Anda di halaman 1dari 15

SHALAT JUM’AT

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Materi PAI MTS – MA

Dosen Pengampu :
Riska Khusnawal Mala, M.Pd.

Disusun oleh :

Muhammad Fashihudin

NIM : 20214210104684

PROGRAM SARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
STIT AL-MUSLIHUUN BLITAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hari Jumat dalam Islam merupakan penghulunya hari (sayyidul ayyam). Dan
dianggap sebagai hari istimewa, hal ini karena Nabi Adam As diciptakan pada hari
Jum’at serta dimasukkannya beliau ke dalam surga.
Selain itu, pada hari Jum’at juga hari saat nabi Adam dikeluarkan dari surga menuju
bumi, serta terjadinya kiamat yang juga akan terjadi di hari Jum’at sebagaimana
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist. Dari Aus bin
‘Aus, Rasulullah bersabda,

Artinya : Sesungguhnya diantara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula Adam diwafatkan, di hari itu
tiupan sangkakala pertama dilaksanakan, di hari itu pula tiupan kedua dilakukan”.
(HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad).
Pada hari Jum’at juga diyakini sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa dan dosa-
dosa diampuni hingga hari Jum’at berikutnya bila kita bertaubat dan memperbanyak
membaca istighfar. Sehingga hikmah sholat Jum’at sangat besar sekali.
Dari hal itu , maka penulis ingin meneliti dan menjelaskan baerbagai seluk beluk
tentang Shalat Jum’at.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Shalat Jum’at?
2. Bagaimanakah bunyi dasar Hukum shalat Jum’at?
3. Bagaimanakah syarat wajib dan syarat sah Shalat jum’at?
4. Bagaimana tatacara pelaksanaan khutbah pada shalat jum’at?
5. Bagaimanakah urutan tatacara pelaksanaan sholat jum’at?
6. Apasajakah hikmah sholat jum’at?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian shalat jum’at
2. Untuk mengetahui dasar hokum shalat juma’at
3. Untuk mengetahui syarat wajib dan syarat sah shalat jum’at
4. Untuk mengetahui tatacara pelaksanaan khutbah pada shalat jum’at
5. Untuk mengetahui urutan tatacara shalat jum’at
6. Untuk mengetahui hikmah shalat jum’at
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat jum’at
Shalat Jum’at adalah shalat wajib dua raka’at yang dilaksanakan dengan berjama’ah
diwaktu Zuhur dengan didahului oleh dua khutbah.1
Sabda Rasulallah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬: “sesungguhnya hari Jum’at penghulu semua hari dan
paling agung disisi Allah, ia lebih agung di sisi Allah dari hari Raya Idul Adha dan Idul
Fitri. Dalam hari Jum’at terdapat lima keutamaan : pada hari itu Allah menciptakan
Adam, padahari itu Allah menurunkan adam ke bumi, pada hari itu allah mewafatkan
adam, pada hari itu ada satu saat yang tidaklah seorang hamba meminta kepada
Allah sesuatu melainkan dia pasti memberikannya selama tidak meminta suatu yang
haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidaklah malaikat yang dekat (kepada
Allah), langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka semua merindukan
hari Jum’at.” (HR. Ibnu Majah).

B. Dasar Hukum shalat jum’at


Para ulama sependapat bahwa hukum shalat jum’at adalah fardhu ‘Ain dan
jumlah rakaatnya dua. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:

ِ ِ ِ‫اسعواا‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫ّذين امنوااِ َذا نو ِدي ل‬


ِ
َ ‫لى ذ ْك ِراهلل َو َذ ُر ْو‬
‫الب ْي ِع‬ َ ْ َ ْ َ‫الج ُم َعةُ ف‬
ُ ‫لصاَل ة م ْن َي ْوم‬ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ْ ‫يَا اَيٌّ َها ال‬
‫ذَالِ ُك ْم َخ ْي ُرلَّ ُك ْم ا ْن ُك ْنتُ ْم َت ْعلَ ُم ْون‬
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumu’ah: 9)

Kandungan Hukum:

Merujuk ayat di atas, para ulama menyimpulkan bahwa kandungan hukum


berikut:

a. Jum’at Wajib ‘Aini bagi yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan.


Orang yang meniggalkannya tanpa udzur adalah dosa besar.
b. Bila sudah dikumandangkan adzan jum’at, wajib segera untuk mendengar
khutbah dan menunaikan shalat jum’at.

1
Umay M. dja’far Shiddieq, Syari’ah Ibadah, (Jakarta Pusat: alGhuraba), Hal. 75.
c. Sesudah adzan jum’at berkumandang haram hukumnya bagi yang wajib jum’at
melakukan kegiatan yang bersifat duniawi seperti jual beli atau pekerjaan
lainnya.2

Kewajiban shalat jum’at ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dikuatkan oleh hadis
Nabi SAW, salah satunya dengan ancaman bagi orang yang meninggalkan jum’at
tanpa udzur.

a. Nabi SAW, bercita-cita menyuruh orang mencari kayu bakar dan yang lainnya
mengumandangkan adzan, lalu Beliau akan membakar rumah orang yang tidak
pergi jum’at.
b. Nabi SAW, bersabda dari mimbarnya, “Hendaklah kaum-kaum itu berhenti
meninggalkan jum’at atau Allah kunci hati-hati mereka dan mereka dijadikan
orang-orang yang lalai.”
c. Barang siapa meninggalkan tiga jum’at karena menyepelekannya maka Allah
akan menutup hatinya.3
C. Syarat Wajib dan Syarat sah shalat jum’at
a) Syarat Wajib
Diantara oramg-orang yang berkewajiban menunaikan Sholat jum’at adalah
sebagai berikut :
a.       Islam
b.      Laki-laki
c.       Merdeka (Bukan Hamba Sahya)
d.      Baligh (Cukup Umur)
e.       Aqil (Berakal)
f.       Sehat (Tidak Sakit)
g.      Muqim (Penduduk Tetap) bukan seorang musafir

‫صبي أومريض‬
ّ ‫كل مسلم اال أربعة عبد مملوك أوامرأة أو‬
ّ ‫الجمعة ح ّق واجب علي‬
Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap muslim kecuali empat golongan:
budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit. (HR.Abu Dawud).4
b) Syarat sah shalat Jum’at

2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena), Hal. 459.
3
Ibid, 460.
4
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2011),
Hal. 309.
Adapun syarat-syarat sahnya jum’at menurut madzhab syafi’i antara
lain:
a. Dua raka’at shalat jm’at dan dua khutbahnya harus masih masuk waktu shlat
juhur.
b. Dilaksanakan disuatu perkampungan atau perkotaan (maksudnya apabila
yang shalat jum’at itu semuanya musafir maka shalat jum’atnya tidak sah).
c. Minimal mendapati satu raka’at (dengan berjama’ah) dari dua raka’at shalat
jum’at, maka jika seorang makmum shalat jum’at tidak mendapati satu
raka’at shalat jum’at bersama imam, maka ia tetap niat shalat jumat tetapi
perakteknya shalat juhur empat raka’at
d. Jumlah makmum yang shalat jum’at minimal 40 orang dari penduduk
setempat atau penduduk asli (mustauthin) yang telah wajib jum’at.
e. Shalat jum’atnya tidak berbarengan atau didahului oleh shalat jum’at
dimasjid lain yang masih satu perkampungan. Artinya tidak boleh ada dua
jum’at atau lebih dalam satu kapung atau satu tempat yang sama.
f. Harus didahului dua khutbah.5
D. Tatacara pelaksanaan khutbah jum’at
a) Syarat sah khutbah
Beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai syarat sah khutbah
jum’at, antara lain sebaai berikut:
a. Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
b. Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
c. Khutbah disampaikan diwaktu jum’at dihadapan jama’ah yang menjadikan
terlaksananya shalt jum’at, dan harus dengan suara lantang demi tercapainya
faedah khutbah.
d. Antara khutbah dan shalat jum’at tidak terpisah dengan jarak yang kira-kira
dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap sebagai pemisah yang
memotong shalat. (Maksudnya antara khutbah dengan shalat jum’at jarak
waktunya tidak terpotong terlalu lama sehingga setelah khutbah harus
langsung dilaksanakan shalat jum’at).
e. Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika memang tidak
mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang berlawanan dengan
5
Abbas Arfan, Fiqih Ibadah Peraktis, (malang: Uin-Maliki Press), Hal. 113.
pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang memperbolehkan khutbah
dengan bahasa Arab. Namun mereka (ulama madzahb Hanafi) tidak
mempunyai dalil atas apa yang mereka katakana maupun dasar yang dapat
diikuti.
f. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat mayoritas
ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya Nabi SAW.,
berkhutbah pada hari jum’at kemudian duduk kemudian berdiri, lalu
berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari ini.(Mutttafaq ‘alaih). Juga
merujuk pada hadis narasi Jabir bin Samura, ia berkata: Nabi SAW.,
menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya,
membaca al-Qur’an, dan mengingatkan manusia. (HR.Muslim).6

b) Rukun-Rukun Khutbah
Beberapa hal yang menjadi keharusan sebagai syarat sah khutbah
jum’at, antara lain sebaai berikut:
a. Khutbah harus dilakukan sebelum shalat.
b. Khatib harus suci dari hadas, najis, dan menutup aurat.
c. Khutbah disampaikan diwaktu jum’at dihadapan jama’ah yang menjadikan
terlaksananya shalt jum’at, dan harus dengan suara lantang demi tercapainya
faedah khutbah.
d. Antara khutbah dan shalat jum’at tidak terpisah dengan jarak yang kira-kira
dapat digunakan untuk makan karena hal itu dianggap sebagai pemisah yang
memotong shalat. (Maksudnya antara khutbah dengan shalat jum’at jarak
waktunya tidak terpotong terlalu lama sehingga setelah khutbah harus
langsung dilaksanakan shalat jum’at).
e. Khutbah harus disampaikan dengan bahasa Arab kecuali jika memang tidak
mampu. Ini adalah pendapat mayoritas ulama yang berlawanan dengan
pendapat kalangan ulama madzab Hanafi yang memperbolehkan khutbah
dengan bahasa Arab. Namun mereka (ulama madzahb Hanafi) tidak
mempunyai dalil atas apa yang mereka katakana maupun dasar yang dapat
diikuti.
f. Dilakukan dengan berdiri bagi yang mampu. Ini adalah pendapat mayoritas
ahli Fiqh, merujuk hadis narasi Ibnu Umar bahwasanya Nabi SAW.,
6
Ibid, Fiqih Ibadah, Hal. 311.
berkhutbah pada hari jum’at kemudian duduk kemudian berdiri, lalu
berkhutbah sebagaimana yang kalian lakukan hari ini.(Mutttafaq ‘alaih).
Juga merujuk pada hadis narasi Jabir bin Samura, ia berkata: Nabi SAW.,
menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk diantara keduanya,
membaca al-Qur’an, dan mengingatkan manusia. (HR.Muslim).7
E. Tatacara shalat jum’at
1) Adzan Pertama. Adzan pertama dibaca panjang oleh mua’dzin seperti
yang dilakukan dalam pelaksanaan shalat fardlu lima waktu. Bacaan
adzan sebagai berikut:
َْ َ َْ َ
i. (٢x) ‫اهللُ اك َب ُر‬،‫اهللُ اك َب ُر‬
Artinya:
“Allah Maha Besar” x2

ُ ‫َأ ْش َه ُد َا ْن َال ٰل َه اَّل‬


ii. (٢x) ‫هللا‬ ‫ِإ ِإ‬
Artinya:
“Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah” x2

iii. (٢x) ‫هللا‬ ُ


‫ل‬ ْ ‫َا ْش َه ُد َا َّن ُم َح َّم ًدا َر ُس‬
‫و‬
ِ
Artinya:
“Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah” x2
َ َّ َ
iv. (٢x) ‫الصال ِة‬ ‫َح َّي َعلى‬

Artinya:
“Marilah (tegakkan) shalat” x2

َ ْ َ
v. (٢x) ‫َح َّي َعلى ال َفال ِح‬
Artinya:
“Marilah raih keberuntungan” x2

7
Ibid, Fiqih Ibadah Praktis, Hal. 114.
َْ َ َْ َ
vi. (١x) ‫اهللُ اك َب ُر‬، ‫اهللُ اك َب ُر‬
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar” x2
ُ ‫اَل َل َه اَّل‬
(١x) ‫هللا‬
vii. ‫ِإ ِإ‬
Artinya:
“Tiada tuhan selain Allah” x2

2) Shalat Sunnah Qabliyah. Shalat sunnah yang mengiringi shalat Jum’at dua rakaat
dengan tidak memanjangkan bacaan dan memperlama gerakan-gerakannya.
3) Persiapan Adzan Kedua. Mu’adzin, bilal atau petugas yang ditunjuk berdiri dengan
membawa tongkat dan menghadap jama’ah dengan membaca:

i. ‫ ژوي عن أبي هريرة رضي هللا‬،‫معاشر املسلمين ومرة املؤمنين رحمه هللا‬
‫ إذا قلت لصاحبك يوم‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫ أنه قال‬،‫عنه‬
ْ ‫َأ‬
‫ ( ن ِص ُتوا‬،‫ ومن لغا فال جمعة له‬،‫الجمعة أنصت واإلمام يخطب فقد الغوت‬
ْ ‫×) َأ ْنص ُتوا َو‬٢ ‫يعوا َرح َم ُك ُم هللا‬
َ ‫اس َم ُعوا َل َع َّل ُك ْم ُت ْر َح ُم‬
‫ون‬ ُ ‫اس َم ُعوا َوَأ ط‬
ْ ‫ َو‬ 
ِ ِ ِ ِ
Khatib berjalan menuju mimbar khutbah dan bilal menyerahkan tongkat kepada
khatib, kemudian bilal membaca shalawat kepada Nabi Saw:
َ َ َ َّ ُ ٰ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ ِّ َ َّ ُ ٰ َّ َّ َ ُ َ َ َ َ ِّ َ َّ ُ ٰ َّ
‫ص ِّل َعلى َس ِّي ِدنا‬ ‫للـهم‬ ‫للـهم صل على س ِّي ِدنا محم ٍد‬ ‫للـهم صل على س ِّي ِدنا محم ٍد‬
‫جم َع َين‬ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ
َ َ‫صحبهِ ا‬
ِ ‫ وعلى ا ِل ِه و‬ ‫محم ٍد‬
Khatib mengucapkan salam, kemudian bilal mengajak jama’ah berdoa:

،‫ات‬ ‫ن‬َ ‫ َوامْل ُْؤ من َين َوامْل ُْؤ م‬،‫ م َن امْل ُ ْسلم َين َوامْل ُ ْسل َمات‬،‫ان‬ َ ‫اللٰـ ُه َّم َقو ْا ْس َال َم َو ْا َيم‬
َّ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ‫ِإل‬ ‫ِّ ِإل‬
َ ْ َ ْ َ ‫ص ْر ُه ْم َع َلى ُم َعاند‬ ُ ‫ َو ْان‬،‫ات‬ ‫ْ َ ْ َأل‬ ْ ‫ْ َأل‬
،‫ين َر ِّب اخ ِت ْم ل َنا ِم ْن َك ِبالخ ْي ِر‬ ِِ ِ ‫ا ح َي ِاء ِمن ُه ْم وا ْم َو‬
َّ ‫ ب َر ْح َم ِت َك يآَأ ْر َح َم‬،‫ين‬
‫الر ِاح ِم َين‬ َ َّ ْ َ َ
ِ ‫ياخي َر الن‬
ِ ‫اص ِر‬
4) Adzan Kedua. Bacaan dalam adzan kedua sama dengan yang pertama.
Hanya saja suaranya lebih dipendekkan.
5) Khutbah Jum’at. Dua khutbah Jum’ah wajib hukumnya dengan tata
cara pelaksanaan khutbah sebagai berikut:
6) Khatib duduk di atas mimbar sebelum memulai khutbah.
7) Menghadapkan wajahnya keara jam’ah tanpa menoleh ke kanan dan
kekiri.
8) Pada saat berdiri, khatib bersandar dengan tangan kirinya pada sebuah tongkat,
pedang atau busur.
9) Memendekkan kedua khutbah dan khutbah kedua lebih pendek daripada
khutbah pertama.
10) Khatib membaca dua khutbah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah
dijelaskan di atas.
11) Pada saat khatib duduk diantara dua khutbah, jama’ah termasuk khatib
dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan maksud masing- masing. Karena waktu
tersebut merupakan waktu yang mustajab.
Setelah selesai dua khutbah, bilal mengumandangkan iqamah dengan membaca
bacaan-bacaan:
َْ َ َْ َ
1. ‫اهللُ اك َب ُر‬، ‫اهللُ اك َب ُر‬
Artinya:
ُ ‫ َأ ْش َه ُد َا ْن اَل ٰل َه اَّل‬ 
“Allah Maha Besar” x1
2. ‫هللا‬ ‫ِإ ِإ‬
Artinya:
“Aku bersaksi tidak ada tuhan selain Allah” x1
ْ ُ ً َ ُ َّ َ ُ ْ َ
ِ ‫اش َهد ان مح َّمدا َرسو ُل‬
3. ‫هللا‬

Artinya:
“Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah” x1
‫َّ اَل‬ َ
4. ‫الص ِة‬ ‫َح َّي َعلى‬

Artinya:
“Marilah tegakkan shalat” x1
‫َ ْ اَل‬
5. ‫َح َّي َعلى ال َف ِح‬
Artinya:
“Marilah raih keberuntungan” x1
ُ ‫َّ اَل‬ َ َ ُ ‫َّ اَل‬ َ َ
6. ‫الص ة‬ ‫ق ْد ق َام ِت‬، ‫الص ة‬ ‫ق ْد ق َام ِت‬
Artinya:
“Shalat benar-benar telah siap dilaksanakan 1x
َْ َ َْ َ
7. ‫اهللُ اك َب ُر‬، ‫اهللُ اك َب ُر‬
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar” x1
ُ ‫اَل ٰل َه َّال‬
8. ‫هللا‬ ‫ِإ ِإ‬
Artinya:
“Tiada tuhan selain Allah” x1

12) Imam turun dari mimbar dan menuju mihrab. Khatib meninggalkan mihrab
dengan cara turun dari atas mimbar menuju mihrab bersamaan dengan
selesainya muadzin dari mengumandangkan iqamah. Tujuannya agar sedapat
mungkin mengurutkan antara dua khutbah dengan shalat Jum’at.
13) Berdzikir setelah shalat dan dianjurkan membaca:
a) Al-Ikhlas x3
b) Al-Falaq x3
c) Al-Nas x3
Doa penutup sebagaimana yang dibaca setelah shalat fardlu lima waktu.
F. Hikmah shalat jum’at
a. Melatih Kedisiplinan

Tahukah kamu, banyak sekali hikmah pelaksanaan shalat Jum’at yang


dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya bagi orang yang sungguh-sungguh
melakukannya.

a) Rasulullah Saw bersabda:


ٌ ‫ ورمضان إلى رمضان ُم َك ّف‬،‫ والجمعة إلى الجمعة‬،‫الصلوات الخمس‬
‫رات‬ ِ
ُ
‫بينهن إذا اجت َنبت الكبائر‬
َّ ‫ملا‬

“Shalat lima waktu, dari shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya, dari


Ramadlan ke Ramadlan berikutnya dapat mengampuni dosa-dosa
diantara keduanya, selagi menjauhi dosa-dosa besar” (HR. Muslim).

b) Rasulullah Saw juga bersabda:


‫فر ُع ِمن‬ َ ‫ ُث َّم َا‬,‫ص َّلى َما ُق ّد َر َل ُه‬
َ ‫نص‬
ُ ‫تت َح َّتى َي‬ َ ‫مع َة َف‬ ُ ‫اغتت َس َل ٌث َّم َا َتى‬
َ ‫الج‬ َ
‫َمن‬
ِ
ُ‫خرى َفضل‬ َ ‫مع ِة اُأل‬ ُ ‫ينن ُه َو َب َين‬
َ ‫اللج‬ َ ‫ ُُغفف َر َل ُه َما َب‬,‫ص ّلى َم َع ُه‬َ ‫ ُث َّم ُي‬,‫طبته‬َ ُ
ِ ِ ِِ ‫خ‬
َ ‫َ َأل‬
‫ث ثثةِ َّاي ٍام‬

“Siapa yang mandi kemudian pergi menunaikan shalat Jum’at hingga


imam selesai dari khutbahnya, kemudian ia ikut shalat bersamanya maka
akan diampuni dosa- dosanya yang dilakukan diantara hari itu dan hari
Jum’at yang akan datang serta akan ditambah tiga hari” (HR. Muslim,
Ahmad, Bazzar, Thabrani dan Abu Dawud).
c) Rasulullah Saw juga bersabda:
‫فيه ساعة ال يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلي يسأل هللا عز وجل شيئا‬
‫اال اعطاه اياه واشار بيده يقلله‬
“Di dalamnya terdapat waktu yang sangat baik bagi hamba
muslim, sementara ia sedang melaksanakan shalat. Jika ia meminta
sesuatu kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan kepadanya. Nabi
Saw memberi isyarat dengan tangannya bahwa hal itu sangat mudah
bagi-Nya” (HR. Muttafaq alaih)
b. Melatih Tanggung Jawab

Tahukah kamu, apa yang terkandung dalam kata (‫)ﻓاﺳﻌﻮا‬ dalam QS Al-
Jumu’ah (62): 9? Secara bahasa memiliki arti “besegeralah kalian semua”
untuk bersiap-siap dan melaksanakan shalat Jum’at. Pelaksanaan shalat Jum’at
memberikan hikmah bagi kita untuk menjadi orang yang berdisiplin. Jika kita
secara terus menerus datang tepat waktu dalam pelaksanaan shalat maka akan
membentuk kepribadian kita sebagai orang yang disiplin dengan tidak mudah
menunda tugas-tugas sekolah.
Ayo kita cermati! Orang yang berdisiplin pasti akan mendorong pada
pencapaian kepribadian yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab adalah
berusaha sekuat pikiran, perkataan dan perbuatan untuk memenuhi tugas-
tugas dan peran-peran yang dimilikinya sesuai dengan ketentuan yang ada,
baik ketentuan waktu dan standar yang harus dicapai.
Pelaksanaan disiplin dan tanggung jawab yang secara terus menerus kita
biasakan dengan mensegerakan datang ke masjid dan menjalankan seluruh
ketentuan yang diwajibkan atau dianjurkan akan membentuk pribadi yang
memiliki integritas dalam kehidupan sosial kita. Kita akan selalu memiliki
prinsip hidup untuk menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, perbuatan, dan pekerjaan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode pembelajaran fiqih tentang sholat jum’at adalah suatu cara yang digunakan
oleh seorang guru dalam menyampaikan materi tentang sholat jum’at kepada murid atau
peserta didik dengan menggunakan berbagai cara yang mudah dipahami oleh peserta
didik sehingga tujuan dari sebuah pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat secara
berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at memiliki hukum wajib 'ain
bagi setiap muslim laki-laki / pria dewasa beragama islam, merdeka sudah mukallaf, sehat
badan serta muqaim (bukan dalam keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau
tempat tertentu dan shalat jum’at juga memiliki syarat-syarat wajib dan syarat syah nya
yang harus dilaksanakan, supaya shalat jumat nya menjadi sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Arfan. Fiqih Ibadah Peraktis. Malang: Uin-Maliki Press. 2011.

Shiddieq, Dja’far. Syari’ah Ibadah. Jakarta Pusat:  alGhuraba. 2006.


http://indo-moeslim.blogspot.com/2010/08/hadits-tentang-orang-yang-diwajibkan.html

Muhammad Azzam Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab. Fiqih Ibadah. Jakarta:

Amzah. 2009.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006.

Sani,Ridwan Abdullah.Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2013.

Shiddiq,Abdul Rosyad.Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.

Usman,M. Basyiruddin.Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pres.

2001.

Usman,Moh. Uzer.Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya. 1999.

Anda mungkin juga menyukai