Anda di halaman 1dari 37

PPT THT KOMPRE

TRAUMA AURIKULA
Trauma aurikular adalah cedera pada telinga luar yang dapat
menyebabkan memar, oedem, robekan diantara kartilago dan
perikondrium
Faktor Resiko
• Kecelakaan
• Teriris benda tajam
• Pukulan
Manifestasi Klinis
Biasanya pasien mengeluhkan:
• Nyeri pada telinga
• Pendengaran terganggu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik  Px Telinga Luar
• Benjolan kemerahan pada daun telinga
• Dapat juga adanya robekan pada daun telinga
• Nyeri tekan
• Pada kasus yang telah lama dan berulang, dapat terlihat cauliflower
ear
Tes garputala  menilai tajam pendengaran
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

DD:
• Perichondritis
• Abses Auricular
• Cellulitis
Penatalaksanaan
• Jika luka berupa laserasi, dapat dilakukan penghentian pendarahan
terlebih dahulu kemudian dapat dilakukan penjahitan
• Jika luka berupa hematom, maka dapat dilakukan insisi dan drainase
TRAUMA AKUSTIK
Trauma Akustik adalah setiap perlukaan yang merusak sebagian atau
seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang
sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras
Dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran
atau saraf sensoris pendengaran.
Faktor Resiko
• Terkena ledakan
• Menembak pistol di dekat telinga
• Mendengar suara melebihi 140 dB (n:80-100dB)
Manifestasi Klinis
• Hearing loss
• Tinnitus
• Nyeri telinga oleh suara berisik
• Kesulitan lokalisir bunyi
• Vertigo
• Merasa telinga penuh
Pemeriksaan Fisik
• Perforasi membran timpani (bisa terjadi, bisa tidak)
• SNHL. CHL (cedera ossiculus)
• Otorrhea
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

DD:
Acute noise-induced hearing loss
Penatalaksanaan
• Hearing loss tidak dapat disembuhkan, tujuan treatment lebih untuk
mencegah kerusakan lebih parah.
• Jika di liang telinga luar terdapat debris atau pada telinga tengah
(perforasi membran timpani), maka dapat diberi 4 tetes ciprofloxacin/
dexamethasone / ofloxacin pada telinga 3 kali sehari.
• Jangan lakukan irigasi telinga karena dapat menyebabkan vertigo
(jika ada perforasi membrane timpani)
R/ Dexamethason ear drops fl No.I
S.3.d.d.gtt auric dex et sinist. gtt IV
MOTION SICKNESS
Motion sickness disebut juga kinetosis atau mabuk perjalanan, adalah
keadaan dimana seseorang mengalami keadaan tidak nyaman yang
merupakan kumpulan gejala seperti mual, muntah dan pusing yang
dialami saat melakukan perjalanan. Motion sickness sebenarnya
berdasar dari kegagalan tubuh terutama sistem vestibular dalam
menyesuaikan keseimbangan tubuh dengan pergerakan.
Faktor Resiko
• Perempuan lebih sering terkena gangguan motion sickness
• Penderita migrain
• Anak anak usia 2-12 tahun lebih sering terkena gangguan
Manifestasi Klinis
Keluhan pasien:
• Sindroma mual.
• Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan
muntah.
• Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut kering.
• Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata,
susah konsentrasi, dan lesu.
Pemeriksaan Fisik
Pada kasus motion sickness, tidak dilakukan pemeriksaan fisik THT !!!
Namun dilakukan tes keseimbangan dasar:
• Tes Romberg, normal: dapat berdiri >30 detik, pasien MS: berdiri <30
detik
• Pass pointin test, positif pada pasien MS: jika pasien tidak dapat
menyentuh hidung dan telunjuk pemeriksa secara cepat dan tepat
• Tandem gait
• Stepping test
Pemeriksaan Penunjang: tidak diperlukan
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

DD:
• Mual kehamilan
• Gangguan system vestibular ex Vertigo
• Gangguan system keseimbangan pusat
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
• Medikamentosa
- Dimenhydrinate dosis dewasa 50-100 mg 3-4 kali sehari, anak 25-50 mg 2-3 kali
sehari
- Dramaminedosis dewasa 50-100 mg 3-4 kali sehari, anak 25-50 mg 2-3 kali sehari
• Non Medikamentosa
- Mengurangi gerakan berlebihan pada kepala dan badan saat perjalanan
- Memfokuskan pandangan pada satu titik dan tidak melihat pada benda yang sama
sama
juga bergerak
- Rileks untuk mengurangi ketegangan dan cemas
R/ Dimenhydrinate tab 50mg No.IX
S.3.d.d tab I
Edukasi
• Untuk pasien dan keluarga yang mudah mengalami motion sickness,
disarankan :
• Apabila bepergian dengan mobil ambil posisi dimana pandangan mata
searah dengan arah
gerakan tubuh. Hindari menghadap ke belakang atau menyamping.
• Jangan membaca saat di perjalanan.
• HIndari bau bauan yang kuat, makanan bercita rasa tajam sebelum
perjalanan.
• Minum obat anti emetic atau konsumsi jahe.
PRESBIAKUSIS
Pengurangan pendengaran akut yang dikaitkan dengan bertambahnya
usia. Tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65
tahun.

• Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi


• Diduga kejadian presbiakusis mempunyai hubungan dengan faktor herediter,
pola makanan, metabolisme, arteriosclerosis, infeksi, bising, gaya hidup, atau
bersifat multifactor.
Faktor Resiko
• Usia
• Jenis kelamin, laki-laki
lebih cepat
dibandingkan dengan
perempuan
Manifestasi Klinis
Keluhan pasien
• Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif ( Utama )
• Simetris pada telinga kanan dan kiri
• Kapan dimulai berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti
• Tinitus nada tinggi
• Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahami.
Terutama apabila diucapkan dengan cepat di tempat bising ( Cocktail party
deafness )
• Apabila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga akibat
faktor
• kelelahan saraf.
Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi
- Tampak membrane timpani suram, mobilitas berkurang
2. Tes Garputala  didapatkan tuli sensorineural
3. Pemeriksaan audiometri nada tinggi  didapatkan tuli saraf nada
tinggi, bilateral, simetris
4. Pemeriksaan audiometri tutur  adanya gangguan diskriminasi
wicara ( Speech discrimination )
Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

DD:
- Penggunaan obat bersifat ototoksik
- Meniere syndrome
- Otosklerosis
Penatalaksanaan Komprehensif :
• Pemasangan ABD ( hearing ald ) ; perlu dikombinasikan dengan latihan
membaca ujaran ( speech reading ) dan latihan mendengar ( audiotory
training ).
SERUMEN PROP
Serumen adalah sekret kelenjar
sebasea, kelenjar seruminosa, epitel
kulit yang terlepas, dan partikel debu
yang terdapat pada bagian
kartilaginosa liang telinga.
Bila serumen ini berlebihan maka
dapat membentuk gumpalan yang
menumpuk di liang telinga, dikenal
dengan serumen prop.
Faktor Resiko
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Kebiasaan mengorek telinga
Manifestasi Klinis
Keluhan Pasien:
1. Rasa penuh pada telinga
2. Pendengaran berkurang
3. Rasa nyeri pada telinga
4. Keluhan semakin memberat bila telinga kemasukan air (sewaktu
mandi atau berenang)
5. Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau tinitus
Pemeriksaan Fisik
1. Otoskopi: obstruksi liang telinga luar oleh material berwarna kuning
kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat
bervariasi.

2. Tes penala: normal atau tuli konduktif


Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

DD:
Benda asing di liang telinga (corpus alienum)
Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa: Evakuasi serumen
a. Bila serumen lunak, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas.
b. Bila serumen keras, dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen
harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetes Karbogliserin 10% atau
H2O2 3% selama 3 hari.
c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga
sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani
sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi)
air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
2. Medikamentosa
Tetes telinga Karbogliserin 10% atau H2O2 3% selama 3 hari untuk
melunakkan serumen.

Konseling dan Edukasi


1. Menganjurkan pasien untuk tidak membersihkan telinga secara
berlebihan, baik dengan cotton bud atau alat lainnya.
2. Menganjurkan pasien untuk menghindari memasukkan air atau
apapun ke dalam telinga.

Anda mungkin juga menyukai