Anda di halaman 1dari 12

PRO-KONTRA AMALAN NISFU

SYA’BAN
• Di beberapa negara Islam, umat Islam memiliki tradisi berkumpul
di masjid atau di surau pada tiap ba’da maghrib di malam nishfu
sya’ban (malam ke lima belas).
• Mereka membaca surat Yasin, lalu shalat dua rakaat dengan tujuan
agar panjang umur, lalu shalat dua rakaat lagi agar kaya selain itu
mereka berdoa dengan doa-doa khusus untuk malam nishfu
sya’ban.
• Apakah ini semua memiliki dalil dari Al Quran, As Sunnah, atau
pernah diperbuat oleh sahabat, atau tabi’in, atau tabi’ut tabi’in,
atau para imam madzhab? Ataukah ini kekeliruan dan perkara yang
diada-adakan (baca: bid’ah) ? Ataukah perselisihan ulama yang
mesti disikapi dengan lapang dada?
• Namun, tidak bisa dipungkiri aktifitas ini memang pro kontra sejak
masa lalu. Kedua belah pihak sama-sama sepakat bahwa ritual ini
tidak pernah ada pada masa Nabi ‫ﷺ‬dan para sahabatnya. Ritual ini
baru ada pada masa tabi’in, dan dilakukan sebagian ulama pada
masa itu, dan ditolak oleh lainnya.
ULAMA YANG MENOLAK
RITUAL NISHFU SYA’BAN
• Tertulis dalam Al Mausu’ah:

‫ف ِم ْن‬ ِ ‫ص‬ ْ ِ‫اء لَ ْيلَ ِة الن‬


ِ َ‫اال ْجتِ َماعِ ِإل ْحي‬ ِ ‫علَى َك َرا َه ِة‬ َ ‫اء‬ ِ ‫ور ْالفُقَ َه‬ ُ ‫ُج ْم ُه‬
‫ص َّر ُحوا ِبأ َ َّن‬ َ ‫ َو‬، ُ‫علَى ذَ ِل َك ْال َحنَ ِفيَّةُ َو ْال َما ِل ِكيَّة‬ َ ‫َص‬ َّ ‫ ن‬، ‫ان‬ َ َ‫ش ْعب‬ َ
‫ َو ُه َو قَ ْول‬. ُ‫علَى األْئِ َّم ِة ْال َم ْن ُع ِم ْنه‬ َ ‫عةٌ َو‬ َ ‫علَ ْي َها ِب ْد‬َ ‫ع‬ َ ‫اال ْجتِ َما‬ ِ
‫ي ِإلَى‬ ُّ ‫ع‬
ِ ‫ا‬ َ‫ز‬ ‫و‬
ْ ْ ‫ب األ‬ َ ‫ َوذَ َه‬. َ‫اح َواب ِْن أ َ ِبي ُملَ ْي َكة‬ َ ‫ب‬‫ر‬ َ ‫ي‬ ‫ب‬
ِ َ ‫اء ب ِْن أ‬ِ ‫ط‬ َ ‫ع‬ َ
ٍ
‫علَى‬ َ ‫ع‬ َ ‫اال ْج ِت َما‬ِ ‫صالَ ِة ؛ ِأل َّن‬ َّ ‫اج ِد ِلل‬ ِ ‫س‬َ ‫اال ْج ِت َماعِ لَ َها ِفي ْال َم‬ ِ ‫َك َرا َه ِة‬
َ‫سلَّ َم َوال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫سول‬ ُ ‫الر‬ َّ ‫ع ِن‬ َ ‫اء َه ِذ ِه اللَّ ْيلَ ِة لَ ْم يُ ْنقَل‬ ِ َ‫ِإ ْحي‬
‫ص َحا ِب ِه‬ ْ َ ‫ع ْن أ َ َح ٍد ِم ْن أ‬ َ
• Mayoritas ahli fiqih memakruhkan berkumpul di masjid untuk
menghidupkan malam Nishfu Sya’ban, itu dikatakan oleh Hanafiyah dan
Malikiyah. Mereka menerangkan bahwa berkumpul pada malam itu adalah bid’ah
dan para imam melarangnya. Ini adalah pendapat ‘Atha bin Abi Rabah dan Ibnu
Mulaikah. Sedangkan Al Auza’i memakruhkan berkumpu l di masjid untuk shalat,
karena berkumpul untuk menghidupkan malam ini tidak pernah ada dikutip dari
Rasulullah ‫ﷺ‬dan tidak seorang pun para sahabatnya. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al
Kuwaitiyah, 2/236)
• Imam An Nawawi (bermadzhab syafi’i)

Beliau Rahimahullah memberikan komentar tentang mengkhususkan shalat pada


malam nishfu sya’ban, sebagai berikut:

‫الصالة المعروفة بصالة الرغائب وهي ثنتى عشرة ركعة تصلي بين‬
‫المغرب والعشاء ليلة أول جمعة في رجب وصالة ليلة نصف شعبان‬
‫مائة ركعة وهاتان الصالتان بدعتان ومنكران قبيحتان وال يغتر‬
‫بذكرهما في كتاب قوت القلوب واحياء علوم الدين وال بالحديث‬
‫المذكور فيهما فان كل ذلك باطل‬

• “Shalat yang sudah dikenal dengan sebutan shalat Ragha’ib yaitu shalat 12 rakaat
yang dilakukan antara Maghrib dan Isya’, yakni malam awal hari Jumat pada bulan
Rajab, dan shalat malam pada nishfu sya’ban seratus rakaat, maka dua shalat ini
adalah bid’ah munkar yang buruk, janganlah terkecoh karena keduanya disebutkan
dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya Ulumuddin , dan tidak ada satu pun hadits yang
menyebutkan dua shalat ini, maka semuanya adalah batil.” (Imam An Nawawi, Al
Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 4/56)
• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (madzhab Hambali)

Beliau Rahimahullahi memiliki dua pandangan tentang ritual nishfu


sya’ban, TIDAK BOLEH dan BOLEH, bagaimana yang tidak boleh?

• . ‫ص َال ٍة ُمقَ َّد َر ٍة‬ َ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫د‬ِ ‫اج‬


ِ ‫س‬ َ ‫م‬ ْ
َ ‫ع ِفي‬
‫ال‬ ُ ‫َوأ َ َّما ِاال ْج ِت َما‬
َّ ‫ { قُ ْل ُه َو‬: ‫ف‬
ُ‫َّللا‬ ٍ ‫علَى ِمائ َ ِة َر ْكعَ ٍة ِب ِق َرا َء ِة أ َ ْل‬ َ ِ‫َك ِاال ْج ِت َماع‬
. ‫عةٌ لَ ْم يَ ْست َ ِحبَّ َها أ َ َح ٌد ِم ْن ْاألَئِ َّم ِة‬َ ‫ فَ َهذَا ِب ْد‬. ‫أ َ َح ٌد } َدائِ ًما‬
. ‫َّللاُ أ َ ْعلَ ُم‬
َّ َ ‫َو‬
• “Ada pun berkumpul di masjid untuk melakukan shalat yang sudah
ditentukan, seperti berjamaah sebanyak seratus rakaat dengan membaca
seribu kali Qul Huwallahu Ahad, maka ini adalah bid’ah yang tidak pernah
dianjurkan seorang pun kaum salaf (terdahulu). Wallahu A’lam.” (Imam
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, Juz. 2, Hal. 447)
PIHAK YANG MEMBOLEHKAN
• Pihak yang membolehkan menilai apa yang dilakukannya memiliki dasar dalam
agama secara shahih, yaitu hadits berikut:

• ‫ فيغفر لجميع‬، ‫يطلع هللا تبارك و تعالى إلى خلقه ليلة النصف من شعبان‬
‫خلقه إال لمشرك أو مشاحن‬
• “Allah Ta’ala menampakkan diriNya kepada hambaNya pada malam nishfu
sya’ban, maka Dia mengampuni bagi seluruh hambaNya, kecuali orang yang
musyrik atau pendengki.”

• (Hadits ini Diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi, satu sama lain saling
menguatkan, yakni oleh Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al Khusyani, Abdullah
bin Amr, ‘Auf bin Malik, dan ‘Aisyah. Lihat Syaikh Al Albani, As Silsilah Ash
Shahihah, 3/135, No. 1144. Darul Ma’arif. Juga kitab beliau Shahih Al 6Jami’
Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 2/785. Al Maktab Al Islami. Namun, dalam kitab
Tahqiq Misykah Al Mashabih, justru Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini,
Lihat No. 1306, tetapi yang lebih kuat adalah shahih karena banyaknya jalur
periwayatan yang saling menguatkan. Dishahihkan pula oleh Dr. Abdul Malik
bin Abdullah Ad Duhaisy, dalam Jami’ Al Masanid wa Sunan, No. 9697)
• Hadits tersebut menunjukkan kemuliaan dan keutamaan
malam Nishfu Sya’ban. Oleh karena itu memanfaatkannya
sebagai momentum beribadah adalah hal yang disyariatkan
secara mutlak. Baik sendiri atau berjamaah, baik dengan
membaca Al Quran, atau shalat sendiri atau berjamaah,
seperti yang terjadi di sebagian masjid di negeri-negeri
muslim. Manusia bebas memilihnya, atau menyatukan
semuanya.
• Dalam Al Mausu’ah disebutkan:
• ‫اق‬ ُ ‫ام ٍر َو ِإ ْس َح‬
ِ ‫ع‬َ ‫ان ب ُْن‬ُ ‫ان َولُ ْق َم‬
َ ‫ب خَا ِل ُد ب ُْن َم ْع َد‬َ ‫َوذَ َه‬
‫ع ٍة‬ ِ ‫ب ُْن َرا َه َو ْي ِه ِإلَى ا ْستِ ْحبَا‬
َ ‫ب ِإ ْحيَائِ َها فِي َج َما‬
• Khalid bin Ma’dan, Luqman bin ‘Amir, dan
Ishaq bin Rahawaih mengatakan mustahab
(disukai) menghi dupkan malam tersebut
dengan berjamaah. (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah
Al Kuwaitiyah, 2/236)
• Amalan Penduduk Mekkah Generasi Salaf Al Fakihi Rahimahullah
(wafat 272 H) bercerita:

• Amalan penduduk Mekkah pada malam Nishfu Sya’ban dan


kesungguhan mereka beribadah karena keutamaan malam
tersebut.
• Penduduk Mekkah dari dulu sampai hari ini, jika datang malam
Nishfu Sya’ban, maka mayoritas laki-laki dan perempuan keluar
menuju Masjidil Haram, mereka shalat, thawaf, dan menghidupkan
malam itu sampai pagi dengan membaca Al Quran di Masjidil
Haram sampai mengkhatamkan semuanya, dan mereka shalat, di
antara mereka ada yang shalat malam itu 100 rakaat dan pada tiap
rakaatnya membaca Al Fatihah dan Al Ikhlas 10 kali, lalu mereka
mengambil air zam zam malam itu, lalu meminumnya, mandi
dengannya, dan juga menyembuhkan orang sakit dengannya, dalam
rangka mencari keberkahan pada malam tersebut. (Akhbar Makkah,
3/84)
• Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah Beliau berkata:

َ ‫ص ٍة َك َما َك‬
• ‫ان‬ َّ ‫ع ٍة خَا‬ َ ‫ف َو ْح َدهُ أ َ ْو فِي َج َما‬ ْ ِ‫ان لَ ْيلَةَ الن‬
ِ ‫ص‬ ُ ‫س‬ ِ ْ ‫صلَّى‬
َ ‫اإل ْن‬ َ ‫إ َذا‬
‫سن‬َ ‫ف فَ ُه َو أ َ ْح‬ ِ َ‫سل‬
َّ ‫ف ِم ْن ال‬ َ ‫يَ ْفعَ ُل‬
ُ ‫ط َوا ِئ‬
• Jika manusia shalat malam nishfu seorang diri atau jamaah secara
khusus sebagaimana yang dilakukan beberapa golongan salaf, maka
itu lebih baik. (Al Fatawa Al Kubra, 2/262)

• Jadi, yang diingkari oleh Imam Inu Taimiyah adalah jika


mengkhususkan bilangan rakaatnya dan bilangan bacaannya, yang
menurutnya bid’ah dan tidak dianjurkan para imam. ( Ibid)
Sebenarnya, sikap Imam Ibnu Taimiyah adalah sikap yang dianut
mayoritas ulama yaitu menganjurkan menghidupkan malam Nisfu
Sya’ban dengan ibadah, tetapi secara umum saja tanpa ada aturan,
cara, dan bilangan yang baku.

Anda mungkin juga menyukai