Anda di halaman 1dari 14

DAKWAH DALAM PERSPEKTIF SIRAH NABI

Komariah
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
kokomkomariah1509@gmail.com

Abstract
Berbicara Islam memang tidak akan lepas dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW,
karena Islam lahir melalui peran dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membawa risalah
Islam kepada masyarakat Arab, bahkan peran Nabi SAW dalam berdakwah tidak hanya
membahas hal-hal yang hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan ketuhanan yang
dibawa Islam, melainkan dakwah Nabi Muhammad SAW juga membahas kompleksitas
seluruh kehidupan, baik dari segi cara melakukan hidup yang baik hingga sampai bagaimana
cara berdagang dan melakukan diplomasi yang baik, beberapa hal tersebutlah yang diajarkan
Nabi Muhammad SAW dalam melakukan strategi dakwahnya.

Kata kunci : Dakwah Nabi, Periode dan Strategi


Pendahuluan
Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengajarkan tentang dakwah. Rasulullah SAW
sendiri diturunkan di dunia untuk melakukan dakwah mengubah masyarakat Arab Jahili
waktu itu menjadi masyarakat yang lebih baik.1 Dari sini kita dapat melihat bahwa Rasulullah
SAW datang dalam kehidupan dunia ini tak lain membawa risalah dakwah untuk mengajak
umat manusia menuju kejalan yang benar, bahkan tidak hanya mengajak akan tetapi juga
menganjurkan dan menyuarakan manusia agar mau menerima kebaikan dan petunjuk yang
termuat dalam Islam.2 Kejelasan ini didukung dengan penjelasan al-Quran yang
menganjurkan manusia untuk menuju jalan yang benar QS. al-Baqarah: 186, dan QS. Yunus:
25, serta meraih kebahagiaan hakiki dengan meng-Esakan, mendekatkan diri dan intropeksi
terhadap apa yang telah diperbuat.3 Dengan dakwah ini, tujuan Rasul tak lain hanyalah ingin
menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) menuju ketempat yang terang-
benderang (ajaran Islam) serta mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan
beragama secara penuh dan menyeluruh. Secara prinsipil dakwah yang diajarkan Nabi SAW
tak lain hanya mengajarkan cara berkehidupan yang benar, sehingga dapat meraih
1
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardhiyah (Solo: Era Adicipta Intermedia, 2011), h. 4
2
Safrodin Halimi, Etika Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran anatar Edialis Aqurani dan
Realitas Sosial (Semarang: Walisongo Pres, 2008), h. 32.
3
Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah (Semarang: Rasail, 2006), h. 9.

1
kebahagiaan dunia maupun akhirat.4 Kehadiran Rasulullah SAW sebagai seorang da’i, tidak
serta merta hanya mengajarkan cara yang benar dalam beragama dan berketuhanan 5,
melainkan mengajarkan bagaimana cara berkehidupan yang baik dan benar untuk menjadi
makhluk manusia yang sempurna, hal ini sebagaimana terbukti, bahwa selain Rasul
melakukan dakwah di Masjid dan mimbar-mimbar umat Islam kala itu. Rasulullah SAW juga
mengajarkan bagaimana cara manusia berkehidupan, baik melalui keteladanan dengan akhlak
mulia, hingga turun aksi menjadi pebisnis, politikus, bahkan jenderal perang. Bukti-bukti cara
dakwah Rasulullah bisa terlihat dari sejarah panjang kehidupan Rasulullah SAW, dalam
berkehidupan misalnya, Rasulullah hadir dengan suri taulan mengajarkan cara
memanusiakan manusia, serta cara bersikap yang baik seperti shiddiq, amanah, tabligh,
fatanah. Tak hanya berhenti disini, Rasulullah dalam sejarah hidupnya juga melakukan
perundingan menjalin Ukhuwah Islamiyah.6
Pembahasan
Risalah yang diterima Nabi Muhammad disebarkan melalui dakwah atau pendidikan
terhadap umat (Abuddin Nata, 2010;204). Term dakwah mengandung pengertian mengajak
manusia dengan cara yang bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwa
Islam adalah agama yabg paling banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa
dan suku dengan kawasan yang luas yang di dalamnya terdapat kemajemukan rasial dan
budaya (Moh. Ali Aziz, 2004;21). Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab
yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa
Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : ,, ‫ةوعد‬, ‫وعدي‬
‫اعد‬ artinya : menyeru, memanggil, mengajak. Pada awal kenabian, beliau
menyerukanpenyempurnaan akhlak dan tauhid (Nata;204). Penggunaan kata dakwah sendiri
di dalam kitab suci al Qur’an memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Kata dakwah di
dalam al Qur’an digunakan sebanyak 198 kali. Dan dakwah sendiri tidak merujuk pada satu
arti, akan tetapi merujuk pada beberapa arti kata. Yaitu diantaranya,
 Dakwah sebagai ajakan
Kata dakwah merujuk pada ajakan yang dilakukan oleh seseorang agar orang lain
mengikuti keinginan. Ajakan bisa disampaikan melalui ceramah atau nasihat secara
individu agar seseorang bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki si
4
Abu Al-Fida’ Isma’il Bin Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Tafsir Al-Qur’an Al-
‘Adzim, (Dar Al-Thaybah, 1999), h. 385
5
Samsul Amin Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 6
6
Wahidin Saputra, Pengantar ilmu Dakwah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 2.

2
Pendakwah. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); seperti dalam al
Qur’an,“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu
barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Qs. Al-Baqarah : 256).
Jadi ayat ini menerangkan bahwa dakwah itu cukup dengan menjelaskan atau
menerangkan dan tidak boleh dengan paksa.
 Dakwah sebagai Doa Nabi Nuh adalah nabi yang berdakwa dengan salah satu cara
Berdoa kepada Allah. Tujuan dari Do’a yang disampaikan nabi Nuh agar umatnya
dapat kembali ke jalan yang benar sehingga Allah tidak menjatuhkan hukuman
kepada kaumnya berupa banjir yang sangat besar. Dakwah sebagai Tuduhan
penjatuhan hukuman atas seseorang adalah pendakwaan, dalam hal hal kata Dakwah
digunakan dalam mewakili kata tuduhan. Dalam Bahasa Indonesia, Terdakwa akan
merujuk pada orang yang telah dijatuhkan hukuman atau status yang setingkat lebih
tinggi dari tersangka7
Periodesasi Dakwah Nabi Muhammad
Sebagaimana kita ketahui bahwa dakwah rasulullah saw. Selama kurang lebih 22
tahun 2 bulan 22 hari atau ada yang membulatkan selama 23 tahun dan terbagi dalam dua
periode yaitu periode Makkah dan Madinah. Sebelum diangkat sebagai rasul, Muhammad
sering menyendiri (berkhalwat) di gua hira’ sampai suatu ketika memperoleh wahyu pertama
berupa surat al’alaq ayat 1 sd 5. Lima ayat tersebut diyakini sebagai pembukaan dari risalah
penutup yang abadi.
Fase kenabian Nabi Muhammad SAW. dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi
di gua hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama kali, yaitu
Al-‘Alaq ayat 1-5, maka Nabi Muhammad SAW. telah di angkat menjadi Nabi, utusan Allah.
Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya,
namun setelah turun wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi
Muhammad SAW. di angkat menjadi Rasul yang harus berdakwah.
Melalui ayat-ayat ini, Allah menetapkan keabadian ajaran Islam baik
keuniversalannya dan komprehensifnya menjelaskan, bahwa ajaran Islam merupakan risalah

7
Mohammad Arif, “Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah” Asketik, Vol. 2 No. 1, Juli (2018), hlm 45-46
(https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/671)

3
ilmu, pengetahuan dan akal, dimana ketiga hal tersebut merupakan kenikmatan terbesar dari
Allah SWT.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai dari dakwah yang
berdasarkan pada QS. Al- Mudatstsir :1-7 adalah; 1. Pemberian peringatan, agar siapapun
yang menyalahi ketentuan Allah di dunia akan diberi peringatan tentang akibatnya di
kemudian hari; 2. Mengangungkan Rabb (Tuhan/Allah), agar manusia tidak menyombongkan
diri karena kebesaran hanya milik Allah; 3. Membersihkan pakaian dan meninggalkan
perbuatan dosa, agar manusia memiliki kebersihan lahir dan batin; 4. Ihlas. Jadi, inti dari ayat
tersebut adalah tauhid, iman kepada hari akhir, membersihkan jiwa, menyerahkan semua
urusan kepada Allah.8
Strategi Dakwah Rasulullah SAW.
Perintah Melaksanakan Dakwah Kepada Allah dan Materi Dakwah Nabi Muhammad
SAW., mendapat berbagai macam perintah dalam fi rman Allah, Artinya: “Hai orang yang
berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!, Dan Tuhanmu agungkanlah!,
Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
Hakikat dan tujuan dakwah Rasulullah SAW., dalam ayat tersebut dapat diperinci
sebagai berikut: (Syaikh Shafi yyurrahman Al- Mubarakfuri, 2016;69).
 Tujuan pemberian peringatan, agar siapapun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia
ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari,dan yang pasti
akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.
 Tujuan mengagunggkan Rabb, agar siapa pun yang menyombongkan diri di dunia
tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaanya
dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang tersisa di dunia selain kebesaran
Allah.
 Tujuan membersihkan Pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar kebersihan
lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala
noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan, agar jiwa manusia berada
dibawah lindugan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah, dan cahaya-Nya,

8
Mubasyaroh, “ Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada Periode Makkah” ,
AT-TABSYIR : Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No. 2 Desember (2015), hlm. 391
(https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605864632)

4
sehingga dia menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat, mengundang pesona
semua hati dan decak kekaguman.
 Tujuan larangan berharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan. Agar seseorang
tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar lagi hebat, agar dia
senantiasa berbuat dan berbuat, lebih banyak berusaha dan berkorban, lalu
melupakannya. Bahkan dengan peraannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah
berbuat dan berkorban.
 Dalam ayat-ayat terakhir terdapat isyarat tentang gangguan, siksaan , ejekan, dan
olok-olok yang bakal dilancarkan oleh orang-orang yang menentang, bahkan mereka
berusaha membunuh beliau dan membunuh para sahabat serta menekan setiap
oranyang beriman di sekitarbeliau. Allah memerintahkan kepada beliau untuk
bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati,
bukan dengan tujuan kepentingan pribadi, tetapi karena keridhaan Allah semata.

Dalam menyampaikan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW menggunakan berbagai


macam metode antara lain metode sembunyi-sembunyi, dakwah secara terang-terangan,
politik pemerintah, surat menyurat,peperangan, pendidikan, dan pengajaran agama (Asmuni
Syukir, 1983;151-158). Metode ini adalah bagian metode dakwah Nabi Muhammad SAW
dalam mengemban misi dakwah di Makkah dan Madinah. Pada periode awal dalam
perjuangan menyiarkan Islam di Makkah situasi yang dialami Nabi Muhammad SAW dan
umat Islam begitu berat. Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin pada saat itu mendapati
kenyataan bahwa mereka menanggung berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan, bahkan
ancamanpembunuhan dari kaum kafir Quraisy (Abdul Malik Ibnu Hisyam, 1971;191). Kota
Yastrib akhirnya dipilih sebagai tempat dan pusat syiar Islam dengan alasan adanya tawaran
dan permintaan orang Yasrib yang telah masuk Islam. Nabi Muhammad SAW pun kemudian
memindahkan pusat syiarnya ke tempat ini. Kota Madinah (Yasrib) merupakan tempat yang
dipilih oleh Allah SWT sebagai tempat hijrah Rasulullah SAW dan sebagai pusat dakwah
Islam menuju dunia luas, juga kita dapat menggambarkan awal kelahiran masyarakat Islam
yang berdiri sesudah munculnya Islam. Maka kita harus mengetahui kedudukannya secada
sosial ekonomi dan hubungan antar suku-suku yang berdiam disana. Termasuk kebijaksanaa
Allah SWT dalam memilih Madinah sebagai dar al hijrah (tempat hijrah) dan markaz ad
da’wah (pusat dakwah). Selain kehendak Allah untuk memuliakan penduduknya dan rahasia-

5
rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Allah SWT, juga karena keistimewaan
Madinah dengan letaknya yang strategis.9

Adapun dari berbagai strategi yang dilakukan Rasulullah dalam mengembangkan


dakwah pada periode Mekkah adalah melakukan dakwah personal secara selektif.
Muhammad tidak langsung memberikan, mengajak orang-orang, melakukan dakwah secara
sembarangan, tetapi terdapat strategi yang diterapkan dalam upaya menyampaikan dakwah.
Strategi tersebut adalah menyampaikan dakwah secara perorangan. Orang-orang yang diajak
nabi merupakan cikal-bakal kader dakwah yang turut membantu nabi dalam menyebarkan
Islam di Mekkah. Strategi ini, menghasilkan orang-orang yang pertama masuk Islam, di
antara mereka yaitu, Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Haritsah bin Syurahbil Al-Kalbi, Ali
bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Dipilihnya Abu Bakar, sebagai mad‟u yang pantas menerima dakwah secara personal
membuat pergerakan dakwah semakin berkembang, karena semangatnya yang luar biasa
dalam berdakwah, dia juga disenangi oleh kaumnya karena berilmu dan kaya, maka orang-
orang yang memeluk Islam bertambah banyak, berkat seruannya itu, ada beberapa orang yang
masuk Islam, yaitu Utsman bin Affan Al-Umawi, Az-Zubair bin Al-Awwam Al-Asadi,
Abdurrahman bin Auf, Sa‟ad bin Abi Waqqash Az-Zuhriyah, dan Thalhah bin Ubaidillah At-
Taimi. Strategi selanjutnya adalah membentuk kader dakwah. Ini merupakan bagian dari
strategi rasul yang cemerlang. Orang-orang yang telah beriman pada permulaan dakwah,
diberikan pengajaran oleh rasul tentang keislaman, dengan tujuan mereka menjadi
penyambung lidah dan turut membantu perjuangan menyebarkan dakwah. Strategi ketiga
adalah memilih tempat pengajaran yang strategis.

Di saat situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukannya dakwah secara


terbuka, rasul memilih sebuah tempat tertutup, yaitu dipilihnya sebuah rumah salah satu
sahabat yang bernama al-Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi. Rumah tersebut dapat
dikatakan sebagai Islamic Center yang menjadi pusat kajian Islam. Lagi-lagi rasul
menciptakan strategi yang tepat dengan membentuk kader dakwah dan memilih tempat yang
aman dalam mengajarkan dakwah. Memproklamirkan Dakwah di Bukit Shafa. Perintah
dakwah secara terang-terangan telah datang, dakwah secara terbuka pun telah dikibarkan.
Strategi rasul agar dakwah kepada keluarga terlaksana, tentu dengan mengumpulkan para
9
Mohammad Arif, “Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah” Asketik, Vol. 2 No. 1, Juli (2018), hlm 48-50
(https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/671)

6
keluarga, kerabat baik dari kalangan ayahnyamaupun ibunya. Dengan jumlah keluarga yang
tentu sangat banyak, maka kelihaian rasul dalam melihat kondisi dan peluang tidak
terbantahkan. Rasul dengan segera menetukan dan memilih bukit Shafa sebagai tempat
diserukannya dakwah dan berkumpulnya para keluarganya. Hal ini bukan hanya atas dasar
kalkulasi kuantitas agar tempatnya memadai, tetapi agar seruan dakwah ajaran Islam
terdengar kepada semua khalayak yang berhadir. Inilah strategi rasul agar dakwah sampai di
telinga orang-orang itu.

Strategi selanjutnya adalah menyembunyikan ibadah. Berbagai tekanan, ancaman dan


siksaan yang dilakukan kaum musyrik Mekkah terhadap nabi dan kaum muslimin setelah
rasul mengumumkan dakwah secara terbuka dan setelah usaha mereka untuk meredam
dakwah tersebut gagal. Nabi Muhammad menyuruh dan meminta kepada kaum muslimin
agar menyembunyikan keislaman, segala bentuk ibadah, dakwah dan pertemuan-pertemuan,
semata demi kemaslahatan dan kepentingan Islam. Pertimbangan untuk mengambil langkah
ini nyaris sempurna, agar tidak terjadi bentrok antara kaum muslimin dan musyrikin. Jika
bentrokan terus menerus terjadi, maka hal yang lebih berat akan menimpa kaum muslimin
sendiri, karena kekuatan belum besar.

Mencari suaka politik (perlindungan) ke habasyah. Ini merupakan strategi yang


dipilih rasul, untuk para sahabat agar terhindar dari ancaman dan penyiksaan yang dilakukan
oleh kaum kafir Quraisy setelah rasul memproklamirkan dakwah secara terbuka. Dipilihnya
Habasyah, yang sekarang adalah sebuah negara yang disebut Ethiopia, bukan tanpa
pertimbangan dan pengetahuan yang mendalam. Rasul mengetahui bahwa di Habasyah,
mempunyai seorang raja yang sangat baik dan menjunjung tinggi kebebasan bagi siapa saja
yang datang dan ingin menetap di wilayahnya tersebut.

Meminta perlindungan kepada keluarga. Peneliti menganalisa ada sebab mengapa


nabi meminta perlindungan ini, karena dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, orang tuanya
sudah meninggal di saat umurnya belum mencapai baligh, dia tidak lagi punya orang-orang
yang siap membela dan melindungi hidup dan matinya. Dilakukanlah oleh rasul suatu
pendekatan kepada keluarga, meminta perlindungan kepada mereka, karena hanya tinggal
keluarga dari pihak ibu dan ayahnya lah yang dapat diandalkan dalam melindungi dirinya.
Dalam upaya meminta perlindungan ini, tentu keahlian dan kecerdasan dalam melakukan
lobby dan merangkai kata-kata ditunjukkan nabi. Akan sulit jika tidak demikian mendapatkan

7
perlindungan, di saat keluarganya masih memeluk agama nenek moyang, ninik mamak
mereka.

Strategi selanjutnya adalah memohon pertolongan Allah. Berdoa juga merupakan


salah satu bentuk strategi yang dilakukan rasul. Kekuatan doa dan manfaat dari strategi ini
tidak boleh diabaikan. Karena senjata orang mukmin ialah dengan berdoa. Memperdengarkan
Ayat-ayat Al-Qur‟an, melakukan pawai pertama. Pawai ini dilakukan atas usulan dari Umar
bin Khaththab dan keinginan kuat untuk melaksanakannya. Setelah Umar memeluk Islam,
barulah kaum muslimin menampakkan diri dan dakwah dilakukan secara terang-terangan.
Mereka duduk-duduk secara melingkar di sekitar Baitullah, melakukan tawaf, mengimbangi
perlakuan orang yang kasar kepada kami serta membalas sebagian yang diperbuatnya.14
Selanjutnya adalah mencari suaka politik ke thaif. Kepergian rasul ke Thaif tanpa ada orang
yang tahu, kecuali pendampingnya, yaitu Zaid bin Haritsah. Kejadian-kejadian itu
membuatnya tertekan, terasing seorang diri. Rasul pergi dengan tujuan mendapatkan
dukungan dan suaka, namun usahanya tersebut tidak sesuai dengan harapan. Penduduk Thaif
malah menjadikan mereka bulan-bulanan dan menolaknya secara kejam. Walaupun tidak
berhasil, akan tetapi rasul telah menerapkan strategi ini sebagai upaya menenangkan diri dan
menyampaikan dakwah kepada para penduduk Thaif.

Strategi selanjutnya adalah menawarkan Islam kepada Kabilah dan Individu. Pada
bulan Dzulqa‟dah tahun 10 dari kenabian bertepatan dengan akhir bulan Juni atau awal bulan
Juli 619 M, Rasulullah kembali ke Mekkah untuk mulai menawarkan Islam kepada kabilah-
kabilah dan perorangan. Semakin dekat datangnya musim haji, maka orang-orang yang
datang ke Mekkah semakin banyak, baik dengan berjalan kaki ataupun menaiki unta. Rasul
menggunakan kesempatan ini untuk berdakwah mengajak kabilah-kabilah untuk memeluk
Islam seperti yang pernah dilakukannya sejak tahun keempat kenabian. Selanjutnya
melakukan bai‟at aqabah. Perjanjian ini dilakukan sebanyak dua kali, peristiwa ini
merupakan strategi yang strategis dilakukan rasul dalam upaya mengikat persahabatan, relasi,
dan amanah dalam menyampikan dakwah.10

Pada periode Madinah, Madinah menjadi sebuah ruang dakwah baru bagi Rasulullah
Saw, setelah dakwah di Mekah terasa sempit bagi dakwah Rasulullah Saw dan umat Islam
pada waktu itu. Berawal dari respon orang-orang Yatsrib (Madinah) yang datang  ke Mekah

10
M. Fathir Ma‟ruf Nurasykim, Strategi Rasulullah dalam Pengembangan Dakwah pada Periode Mekkah, AT-
TAUJIH Jurnal : Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 2 No. 1 Januari-Juni (2019) hlm 115-117
(http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Taujih)

8
pada bulan haji, atau yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqabah. Di sisi lain hal
tersebut juga tidak bisa lepas dari pribadi Nabi Muhammad Saw yang jujur.

Keberhasilan dakwah Rasulullah Saw pada waktu itu, bisa dilihat dari orang-orang
Yatsrib baik ketika Perjanjian Aqabah satu maupun dua. Di mana mereka mau mengubah
sikap dan perilaku mereka, bahkan bersedia menjadi pelindung Rasulullah Saw.  Karena pada
hakekatnya, dakwah merupakan suatu media atau sarana seorang dai untuk mengubah
masyarakat dari negative menjadi positif atau berakhlak mulia, dari yang tertinggal menjadi
maju.

Untuk membentuk dan membangun sebuah masyarakat baru di Yatsrib, dengan ragam
suku dan kultur masyarakat yang beragam. Rasulullah Saw mempunyai berbagai langkah dan
strategi dalam mewujudkan hal tersebut. Diantaranya adalah dengan membangun masjid,
menciptaka persaudaraan baru, membangun pranata social dan pemerintahan, mengadakan
perjanjian dengan masyarakat Yahudi di Madinah.

Waktu Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, sudah banyak penduduk Madinah yang memeluk
Islam atau yang kemudian dikenal dengan Kaum Anshar. Setelah beberapa bulan berada di
Madinah, Rasulullah Saw kemudian membangun Masjid Nabawi. Pembangunan masjid
tersebut selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai pusat kegiatan
dakwah, pemerintahan, bermusyawarah dan lain sebagainya. pembangunan masjid yang
saling bahu-membahu tersebut, telah mengajarkan arti sebuah persaudaraan dan semangat
persamaan antar umat manusia.

Strategi kedua Rasululllah Saw dalam membangun sebuah peradaban baru adalah
dengan menciptakan sebuah persaudaraan. Sebagaimana kita ketahui, ketika Kaum Muhajirin
atau pengikut Rasulullah Saw yang hijrah dari Mekah ke Madinah, banyak yang menderita
kemiskinan karena harta benda mereka semuanya ditinggal di Mekah. Pada moment ini lah,
Rasulullah Saw menciptakan persaudaraan baru antara Kaum Anshar dan Muhajirin.
Rasulullah Saw kemudian menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai saudara Nabi Saw sendiri,
lalu Abu Bakar Rasulullah Saw disaudarakan dengan Kharijah Ibnu Zuhair, Ja’far Ibnu Abi
Thalib dengan Mu’adz bin Jabal.

Dengan hal tersebut, Rasulullah Saw telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam.


Di mana masing-masing keluarga mempunyai talian erat dengan keluarga yang lainnya,
sehingga persaudaraan tersebut membentuk sebuah kekuatan baru yang kemudian membantu

9
dakwah Rasulullah Saw. Setelah melakukan kedua hal di atas, Rasulullah Saw kemudian
mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Madinah dan berbagai elemen penting
yang ada di Madinah. Hal ini juga merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh
Rasulullah Saw, ketika berdakwah di Madinah. Yang kemudian perjanjian tersebut dikenal
dengan Piagam Madinah, yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H.

Di mana dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa point penting,


diantaranya yaitu;  Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk
dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Apabila salah satu pihak diperangi
musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang diserang. Di antara mereka saling
mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan salingberbuat kejahatan. Kaum
muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk
kepentingan bersama. Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin umum untuk seluruh
penduduk Madinah. Bila terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi,
maka penyelesaiannya dikembalikan kepada Nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.

Setelah berhasil mengikat masyarakat Madinah yang beragam tersebut dalam satu ikatan,
dengan Piagam Madinah. Kemudian Rasulullah Saw membangun pranata sosial dan
pemerintahan. Yang juga termaktub dalam Piagam Madinah, sehingga ketika Rasulullah Saw
berdakwah di Madinah beliau bukan hanya sebagai penyampai risalah wahyu dari Allah Swt,
tetapi juga sebagai pemimpin negara. Sebagaimana diungkapkan oleh Bernard lewis
dalam The Middle East, bahwa Rasulullah Saw di Madinah juga sebagai seorang penguasa
yang menjalankan kekuasaan politik dan militer, sekaligus pemimpin keagamaan. Begitulah
dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, selain dengan Mauidzah dan Uswah
Hasanah. Juga dengan membangun toleransi di tengah keragaman, untuk mencapai sebuah
kemaslahatan bersama tanpa ada paksaan.11

Dalam melakukan dakwah, Rasulullah saw menerapkan banyak strategi dan


pendekatan, salah satunya keteladanan, yaitu menampilkan diri sebagai sosok suri tauladan
yang penuh dengan akhlak mulia, hingga turun aksi menjadi pebisnis, politikus, bahkan
jenderal perang. Dengan kata lain, Rasulullah berdakwah tidak saja dari mimbar masjid tetapi
juga di pasar dan medan tempur.

11
Nur Hasan, Strategi Dakwah Rasulullah Saw Ketika Berada Di Madinah (
https://alif.id/read/nur-hasan/strategi-dakwah-rasulullah-saw-ketika-berada-di-madinah-b220257p/, di akses
pada 29 November 2020 Pukul 20.25)

10
Keteladanan adalah karakter paling inheren dari pribadi Rasulullah saw. Dalam
sebuah hadits, akhlak Rasulullah adalah al-Quran itu sendiri. 12Dalam berdakwah, keteladanan
adalah strategi paling utama. Pepatah mengatakan, Lisan al-Hal afshahu min lisan al-
Maqal,berdakwah dengan tindakan jauh lebih efektif daripada dengan kata-kata
semata.13Tidak dapat dipungkiri, aktivitas dakwah merupakan atktifitas yang sifatnya
mendorong, mengajak atau juga memerintah orang lain terhadap sesuatu yang baik.
Rasulullah Saw. semasa berdakwah kepada para umatnya tampil sebagai sosok sempurna dari
suku Quraish, yang merupakan kabilah terkemuka di bangsa Arab. Walaupun masyarakatnya
pada saat itu sangat keras,Rasulullah saw bersikap lemah lembut. Bukti Rasulullah bersikap
baik dikisahkan dalam sebuah hadits.

‫ْن أَِبي َطلْ َح َة َح َّدثَنِي‬ ُ ‫ار َح َّدثَنَا إِ ْس َح ُق ب‬ ٍ ‫ْن َع َّم‬ ُ ‫ِي َح َّدثَنَا ِع ْك ِر َم ُة ب‬ ُّ ‫س الْ َحنَف‬ َ ُ‫ْن يُون‬ُ ‫ْن َح ْر ٍب َح َّدثَنَا ُع َم ُر ب‬ ُ ‫ْر ب‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا ُز َهي‬:٤٢٩ ‫صحيح مسلم‬
‫ال‬َ ‫ُول فِي الْ َم ْس ِج ِد َف َق‬ ُ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ ْذ َجا َء أَ ْع َرا ِب ٌّي َف َقا َم َيب‬ َ ِ‫هَّلل‬‫ا‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ع‬
ِ ُ َ ََ ِ َْ ‫م‬ ‫د‬ِ ‫ج‬ ‫س‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ن‬ُ ‫َح‬‫ن‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫ب‬ َ
ْ َ ْ َ ‫ِك َو ُه َو َع ُّم إِ ْس َح َق َق‬
َ ‫ال‬ ٍ ‫ْن َمال‬ُ ‫َس ب‬ُ ‫أَن‬
ُ َ َّ ُ
‫َعو ُه َفتَ َركو ُه َحتى بَال ث َّم‬ ُ َّ َ
ُ ‫صلى ا َعل ْي ِه َو َسل َم اَل ت ْز ِر ُمو ُه د‬ ُ‫هَّلل‬ َّ ‫هَّلل‬ ُ َ َ َ َ
َ ِ ‫صلى َعل ْي ِه َو َسل َم َم ْه َم ْه قال قال َر ُسول ا‬ َّ َ َّ َّ
َ ‫صلى الله ِه‬ َّ ‫هَّلل‬
َ ِ ‫ول ا‬ ِ ‫اب َر ُس‬ ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫أ‬
‫ِن َه َذا الْبَ ْو ِل َواَل الْ َق َذ ِر إِنَّ َما ِه َي لِ ِذ ْك ِر اهَّللِ َع َّز َو َج َّل‬ ْ ‫ِش ْي ٍء م‬َ ‫صلُ ُح ل‬ ْ َ‫اج َد اَل ت‬ ِ ‫ال لَ ُه إِ َّن َه ِذ ِه الْ َم َس‬ َ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم د‬
َ ‫َعا ُه َف َق‬ َ ِ‫ول اهَّلل‬
َ ‫إِ َّن َر ُس‬
َ َّ َ َ
‫ِن َما ٍء فشن ُه َعل ْي ِه‬ ْ َ َ ْ
ْ ‫ء بِدَل ٍو م‬Uَ ‫ِن الق ْو ِم ف َجا‬ ‫اًل‬ َ َ َ َ َّ
ْ ‫صلى ا َعل ْي ِه َو َسل َم قال فأ َم َر َر ُج م‬ َ ُ‫هَّلل‬ َّ ‫هَّلل‬ ُ َ
َ ِ ‫آن أ ْو ك َما قال َر ُسول ا‬ َ َ َ ُ ْ َ ‫الصاَل ِة َوق‬
ِ ‫ِرا َء ِة الق ْر‬ َّ ‫َو‬

Shahih Muslim 429: Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] telah menceritakan
kepada kami [Umar bin Yunus Al Hanafi] telah menceritakan kepada kami [Ikrimah bin
Ammar] telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Abu Thalhah] telah menceritakan kepada
kami [Anas bin Malik] -yaitu pamannya Ishaq- dia berkata: "Ketika kami berada di masjid
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datanglah seorang Badui yang
kemudian berdiri dan kencing di masjid. Maka para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam berkata: 'Cukup, cukup'." Anas berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
lantas bersabda: "Janganlah kalian menghentikan kencingnya, biarkanlah dia hingga dia
selesai kencing." Kemudian Rasulullah memanggilnya seraya berkata kepadanya:
"Sesungguhnya masjid ini tidak layak dari kencing ini dan tidak pula kotoran tersebut. Ia
hanya untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Qur'an, " atau sebagaimana yang
dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Anas melanjutkan ucapannya, "Lalu
beliau memerintahkan seorang laki-laki dari para sahabat (mengambil air), lalu dia membawa
air satu ember dan mengguyurnya."

12
Zuhairi Misrawi, Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin,
(Jakarta: Grasindo, 2010), h. 28
13
Athiyyah bin Muhammad Salim, Syarah Bulugh al-Maram, (Maktabah Syamilah: t.t), h. 11

11
Bukti lain, Rasulullah mampu mendakwahkan Islam secara sempurna hanya dengan
hitungan tahun. Kekuasaan Islam pada masa Rasulullah saw sudah sangat luas, dan hal itu
berhasil karena sifat beliau yang baik. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159).

Keteladanan Rasulullah saw dalam segala tindak-tanduknya, baik dalam berbicara


maupun bertindak sehari-hari, ditegaskan oleh Allah swt.,“sungguh aku telah mengutus
seseorang untuk kalian semua sebagai suri tauladan yang baik,” (QS. al-Ahzab ayat 21).
Dalam ayat lain, “dan bagimu terdapat akhlak yang sangat mulia,” (QS. al-Qalam ayat 4)

Dalam satu kisah sejarah, Rasulullah selalu dilempari kotoran unta karena teguh
menyebarkan agama Islam, tetapi beliau tidak pernah marah, tidak mengajak para sahabat
balas dendam.Orang yang melemparkan kotoran itu adalah Yahudi dari Bani Qainuqa’,
tetangga Rasulullah sendiri.14 Namun, Rasulullah saw bersabda:

‫اب‬ ِ ‫ِك َع ْن اب‬


ٍ ‫ْن ِش َه‬ ٍ ‫ْن َح َّما ٍد َقااَل ِكاَل ُه َما َق َرأْ ُت َعلَى َمال‬ ُ ‫ْن َي ْح َيى َو َع ْب ُد اأْل َ ْعلَى ب‬
ُ ‫ َح َّد َثنَا َي ْح َيى ب‬:٤٧٢٣ ‫صحيح مسلم‬
ُ ‫الشدِي ُد الَّذِي َي ْمل‬
‫ِك‬ َّ ‫الص َر َع ِة إِنَّ َما‬ َّ ‫ْس‬
ُّ ‫الشدِي ُد ِب‬ َ ‫ال لَي‬ َ ‫صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َق‬
َ ِ‫ول اهَّلل‬ َ ‫ْر َة أَ َّن َر ُس‬ َ ‫َّب َع ْن أَِبي ه‬
َ ‫ُري‬ ِ ‫ْن الْ ُم َسي‬
ِ ‫َع ْن َسعِي ِد ب‬
‫َض ِب‬ َ ‫َن ْف َس ُه ِع ْن َد الْغ‬

Shahih Muslim 4723: Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] dan
['Abdul A'laa bin Hammad] keduanya berkata: keduanya telah aku bacakan di hadapan
[Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Sa'id bin Al Musayyab] dari [Abu Hurairah] bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang paling kuat bukanlah orang
yang tidak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi orang yang paling kuat adalah orang
yang dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah."

Secara umum dapat disimpulkan, aktivitas dakwah yang semestinya akan


dilaksanakan oleh umat muslim adalah meneladani Rasulullah saw., yang di dalam agama
Islam dikenal sebagai uswah hasanah. Konsep uswah hasanah, keteladanan yang baik, bukan
saja mesti menjadi pendekatan seluruh dai muslim, tetapi sudah menjadi ajaran Islam itu
sendiri. Lebih-lebih dalam dakwah, yang berarti menggantikan dan meeneruskan mandat
Rasulullah saw dalam menyampaikan Islam, uswah hasanah adalah pilihan paling utama dan
pertama. Imam al-Razi mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib, bahwa seseorang yang

14
Zainurrafieq, The Power of Syukur, (Jakarta: Spirit Media, 2015), h. 69

12
berilmu dan sedang menyampaikan pesan agama kepada orang lain maka dia adalah pewaris
para Nabi.15

Kesimpulan

Dakwah mengandung pengertian mengajak manusia dengan cara yang bijaksana ke


jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan manusia
dunia dan akhirat. Rasulullah melakukan dakwah Selama kurang lebih 22 tahun 2 bulan 22
hari atau ada yang membulatkan selama 23 tahun dan terbagi dalam dua periode yaitu periode
Makkah dan Madinah. Dalam menyampaikan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW
menggunakan berbagai macam metode antara lain metode sembunyi-sembunyi, dakwah
secara terang-terangan, politik pemerintah, surat menyurat,peperangan, pendidikan, dan
pengajaran agama. Dalam Periode Mekkah Rasulullah melakukan dakwah personal secara
selektif. Muhammad tidak langsung memberikan, mengajak orang-orang, melakukan dakwah
secara sembarangan, Strategi tersebut adalah menyampaikan dakwah secara perorangan,
menyembunyikan ibadah, memohon pertolongan Allah,dan menawarkan Islam kepada
Kabilah dan Individu. Sedangkan pada Periode Madinah membangun masjid, menciptakan
persaudaraan baru, membangun pranata social dan pemerintahan, mengadakan perjanjian
dengan masyarakat Yahudi di Madinah. Dalam melakukan dakwah, Rasulullah saw
menerapkan banyak strategi dan pendekatan, salah satunya keteladanan, yaitu menampilkan
diri sebagai sosok suri tauladan yang penuh dengan akhlak mulia, hingga turun aksi menjadi
pebisnis, politikus, bahkan jenderal perang.

Daftar Pustaka

Arif Mohammad.“Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah” Asketik, Vol. 2 No. 1, Juli
2018, (https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/asketik/article/view/671)

Amin Munir, Samsul. Ilmu Dakwah,Jakarta: Amzah, 2009.

Hasan, Nur. Strategi Dakwah Rasulullah Saw Ketika Berada Di Madinah (https://alif.id/read/
nur-hasan/strategi-dakwah-rasulullah-saw-ketika-berada-di-madinah-b220257p/, di
akses pada 29 November 2020 Pukul 20.25)

Halim, Safrodin. Etika Dakwah Dalam Perspektif Al-Quran anatar Edialis Aqurani dan
Realitas Sosial ,Semarang: Walisongo Pres, 2008.

Muhammad Nuh, Sayid. Dakwah Fardhiyah ,Solo: Era Adicipta Intermedia, 2011

Misrawi ,Zuhairi. Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil Alamin,
15
Fakruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, (Bairut: Dar al- Kutub al-llmiyyah, 1990), h. 461

13
Jakarta: Grasindo, 2010.

Mafatih al-Ghaib, Fakruddin al-Razi. Bairut: Dar al- Kutub al-llmiyyah, 1990.

Ma‟ruf Nurasykim, M fathir. Strategi Rasulullah dalam Pengembangan Dakwah pada


Periode Mekkah, AT-TAUJIH Jurnal : Bimbingan dan Konseling Islam, Vol. 2 No. 1
Januari-Juni, 2019 (http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Taujih)

Mubasyaroh, “ Karakteristik dan Strategi Dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada


Periode Makkah” , AT-TABSYIR : Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No. 2
Desember 2015
(https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97406410605864632)

Muhammad Salim bin Athiyyah. Syarah Bulugh al-Maram, Maktabah Syamilah: t.t.

Pimay, Awaludin. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail, 2006.

Saputra,Wahidin. Pengantar ilmu Dakwah,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011

Umar Bin Kathir Al-Qurasyiyyi Al-Dimasqi, Bin Abu Al-Fida’ Isma’il. Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim, Dar Al-Thaybah, 1999.

Zainurrafieq. The Power of Syukur, Jakarta: Spirit Media, 2015

14

Anda mungkin juga menyukai