Anda di halaman 1dari 26

Leprosy.

An Update: Definition, Pathogenesis,


Classification, Diagnosis, and Treatment

Pembimbing :
dr. Ridha Setiawati Sp.KK
dr. Wahyu Hidayat Sp.KK

Niken Tri Utami


30101307023
Definisi

▰ Penyakit Morbus Hansen/kusta adalah


penyakit infeksi kronis yang disebabkan
infeksi bakterial Mycobacterium leprae yang
bersifat intraseluler obligat yang menyerang
saraf perifer, kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas kemudian dapat ke
organ lain kecuali SSP.

2
Epidemiologi

▰ Sebanyak 244.776 kasus baru didaftarkan pada tahun 2009,


dengan Asia Tenggara memiliki jumlah terbesar (166 115
kasus baru); pada awal tahun 2010 prevalensi di seluruh
dunia adalah 211 903 kasus.4 Saat ini infeksi mikobakteri
endemik di lebih dari 15 negara, namun 83% kasus
ditemukan di 3 negara: India, Brasil, dan Birmania.2,4 India
terdaftar 64% dari semua kasus. Prevalensi penyakit kusta
adalah 212 802 kasus di tahun 2008, dan 2007 terdapat 254
252 kasus baru terdaftar. Jumlah kasus turun sebesar 11
100 (4%) dari tahun 2006 sampai 2007

3
Etiologi

▰ Karakteristik M leprae: berukuran dari 1-8 µm dalam


panjang dan 0,3 µm dalam diameter
▰ Membelah secara biner
▰ Presdiposisi untuk menginfeksi area tubuh yang dingin
seperti kulit, mukosa hidung dan saraf perifer
(terutama yang superfisial)
▰ Tumbuh baik pada suhu antara 27 ◦C dan 30 ◦C

4
▰ Terkait dengan genetik:
▻ Gen HLA-DR2 dan HLA-DR3 telah dikaitkan dengan
kusta tuberkuloid
▻ HLA-DQ1 paling sering ditemukan pada pasien
dengan bentuk lepromatosa

5
Patogenesis

▰ M. leprae memilki patogenitas dan daya invasi yang rendah


dikarenakan respon imun yang berbeda sehingga disebut penyakit
imunologik
▰ Gejala klinis lebih sebanding dengan reaksi selulernya daripada
intensitasnya infeksinya
▰ FR  Kepadatan penduduk dan kontak berkepanjangan
▰ Pada kusta lepromatosa risiko penularannya lebih tinggi karena
bacterial load yang tinggi
▰ Bakteri dapat hidup di luar tubuh sekitar 36 jam sampai 9 hari

6
Klasifikasi

▰ Menurut WHO
▻ Pausibasiler  jumlah lesi kulit tidak lebih
dari 5
▻ Multibasiler  kasus dengan jumlah lesi
kulit 6 atau lebih

7
8
Tanda dan Gejala Klinis

▰ Dapat bermanifestasi pada


▻ Kulit
▻ Saraf  penebalan n ulnaris, n medianus, n
radialis, n poplitea lateral, n tibial posterior
▻ Mata  lagophthalmos, alopesia pada alis
mata dan bulu mata

9
▰ Kusta tuberkuloid  makula anestesi hipopigmentasi,
batas tegas dengan pusat lesi atrofi, biasanya tidak
kehilangan sensasi sensorik, lesi sedikit
▰ Kusta lepromatosa  papul, nodul berkonfluen,
infiltrasi difus, facies leonine, madarosis, keterlibatan
saraf lebih besar sehingga menyebabkan kehilangan
sensasi sensorik

10
Facies leonina pada kusta
lepromatosa

11
Kusta tuberkuloid: sebuah
lesi tunggal, plak tanpa
rambut dengan batas
tegas

12
Kusta dimorfous yang
memiliki karakteristik
infiltrat, eritem, plak
bersisik yang berbentuk
annular dan memiliki
batas internal yang tegas
serta sentral yang atrofi

13
Diagnosis

▰ Minimal salah satu dari kriteria berikut


1. Kulit anestesi dengan lesi hipopigmentasi
(atau eritematosa)
2. Saraf perifer yang menebal
3. Apusan basil tahan asam atau bacilli
diamati dalam biopsi

14
Uji Apusan

▰ Dilakukan pada mukosa hidung, lobus telinga,


dan / atau lesi kulit
▰ Memiliki spesifisitas 100% dan sensitivitas
50%
▰ Skala logaritma Ridley, atau bacterial index,
digunakan untuk menginterpretasikan hasil
uji apusan

15
Histopatologik

▰ Tipe Tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang


lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid.
▰ Tipe Lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal
(subepidermal clear zone), yaitu suatu daerah langsung di
bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik. Didapati
sel virchow dengan banyak basil.
▰ Tipe Borderline terdapat campuran unsur-unsur tersebut

16
Injeksi Lepromin Intradermal

▰ Untuk melihat reaksi awal (Fernandez) [dalam


24 atau 48 jam] dan lainya untuk reaksi
lambat (Mitsuda) [dalam 21 hari]

17
Serologi

▰ Titer antibodi glikolipid fenolik 1 (PGL-1) dan


polymerase chain reaction (PCR)  biaya besar,
teknik serta infrastruktur dibutuhkan untuk
penggunaan rutin
▰ Uji MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination)
▰ Uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
▰ ML Dipstick test
▰ ML Flow test
18
Reaksi Kusta

▰ Reaksi kusta: Respon imun terhadap M leprae


(berhubungan dengan perubahan sistem imunitas
tubuh)
▰ Tipe 1 (Reversal) : lesi hipopigmentasi eritema 
makin eritematosa/makula  infiltrat  bertambah
luas
▰ Tipe 2 (ENL) : nodus eritema, nyeri di lengan dan
tungkai

19
Pengobatan

20
Tindak Lanjut

▰ Pausibasiler
Px secara klinis setiap bulan
Px secara bakterioskopik setelah 6 bulan pada
akhir pengobatan
▰ Multibasiler
Px secara klinis setiap bulan
Px secara bakterioskopik setiap 3 bulan
21
Manajemen Reaksi Kusta

▰ Tipe 1 (Reversal) :
• Prednison 40mg/hari (bila terdapat
neuritis)
▰ Tipe 2 (ENL) :
• Prednison 15-30mg/hari
• Klofazimin 200-300mg/hari

22
Mencegah Kecacatan

▰ Diagnosis dini kusta


▰ Menggunakan alas kaki yang baik dan benar
serta edukasi perawatan kaki

23
Vaksin

▰ Vaksin BCG telah dilaporkan memberikan


perlindungan sampai 50% terhadap kusta
▰ Kombinasi BCG dengan M leprae yang tidak
aktif memberikan perlindungan 64%
▰ Vaksin Mycobacterium w  percepatan
regresi klinis dan perbaikan indeks bakteri

24
Kesimpulan

▰ Penyakit Morbus Hansen tetap menjadi perhatian hari


ini. Semua dokter harus memiliki pemahaman dasar
tentang penyakit ini untuk mendiagnosa dan
mencegah kecacatan dan / atau penularan.
▰ Pengetahuan tentang mekanisme imunopatologis
mengungkapkan kompleksitas penyakit ini dan
menjadi dasar untuk memahami dan mengobati
pasien.

25
Terima
Kasih

26

Anda mungkin juga menyukai