Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SHOLAT JUM’AT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah

Dosen Pengampu: Imam Khoirul Ulumuddin, M.PD.I

Disusun Oleh:

Luluk Nur Mufida (22106021014)

Nabila Mediana Ghani (22106021015)

Ahsan Muharram (22106021031)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb.

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah Fiqh Ibadah ini dengan baik.
Tidak lupa terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak, terutama teman-
teman yang telah berpartisipasi dalam mencari materi-materi untuk menyelesaikan tugas
makalah ini. Sehingga memungkinkan terselesaikannya tugas makalah ini, meskipun
masih banyak terdapat kekurangan.
Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, mengingat keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan
kami. Oleh karena itu, dengan rasa senang dan keterbukaan kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.

Semarang, 1 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
A. Syarat-syarat Sholat Jum’at ..................................................................................... 3
B. Rukun Sholat Jum’at ................................................................................................ 4
C. Hukum Sholat Jum’at ............................................................................................... 7
D. Waktu Sholat Jum’at ................................................................................................ 9
E. Tempat Penyelenggaraan Sholat Jum'at............................................................ …...9
F. Tata Cara Sholat Jum'at ..................................................................................................... …..10
BAB III ....................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat Jum'at adalah shalat fardhu yang diwajibkan bagi seluruh muslim
laki-laki Disebut shalat Jum at karena dilakukan setiap hari Jum'at dan waktu
pelaksanaannya pada waktu dhuhur tiba Karenanya, shalat Jum'at sekaligus
menjadi pengganti salat Dzuhur Sehingga orang yang sudah melakukan shalat
Jum'at bukan hanya tidak perlu lagi melakukan shalat dhuhur tapi tidak boleh
menambah dengan shalat dhuhur Walaupun sebagai pengganti shalat dzuhur,
salat Jum'at memiliki tata cara yang khas Diawali dengan khutbah dan diakhiri
dengan shalat dua rakaat yang dilakukan secara berjamaa.
Shalat jun at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah Hukum shalat jum'at
adalah fardu ain bagi laki laki beragama Islam, baligh berakal merdeka sehat dan
menetap didalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para wanita anak-anak
orang sakit dan budak shalat jum at tidaklah diwajibkan Untuk lebih jelas lagi
dalam makalah ini akan dibahas mengenai shalat jum’at beserta hal hal yang
berhubungan dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, syarat dan rukum sholat jum’at ?
2. Bagaimana hukum melaksanakan sholat jum’at ?
3. Bagaimana waktu dan tempat menyelenggarakan sholat jum’at ?
4. Bagaimana tata cara sholat jum’at?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian, syarat dan rukum sholat jum’at
2. Untuk mengetahui hukum melaksanakan sholat jum’at
3. Untuk mengetahui waktu dan tempat menyelenggarakan sholat jum’at
4. Untuk mengetahui tata cara sholat jum’at.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Jum’at


Sholat Jumat adalah sholat dua rakaat yang dilakukan di hari
Jumat secara berjamaah setelah khutbah Jumat setelah masuk waktu Dhuhur.
Sholat yang tersendiri bukan sholat dhuhur yang diringkas. Dan sholat
ini seperti sholat lainnya dari segi rukun, syarat, dan adab-adabnya. Akan
tetapi, untuk dapat melakukan sholat Jum’at berjamaah, jumlah yang hadir
harus minimal 40 orang dan dilakukan di masjid atau sebuah bangunan yang
dapat menampung banyak jamaah.
Kewajiban sholat tersebut berdasarkan firman Allah Dalam (Q.S Al-
Jumuah ayat 9).
Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Ulama tafsir menyebutkan bahwa makna (Hai orang-orang beriman,
apabila diseru untuk menunaikan shalat) Yang dimaksud adalah seruan azan
ketika khatib telah duduk di mimbar pada hari Jum’at, sebab pada masa
Rasulullah tidak ada seruan untuk shalat jum’at selain seruan tersebut.
Sedangkan azan pertama pada hari Jum’at adalah seruan yang di mulai pada
masa khalifah Utsman bin Affan dengan persetujuan para sahabat ketika
kota Madinah semakin meluas.
(maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah) Yakni bergegaslah
menuju zikir kepada Allah, yaitu khutbah dan shalat Jum’at di masjid.
Dan sebelumnya sibukkanlah kalian dengan persiapannya seperti mandi,
berwudhu, dan berangkat.

3
(dan tinggalkanlah jual beli) Yakni tinggalkanlah jual beli dan
muamalat lainnya, sebab jika azan telah di kumandangkan untuk shalat
jum’at maka jual beli haram dilakukan.
(Yang demikian itu) Yakni bergegas untuk berdzikir kepada Allah dan
meninggalkan jual beli. (lebih baik bagimu jika kamu mengetahui) Yakni
lebih baik daripada berjual beli dan lebih baik dari tidak bergegas,
sebab dengan menjalankan perintah terdapat pahala yang besar.
Sedangkan hadist Nabi yang memerintahkan untuk melaksanakan
sholat Jumat adalah dari hadist Thariq bin Syihab Artinya : Jumatan adalah
hak yang wajib atas setiap muslim dengan berjamaah, selain atas empat
(golongan), yakni budak sahaya, wanita, anak kecil atau orang yang sakit."
(HR. Abu Dawud).1

B. Syarat Sholat Jum’at


Syarat-syarat shalat jum'at secara umum sebenarnya sama dengan shalat
shalat fardlu yang lain. Hanya saja pada shalat jum'at ada beberapa persyaratan
yang menjadikan berbeda dengan shalat fardlu yang lain.
Syarat-syarat yang ada pada shalat jum'at harus terpenuhi atau harus ada
sebelum shalat jum'at dilaksanakan, karena sahnya tergantung pada syarat-syarat
itu. Syarat-syaratnya dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1. Syarat Wajib
Syarat wajib sholat Jum'at ada tujuh:
a. Islam.
b. Baligh.
c. Berakal.
d. laki-laki.
e. Merdeka yang sempurna.
f. Sehat tidak uzur.

1
View of SHOLAT JUM’AT (stai-br.ac.id) Diakses Pada 2 Oktober 2023

4
Shalat jum'at itu suatu kewajiban atas setiap diri muslim dalam berjamaah,
kecuali Hamba sahaya, perempuan, anak kecil atau orang sakit. (HR. Abu
Dawud dan al Daraqutni).
g. Mutawatthin (penduduk setempat) dan Menetap meskipun empat hari.
Terjadi perbedaan pendapat para ulama tentang Mutawatthin (penduduk
setempat) bermukim ialah orang yang jauh dari masjid tidak wajib mendirikan
shalat jum'at Jauh disini para Ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah
sepakat batasan jauh ialah 1 farsakh atau 3 mil (1 mil sama dengan 6000 hasta
atau 5,04 KM). Sedangkan Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa shalat jum'at
tidak diwajibkan kepada orang yang bermukim di tempat yang penduduknya
tidak dapat mendengar suara adzan kecuali jumlah mereka mencapai 40 orang.

1. Syarat Sah
Syarat sah sholat Jum’at ada 6 yaitu:
a. Shalat Jumat dan kedua kutbahnya dilakukan di waktu zhuhur. Hal ini
berdasarkan hadits:

‫س‬ ََّ‫صلِي ا جْلُ ُم َع َّةَ ِح ج‬


َُّ ‫ي ََتِجي َُّل الش جم‬ َ ُ‫َن النبِي َكا ََّن ي‬
َّ ‫أ‬

“Sesungguhnya Nabi Saw melakukan shalat Jumat saat matahari condong ke


barat (waktu zhuhur)”. (HR.al-Bukhari dari sahabat Anas).
Maka tidak sah melakukan shalat Jumat atau khutbahnya di luar waktu
zhuhur. Bila waktu Ashar telah tiba dan jamaah belum bertakbiratul ihram, maka
mereka wajib bertakbiratul ihram dengan niat zhuhur. Apabila di tengah-tengah
melakukan shalat Jumat, waktu zhuhur habis, maka wajib menyempurnakan
Jumat menjadi zhuhur tanpa perlu memperbaharui niat.
b. dilaksanakan di area pemukiman warga.
Shalat Jumat wajib dilakukan di tempat pemukiman warga, sekiranya
tidak diperbolehkan melakukan rukhsah shalat jama’ qashar di dalamnya bagi
musafir. Tempat pelaksanaan Jumat tidak disyaratkan berupa bangunan, atau

5
masjid. Boleh dilakukan di lapangan dengan catatan masih dalam batas
pemukiman.
c. Rakaat pertama Jumat harus dilaksanakan secara berjamaah.
Minimal pelaksanaan jamaah shalat Jumat adalah dalam rakaat pertama,
sehingga apabila dalam rakaat kedua jamaah Jumat niat mufaragah (berpisah dari
Imami dan menyempurnakan Jumatnya sendiri sendiri, maka shalat Jumat
dinyatakan sah.
d. jamaah shalat Jumat adalah orang-orang yang wajib menjalankan Jumat
Jamaah Jumat yang mengesahkan Jumat adalah penduduk yang
bermukim di danrah tempat pelaksanaan Jumat Sementara jumlah standar jamaah
Jumat adalah 40 orang menghitung Imam menurut pendapat kuat dalam mazhab
Syafi Menurut pendapat lain cukup dilakukan 12 orang, versi lain ada yang
mencukupkan 4 orang. Tidak termasuk jamaah yang merngesahkan Jumat yaitu
orang yang tidak bermukim di daerah pelaksanaan Jumat, musafir dan
perempuan, meskipun mereka sah melakukan Jum’at.
e. tidak didahului atau berbarengan dengan Jumat lain dalam satu desa
Dalam satu daerah, shalat Jumat hanya boleh dilakukan satu kali Oleh
karenanya, bila terdapat dua Jumatan dalam satu desa, maka yang sah adalah
Jumatan yang pertama kali melakukan takbiratul ihram, sedangkan Jumatan
kedua tidak sah Dan apabila takbiratul ihramnya bersamaan, maka kedua
Jumatan tersebut tidak sah.
Hal ini bila tidak ada kebutuhan yang menuntut untuk dilaksanakan dua
kali. Bila terdapat hajat, seperti kedua tempat pelaksanaan terlampau jauh,
sulitnya mengumpulkan jamaah Jumat dalam satu tempat karena kapasitas tempat
tidak memada, ketegangan antar kelompok dan lain sebagainya, maka kedua
Jumatan tersebut sah tak yang pertama maupun yang terakhir.
f. Sebelum shalat Jumat dilakukan, terlebih dahulu harus dilaksanakan dua khutbah.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi:

‫ب قَائِ ًما‬
َُّ ُ‫وم فَ يَ جخط‬ َُّ ِ‫ب قَائِ ًما َُّث َجَيل‬
َُّ ‫س َُّث يَ ُق‬ َُّ ُ‫للاُ َعلَجي َِّه َو َسل ََّم َكا ََّن ََيجط‬
َّ ‫صل َّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اّلل‬ ََّ ‫َن َر ُس‬
َّ ‫أ‬

6
“Rasulullah Saw berkhutbah dengan berdiri kemudian duduk, kemudian
berdiri lagi melanjutkan khutbahnya. (HR. Muslim).2

C. Rukun Sholat Jum’at


Sebelum menjalankan shalat Jumat perlu diketahui rukun-rukunnya, Berkut
rukun shalat Jum’at:
1. Khutbah
Shalat Jumat harus ada khutbah yang terdin setidaknya dari dua khutbah
dengan jeda duduk di antara keduanya.
2. Berjamaah
ularna Asy Syafiyah dan Al-Hanabillati menyaratkan bahwa sebuah shalat jumat
itu tidak sah kecuali dihadiri oleh minimal 40 orang yang ikut shalat dan khutbah
dan awal sampai akhir, Dasarnya adalah hadits Nabi SAW. Dari Ibnu Mas'ud
radhiyallatiuanhu bahwa Rasulullah SAW shalat Jum’at di Madinah dengan
jumlah peserta 40 orang atau lebil (HR Ad Daruguthuny).
3. Tidak Ada Jamaah Ganda
Di dalam mazhab As-Syafi’i memang ada ketentuan bahwa tidak boleh ada
2 shalat Jumat di satu tempat yang sama atau berdekatan Dalam beberapa literatur
Fiqh mazhab ini memang ada ketentuan demikian Namun perlu diperhatikan
bahwa ketentuan ini tetap ada pengecualiannya. Pengecualiannya adalah bila di
satu masjid sudah penuh dan tidak lagi menampung jamaah maka dibolehkan
dibuat lagi jamaah shalat Jum’at di dekatnya Dengan demikian, adanya dua masjid
yang berdekatan yang keduanya sama-sama menyelenggarakan shalat Jumat
sangat dimungkinkan selama masjid-masjid itu tidak mampu lagi menampung
jamaah.

2
Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat | NU Online Diakses Pada 2 Oktober 2023

7
4. Masuk Waktu
Rukun shalat Jumat berikutnya adalah masuknya waktu Jumat. Bila waktu
sudah masuk maka shalat Jum’at hukumnya wajib dan sah untuk dikenakan
Jumhur ulama yaitu mazhab Al Hanafiyah, Al Malikiyalı dan Asy Syafiyah
menyebutkan bahwa syarat wajib dan syarat sah shalat Jumat banya berlaku
manakala waktu shalat Dzhuhur sudah masuk hingga habisnya waktu shalat
Dzhuhur, yaitu dengan masuknya waktu shalat Ashar.
5. Tempat
Para ulama sepakat menetapkan bahwa adanya tempat tertentu untuk
dilaksanakannya Shalat Jumat, menjadi syarat sah sekaligus menjadi syarat wajib
Artinya, bila kreteria tempat itu tidak memenuhi syarat sah dan syarat wajib maka
selain tidak sah dikerjakan, shalat Jumat juga menjadi tidak wajib.

D. Hukum Sholat Jum’at


Adapun hukum melaksanakan shalat jum'at merupakan kewajiban bagi
setiap muslim laki laki yang sudah baligh dan berakal, Kecuali 6 golongan:
1. Hamba sahaya (budak belian)
2. Perempuan
3. Anak kecil (yang belum baligh)
4. Orang sakit yang tidak dapat menghadiri Jumat
5. Musafir, yakni orang yang sedang dalam perjalanan jauh
6. Orang yang udzur jum’at, seperi ada bencana alam atau bahaya.
Adapun bagi musafir, dan ada yang udzur, karena perbuatan Rasulullah
SAW, apabila mengadakan perjalanan jauh, dan sampai hari jum’at beliau dan
para sahabatnya tidak menunaikan shalat jum’at, melainkan hanya shalat Zuhur,
demikian pula ketika kejadian badai hari jum’at dikota madinah, Beliau
menganjurkan para sahabatnya shalat masing-masimg di rumah mereka.3

3
Fiqih Ibadah Tentang Sholat Jum'at (ahmadfauzanpc.blogspot.com) Diakses Pada 2 Oktober 2023

8
E. Waktu Sholat Jum’at
Waktu shalat Jumat adalah antara tergelincimya matahari sampai
berakhirnya waktu zhuhur Orang yang menunaikan shalat Jumat selepas
tergelincirnya matahari, dan salam sebelum berakhirnya waktu zhuhur, ia dianggap
telah menunaikan shalat Jumat pada waktunya. Kecuali kalau ia tinggal di sebuah
tempat yang sebelumnya telah dilaksanakan shalat Jumat Seseorang yang belum
belum salam pada shalat Jumat sampai waktu zhuhur berakhir, maka shalat
Jumatnya dianggap tidak sah. Dan ia hanya boleh shalat zhuhur Diriwayatkan oleh
Ibrahim bin Muhammad kepada kamu dari Khalid bin Rabbah, dari Muthalib bin
Hanthab, ia berkata, "Sesungguhnya Nabi saw melakukan shalat Jumat saat
bayang-bayang tengah hari kira-kira setinggi satu hasta.”
Para ulama sepakat bahwa shalat Jumat harus dilaksanakan selepas
matahari tergelincir Seorang khatib tidak boleh memulai khotbahnya sebelum
matahari benar-benar telah tergelincir Jika seseorang mulai berkhotbah sebelum
matahari tergelincir, lalu ia mengulangi khotbahnya setelah matahari tergelincir,
maka shalat Jumatnya sah. Akan tetapi, bila ia tidak mengulangi khotbahnya
setelah matahari tergelincir shalat Jumatnya itu dianggap tidak sah. Jadi, ia harus
shalat zhuhur.4

F. Tempat Pelaksanaan Sholat Jum’at


Shalat jum'at wajib dilaksanakan di setiap daerah atau di setiap kota, dan
shalat jum'at tidak wajib atas orang yang berada di luarnya, sebagaimana perkataan
Ali & "Tidak ada jum'at maupun tasyriq kecuali di mishr (kawasan pemukiman
luas dengan populasi penduduk yang mengumpul)"
Mishr adalah kawasan yang besar, sehingga keberadaan masjid bukanlah
syarat sah bagi pelaksanaan shalat jum'at, karena tidak ada persyaratan harus

4
Imam Syafi’I, Panduan Sholat Lengkap, (Jakarta timur: Khatulistiwa Press, 2012). Hlm -

9
dilakukan secara berjamaah. Jika memang ada persyaratan harus berjamaah pasti
hal itu diterangkan dalam ma'tsur Ini adalah pendapa mayoritas ulama yang
penulis anggap bagus, berbeda dengan apa yang dikemukakan kalangan ulama
mazhab Maliki yang mensyaratkan demikian, namun dalam hal ini mereka tidak
mempunyai sandaran.
Oleh karena itu, diperbolehkan menggelar shalat jum'at lebih dari satu
tempat dalam satu kampung, jika memang kawasannya sempit dan populasi
penduduknya cukup padat.
Tidak adanya fakta pelaksanaan shalat jum'at lebih dari satu tempat dalam
satu kawasan pemukiman pada masa Nabi maupun pada masa sahabat tidak dapat
dijadikan dalil bahwa hal itu tidak boleh, karena shalat jum'at pada masa itu tidak
perlu digelar lebih dari satu tempat dalam satu kawasan dan para sahabat kala itu
pun sangat ingin mendengarkan khutbah Rasulullah dan ikut shalat jum'at bersama
Rasululluh meskipun tempat tinggal mereka jauh dari masjid nabawi, sebab beliau
adalah penyampai pesan Allah.

G. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jum'at


Shalat jum'at berjumlah dua rakaat. Dalam kedua rakaat ini. Imam
mengeraskan bacaan Al-Fatihah, kemudian membaca Surah Al-Ali d rakaat
pertama dan Surah Al-Ghayiyah di rakaat kedua, atau Surah Al- Jumuah dan Surah
Al-Munafiqun. Hal ini merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Ubaidillah bin
Abu Rafi dari Abu Hurairah a bahwasanya dalam shalat jum'at ia membaca Surah
Al-Jumuah dan Surah Al-Munafiqin, kemudian berkata, "Aku pernah mendengar
Rasulullah membaca keduanya (dalam shalat jum'at)."
Diriwayatkan juga oleh An-Nu'man bin Basyir bahwasanya saat shalat jum'at dan
Hari Raya, Rasulullah kerap membaca Surah Al-Ali dan Surah Al-Ghlayiyah.
"Dan terkadang keduanya jatuh pada hari yang sama, lalu beliau pun membaca
kedua surah tersebut.5

5
Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm -

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa Shalat Jum'at
adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua rakaat secara berjamaah
dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at memiliki hukum wajib 'ain bagi
setiap muslim laki-laki atau pria dewasa beragama islam, merdeka sudah
mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan dalam keadaan mussafir) dan
menetap di dalam negeri atau tempat tertentu dan shalat jum’at juga memiliki
syarat-syarat wajib dan syarat syah nya yang harus dilaksanakan, supaya shalat
jumat nya menjadi sempurna.

Shalat Jum'at adalah ibadah shalat yang dikerjakan di hari jum'at dua
rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan setelah khutbah. Shalah Jum'at
memiliki hukum wajib 'ain bagi setiap muslim laki-laki atau pria dewasa
beragama islam, merdeka sudah mukallaf, sehat badan serta muqaim (bukan
dalam keadaan mussafir) dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azzam, A. A. (2009). Fiqh Ibadah. Jakarta: Amzah.


Syafi'i, I. (2012). Panduan Sholat Lengkap. Jakarta Timur: Khatulistiwa.
Fiqih Ibadah Tentang Sholat Jum'at (ahmadfauzanpc.blogspot.com)
Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat | NU Online
View of SHOLAT JUM’AT (stai-br.ac.id)

12

Anda mungkin juga menyukai