MTsN 5 TULUNGAGUNG
2020/2021
BAB V
Setiap orang islam yang sudah memenuhi ketentuan dalam shalat Jum’at, wajib baginya
melaksanakan shalat jum’at. Shalat Jum’at merupakan salah satu shalat yang wajib dilaksanakan
selain shalat fardu 5 waktu . Shalat jum’at oleh umat islam biasa dipahami sebagai pengganti shalat
dzuhur.Pendapat ini muncul karena shalat jum’at dilaksanakan pada waktu shalat dzuhur.
Pembahasan ketentuan shalat dan khotbah jum’at meliputi pengertian shalat jum’at dan
hukumnya, syarat wajib dan syarat sah shalat jum’at.
1. Pengertian shalat Jum’at dan hukumnya
Shalat jum’at adalah shalat wajib dua rakaat yang dilakukan sesudah khotbah pada waktu
dzuhur dihari jum’at. Dengan demikian, shalat jum’at hanya sekali dalam seminggu. Shalat
jum’at hukumnya fardlu ain bagi setiap muslim laki-laki yang sudah dewasa, berakal sehat,
merdeka, dan tidak sedang musafir.Allah SWT berfirman
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melakssanakan shalat dihari
jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah SWT dan tinggalkanlah jual beli… (Q.S. al-
Jumu’ah/62:9)
Di samping mendatangkan pahala, shalat Jum’at juga menjadi pembersih dosa antara Jum’at
tersebut dan Jum’at berikutnya, sebagaimana hadits Nabi saw:
ْ غ ِم ْن ُخ
طبَ ِت ِه َ ت َحتَّى يَ ْف ُر
َ ص َ َس َل ث ُ َّم أَتَى ْال ُج ُم َعةَ ف
َ صلَّى َما قُد َِر لَهُ ث ُ َّم أَ ْن َ ََم ِن ا ْغت
ْ َغ ِف َر لَهُ َما بَ ْينَهُ َوبَيْنَ ْال ُج ُم َع ِة ْاْل ُ ْخ َرى َوف
ض ُل ثَ ََلثَ ٍة أَي ٍَّام ُ ُص ِلي َم َعه َ ُث ُ َّم ي
“Barangsiapa mandi kemudian mendatangi Jum’at, lalu shalat (sunnah) yang ditakdirkan
(dimudahkan) Allah Subhanahu wata’ala baginya, serta diam sampai (imam) selesai dari
khutbahnya dan shalat bersamanya, diampuni baginya antara Jum’at itu hingga Jum’at
berikutnya, ditambah tiga hari.” (Shahih Muslim, Kitabul Jum’ah)
Apabila seseorang ditutup hatinya, dia akan lalai melakukan amalan yang bermanfaat dan lalai
meninggalkan hal yang memudharatkan (membahayakan).
Hadits ini termasuk ancaman yang keras terhadap orang yang meninggalkan dan meremehkan
Jum’atan. Juga menunjukkan bahwa meninggalkannya adalah faktor utama seseorang akan
diabaikan oleh Allah swt.
Jum’at itu hak yang wajib dikerjakan oleh setiap orang islam dengan berjamaah, kecuali
empat macam orang, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak-anak, dan orang sakit. (H.r.
Abu Dawud)
2. Syarat wajib dan Syarat Sah Shalat Jum’at
Syarat-syarat shalat jum’at meliputi syarat wajib dan syarat sah shalat. Kedua syarat itu
harus diketahui dan dipahami oleh setiap muslim yang hendak melaksanakan sholat jum’at.
a. Syarat Wajib Shalat Jum’at
Shalat jum’at wajib dilakukan apabila memenuhi persyaratan berikut ;
1. Muslim
Dengan demikian, orang kafir tidak wajib Jum’atan, bahkan jika mengerjakannya
dianggap tidak sah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ُ َو َما َمنَعَ ُه ْم اَ ْن ت ُ ْقبَ َل ِم ْن ُه ْم نَفَقَات ُ ُه ْم ا ََِّّل اَنَّ ُه ْم َكفَ ُر ْوا ِباالل ِه َوبِ َر
س ْو ِل ِه
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (at-Taubah: 54)
2. Baligh
Anak kecil yang belum baligh tidak wajib Jum’atan karena belum dibebani syariat.
Meskipun demikian, anak laki-laki yang sudah mumayyiz (biasanya berusia tujuh tahun
lebih), dianjurkan kepada walinya agar memerintahnya menghadiri shalat Jum’at. Hal ini
berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
علَ ْي َها َ س ْب َع ِسنِيْنَ َواِذَا بَلَ َغ
َ ُع ْش َر ِسنِيْنَ فَاض ِْربُ ْوه َ صَلةِ ِإذَا بَلَ َغ
َّ ي ِبال
َّ ص ِب
َّ ُم ُر ْوا ال
“Suruhlah olehmu kanak-kanak itu sembahyang apabila sudah berumur tujuh tahun dan
apabila ia sudah berumur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul jika ia
meninggalkan sembahyang.” (HR. At-Tirmidzi)
3. Berakal
Orang yang tidak berakal (gila) secara total berarti dia bukan orang yang cakap untuk
diarahkan kepadanya perintah syariat atau larangannya. Nabi saw bersabda,
ع ِن
َ ظ َو َ ي َحتَّى يَ ْبلُ َغ َو
َ ع ِن النَّائِ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْي َق ِِّ ص ِب
َّ ع ِن ال
َ ث َ ُرفِ َع ْالقَلَ ُم
ٍ ع ْن ثَ ََل
)ْال َم ْجنُ ْو ِن َحت َّى يَ ِف ْيقَ (رواه ابو داود وابن ماجه حديث صحيح
“Pena terangkat dari tiga golongan : dari anak kecil sampai dia dewasa, dari orang yang
tidur sampai dia bangun, dan dari orang gila sampai dia (kembali) berakal (waras).”
(Shahih Sunan at-Tirmidz
4. Laki-laki, merdeka, dan sehat
Maka dari itu, tidak wajib shalat Jum’at atas perempuan, sebagaimana sabda Nabi saw.,
Sepantasnyalah muslim itu mandi dan harum-haruman serta menggosok gigi pada hari
jum’at. (H.R. Ahmad )
4) Memotong kuku, mencukur kumis dan menyisir rambut
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa shalat jum’at hendaknya dilakukan secara tertib,
bersih, dan rapi sehingga dapat menumbuhkan rasa nyaman dan baik. Selain itu,
melaksanakan ibadah dalam suasana yang baik seperti itu dapat menjadi daya tarik sendiri
bagi masyarakat. Dengan demikian, amalan sunah dapat berfungsi sebagai sarana dakwah
islamiah ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
1. Adab shalat jum’at
Dalam melaksanakan sholat jum’at setiap muslim untuk mematuhi tata laksana sholat jum’at
a. Sebelum berangkat ke masjid, hendaklah terlebih dahulu mandi jum`at, memotong kuku
dan kumis, berpakaian bersih dan putih, dan memakai wangi-wangian
b. Hendaknya berangkat ke mesjid lebih awal
c. Mengisi shaf yang kosong, kemudian mengerjalan shalat “tahiyatul masjid” sebanyak
dua roka’at
d. memperbanyak dzikir, do’a, membaca shalawat Nabi atau membaca al-Qur’an sebelum
imam naik mimbar
e. Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jama’ah dan mengantuk/tidur,
sehingga tidak mengetahui isi khutbah Sabda Rasulullah Saw:
َ ب فَقَ ْد لَغ َْو
.ت ُ اال َما ُم َي ْخ
ُ ط ِ ت َو ِ اح ِب َك َي ْو َم ْال ُج ْمعَ ِة اَ ْن
ْ ص ِ ص َ اِذَا قُ ْل
َ ت ِل
“Apabila Anda berkata kepada temanmu, pada hari jum’at “diamlah” padahal imam
telah menyampaikan khutbahnya, maka jum’atmu sia-sia”. (HR. Bukhari dan Muslim).
f. Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah kiblat. Dari Muthi’
ibnul Hakam ra, bahwa Nabi saw.
الم ْنبَر ؛ أَ ْقبلنَا بِ ُو ُج ْوهنَا إِلَيْه َ َكانَ ِإذَا
ِ َصعد
“Apabila beliau naik mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke
beliau” )HR. Bukhari Muslim)
g. Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua khutbah.
Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang banyak
dikabulkannya doa saat itu).
2. Beberapa hal yang Membatalkan Shalat Jum’at
Yang membatalkan shalat Jum’at adalah semua yang membatalkan shalat fardlu. Yang
membatalkan pahala shalat Jum’at (saat khotbah berlangsung) adalah :
a. Bercakap-cakap atau bergurauan antara sesama jamaah
b. Mengingat atau menegur jamaah lain yang sedang bercakap-cakap
c. Tiduran dengan sengaja
يَاأَيِّ َها الِّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتِّقُوا اللهَ َح ِّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوت ُ ِّن إِالِّ َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون
Khatib membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu khotbah.
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar
potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-
Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau
larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:
لى ُك ِِّل
َ ع ِ ْ ونوا يَأ
َ َت ِب ُك ُم اللهُ َج ِميعا ِإ َّن الله ُ ت أَيْنَ َما ت َ ُك
ِ فَا ْستبَقُوا اْل َخي َْرا
ٌ َئ قَد
ِير ٍ ش
(QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
Khotib berdo’a yang ditujukan kepada muslimin dan muslimat yang berisi permohonan
ampun atas segala dosa.
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz doa yang intinya meminta kepada Allah
kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat .
Atau kalimat Allahumma ajirna minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:
ِ َو ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا،ِاللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َمات
ِ َت اْْل َ ْحي
اء ِم ْن ُه ْم
.تِ ع َوا َ ِّْب الدُ ْب ُم ِجي َ إِنَّ َك،َِواْْل َ ْم َوات
ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِري
a) Khutbah I (pertama)
ِ سيِّئَا
ت َ ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو ُ إ ِّن ْال َح ْمدَ ِلل ِه ن َْح َمدُهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذُ ِبالل ِه ِم ْن
ِّ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ إِلهَ ِإال,ُِي لَه َ ض ِل ْل فََلَ هَاد ْ ُض ِّل لَهُ َو َم ْن ي ِ أَ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه اللهُ فََلَ ُم
ُس ْولُه
ُ ع ْبدُهُ َو َر َ اللهُ َوأَ ْش َهدُ أ َ ِّن ُم َح ِّمدا
ان إِلَى َي ْو ِم ٍ س َ ص َحا ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ِبإِ ْح ْ َعلى آ ِل ِه ِوأ َ على ُم َح ِّم ٍد َو َ سلِّ ْم َ اَلل ُه ِّم
َ ص ِّل َو
:قَا َل اللهُ ت َعالَى.الدِّيْن
َيَاأَيِّ َها الِّذَيْنَ آ َمنُ ْوا اتِّقُوا اللهَ َح ِّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوت ُ ِّن إِالِّ َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون
ص ِل ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ِف ْرلَ ُك ْم ْ ُس ِديْدا ي َ َياأَيِّ َها الِّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتِّقُوا اللهَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوال
ص ْي ُك ْم َونَ ْفسِي ِ أَ ِّما َب ْعدُ ا ُ ْو،ع ِظيْما َ س ْولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْوزا ُ ذُنُ ْو َب ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ اللهَ َو َر
عتِ ِه ل َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون
َ طا َ ِبتَ ْق َوى الله َو
Memberi wasiat hendaklah disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Dalam memberi wasiat ini
hendaklah membaca ayat Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar wasiat dalam menyampaikan
khutbah
Di akhir khutbah pertama ini, marilah kita dekatkan diri kita kepada Allah, dan Selama masih
hidup, manusia senantiasa perlu bertaubat dan istighfar kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
ت َوال ِذِّ ْك ِر ْال َح ِكي ِْمِ ار َك الله ِلي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْراَ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِ ْي ِب ِه ِمنَ االَ َيا َ َب
ُت فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْوه ِ سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما َ أَقُ ْو ُل قَ ْو ِلي َهذَا أ َ ْستَ ْغ ِف ُر الله ِلي َولَ ُك ْم َو ِل
ِّ ِإنِّهُ ُه َو اْلغَفُ ْو ُر
الر ِح ْي ُم
Atau dalam kalimat yang lain:
َّ اَّلمنِيْنَ َوا َ ْد ِخ ْلنَا َواِيَّا ُك ْم فِ ْي ُز ْم َرةِ ال
َصا ِل ِحيْن ِ ََج َعلَنَا اللهُ َواِيَّا ُك ْم ِمنَ ْالفَائِ ِزيْن
ِ سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما
ت َ اَقُ ْو ُل قَ ْو ِلى هذَا َوا ْست َ ْغ ِف ُر اللهَ ْالعَ ِظي ِْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل
. َاح ِميْن َّ ت َخي ُْر
ِ الر َ ب ا ْغ ِف ْر َواَ ْن َّ فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْوهُ اِنَّهُ ُه َو ْالغَفُ ْو ُر
ِ ِّ الر ِحي ِْم َوقُ ْل َر
b. Khutbah II (kedua)
1. Selesai khutbah pertama khatib duduk sebentar lalu berdiri untuk khutbah kedua
2. Boleh menyampaikan kesimpulan khutbah 1 (pertama) setelah membaca hamdallah, dua
kalimat sahadat dan shalawat atas Nabi Muhammad Saw (seperti pada khutbah pertama di
atas).
3. Setelah itu diakhiri dengan membaca do’a:
ص ْر َم ْنُ اَللِّ ُه َّم ا ْن.ِت َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َمات ِ اَللِّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا
اختِ ْم لَنَا بِ ُح ْس ِن ْ ان َو ِ ِاختِ ْم لَنَا ب
ِ اال ْي َم ْ اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل ْال ُم ْس ِل ِميْنَ اَللِّ ُه َّم ْ ص َر ال ِدِّيْنَ َو َ َن
َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن ا َ ْز َوا ِجنَا َوذُ ِ ِّريَّ ِتنَا.س ْو ِء ْالخَا ِت َم ِة ُ ْالخَا ِت َم ِة َوالَ تَ ْج َع ْل ا َ ِخ ُر اَ َجلَنَا ِب
سنَة َ الآلخ َرةِ َح ِ سنَة َوفِي َ َربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح.اج َع ْلنَا ِل ْل ُمت َّ ِقيْنَ اِ َماما ْ قُ َّرةَ اَ ْعيُ ٍن َو
.ار َ َعذ
ِ َّاب الن َ َوقِنَا
4. Kalimat penutup khutbah kedua
َ ى ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى
ع ِن ْ اء ِذِ َان َواِ ْيتِ سَ اال ْح ِ ا َِّن اللهَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َو.ِعبَادَ الل ِه
ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ فَا ْذ ُك ُروا اللهَ ْال َع ِظي َْم
ُ َآء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َب ْغي ِ يَ ِع
ِ ْالفَ ْحش
.يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر الل ِه ا َ ْكبَ ُر
5. Khatib turun dari mimbar dan bersamaan dengan itu muadzin mengumandangkan iqamah
BAB VI
DAHSYATNYA AJARAN ISLAM
DIBALIK KEWAJIBAN ADA KERINGANAN
Ibadah shalat merupakan ibadah yang tidak dapat ditinggalkan walau dalam keadaan apapun. Hal
ini berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti puasa, zakat dan haji. Jika seseorang sedang
sakit pada bulan ramadhan dan tidak mampu untuk berpuasa, maka ia boleh tidak berpuasa dan
harus menggantinya pada hari lain. Orang yang tidak mampu membayar zakat ia tidak wajib
membayar zakat. Demikian pula halnya dengan ibadah haji, bila seseorang tidak mampu maka tidak
ada kewjiban baginya.
Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim selama masih memiliki akal dan
ingatannya masih normal. Kewajiban tersebut harus dilakukan tepat pada waktunya. Halangan untuk
tidak mengerjakan shalat hanya ada tiga macam, yaitu hilang akal seperti gila atau tidak sadar,
karena tidur dan lupa (namun demikian ada kewajiban mengqadha di waktu lain). Betapa
pentingnya ibadah shalat ini, Rasulullah pernah bersabda:
Namun demikian Allah SWT tidak membebani hambanya dengan sesuatu yang tidak mampu
dikerjakan hambanya.
Shalat Jama’ dan Qashar merupakan suatu keringana (rukhsah) yang diberikan Allah SWT
kepada semua umat Islam yang sedang kesulitan dalam menjalankan ibadah shalat, seperti seseorang
terancam jiwanya, hartanya, atau kehormatanya. Untuk mengetahui lebih jauh pembahasan
mengenai shalat jama’ dan Qashar serta shalat dalam keadaan darurat, ikuti pembahasan berikut ini.
1. SHOLAT JAMA’
Secara bahasa, jama’ artinya mengumpulkan, sedangkan menurut istilah syariat Islam,
shalat Jama’ adalah mengumpulkan dua shalat fardlu yang dilakukan secara berurutan dalam
satu waktu.
Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah dalam melaksanakan shalat dalam
ِ ب َو ْال ِعش
َاء فِى لَّ ْيلَ ٍة ِ سلَّ َم َج َم َع َبيْنَ ْال َم ْغ ِر َ ُصلَّى الله
َ علَ ْي ِه َو َ يِِّ اَ َّن النَّ ِب
) (رواه البخارى.ٍَم ِطي َْرة
“Bahwasanya Nabi Saw. Menjama’ shalat Maghrib dan ‘Isya di malam yang hujan
lebat”. (HR. Bukhari)
2. SHALAT QASHAR
Qashar menurut bahasa berarti meringkas, sedangkan shalat qashar adalah meringkas
shalat wajib empat raka`at menjadi dua raka`at. Mengqashar shalat bagi orang yang
memenuhi syarat hukumnya mubah (boleh) karena merupakan rukhshah (keringanan) dalam
melaksanakan shalat bagi orang -orang yang sudah memenuhi syarat.
Shalat yang boleh diqashar adalah shalat zhuhur, ashar dan isya. Shalat Maghrib dan
Subuh tidak boleh diqashar karena jumlah rakaatnya tidak empat rakaat. Firman Allah SWT.
:
َّ ح أ َ ْن ت َقْ صُ ُر وا ِم َن ال
ص ََل ة ِ إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم ٌ ج ن َا ُ ْس عَ ل َ ي ْ ك ُ ْمَ ض فَلَي ِ اْل َ ْر ْ ض َر ب ْ ت ُ ْم ف ِ ي
َ َو إ ِ ذ َ ا
أ َ ْن ي َ ف ْ ت ِ ن َ ك ُ مُ ال َّ ِذ ي َن كَ ف َ ُر وا ۚ إ ِ َّن ال ْ كَ ا ف ِ ِر ي َن كَ ا ن ُ وا ل َ ك ُ ْم ع َ د ًُّو ا ُم ب ِ ين ا
Artinya : "Dan apabila kamu bepergian di atas bumi, maka tidaklah mengapa kamu
meringkas shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh kamu yang amat nyata`: (QS. An Nisa : 101)
Dalam prakteknya, shalat qashar dilaksanakan bersamaan shalat jama`, jarang shalat qashar
dilaksanakan sendiri/tidak bersamaan shalat jama. Dengan demikian, shalat jama` qashar
adalah shalat jama` yang dilaksanakan dengan cara qashar/diringkas.
Menurut madhab Syafi’i dinyatakan lebih baik mengqashar bagi orang yang musafir yang
cukup syarat-syaratnya. Demikian berdasarkan hadits sebagai berikut:
علَ ْي ِه
َ ُصلَّى الله ُ قَا َل َر:ع ْنهُ قَا َل
َ س ْو ُل الل ِه َ ع ْنهُ تَعَالَىَ ُع َم َر َر ِض َي الله ُ ع َِن ا ْب ِن
(رواه.ُصهُ َك َما يَ ْك َرهُ ا َ ْن ت ُ ْؤتَى َم ْع ِصيَتُه ُّ ا َِّن اللهَ تَعَالَى يُ ِح:سلَّ َم
ُ ب اَ ْن ت ُ ْؤتَى ُر َخ َ َو
)احمد وصححه ابن خزيمة وابن حبان
Dari Ibn Umar r.a. ia berkata: rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala suka
(senang) apabila segala kelonggarannya diterima (dilaksanakan oleh kamu), sebagai mana Ia
sangat benci apabila segala kemaksiatannya dikerjakan oleh kamu”(H.R.Ahmad)
1. Shalat jamak dan Qashar merupakan rukhsah (kemurahan) dari Allah SWT terhadap
hamba-Nya manakala kita sedang bepergian sehingga dapat melaksanakan ibadah secara
mudah sesuai dengan kondisinya
2. Melaksanakan shalat secara jamak dan Qashar mengandung arti bahwa Allah SWT
tidak memperberat terhadap hamba-Nya karena sekalipun shalatnya dikumpulkan dan
diringkas tetapi tidak mengurangi pahalanya.
3. Disyariatkan shalat jamak dan Qashar supaya manusia tidak berani meninggalkan shalat
karena ia dapat melaksanakan dengan mudah dan cepat.
Begitu pentingnya shalat dalam Islam sehingga dalam keadaan bagaimanapun, seseorang
tidak diperkenankan meninggalkan shalat wajib meskipun dalam keadaaan sakit, naik kendaraan,
atau perang.
Sehubungan dengan hal itu, Islam telah mengatur melakukan shalat dalam keadaan darurat.
،صلِّ ٰـى قا َ ِعدا َ فَإِ ْن لَـ ْم يَ ْست َ ِط ْع،ع َ طا َ َْض قَائِما إِ ِن ا ْست ُ ص ِلِّ ْي ْال َم ِري َ ُي
َو َجعَ َل،فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع أَ ْن يَ ْس ُجدَ أَ ْو َمأ َبِ َرا ْء ِس ِه
ع ٰلى
َ ي قَا ِعدا صلِّ ٰـى َ ِّص ِل
َ ُإن لَ ْم يَ ْست َ ِط ْع أَ ْن ي
ْ َ ف،ض ِم ْن ُر ُك ْو ِع ِه َ َس ُج ْودَهُ أَ ْخف ُ
،ع ٰلى َج ْن ِب ِه اْْل َ ْي َم ِن
َ ي َ ُ فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْست َ ِط ْع أَ ْن ي،َج ْن ِب ِه اْْل َ ْي َم ِن ُم ْست َ ْقبِ َل ْال ِق ْبلَ ِة
َ ِّص ِل
) (رواه الدار قطني.َصلِّ ٰـى ُم ْست َ ْل ِقـيا ِر ْجلَهُ ِم َّما يَ ِلي اْل ِق ْبلَة َ
“Orang yang sakit jika hendak melakukan shalat, apabila mampu berdiri, maka shalatnya
dengan berdiri, apabila tidak mampu berdiri, maka dengan duduk, apabila tidak mampu sujud,
maka dengan isyaroh dan menjadikan sujudnya lebih rendah daripada ruku’nya, apabila tetap
tidak mampu, maka dengan tidur miring sambil menghadap qiblat, apabila tidak masih
mampu, maka dengan mengarahkan kakinya ke arah qiblat (tidur terlentang).” (HR. Ad
Daruquthni)
Bacaan dalam shalat telentang sama dengan shalat sambil berdiri.Gerakan dalam shalat nya
sama dengan gerakan shalat sambil berbaring (tidur miring). Jika seseorang yang mengerjakan
shalat dengan telentang sudah tidak mampu lagi memberikan isyarat, baginya tidak wajib
melakukan apa-apa.
2. Shalat dalam Kendaraan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitanya dalam shalat dalam
kendaraan yaitu, tata cara bersuci dan praktik shalat dalam kendaraan.
Tata cara bersuci dalam Kendaraan
Apabila kamu sedang dalam kendaraan (naik bus misalnya) dan tidak ada
kesempatan untuk turun mengambil air wudlu, lakukan tayamum.
Tata cara tayamum yang pertama :
Tepukan kedua tanganmu pada dinding kendaraan atau kursi bagian belakang
yang ada didepanmu.Usapkan sekali untuk wajah dan teruskan (tidak usah
menepukan tangan lagi) kedua telapak tanganmu bagian luar sampai pergelangan
tangan.
Apabila tidak mungkin melakukan shalat dengan berdiri (karena takut terjatuh
dan sebagainya), lakukanlah shalat dengan duduk ditempat dudukmu.
Apabila tidak mungkin dapat ruku’ dan sujud sebagaimana mestinya, lakukan
dengan isyarat saja.
Agar tidak terganggu oleh orang-orang yang berada dikanan atau kirimu, beritahu
kepada mereka bahwa engkau akan mengerjakan shalat.
Apabila perjalanan cukup jauh, engkau dapat melakukan shalat dengan cara
menjama’ atau mengqasharnya.
Usahakan agar pada waktu takbiratul ihram engkau dapat menghadap kiblat. Jika
tidak dapat (misalnya kendaraan terus menuju kearah timur, utara, dan selatan),
niatkan dihatimu bahwa engkau menghadap kiblat.
Gerakan salam tetap dilakukan kekanan dahulu, walaupun saat itu kendaraan
tidak menghadap kearah barat.
Shalat-shalat diluar shalat fardlu disebut shalat sunah. Shalat sunah disyariatkan kepada umat Islam
selain untuk menyempurnakan (menambah atau menambal) kekurangan shalat-shalat fardlu, juga
keutamaan yang dimilikinya tidak terdapat pada amalan-amalan lain.
Berdasarkan hukumnya, shalat sunah dibedakan menjadi dua, yaitu sunah muakad dan sunah ghairu
muakad. Shalat sunah apa sajakah yang termasuk shalat sunah muakad dan sunah ghairu muakad?
Simaklah uraian materi berikut ini!
A. Ketentuan Shalat Sunah Muakad
Shalat sunah muakad adalah shalat sunah yang dikuatkan (selalu dikerjakan Rasulullah
saw. dan jarang ditinggalkannya). Oleh karena itu, setiap muslim yang ingin melaksanakan
shalat sunat muakad, sebaiknya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan shalat
tersebut.
Bagaimana ketentuan melaksanakan shalat sunah muakad? Bagaimana pula cara
melaksanakannya? Untuk memahami ketentuan dan tata cara melaksanakan shalat sunah
muakad, simak beberapa ketentuan berikut!
Cara melaksanakan shalat sunah muakad sama dengan melaksanakan shalat wajib, yang
membedakan hanyalah “niat” dan ”waktu” pelaksanaanya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Tidak didahului adzan dan iqamah
2. Dilaksanakannya secara munfarid (sendirian), kecuali shalat sunah Idain
3. Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya
4. Dilaksanakan dengan dua rakat salam,
5. Tempat melaksanakan sunah muakad sebaiknya berbeda dengan shalat wajib (dengan
berpindah tempat atau bergeser dari tempat semula)
6. Bacaan sunah ada yang dibaca sirri (berbisik) (seperti shalat Duha dan sunah rawatib) dan
ada yang dibaca jahr (seperti shalat sunah Idain).
B. Macam-macam Shalat Sunah Muakad
Cukup banyak shalat sunah muakad yang diajarkan Islam, antara lain shalat sunah rawatib,
shalat sunah malam, shalat sunah Idain, dan shalat Tahiyat Masjid serta shalat Dhuha.
1. Shalat Sunah Rawatib
Islam mensyariatkan beberapa macam shalat, baik yang fardlu maupun sunah. Shalat
sunah yang disyariatkan Islam cukup banyak. Salah satunya adalah shalat sunah rawatib.
Shalat sunah rawatib ialah shalat sunah yang mengikuti atau menyertai shalat fardlu lima
waktu, baik sebelum atau sesudah shalat fardlu.
Shalat sunah yang sebelum shalat fardlu disebut shalat sunah rawatib qabliyah, yang
dilakukan sesudah shalat fardlu disebut rawatib bakdiyah.
Hadits Nabi :
ُ ع ْن َر
س ْو ِل الل ِه َ ُظت ْ َح ِف: ع ْن ُه َما قَا َل
َ ُي الله َ ض ِ ع َم َر َر َ ع ْن
ُ ع ْب ِد الل ِه ب ِْن َ
ُّ َالظ ْه ِر َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْعد
َالظ ْه ِر َو َر ْكعَتَي ِْن بَ ْعد ُّ سلَّ َم َر ْكعَتَي ِْن قَ ْب َلَ علَ ْي ِه َوَ ُصلَّى الله َ
) (رواه البخارى.شاِء َو َر ْك َعتَي ِْن قَ ْب َل ْالغَدَاِة َ ب َو َر ْك َعتَي ِْن بَ ْعدَ ْال ِع
ِ ْال َم ْغ ِر
Artinya : “Dari Abdullah bin umar dia berkata : Saya ingat dari Rasululllah mengerjakan
shalat sunah dua rakaat sebelum Zuhur, dua rakaat sesudah Zuhur, dua rakaat sesudah
Maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Subuh”. (HR. Bukhari)
Adapun shalat sunah rawatib muakad adalah
a. Dua rakaat sebelum shalat dhuhur
ُّ سنَّةً قَ ْب ِليَّةَ ال
الله اكبر. ظ ْه ِر َر ْكعَتَ ْي ِن ِلل ِه تعالى َ ُا
ُ ص ِلى
b. Shalat Witir
Shalat Witir adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari dengan jumlah
rakaatnya gasal (ganjil), paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat.
Waktunya setelah melaksanakan shalat Isya’ sampai terbit fajar.
Shalat witir merupakan shalat penutup dari seluruh shalat malam.
c. Shalat Tahajud
Shalat Tahajud adalah shalat sunah yang dilakukan pada malam hari. Waktu yang
paling baik untuk melaksanakannya adalah sesudah bangun tidur setelah shalat Isya’
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan
bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji. (Q.S. al-Isra’
/17: 79)
Lafadz Niat Shalat Tahajud :
سلَّ َم أَ ْن
َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى الله َ س ْو ُل الل ِه ُ ع ِطيَّةَ قَالَتْ أَ َم َرنَا َر
َ ع ْن أ ُ ِم َ
ت ا ْل ُخ ُد ْو ِر ِ ض َوذَ َوا َ َّق َوال ُحيَ ض َحى ا ْل َع َوا ِعْ َنُ ْخ ِر َج ُه َّن فِى ا ْل ِف ْط ِر َوا ْل
)ص َلةَ (رواه البخارى ومسلم َّ فَيَ ْعتَ ِز ْل َن ال
Artinya :
“Dari Ummi ‘Atiyah, ia berkata, Rasulullah saw telah menyuruh kami untuk keluar pada
hari raya Fitri dan hari raya Adha dengan mengajak para gadis, perempuan yang sedang
haid dan hamba perempuan ke tempat shalat hari raya (perempuan yang sedang haid
tidak mengerjakan salat)” (H.R Bukhari dan Muslim)
Maha suci Allah SWT dan segala puji bagi Allah SWT, tidak ada Ttuhan yang patut
disembah, kecuali Allah SWT dan Allah maha besar.
Membaca surah al-A’la sesudah membaca surah al-Fatihah pada rakaat pertama dan
surah al-Gasyiyah pada rakaat kedua, atau surah Qaf pada rakaat pertama dan surah
Al-Qamar pada rakaat kedua.
Menyaringkan bacaan takbir, Surah Al-Fatihah, Surah atau ayat al-qur’an.
e. Amalan sunnah sebelum shalat Id
Sebelum melaksanakan sholat id disunnahkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Membaca takbir (Idul Fitri mulai tenggelam matahari pada malam tanggal 1 Syawwal
sampai dengan dimulainya shalat Idul Fitri, Sedangkan Idul Adha mulai waktu Subuh
pada hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan waktu Ashar pada akhir hari
Tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah)
b) Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus dan memakai wangi-wangian
c) Makan sebelum shalat Idul Fitri. Sedangkan Idul Adha makan sesudah shalat ied.
d) Berangkat menuju tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang berbeda.
4. Shalat Tahiyat Masjid
a. Pengertian Shalat Tahiyat Masjid
Secara bahasa, Tahiyat Masjid berarti penghormatan masjid. Dengan
demikian, Shalat Tahiyat Masjid berarti shalat yang dikerjakan untuk menghormati
masjid.Rasulullah saw. bersabda :
1. Shalat Dhuha
Shalat Duha memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya. Sehingga Rasulullah
saw. sangat menganjurkan pada sahabat dan seluruh kaum muslimin untuk
melaksanakannya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaannya, ikutilah
pembahasannya berikut:
c. Pengertian Shalat Dhuha
Adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha, yaitu ketika matahari telah terbit
atau naik kurang lebih 7 hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7
sampai jam 11, tentunya setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah
masing-masing. Shalat dhuha sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari,
atau sekitar pukul sembilan pagi. Shalat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah
(Munfarid)
Shalat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa
jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang
“ Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, keagungan itu keagungan-Mu,
keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, keukasaan itu adalah
kekasaan-Mu, perlindungan itu adalah perlindungan-Mu, ya Allah jika rizkiku ada di atas langit
maka turunkanlah dan jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah dan jika sulit maka
mudahkanlah dan jika haram maka sucikanlah dan jika jauh maka dekatkanlah dengan
kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu
limpahkan kepada kami ya Allah, apa saja yang telah engkau limpahkan kepada hamaba-
hamba-Mu yang shalih.
B. Ketentuan Shalat Sunah Ghairu Muakad
Shalat sunah ghairu muakad adalah shalat sunah yang tidak dikuatkan (kadang-
kadang dikerjakan Rasulullah saw. kadang-kadang tidak).
Bagaimana ketentuan melaksanakan shalat sunah ghairu muakad? Bagaimana pula cara
melaksanakannya? Untuk memahami ketentuan dan tata cara melaksanakan shalat sunah ghairu
muakad, simak beberapa ketentuan sebagai berikut!
Cara melaksanakan shalat sunah ghairu muakad adalah sama dengan melaksanakan shalat
wajib, yang membedakan hanyalah niat dan waktu pelaksanaannya. Gerakan dan bacaannya
sama. Meskipun demikian, dalam melaksanakan shalat sunah ghairu muakad ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Tidak didahului adzan dan iqamah
2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian)
3. Bacaannya tidak dinyaringkan
4. Dilaksanakan dua rakaat salam
5. Sebaiknya tempat melaksanakan shalat sunah ghairu muakad berbeda dengan shalat wajib
(pindah tempat atau bergeser dari tempat semula)
6. memulai shalat diawali dengan niat menurut macam shalatnya.
Salat Sunnah Ghairu Muakkad terdiri dari beberapa macam, diantaranya :
1. Salat Sunnah Rawatib Gairu Muakkad, meliputi :
a. empat rakaat sebelum shalat Ashar
Sabda Rasulullah saw:
: سلَّ َم
َ علَي ِه َو َ ُصل اللَّهَ سو ُل الل ِه ُ قَا َل َر: ع ْبدالل ِه ْب ِن ُمغَفَّ ٍل قَا َل َ ع َْن
ث ُ َّم قَا َل ِفي الثَّا ِلثَ ِة " ِل َم ْن شَا َء" ك ََرا ِه َيةَ اَ ْن َيتَ َخذَ َها. ب
ِ صلُّوا قَ ْب َل ا ْل َم ْغ ِر
َ
)سنَّةً (رواه البخارى ُ اس ُ َّالن
Artinya: “Dari Abdullah bin Mugaffal Ra. Ia berkata: Rasululah saw bersabda: Salatlah
sebelum magrib, Salatlah sebelum magrib, kemudian pada kali yang ketiga beliau
bersabda: “bagi yang menghendakinya”.(Beliau bersabda demikian)karena takut orang-
orang menganggapnya sebagai sunnah muakkad.” (HR. Bukhari).
c. Dua rakaat sebelum shalat Isya
Sabda Rasulullah saw:
علَي ِه
َ ُصل اللَّه ُ قَا َل َر: ع ْنهُ قَا َل
َ سو ُل الل ِه َ ُع ْبدالل ِه ْب ِن ُمغَفَّ ٍل َر ِض َي اللهَ ع َْن
: سلَّ َم
َ َو
)ث ُ َّم قَا َل فِي الثَّا ِلثَ ِة " ِل َم ْن شَا َء" (رواه اجماعة, ٌصلَة َ بَ ْي َن ك ُِل اَذَن ْي ِن
Artinya: ““Dari Abdullah bin Mugaffal Ra. Ia berkata: Rasululah saw bersabda:
‘antara kedua azan itu ada shalat sunah, ‘antara kedua azan itu ada shalat
sunah,kemudian pada kali yang ketiga beliau bersabda: “bagi yang menghendakinya”.
(HR. Jamaah)
َخ َر َج اَلنَّ ِب ُّي صلى الله عليه:ع ْن ُه َما قَا َل َ ُاس َر ِض َي اَللَّه ٍ َّعبَ ع َِن ا ْب ِن
َ ُ َك َما ي,صلَّى َر ْكعَتَ ْي ِن
ص ِلي َ َ ف,ض ِرعًاَ َ ُمت,س ًل ِ ُمتَ َر,شعًا ِ ُمتَ َخ, ُمتَبَ ِذ ًال,اضعًا ِ وسلم ُمتَ َو
َوأَبُو,ِي َ َو,ُسة
ُّ ص َّح َحهُ اَل ِت ْر ِمذ َ ط ْب ُخ ْط َبتَ ُك ْم َه ِذ ِه ( َر َوا ُه اَ ْل َخ ْمُ لَ ْم َي ْخ,ِِفي اَ ْل ِعيد
َ َّ َوا ْب ُن ِحب,َع ََوانَة
)ان
Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar
dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu
beliau shalat dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada
shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini. Riwayat Imam Lima dan
dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban.
Shalat sunnah istisqa’ ini hukumnya sunnah biasa, dikerjakan 2 rakaat saja bertempat di
tanah lapang dengan berjamaah ketika musim kemarau.
Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf ( ) الخسوفdan
juga kusuf ( ) الكسوفsekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna
yang sama. Shalat gerhana matahari dan gerhana bulan sama-sama disebut dengan kusuf dan
juga khusuf sekaligus. Namun masyhur juga di kalangan ulama penggunaan istilah khusuf