم عََة فََص لَّى َم ا قُِدَر لَُه ثَُّم أَْنَص َت َح تَّى يَْفُر َغ ِم ْن ُخ ْطبَتِِه ثَُّم
ْْل
يَُص ِلي َم عَُه ُغ ِفَر لَُه َم ا َبْيََنُه َو َْبْيَن اْلُج ُمَعِة ا ُْخ َر ى َو فَْض ُل ثَََلثٍَة أَيَّاٍم
“Barangsiapa mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu shalat (sunnah) yang ditakdirkan
(dimudahkan) Allah Subhanahu wata’ala baginya, serta diam sampai (imam) selesai dari
khutbahnya dan shalat bersamanya, diampuni baginya antara Jum’at itu hingga Jum’at
berikutnya, ditambah tiga hari.” (Shahih Muslim, Kitabul Jum’ah)
Apabila seseorang ditutup hatinya, dia akan lalai melakukan amalan yang bermanfaat dan lalai
meninggalkan hal yang memudharatkan (membahayakan).
Hadits ini termasuk ancaman yang keras terhadap orang yang meninggalkan dan meremehkan
Jum’atan. Juga menunjukkan bahwa meninggalkannya adalah faktor utama seseorang akan
diabaikan oleh Allah swt.
Jum’at itu hak yang wajib dikerjakan oleh setiap orang islam dengan berjamaah, kecuali
empat macam orang, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang sakit. (H.r.
Abu Dawud)
2. Syarat wajib dan Syarat Sah Shalat Jum’at
Syarat-syarat shalat jum’at meliputi syarat wajib dan syarat sah shalat. Kedua syarat itu harus
diketahui dan dipahami oleh setiap muslim yang hendak melaksanakan sholat jum’at.
a. Syarat Wajib Shalat Jum’at
Shalat jum’at wajib dilakukan apabila memenuhi persyaratan berikut ;
1. Muslim
Dengan demikian, orang kafir tidak wajib Jum’atan, bahkan jika mengerjakannya
dianggap tidak sah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, َو َم ا َم ََنعَُه ْم اَْن تُْقبََل
ِم ْنُهْم َنَفَقَاتُُهْم ِاََّّل اَنَُّهْم َك َفُرْو ابِاِهللا َو بَِر ُسْو ِلِه
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (at-Taubah: 54)
2. Baligh
Anak kecil yang belum baligh tidak wajib Jum’atan karena belum dibebani syariat.
Meskipun demikian, anak laki-laki yang sudah mumayyiz (biasanya berusia tujuh tahun lebih),
dianjurkan kepada walinya agar memerintahnya menghadiri shalat Jum’at. Hal ini berdasarkan
keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ُم ُرْو ا الَّصبَِّي بِالَّص َلِة إِذ َا َبلََغ َْس ْبَع
ِس ِْنِْي َو اِذ َا بَلََغ َع ْش َر ِس ِْنِْي فَاْض ِر بُْو ُه َع َْلََيا
“Suruhlah olehmu kanak-kanak itu sembahyang apabila sudah berumur tujuh tahun dan
apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul jika ia
meninggalkan sembahyang.” (HR. At-Tirmidzi)
3. Berakal
Orang yang tidak berakal (gila) secara total berarti dia bukan orang yang cakap untuk
diarahkan kepadanya perintah syariat atau larangannya. Nabi saw bersabda,
ُرفَِع اْلَقلَُم َع ْن ث َََل ٍث َع ِن الَّص بِّ ِِي َح تَّى َي ْب لَُغ َو َع ِن ال نَّائ ِِم َح تَّى َيْس
ت َْيَق َظ َو َع ِن
(اْل َم ْج ن ُْو ِن َح تَّى َي ِف ْيَق )رواه ابو داود وابن ماجه حديث صحيح
“Pena terangkat dari tiga golongan : dari anak kecil sampai dia dewasa, dari orang yang
tidur sampai dia bangun, dan dari orang gila sampai dia (kembali) berakal (waras).”
Maka dari itu, tidak wajib shalat Jum’at atas perempuan, sebagaimana sabda Nabi saw.,
اْلُج ُم عَُة
أَْو، أَِو اْم َر أٌَة، َح ٌّق َو اِج ٌب َع لَى ُك ِّ ِل ُم ْس ِلٍم ِف ي َج َم اَع ٍة ِا أَْر بَع َة َْع ْبٌد َم ْم ل –ُْو ٌك
أَْو َم ِْر ْيٌض، َص بٌِّي
“Jum’atan adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim secara berjamaah, kecuali
empat orang: budak sahaya, wanita, anak kecil, atau orang yang sakit.” (HR. Abu Dawud)
5. Orang yang menetap dan bukan musafir Orang musafir termasuk orang yang mendapat
rukhsah (keringanan) dari Allah untuk tidak melaksanakan puasa. Demikian halnya
َع ْن اََنٍَس كان رسوُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َْلَِي َو َس لََّم يَُص ِِّلي اْلُج ُمَع َة ِْح ْيَن
رواه البخاري- تَُز ْو ُل الَّش ْم ُس
Artinya: "Dari Anas adalah Rasulullah saw. Sholat Jumat ketika telah tergelincir
matahari." (H.R. Bukhari).
d. Hendaklah dilaksanakan setelah dua khutbah. Hadits tentang khutbah ini menyatakan
sebagai berikut:
َع ِن ْاْبِن ُع َم َر َك اَن َر ُسْو ُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َْلْيِه َو َس لََّم يَْخ ُطُب يَْو َم اْلُج ُم عَِة
– قَاِئ ما ُخ ْطبََْتَِي يَْج ِلُس َبْيَنَُهَم ا
Artinya: "Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah saw. bersabda: berkhutbah pada hari
Jumat dua khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu."
(H.R. Bukhari dan Muslim).
3. Rukun Shalat Jum’at
Rukun shalat jum’at sama dengan shalat fardlu. Rukun pelaksanaan shalat jum’at adalah:
1) Khatib ( lazimnya sekaligus menjadi imam).
2) Jamaah jum’at yang bermukim
3) Dua khotbah atau khotbah dua kali dan duduk diantara keduanya 4) Shalat dua rokaat
( shalat jum’at ) secara berjamaah dengan niat :
Sepantasnyalah muslim itu mandi dan harum-haruman serta menggosok gigi pada hari
jum’at. (H.R. Ahmad )
4) Memotong kuku, mencukur kumis dan menyisir rambut
5) Segera pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at (pada awal waktu) dengan
berjalan kaki
6) Hendaklah ia memperbanyak membaca al qur’an atau berzikir sebelum khutbah
dibacakan oleh khotib
7) Paling baik ialah membaca surat al kahfi
8) Hendaklah memperbanyak do’a dan sholawat atas Nabi SAW pada hari dan malam
jum’at
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa shalat jum’at hendaknya dilakukan secara tertib, bersih, dan
rapi sehingga dapat menumbuhkan rasa nyaman dan baik. Selain itu, melaksanakan ibadah
dalam suasana yang baik seperti itu dapat menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat.
Dengan demikian, amalan sunah dapat berfungsi sebagai sarana dakwah islamiah ditengah-
tengah kehidupan masyarakat.
1. Adab shalat jum’at
Dalam melaksanakan sholat jum’at setiap muslim untuk mematuhi tata laksana sholat jum’at
a. Sebelum berangkat ke masjid, hendaklah terlebih dahulu mandi jum`at, memotong kuku
dan kumis, berpakaian bersih dan putih, dan memakai wangi-wangian
b. Hendaknya berangkat ke mesjid lebih awal
c. Mengisi shaf yang kosong, kemudian mengerjalan shalat “tahiyatul masjid” sebanyak
dua roka’at
d. memperbanyak dzikir, do’a, membaca shalawat Nabi atau membaca al-Qur’an sebelum
imam naik mimbar
e. Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jama’ah dan mengantuk/tidur,
sehingga tidak mengetahui isi khutbah Sabda Rasulullah Saw:
. اِذ َا قُْلَت ِلَص اِح بَِك يَْو َم اْلُج ْم عَِة اَْنِص ْت َو اِال َم اُم يَْخ ُطُب فَقَْد لَغ َْو َت
“Apabila Anda berkata kepada temanmu, pada hari jum’at “diamlah” padahal imam
telah menyampaikan khutbahnya, maka jum’atmu sia-sia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
f. Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah kiblat. Dari
Muthi’ ibnul Hakam ra, bahwa Nabi saw. َك اَن إِذ َا َص عدَ الِم ْن بَر ؛ أَْقبلَن َا
بُِو ُجْو هَنَا إَِْلْيه
“Apabila beliau naik mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke
beliau” )HR. Bukhari Muslim)
g. Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua khutbah.
Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang banyak
dikabulkannya doa saat itu).
2. Beberapa hal yang Membatalkan Shalat Jum’at
Yang membatalkan shalat Jum’at adalah semua yang membatalkan shalat fardlu. Yang
membatalkan pahala shalat Jum’at (saat khotbah berlangsung) adalah :
a. Bercakap-cakap atau bergurauan antara sesama jamaah
TBAH JUM’AT
B. KETENTUAN KHU
ُش ُرْو ِر أَْنف ُِس ََنا ِإِّ ن اْلَح ْم دِ ِهلِل ََنْح َم دُه َو ََنْس تَِْعْينُُه َو َنَْس تَْغ ِفُر ُه َو ََنعُْو ُذ بِاِهلل ِم ْن
يُْض ِلْل َفََل َهاِدَي وِم ْن َ ََس ِّيئََاِت أَْع َم ُاِلََنا َم ْن َيْهِدِه ُهللا فَََل ُم ِضِّ ل لَُه َو َم ْن
ُلَه
Khotib harus mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad saw.
Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada
kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana
mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:
Contoh bacaan:
فَاْستبَق ُو ا اْلَْخ ْيَر اِت َْأََي َم ا تَُك ونُو ا يَأِْت بُِكُم ُهللا َجِم يع ا ِإَّن َهللا َع لَى ُك
ِِّل َش ٍئ قَِد يٌر
(QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
Khotib berdo’a yang ditujukan kepada muslimin dan muslimat yang berisi permohonan
ampun atas segala dosa.
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz doa yang intinya meminta kepada Allah
kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat .
Atau kalimat Allahumma ajirna minannar . Contoh bacaan do’a penutup:
ْْل
َو اْلُم ْؤ ِم ِْنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم ََناِت ا َْح يَاِء ِم ْنُهْم،اللَُّهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِْم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت
. إِنََّك َسِْم ْيٌع قَِْر ْيٌب ُم ِْج ْيُب الِّد َع َو اِت،َو اْْل َْم َو اِت
b. kedua. Khatib menyampaikan khotbahnya dengan dua kali khotbah diselingi dengan
duduk di
c. antara dua khotbah. Pada saat khotbah dibacakan, jamaah memperhatikan dengan
khusuk, tidak bercakap-
d. cakap, meskipun suara khotbah tidak terdengar. Setelah selesai khotbah, muadzin
mengumandangkan iqamah, sebagai tanda di mulainya
g. dan meluruskan sImam memimpin shalat Jumat berjamaah dua rakaat. af serta
mengisinya yang masih kosong.
h. Jamaah disunahkan untuk berdzikir dan berdoa setelah selesai shalat Jumat.
a) Khutbah I (pertama)
إِّ ن اْلَح ْم دِ ِهلِل َنَْح َم دُه َو ََنْس تَِْعْينُُه َو َنَْس تَْغ ِفُره َو ََنعُْو ُذ بِاِهلل ِم ْن ُش ُرْو ِر أَْنفُِس َنَا
أَْش َهُد, َُو َس ِّيئَاِت أَْع َم اِلََنا ََم ْن َيْهِدِه ُُهللا فَََل ُم ِضِّ ل َلُه َو َم ْن ُيُْض ِلْل فَََل َهاِدَي لَه
أَْن َال إِلَه إِّاِل ُهللا َو أَْش َهُد أِّ َن ُمَح ِّ مد ا َْع ْبدُه َو َر ُسْو لُهُ ُهلَلاِّ م َص ِّ ل َو َس ِّلْم َع لى
َقاَل ُهللا.ُمَح ِّ مٍُد َو َع لى آِلِه ِو أَْص َح اِب ِه َو َم ْن تَِبعَُهْم بِإِْح َس اٍن إِلَى يَْو ِم الِّْد ْين
يَاأَِّيَها اِّلَْذ ََي آَم نُْو ا اِّتقُو ا َهللا َح ِّ ق تُقَاتِِه َو َال تَُم ْو تِّ ُن إِّاِل َو أَْنتُْم ُم ْس ِلُم ْو َن:تعَاَلى
يَاأَِّيَها اِّلِْذ ْيَن آَم نُْو ا اِّتقُو ا هللا َو قُْو لُْو ا َقْو ال َس ِْد ْيد ا يُْص ِلْح َلُك ْم أَْع َم اَلُك ْم َو يَْغ ِفْر َلُك ْم
أِّ َم ا َبْعدُ اُْو ِْص ْيُك ْم،ذُنُْو َبُك ْم َو َم ْن يُِط ع هللا َو َر َُس ْو لَُه َفقَْد فَاَز فَْو زا َع ِظ ْ ْيما
َو ََنْفِس ي
ِبتَْقَو ى هللا َو َطاَع ِِتِه لَع َلَُّكْم تُْفِلُحْو ن
Memberi wasiat hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dalam memberi wasiat ini
hendaklah membaca ayat Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar wasiat dalam menyampaikan
khutbah
4. Penutup khutbah I (pertama)
Di akhir khutbah pertama ini, marilah kita dekatkan diri kita kepada Allah, dan Selama masih
hidup, manusia senantiasa perlu bertaubat dan istighfar kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
َج َع َلََنا ُهللا َو ِايَّاُك ْم ِم َن اْلفَاِئِْز ْيَن اَّلِم ِْنْيَن َو اَْد ِخ ْلََنا َو ِايَّاُك ْم فِْي ُز ْمَرِة الَّصاِلِْح ْيَن اَقُْو ُل
ق––َْو ِلى ه––ذَا َو اْس تَْغ ِفُر هللا اْلعَِْظْيِم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس ائِِر اْلُم ْس ِلِْم ْيَن َو اْل ُم ْس ِلَم اِت
b. . فَاْستَْغ ِفُرْو ُه اِنَُّه ُهَو اْل َغ فُْو ُر الََّر ِْح ْيِم َو قُْل َر ِّ ِب اْغ ِف ْر َو اَْنَت َْخ ْي ُر ال––َّراِح ِْم ْيَن
Khutbah II (kedua)
1. Selesai khutbah pertama khatib duduk sebentar lalu berdiri untuk khutbah kedua
2. Boleh menyampaikan kesimpulan khutbah 1 (pertama) setelah membaca hamdallah, dua
kalimat sahadat dan shalawat atas Nabi Muhammad Saw (seperti pada khutbah pertama di
atas).
3. Setelah itu diakhiri dengan membaca do’a:
اَلِّلُهَّم اْنُصْر َم ْن.اَلِّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِم ِْنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم ََناِت َو اْلُم ْس ِلِْم ْيَن َو اْل ُم ْس ِلَم اِت
ََنَص َر الِِّْد ْيَن َو اْخ ذُْل َم ْن َخ ذََل اْلُم ْس ِلِْم ْيَن اَلِّلُهَّم اْخ تِْم لَََنا بِاِْالْيَم اِن َو اْخ تِْم َلََنا بُِح ْس ِن
َر بََّنَا َهْب َلََنا ِم ْن اَْز َو اِج َنَا َو ذِّ ُِريَِّتَنَا.اْلَخ اتَِمِة َو َال تَْج عَْل اَِخ ُر اََج لََنَا ِبُسْو ِء اْلَخ اِتَم ِة
َر بَََّنا آتَِنَا ِفي الدُّْنَيا َحَس ََنة َو فِي الآلِخ َرِة َحَس َنَة.قَُّر َة اَْع يٍُن َو اْج َع ْلََنا ِلْلُم تَِّْقْيَن اَِم اما
.َو ِقََنا َع ذَاَب النَّاِر
4. Kalimat penutup khutbah kedua
َو اِال ْح َس اِن َو ِْاْيتَاِء ِذ ْى اْلقُْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ِاَّن َهللا يَأُْم ُر بِاْلعَْد ِل.ِع بَاد ِهللا
َُّك
يَِع ُظُك ْم لَع َل ْم تَذ ََّك ُرْو َن فَاْذ ُك ُروا َهللا اْلعَِْظْيَم اْلفَْح ََش آِء َو اْلُم ْنَك ِر َو اْلَبْغ ِي
.َيْذ ُك ْر ُك ْم َو لَِذ ْك ُر ِهللا اَْك َبُر
5. Khatib turun dari mimbar dan bersamaan dengan itu muadzin mengumandangkan iqamah
3. Nilai-nilai Pendidikan Ibadah Shalat Jum’at Seorang muslim yang sudah mukallaf, maka
wajib bagi dirinya untuk melaksanakan shaat jum’at kecuali ada udzur pada dirinya, apabila
ditarik dalam garis dunia pendidikan Islam, maka ibadah shalat jum’at memiliki hikmah yang
mulia yang dapat dijabarkan dalam rangkaian nilai sebagai berikut:
a. Disiplin waktu
Shalat jum’at adalah shalat fardhu pekanan yang hanya dilaksanakanpada hari Jum’at dengan
waktu yang khusus, yaitu pada shalat dhzuhur. Dengan pelaksanaan shalat Jum’atmendidik
umat untuk menggunakan waktu pada hari Jum’at sebaik mungkin dan bersegera untuk
melaksanakan shalat jum’at dan meninggalkan sementara urusan duniawi.
b. Memilih untuk mengingat Allah dan tidak hubbundunya (cinta dunia)
Sikap ini tergambar dengan firman Allah SWT QS. Al-Jum’ah: 9 dalam penjelasan ayat ini
menuntun manusia agar tidak terpedaya dunia ketika seruan Allah SWT telah datang. Shalat
jum’at itu lebih baik disisi Allah daripada perdagangan dan permainan.
c. Nilai kebersamaan
Nilai ini tergambar dalam tata caa shalat jum’at yang ditunaikan secara berjama’ah. Bahkan
dalam pelaksanaannya, dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ibnu Qoyyim Al
Jauziyah menyatakan bahwa shalat jum’ah adalah fardhu Islam yang paling kuat dan
merupakan pertemuan orang-orang muslim yang paling besar karena dilakukan secara
BAB VI
DAHSYATNYA AJARAN ISLAM
DIBALIK KEWAJIBAN ADA KERINGANAN
Ibadah shalat merupakan ibadah yang tidak dapat ditinggalkan walau dalam keadaan apapun. Hal ini
berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, zakat dan haji. Jika seseorang sedang sakit
pada bulan ramadhan dan tidak mampu untuk berpuasa, maka ia boleh tidak berpuasa dan harus
menggantinya pada hari lain. Orang yang tidak mampu membayar zakat ia tidak wajib membayar
zakat. Demikian pula halnya dengan ibadah haji, bila seseorang tidak mampu maka tidak ada
kewjiban baginya.
Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim selama masih memiliki akal dan
ingatannya masih normal. Kewajiban tersebut harus dilakukan tepat pada waktunya. Halangan untuk
tidak mengerjakan shalat hanya ada tiga macam, yaitu hilang akal seperti gila atau tidak sadar,
karena tidur dan lupa (namun demikian ada kewajiban mengqadha di waktu lain). Betapa
pentingnya ibadah shalat ini, Rasulullah pernah bersabda:
اْلعَْهُد الَِّذ ي َبْينَََنا َو َبْيَنَُهْم الَّص ََلةُ فََم ْن تََرَك َها َفقَْد َك فَر
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat, karenanya barangsiapa yang
meninggalkannya maka sungguh dia telah kafir.” (HR. At-Tirmizi dan An-Nasai) Dalam hadits lain:
ِ ِإَّن َْبَْي الَّرُج ِل َو َْبَْي ِّ الِش ْر ِك َو اْلُك ْفِر تَْر َك الَّص ََلة
“Sungguh yang memisahkan antara seorang laki-laki (baca: muslim) dengan kesyirikan dan
kekufuan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 82)
Namun demikian Allah SWT tidak membebani hambanya dengan sesuatu yang tidak mampu
dikerjakan hambanya.
Shalat Jama’ dan Qashar merupakan suatu keringana (rukhsah) yang diberikan Allah SWT kepada
semua umat Islam yang sedang kesulitan dalam menjalankan ibadah shalat, seperti seseorang
terancam jiwanya, hartanya, atau kehormatanya. Untuk mengetahui lebih jauh pembahasan
mengenai shalat jama’ dan Qashar serta shalat dalam keadaan darurat, ikuti pembahasan berikut ini.
1. SHOLAT JAMA’
َع ْن اََنٍَس َرِض َي ُهللا َع ْنُه قَاَل كاَن َر ُسوُل ِهللا َص لَّى ُهللا َع َْلْيِه َو َس لْم اِذ ا َرِح َل َْقََب اَْن
تَِْز ْيَغ الَش ْم ُس اِخ َر الُظْهِر ِالى َو ْقِت العَْص ِر ثَُّم َنََز َل يَْج َم ُع َبْيَنَُهَم ا فَِاْن َز اَغ ْت
الَش ْم ُس َْقْبَل اَْن يَْر تَِح َل َص لَّى الُظ ْهَر ثَُّم َر ِكَب
Artinya : "Dari Anas ia berkata : Rasulullah SAW apabila berangkat sebelum
tergelincir matahari, maka beliau akhirkan shalat zhuhur ke Ashar, kemudian (dalam
perjalanan) beliau turun (dari kendaraan) menjamakkan kedua shalat itu. Apabila beliau
berangkat sesudah tergelincir matahari, maka beliau kerjakan shalat dhuhur baru
berangkat naik kendaraan" (HR. Bukhari dan Muslim)
a. Macam-macam Shalat Jama’
1) Jamak Taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu yang
pertama (awal). Jamak taqdim ada dua macam yaitu :
Mengumpulkan shalat dhuhur dan shalat ashar, dikerjakan pada waktu
Zhuhur.
Mengumpulkan shalat maghrib dan shalat isya', dikerjakan pada waktu
Maghrib
2) Jamak Ta'khir, adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan pada waktu
yang kedua (akhir). Jamak ta'khir ada dua macam, yaitu :
Mengumpulkan shalat Dhuhur dan shalat Ashar, dikerjakan pada waktu
Ashar.
Mengumpulkan shalat Maghrib dan shalat Isya', dikerjakan pada waktu
Isya' a. Shalat yang Boleh Dijama’
Menurut sunah Rasulullah saw, shalat yang boleh dijama’ adalah shalat dzuhur dijamak dengan
shalat Ashar dan shalat maghrib dijamak dengan shalat isya’. Shalat Subuh tidak boleh
dijama’ sehingga shalat Subuh harus dilaksanakan secara terpisah dengan shalat yang lain.
Jadi, shalat Subuh tetap dilaksanakan pada waktunya.
2. SHALAT QASHAR
Qashar menurut bahasa berarti meringkas, sedangkan shalat qashar adalah meringkas
shalat wajib empat raka`at menjadi dua raka`at. Mengqashar shalat bagi orang yang
memenuhi syarat hukumnya mubah (boleh) karena merupakan rukhshah (keringanan)
dalam melaksanakan shalat bagi orang -orang yang sudah memenuhi syarat.
Shalat yang boleh diqashar adalah shalat zhuhur, ashar dan isya. Shalat Maghrib dan
Subuh tidak boleh diqashar karena jumlah rakaatnya tidak empat rakaat. Firman Allah
SWT.
:
َو ِإَذ ا َض َر ْبُتْم ِفي اْْل َْر ِض َفَلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَناٌح َأْن َتْقُصُروا ِم َن الَّص ََلِة ِإْن ِخ ْفُتْم
َأْن َيْفِتَنُك ُم اَّلِذ يَن َكَفُرواۚ ِإَّن اْلَك اِفِر يَن َك اُنوا َلُك ْم َع ُد ًّو ا ُم ِبين ا
Dalam prakteknya, shalat qashar dilaksanakan bersamaan shalat jama`, jarang shalat qashar
dilaksanakan sendiri/tidak bersamaan shalat jama. Dengan demikian, shalat jama` qashar
adalah shalat jama` yang dilaksanakan dengan cara qashar/diringkas.
.َو ِِاذَا َض َر بْتُْم فِى ااْل َْر ِض فَلَيَْس عَلَيْكُْم ُج نَاٌح اَْن تَقْص ُُر ْو ا ِم َن الصَّلََو اِة
“Apabila kamu mengadakan perjalanan di atas bumi (di darat maupun di laut) maka tidak
ada halangan bagimu untuk memendekkan shalat”. (QS. An-Nisa’, ayat 101)
Menurut madhab Syafi’i dinyatakan lebih baik mengqashar bagi orang yang musafir yang
cukup syarat-syaratnya. Demikian berdasarkan hadits sebagai berikut:
َلَّى ُهللا عfُْو ُل ِهللا صfَاَل َر سf ق: َاَلfعَِن ابِْن عَُمَر َرِض َي ُهللا عَنُْه تَعَالَى عَن ُْه ق
. ِاَِّن َهللا تَعَالَى يُِح ُّب اَْن تُْؤ تَى ُر َخ صُُه كََم ا يَكَْر ُه اَْن تُْؤ تَى َم عِْص يَتُُه: ََليِْه َو سَلََّم
)رواه
(احمد وصححه ابن خزيمة وابن حبان
Dari Ibn Umar r.a. ia berkata: rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala suka
(senang) apabila segala kelonggarannya diterima (dilaksanakan oleh kamu), sebagai mana Ia
sangat benci apabila segala kemaksiatannya dikerjakan oleh kamu”(H.R.Ahmad)
اَُص ِِّلى َفْر َض الُّظْهِر َر ْك َع َْتَِي قَْص را َم ْج ُم ْو عا اَِْلْيِه اْلعَْص ُر اَد َاء ِهلِل تََع
الَى
Lafadz niat shalat ashar qoshor jamak takdim :
2. Shalat Maghrib dan Isya’ Cara mengerjakannya, yaitu shalat Maghrib dahulu tiga
rakaat, kemudian dilanjutkan shalat Isya’ dua rakaat. Shalat Maghrib dan Isya’ ini dikerjakan pada
waktu Maghrib. Bacaan dan gerakannya seperti shalat Maghrib dan Isya’ yang biasa kita kerjakan,
yang berbeda hanya niatnya. Lafadz niat sholat maghrib jamak takdim : اَُص ِِّلى َفْر َض اْل َم
ْغ ِر ِب ث َََل َث َر َك عَاٍت َم ْج ُم ْو عا اَِْلَِي اْلِع َش اُء اَد َاء ِهلِل تَع َالَى
Lafadz niat sholat isya’ qoshor jamak takdim :
اَُص ِِّلى َفْر َض اْل ِع َش اِء َر ْك َع َْتَِي َقْص را َم ْج ُم ْو عا ِا َلَى اْل َم ْغ ِرِب اَد َاء ِهلِل
تَع َاَلى
b. Shalat Jama’ takhir dengan Qashar
Contoh shalat Jama’ Takhir dengan qashar adalah shalat Dzuhur dan Ashar. Cara mengerjakannya
adalah shalat Dzuhur dahulu dua rakaat, kemudian dilanjutkan shalat Ashar dua rakaat.Shalat
Dzuhur dan Ashar ini dikerjakan pada waktu Ashar. Gerakan dan bacaannya seperti shalat Dzuhur
dan Ashar yang biasa kita kerjakan, yang berbeda hanya niatnya. Lafadz niat sholat ashar qoshor
jamak takhir : اَُص ِِّلى َفْر َض اْل َع ْص ِر َر ْك عََْتَِي قَْص را َم ْج ُم ْو عا ا َِْلَِي الُّظْهِر اَد
َاء ِهلِل تَع َالَى
اَُص ِِّلى: Lafadz niat sholat dhuhur qoshor jamak takhir
َف ْر َض اِّلُظْه ِر َر ْك َع َْتَِي قَْص را َم ْج ُم ْو عا اِلَى اْلعَْص ِر اَد َاء ِهلِل تَع َالَى
َْت
اَُص ِِّلى َفْر َض اْلِع َش اِء َر ْك َع َِي: Lafadz niat sholat isya’ qoshor jamak takhir
قَْص را َم ْج ُم ْو عا اَِْلَِي اْل َم ْغ ِرِب اَد َاء ِهلِل تََع الَى
Lafadz niat sholat maghrib jamak takhir :
َََل
اَُص ِِّلى َفْر َض اْل َم ْغ ِر ِب ث َث َر َك عَاٍت َم ْج ُم ْو عا ِالََى اْلِعَش اِء اَد َاء ِهلِل تَع َالَى
4. HIKMAH SHOLAT JAMAK DAN QOSHOR
Begitu pentingnya shalat dalam Islam sehingga dalam keadaan bagaimanapun, seseorang tidak
diperkenankan meninggalkan shalat wajib meskipun dalam keadaaan sakit, naik kendaraan, atau
perang.
Sehubungan dengan hal itu, Islam telah mengatur melakukan shalat dalam keadaan darurat.
، فَإِْن َلـْم َيْستَِط ْع َص ِّلٰـ ى قاَِع دا، يَُص ِِّلْي اْلَم ِْر ْيُض قَاِئما إِِن اْستََطاَع
َو َج عََل، فَإِْن َلْم يَْس تَِط ْع أَْن يَْس ُجد أَْو َم أَبَِراْء ِس ِه
فَإْن لَْم يَْس تَِط ْع أَْن يَُص ِِّلَي قَاِع دا صِّلٰـ ى َع ٰل ى،ُسُجْو دَه أَْخ ف َُْْْلََض ِم ْن ُر ُك ْو َِعِه
َْْْل
، فَإِْن لَْم َيْستَِط ْع أَْن يَُص ِِّلَي َع ٰل ى َج ْنِبِه ا ِن،َج ْنِبِه ا ََيِن ُم ْستَْقبَِل اْلِْقْبلَِة
ََي
( )رواه الدار قطني.َص ِّلٰـ ى ُم ْستَْلِقـيا ِرْج لَُه ِمَّم ا َيِلي اْلِْقْبَلَة
“Orang yang sakit jika hendak melakukan shalat, apabila mampu berdiri, maka shalatnya
dengan berdiri, apabila tidak mampu berdiri, maka dengan duduk, apabila tidak mampu sujud,
maka dengan isyaroh dan menjadikan sujudnya lebih rendah daripada ruku’nya, apabila tetap
tidak mampu, maka dengan tidur miring sambil menghadap qiblat, apabila tidak masih
mampu, maka dengan mengarahkan kakinya ke arah qiblat (tidur terlentang).” (HR. Ad
Daruquthni)
Tata Cara Shalat bagi Orang Sakit Cara shalat dengan duduk
Orang sakit yang shalat dengan duduk, duduknya adalah duduk iftirasy (duduk antara dua
sujud) atau menurut kemampuanya. Adapun bacan dalam shalat, seperti niat,
Bacaan dalam shalat telentang sama dengan shalat sambil berdiri.Gerakan dalam shalat nya sama
dengan gerakan shalat sambil berbaring (tidur miring). Jika seseorang yang mengerjakan shalat
dengan telentang sudah tidak mampu lagi memberikan isyarat, baginya tidak wajib melakukan
apa-apa.
2. Shalat dalam Kendaraan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitanya dalam shalat dalam kendaraan yaitu, tata
cara bersuci dan praktik shalat dalam kendaraan.
Tata cara bersuci dalam Kendaraan
Apabila kamu sedang dalam kendaraan (naik bus misalnya) dan tidak ada kesempatan untuk
turun mengambil air wudlu, lakukan tayamum.
Tata cara tayamum yang pertama :
Tepukan kedua tanganmu pada dinding kendaraan atau kursi bagian belakang yang ada
didepanmu.Usapkan sekali untuk wajah dan teruskan (tidak usah menepukan
tangan lagi) kedua telapak tanganmu bagian luar sampai pergelangan tangan.
Sabda Rosululloh s.a.w. :
ضا ِهلِل تَع َالَى ََنَْو ْيُت التََّيُم َم ِاِل ْس ِتبَاَحِة الَّص ََلِة فَْر
Artinya : “ aku niat tayamum untuk ibadah sholat karena Allah Ta’ala.”
Praktik Shalat dalam Kendaraan
Setelah selesai tayamum, lakukan shalat dengan berbagai cara sebagai berikut.
Apabila tidak mungkin melakukan shalat dengan berdiri (karena takut terjatuh
dan sebagainya), lakukanlah shalat dengan duduk ditempat dudukmu.
Apabila tidak mungkin dapat ruku’ dan sujud sebagaimana mestinya, lakukan
dengan isyarat saja. Agar tidak terganggu oleh orang-orang yang berada dikanan
atau kirimu, beritahu
Apabila perjalanan cukup jauh, engkau dapat melakukan shalat dengan cara
kepada mereka bahwa engkau akan mengerjakan shalat. menjama’ atau
mengqasharnya.
Usahakan agar pada waktu takbiratul ihram engkau dapat menghadap kiblat. Jika
tidak dapat (misalnya kendaraan terus menuju kearah timur, utara, dan selatan),
Shalat-shalat diluar shalat fardlu disebut shalat sunah. Shalat sunah disyariatkan kepada umat Islam
selain untuk menyempurnakan (menambah atau menambal) kekurangan shalat-shalat fardlu, juga
keutamaan yang dimilikinya tidak terdapat pada amalan-amalan lain.
Berdasarkan hukumnya, shalat sunah dibedakan menjadi dua, yaitu sunah muakad dan sunah ghairu
muakad. Shalat sunah apa sajakah yang termasuk shalat sunah muakad dan sunah ghairu muakad?
Simaklah uraian materi berikut ini!
A. Ketentuan Shalat Sunah Muakad
Shalat sunah muakad adalah shalat sunah yang dikuatkan (selalu dikerjakan Rasulullah saw.
dan jarang ditinggalkannya). Oleh karena itu, setiap muslim yang ingin melaksanakan shalat
sunat muakad, sebaiknya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan shalat tersebut.
Bagaimana ketentuan melaksanakan shalat sunah muakad? Bagaimana pula cara
melaksanakannya? Untuk memahami ketentuan dan tata cara melaksanakan shalat sunah
muakad, simak beberapa ketentuan berikut!
Cara melaksanakan shalat sunah muakad sama dengan melaksanakan shalat wajib, yang
membedakan hanyalah “niat” dan ”waktu” pelaksanaanya. Beberapa hal yang perlu
6. berpindah tempat atau bergeser dari tempat semula) Bacaan sunah ada yang dibaca sirri
(berbisik) (seperti shalat Duha dan sunah rawatib) dan ada yang dibaca jahr (seperti shalat
sunah Idain).
B. Macam-macam Shalat Sunah Muakad
Cukup banyak shalat sunah muakad yang diajarkan Islam, antara lain shalat sunah rawatib,
shalat sunah malam, shalat sunah Idain, dan shalat Tahiyat Masjid serta shalat Dhuha.
1. Shalat Sunah Rawatib
Islam mensyariatkan beberapa macam shalat, baik yang fardlu maupun sunah. Shalat sunah
yang disyariatkan Islam cukup banyak. Salah satunya adalah shalat sunah rawatib. Shalat
َح ِفْظُت َع ْن َر ُسْو ِل ِهللا َص لَّى: َع ْن َْع ْبِد ِهللاْ ْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا قَاَل
ُهللا َع َْلْيِه َو َس لََّم َر ْك عََْتَِي َْقْبَل الُّظْهِر َو َر ْك عََْتَِي َبْعد الُّظْهِر َو َر ْك ع ََْتَِي َبْع َد
( )رَو اه البخارى.اْلَم ْغ ِر ِب َو َر ْك َع َْتَِي بَْع َد اْلِع َش ِاء َو َر ْك َع َْتَِي َْقْبَل اْلغَد َاِة
Artinya : “Dari Abdullah bin umar dia berkata : Saya ingat dari Rasululllah mengerjakan
shalat sunah dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat sesudah Zuhur, dua rakaat sesudah
Maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Subuh”. (HR. Bukhari) a.Adapun
shalat sunah rawatib muakad adalah Dua rakaat sebelum shalat dhuhur
هللا اكبر. اَُص ِلى ُس ن َّةً قَْبِليََّة الُّظ ْه ِر َر ْك َع ت َْي ِن ِهلِل تعالى
b. Dua rakaat sesudah shalat Dzuhur
ََّة
اَُص ل ِى ُس ن ةً بَْع ِد ي الُّظ ْه ِر : Lafadz niatnya
b. Shalat Witir
Shalat Witir adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari dengan jumlah
rakaatnya gasal (ganjil), paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat.
Waktunya setelah melaksanakan shalat Isya’ sampai terbit fajar.
Shalat witir merupakan shalat penutup dari seluruh shalat malam.
ُْو ا آَِخ َر َص َل ِت ُك ْم ِبfلم َو اْج َع لfلى هللا عليه وسfبي صfال النfق
الَّلْي ِل ِو ت ًْر ا
() رواه متفق عليه
Artinya :
Nabi Muhammad saw bersabda “Jadikanlah witir sebagai akhir shalat malammu” (H.R
Muttafaq ‘Alaih)
Lafadz Niat Shalat Witir :
c. Shalat Tahajud
Shalat Tahajud adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari. Waktu yang paling baik
untuk melaksanakannya adalah sesudah bangun tidur setelah shalat Isya’
(sepertiga malam yang terakhir). Jumlah bilangan rakaat shalat Tahajud paling sedikit
adalah dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Allah SWT berfirman.
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu:
mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji. (Q.S. al-Isra’ /17: 79)
Lafadz Niat Shalat Tahajud :
Maha suci Allah SWT dan segala puji bagi Allah SWT, tidak ada Ttuhan yang patut
disembah, kecuali Allah SWT dan Allah maha besar.
Membaca surah al-A’la sesudah membaca surah al-Fatihah pada rakaat pertama dan
surah al-Gasyiyah pada rakaat kedua, atau surah Qaf pada rakaat pertama dan surah
Al-Qamar pada rakaat kedua.
Menyaringkan bacaan takbir, Surah Al-Fatihah, Surah atau ayat al-qur’an.
e. Amalan sunnah sebelum shalat Id
Sebelum melaksanakan sholat id disunnahkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Membaca takbir (Idul Fitri mulai tenggelam matahari pada malam tanggal 1 Syawwal
sampai dengan dimulainya shalat Idul Fitri, Sedangkan Idul Adha mulai waktu Subuh
pada hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan waktu Ashar pada akhir hari
Tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah)
b) Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus dan memakai wangi-wangian
1. Shalat Dhuha
Shalat Duha memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya. Sehingga Rasulullah saw.
sangat menganjurkan pada sahabat dan seluruh kaum muslimin untuk melaksanakannya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaannya, ikutilah pembahasannya berikut:
c. Pengertian Shalat Dhuha
Adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha, yaitu ketika matahari telah terbit
atau naik kurang lebih 7 hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7
sampai jam 11, tentunya setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah
masing-masing. Shalat dhuha sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari,
atau sekitar pukul sembilan pagi. Shalat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah
(Munfarid)
Shalat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa
jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang
mengatakan maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat, dan ada juga yang
berpendapat tidak ada batasan Rasulullah saw bersabda:
أَْو َص اِنِي َخ ِلْي ِل ْي َص لَّى هللاُ َع َلْي: أ َِبي ُه َر ْي َر َة َقَاَل َع ْن
َس ل ََّم ِب ث ََل ٍث ِبِص َي اِم ث ََل ِه َو
أَي َّاٍم ِفي ُك ِل َش ْه ٍر َو َر ْك َع ت َى الُّض َح ى َو أَْن أُْو ِت َر ث َِة
(اَْن أَن َاَم ) متفق عليه َقْب َل
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, ”Telah berpesan kepada saya kekasih saya Nabi
Muhammad saw dengan tiga perkara yaitu berpuasa tiga hari pada tiap-tiap bulan, shalat
Duha dua rakaat dan shalat Witir sebelum tidur” (H.R Muttafaq ’Alaih)
b. Bilangan rakaat shalat Dhuha minimal 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat
“ Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, keagungan itu keagungan-Mu,
keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, keukasaan itu adalah
kekasaan-Mu, perlindungan itu adalah perlindungan-Mu, ya Allah jika rizkiku ada di atas langit
maka turunkanlah dan jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah dan jika sulit maka
mudahkanlah dan jika haram maka sucikanlah dan jika jauh maka dekatkanlah dengan
kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu
limpahkan kepada kami ya Allah, apa saja yang telah engkau limpahkan kepada hamabahamba-
Mu yang shalih.
B. Ketentuan Shalat Sunah Ghairu Muakad
Shalat sunah ghairu muakad adalah shalat sunah yang tidak dikuatkan
(kadangkadang dikerjakan Rasulullah saw. kadang-kadang tidak).
Bagaimana ketentuan melaksanakan shalat sunah ghairu muakad? Bagaimana pula cara
melaksanakannya? Untuk memahami ketentuan dan tata cara melaksanakan shalat sunah ghairu
muakad, simak beberapa ketentuan sebagai berikut!
Cara melaksanakan shalat sunah ghairu muakad adalah sama dengan melaksanakan shalat wajib,
yang membedakan hanyalah niat dan waktu pelaksanaannya. Gerakan dan bacaannya sama.
Meskipun demikian, dalam melaksanakan shalat sunah ghairu muakad ada beberapa hal
6. (memulai shalat diawali dengan niat menurut macam shalatnya. pindah tempat atau bergeser
dari tempat semula)
: قَاَل َرُس وُل ِهللا َص ل َُّهللا َع لَيِه َو َس لََّم: َعْن َعْبدِهللا ْبِن ُم َغفٍَّل قَاَل
ثَُّم قَاَل ِفي الثَّاِلثَِة "ِلَم ْن َشاَء " َك َر اِهيََة اَْن َيت ََخ ذََها. َص لُّو ا قَْبَل اْلَم ْغ ِرِب
ًَّة
(النَّاُس ُس ن )رواه البخارى
Artinya: “Dari Abdullah bin Mugaffal Ra. Ia berkata: Rasululah saw bersabda: Salatlah
sebelum magrib, Salatlah sebelum magrib, kemudian pada kali yang ketiga beliau
bersabda: “bagi yang menghendakinya”.(Beliau bersabda demikian)karena takut
orangorang menganggapnya sebagai sunnah muakkad.” (HR. Bukhari).
c. Dua rakaat sebelum shalat Isya
قَاَل َرُس وُل: َعْن َعْبدِهللا ْبِن ُم َغفٍَّل َرِض َي الل ُه َع ْنُه قَاَل:Sabda Rasulullah saw
ِهللا َص ل َُّهللا َع لَيِه
ثَُّم قَاَل فِي الثَّاِلثَِة "ِلَم ْن َش اَء " )رواه, بَْيَن ُك ِل اَذ َنْيِن َص لٌَة: َو َس لََّم
(اجماعة
Artinya: ““Dari Abdullah bin Mugaffal Ra. Ia berkata: Rasululah saw bersabda: ‘antara kedua
azan itu ada shalat sunah, ‘antara kedua azan itu ada shalat sunah,kemudian pada kali
yang ketiga beliau bersabda: “bagi yang menghendakinya”. (HR. Jamaah)
َخ َرَج اَلنَّبُِّي صلى هللا عليه: َع ِن اْبِن َع بَّاٍس َرِض َي َُّهلَلا َع ْنُهَم ا قَاَل
َك َم ا, َفَص لَّى َر ْك عَتَْيِن, ُم تََض ِرًع ا, ُم تََر ِس ًل, ُم تََخ ِش عًا, ُم تَبَِذ ًال,وسلم ُم تََواِض عًا
يَُص ِل ي
َو َص َّح َح ُه اِ َلت ْر ِ م, لَْم يَْخ ُطْب ُخ ْطبَتَُك ْم َهِ ذِ ه ) َر َو اُه اَْلَخ ْم َس ُة,ِ في اَِْل عِ يد
( َو اْبُن ِح بَّاَن, َو أَبُو َع َو انََة, ِذُّي
Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar
dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu
beliau shalat dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada
shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini. Riwayat Imam Lima dan
dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban.
Shalat sunnah istisqa’ ini hukumnya sunnah biasa, dikerjakan 2 rakaat saja bertempat di
tanah lapang dengan berjamaah ketika musim kemarau.
ُك نَّا ِع َْنَد َرُس وِل َِّهللا َص لَّى َُّهللا َع لَْيِه َو َس لََّم فَاْنَك َس فَْت الَّش ْم ُس فَقَاَم النَّبُِّي
َص لَّى َُّهللا َع لَْيِه َو َس لََّم يَُج ُّر َِر َد اَءُه َح تَّى َ َد َخ َل اْلَم ْس َِج َد ََفََد ْلَنا َفَص لَّى ِبنَا
َر ْك عَتَْيِن َح تَّى اْنَج َلْت الَّش ْم ُس فَقَاَل َص لَّى َُّهللا َع لَْيِه َو َس لََّم إَِّن الَّش ْم َس
َو اْلقََمَر اَل يَْنَك ِس فَاِن ِلَم ْو ِت أََح ٍد فَِإذَا َر أَْيتُُم وُهَم ا َفَص لُّو ا َو اْدُعوا َح تَّى ي
ُْك َش َ َ َم ا بُِكْم
“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu terjadi
gerhana matahari. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berjalan cepat
sambil menyeret selendangnya hingga masuk ke dalam masjid, maka kamipun ikut masuk ke
dalam masjid. Beliau lalu mengimami kami shalat dua rakaat hingga matahari kembali
nampak bersinar. Setelah itu beliau bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak
mengalami gerhana disebabkan karena matinya seseorang. Jika kalian melihat gerhana
keduanya, maka dirikanlah shalat dan berdoalah hingga selesai gerhana yang terjadi pada
kalian.” (HR. Al-Bukhari).
4. Salat istikharah
Shalat istikharah adalah shalat sunah dua rakaat dikerjakan menjelang tidur malam hari. Tujuan
agar dipilihkan yang lebih baik dari dua pilihan oleh Allah SWT. Pilihan tersebut ditunjukan
lewat mimpi tidur malam.
Apabila sekali shalat istikharah belum diberi pilihan oleh Allah swt maka agar malam-malam
berikutnya diulang shalat lagi sampai Allah memberikan pilihan. :Dari Shahabat Jabir bin
‘َك اَن َرُس وُل َِّهللا َص لَّى َُّهللا َع لَْيِه َو َس لََّم يُعَِلAbdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata
ُم نَا ااِل ْس تَِخ اَر َة فِي اْلُُم وِر ُك ِل َها َك َم ا يُعَِل ُم نَا الُّس وَر َة ِم ْن اْلقُْر آِن يَق ُو ُل إِذ َا َهَّم
أََح ُد ُك ْم بِاْلَْم ِر فَْليَْر َك ْع َر ْك عَتَْيِن ِم ْن َ ْيِر اْلفَِريَض ِة ثَُّم ِلَيقُْل
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengajari kami shalat istikharah dalam setiap perkara /
urusan yang kami hadapai, sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Quran.
Beliau berkata, “Jika salah seorang di antara kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah
shalat dua raka’at yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah…”. (HR. Al-Bukhari)