Anda di halaman 1dari 5

‫ َطَّي َأْس ا اْلَق اِص ِد ْي ِبِط ْيِب‬، ‫ َفَع َقْد َأْص ِف َياِئِه اَأْلَفاِق‬، ‫َاَحْلْم ُد ِللِه اَّلِذْي َنَّو

ُقُلْو َب َأْو ِلَياِئِه ِبَأْن اِر اْلِو َفاِق‬


‫َن‬ ‫َو َب َر َر‬ ‫ْيِف‬ ‫َر‬ ‫َو َر‬ ‫َو‬ ‫َر‬
‫ِل‬ ‫ِذ‬ ‫ِذ‬
‫ َفَأْقَبُلْو ا َطَلِب َم َر اِض ْيِه َعَلى‬، ‫ َو َس َق ى َأْر َباَب ُمَعاَم اَل ِتِه ِم ْن َل ْي ُم َناَج ِتِه َش َر اًبا َعْذ َب اْلَم َذ اِق‬، ‫َثَناِئِه ْيِف الِّد ْيِن َو َفاَق‬
‫ اَل ًة اَل ا ِاىَل ِم‬، ‫ الَّص اَل ُة الَّس اَل َلى ِّيِد َنا َّم ٍد َلى َأِلِه َأ اِبِه اْل ِة الَّس اِق‬، ‫َأْق اِم الَّس اِق‬
‫َب َص َو َس ًم َيْو‬ ‫َو ْص َح َبَرَر‬ ‫ُم َع َس َحُم َو َع‬ ‫َو‬ ‫َب َو‬ ‫َد‬
، ‫الَّتاَل ِق‬
‫ا الَّن َاَة ِم َن اٍر َش ِد َد ِة‬ ‫ِا ِا‬
‫ْي‬ ‫ َنْر ُج ْو َهِب َج ْن‬، ‫ َش َه اَدًة َص َف ا َمْو ِر ُدَه ا َو َر اَق‬،‫َأْش َه ُد َأْن اَل َل َه اَّل اهلل َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َل ُه‬
، ‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َحُمَّم ًد ا َعْب ُد ُه َو َرُس ْو ُلُه َأْش َر َف اَخْلْل ِق َعَلى اِاْل ْطاَل ِق‬، ‫ َو َأْن َيُه ْو َن َهِبا َعَلْيَن ا ُك ْر ُب الِّس َياِق‬، ‫اَاْلْح َر اِق‬
‫ َأُّي ا اِاْل اُن ُأ ِص ُك ِا ا ِب ْق ى اِهلل‬، ‫ َأَّم ا ُد‬. ‫ ىَّت ا الَّس الِّط اِق‬، ‫َاَّل ِذ ُأ ِر ِب ِه َلى اْل اِق‬
‫َبْع َه ْخ َو ْو ْي ْم َو َي َي َت َو‬ ‫ْي ْس َي َع َبَر َح َج َو َز ْبَع َب‬
‫ِذ‬ ‫ِك ِبِه‬ ‫ِتِه ِب ِت ِل ِم ِرِه ِت ِب ِه ِه‬
‫ َيا َأُّيَه ا اَّل يَن آَم ُنوا اَّتُق وا الَّلَه َو ْلَتْنُظْر‬: ‫ َقاَل اُهلل َتَع اىَل ْيِف َتا اْلَك ِرِمْي‬. ‫ اْم َثا َأَو ا َو اْج َنا َنَو ا ْي‬، ‫َو َطاَع‬
‫َنْف ٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغٍد َو اَّتُقوا الَّلَه ِإَّن الَّلَه َخ ِبٌري َمِبا َتْع َم ُلوَن‬

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua,
terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan
ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang
dan diharamkan.

Jamah yang dimuliakan Allah.

Jika kita ibaratkan arena pacuan kuda, maka bulan Ramadhan merupakan
momen bagi umat Muslim untuk berlomba-lomba meraih pahala ibadah
sebanyak mungkin. Ada yang siang malam bertadarus Al-Qur’an, ada pula
yang rajin shalat tarawih dari rakaat pertama sampai witir, ada juga yang
rajin berjamaah shalat lima waktu ke masjid tanpa absen, dan sebagainya.

Namun, tidak jarang kita temui orang hanya semangat di awal, tapi begitu
masuk separuh bulan terakhir stamina ibadahnya menurun. Riuh suara
tadarus Al-Qur’an mulai redup, jumlah shaf shalat tarawih hilang baris demi
baris, intensitas jamaah shalat lima waktu di masjid juga mulai menurun.
Inilah realita naik turun semangat ibadah yang kerap ditemui saat Ramadhan.
Oleh sebab itu, perlu kita cari obatnya.

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Ada beberapa tips untuk merawat semangat ibadah saat Ramadhan, di


antaranya yang pertama adalah hindari makan terlalu kenyang. Sudah
menjadi kebiasaan, waktu berbuka puasa seolah menjadi momen “balas
dendam” setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga. Segala rupa
hidangan disajikan di meja makan. Selesai buka puasa perut kekenyangan
sehingga menyebabkan malas bergerak, termasuk untuk beribadah. Inilah
penyebab umum malas beribadah, terutama shalat tarawih, yang dialami
banyak orang saat Ramadhan. Makan terlalu kenyang merupakan bentuk
perilaku berlebihan yang dilarang oleh agama. Allah SWT berfirman,

‫ِف‬ ‫ۚا ِا ِحُي‬ ‫ِج ٍد‬ ‫ِع‬


‫ٰيَبِن ٰاَدَم ُخ ُذ ْو ا ِز ْيَنَتُك ْم ْنَد ُك ِّل َمْس َّو ُك ُلْو ا َو اْش َر ُبْو ا َو اَل ُتْس ِر ُفْو َّنه اَل ُّب اْلُمْس ِر َنْي‬

Artinya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada
setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah
berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
berlebihan.” (QS Al-A’raf [7]: 31).

Ayat ini secara tegas melarang kita untuk bertindak berlebihan. Sesuatu yang
baik akan mengundang petaka jika dilakukan melampaui batas. Dalam
konteks Ramadhan, makan terlalu berlebihan bisa menyebabkan kita
tertinggal banyak kesempatan ibadah yang balasan pahalanya berkali-kali
lipat dibanding pada bulan-bulan lainnya. Terkait batas konsumsi makanan
yang ideal, Rasulullah SAW juga pernah bersabda,

‫ َف ِإْن َك اَن اَل َحَماَل َة َفُثُلٌث ِلَطَعاِم ِه َو ُثُلٌث‬،‫ َحِبْس ِب اْبِن آَدَم ُأُك اَل ٌت ُيِق ْم َن ُص ْلَبُه‬، ‫َم ا َم َأَل آَدِم ٌّي ِو َع اًء َش ًّر ا ِم ْن َبْطٍن‬
‫ِلَش اِبِه ُلٌث ِل َف ِس ِه‬
‫َر َو ُث َن‬

Artinya, “Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut.
Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan
punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga
perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi
untuk bernapas.” (HR At-Tirmidzi).

Menguatkan hadits di atas, Imam Syafi’i juga pernah menyampaikan,

.‫ َو ُيْض ِعُف َص اِح َبُه َعِن اْلِعَباَدِة‬،‫ َو ْجُيِلُب الَّنْو َم‬،‫ َو ُيِز ْيُل اْلِف ْطَنَة‬، ‫ َو ُيْق ِس ي اْلَق ْلَب‬، ‫الَّش ْبُع ُيْثِق ُل اْلَبَد َن‬
Artinya, “Makan terlalu kenyang membuat berat badan naik, menjadikan hati
keras, menghilangkan kecerdasan, menyebabkan kantuk, dan menjadikan
malas beribadah.” (Abu Nu’aim al-Ashfihani, Ḥilyatul Auliyā, 1988: juz, h.
127).

Menurut Imam al-Ghazali, tujuan utama puasa adalah untuk mengendalikan


syahwat dengan cara membatasi konsumsi makanan. Jika berbuka puasa
berlebihan, berarti telah mengabaikan tujuan inti tersebut. Makan terlalu
kenyang akan mengaktifkan syahwat, jika syahwat aktif maka setan mudah
masuk ke dalam tubuh, jika setan masuk maka akan menjerumuskan ke
dalam berbagai perbuatan maksiat.

Al-Ghazali menyebut, “Orang yang makan terlalu kenyang saat berbuka


puasa tak ubahnya arsitek andal yang membangun gedung megah dengan
susah payah, tapi kemudian ia robohkan sendiri.” Gedung megah yang
dimaksud adalah ibadah puasa. (Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Iḫyā
Ulūmiddīn, 2016: juz I, h. 318-319).

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.


Upaya yang bisa lakukan untuk mewarat semangat ibadah selama Ramadhan
adalah dengan mengakhirkan sahur. Salah satu keistimewaan agama Islam
adalah anjuran sahur bagi orang yang hendak berpuasa. Umat Yahudi dan
Nasrani juga memiliki syariat puasa, tapi tidak punya anjuran ini. Salah satu
hikmah adanya anjuran sahur adalah menjaga stamina tubuh dari pagi sampai
sore agar tetap kuat dalam beribadah. Lebih dianjurkan lagi jika sahur
dilakukan pada sepertiga malam terakhir atau menjelang waktu imsak. Sebab,
semakin diakhirkan maka stamina tubuh bisa bertahan lebih lama. Rasulullah
SAW bersabda,

‫ِّك ِب ِر‬
‫َب ُر ْو ا اإلْفَطا َو َأِّخ ُر ْو ا الَّس ُحْو َر‬
Artinya, “Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur.” (HR Ibnu ‘Addi).

Terkait berapa jarak waktu antara sahur dan subuh yang dianjurkan, Nabi
menyampaikan kurang lebih setara dengan waktu untuk membaca 50 ayat
Al-Qur’an. Dalam satu hadits diriwayatkan,
‫ِة‬ ‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِبٍت ِض‬ ‫ِد‬
‫ َك ْم‬: ‫ ُقْلُت‬، ‫ َّمُث َقاَم ىَل الَّص َال‬،‫ َتَس َّح ْر َنا َمَع الَّنِّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس َّلَم‬: ‫َعْن َز ْي ْبِن َثا َر َي اُهلل َعْنُه َم ا َقاَل‬
‫ َقْد ُر ْمَخِس َني آَيًة‬: ‫َك اَن َبَنْي اَألَذاِن َو الَّس ُحْو ِر ؟ َقاَل‬

Artinya, “Dari Zaid bin Tsabit RA, dia berkata, ‘Sekali waktu kami sahur
bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau beranjak untuk melaksanakan
shalat.’ Zaid bertanya, ‘Berapa jarak waktu antara adzan subuh dengan
sahur?’ Nabi menjawab, ‘Kurang lebih setara lama waktu membaca 50 ayat
Al-Qur’an.” (HR Bukhari).

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.


Upaya berikutnya adalah menjauhi perbuatan maksiat. Dosa-dosa yang kita
perbuat akan menjadi beban spiritual sehingga menjadikan malas beribadah.
Imam al-Ghazali menjelaskan, orang yang gampang melakukan maksiat akan
membuat hatinya keras dan dijauhkan dari rahmat Allah. Hal inilah yang
akan membuat dia malas beribadah. Al-Ghazali kemudian mengutip kisah
seorang laki-laki yang mengadu kepada Hasan al-Bashri karena susah bangun
malam untuk melakukan tahajud.

Laki-laki itu berkata, “Wahai Abu Sa’id (Hasan al-Bashri), semalaman aku
dalam keadaan sehat, lalu aku ingin melakukan shalat malam dan aku telah
menyiapkan kebutuhan untuk bersuci, tapi mengapa aku tidak dapat
bangun?” Hasan al-Bashri menjawab, “Dosa-dosamu telah mengikatmu.”

Al-Ghazali juga mengutip kisah penyesalan Sufyan ats-Tsauri karena tidak


bisa shalat tahajud gara-gara melakukan satu dosa. Sufyan ats-Tsauri pernah
berkata, “Aku tidak mampu shalat malam selama lima bulan gara-gara satu
dosa yang pernah aku lakukan.” Sufyan lalu ditanya, “Memang dosa apa
yang telah kau perbuat.” Sufyan menjawab, “Sekali waktu aku melihat
seorang laki-laki menangis, lalu aku membatin bahwa laki-laki itu hanya
pencitraan (riya). (Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Iḫyā ‘Ulūmiddīn,
2016: juz I, h. 466.

Ibnu Abbas juga pernah menyampaikan terkait pengaruh perbuatan maksiat,


salah satunya membuat tubuh malas beribadah. Ia berkata,

‫ َو ِإَّن‬، ‫ َو َحَمَّب ًة يِف ُقُل وِب اَخْلْل ِق‬، ‫ َو ُقَّوًة يِف اْلَب َد ِن‬، ‫ َو َس َعًة يِف الِّرْز ِق‬، ‫ َو ُنْو ًر ا يِف اْلَق ْلِب‬،‫ِإَّن ِلْلَح َس َنِة ِض َياًء يِف اْلَو ْج ِه‬
‫ ُبْغَض ًة يِف ُقُلوِب اَخْلْلِق‬، ‫ َنْق ًص ا يِف الِّرْز ِق‬، ‫ ْه ًنا يِف اْلَبَد ِن‬، ‫ ُظْل ًة يِف اْلَق ِرْب اْلَق ْلِب‬،‫ِللَّس ِّيَئِة َس اًد ا يِف اْل ْج ِه‬
‫َو‬ ‫َو‬ ‫َو َو‬ ‫َو‬ ‫َو َو َم‬ ‫َو‬
‫‪Artinya, “Sesungguhnya pada kebaikan terdapat sinar pada wajah, cahaya‬‬
‫‪dalam hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan‬‬
‫‪pada hati makhluk. Sesungguhnya pada kejelekan terdapat kegelapan pada‬‬
‫‪wajah, gulita pada alam kubur dan hati, kelemahan pada badan (untuk‬‬
‫”‪beribadah), kekurangan dalam rezeki, dan kebencian pada hati makhluk.‬‬
‫)‪(Abdul Majid Kisyk, Fi Riḥābit Tafsīr: juz XIV, h. 3316‬‬

‫‪Ma’asyiral‬‬ ‫‪muslimīn‬‬ ‫‪a’azzakumullāh.‬‬


‫‪Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita semua‬‬
‫‪bisa menjadikan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan‬‬
‫‪semaksimal mungkin melalui perbanyak amal ibadah dan konsisten‬‬
‫‪mengamalkannya.‬‬

‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم ‪َ ،‬فاْسَتْغ ِفُرْو ُه‪ِ ،‬إَّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫َاْلَحْم ُد ِهلل َو َكَفى‪َ ،‬و ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد اْلُم ْص َطَفى‪َ ،‬و َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْه ِل اْلَو َف ا‪َ .‬أْش َهُد َأْن‬
‫اَّل إلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‪َ ،‬و َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬

‫َأَّم ا َبْعُد ‪َ ،‬فَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن ‪ُ ،‬أْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا اْلَعِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم ‪،‬‬
‫َأَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل ‪ِ :‬إَّن َهللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ‪َ ،‬يا َأُّيَها اَّل ِذ يَن آَم ُن وا‬
‫َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‪َ ،‬الّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا‬
‫ّٰل‬
‫ِإْب َر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْب َر اِهْيَم ‪ِ ،‬فْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّن َك َحِم ْي ٌد َمِج ْي ٌد ‪َ .‬ال ُهَّم اْغ ِف ْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت‬
‫واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو اَأْلْم َو اِت‪ ،‬اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر‬
‫َو اْلَبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّش َداِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َه َذ ا َخاَّص ًة َوِم ْن ُبْل َداِن‬
‫اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَّم ًة‪ِ ،‬إَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

‫ِعَباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اإْل ْح َس اِن َو ِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم‬
‫‪َ.‬لَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬

‫‪Tags: #‬‬

Anda mungkin juga menyukai