Anda di halaman 1dari 6

Salat Zuhur di Hari Jumat

Salat Zuhur merupakan salah satu salat fardu yang dikerjakan oleh seluruh umat muslim
di dunia. Jumlah salat Zuhur yang dikerjakan yaitu empat rakaat dengan waktu salat ketika
matahari mulai condong ke arah Barat sampai dengan datangnya waktu salat Asar. Salat Zuhur
ini juga dapat dikerjakan di hari Jumat bagi beberapa orang.
1. Hukum Salat Zuhur Setelah Salat Jumat

Gambar salat Zuhur


Dalam kondisi tertentu salat Zuhur setelah salat Jumat memiliki hukum yang dianjurkan
bahwa bisa dikatakan wajib, namun ada kondisi yang mengatakan bahwa salat tersebut
sifatnya haram, dan ada juga kondisi yang tergolong sunah terhadap pelaksanaan salat
tersebut. Adapun penjelasan tentang hukum salat Zuhur setelah salat Jumat secara terperinci
dapat kita lihat sebagai berikut.
a. Wajib
Hukum ini berlaku dalam kondisi tidak terpenuhinya syarat keabsahan Jumat.
Contohnya adalah ditemukan dua Jumatan dalam satu desa tanpa ada hajat. Sementara
diragukan mana yang terlebih dahulu melaksanakan takbiratul ihram dari dua jumatan tersebut.
Maka, masing-masing jamaah di kedua tempat tersebut wajib untuk mengulangi salat Zuhur.
Kewajiban mengulangi Zuhur ini dikarenakan salat Jumat yang dilakukan di kedua tempat
sama-sama tidak sah. Sedangkan apabila yang dahulu melakukan takbiratul iharam adalah
salah satunya, maka yang wajib mengulang salat Zuhur adalah Jumat yang lebih akhir
takbirnya. Sebab, dalam kondisi tersebut, Jumat yang dinyatakan sah adalah hanya Jumatan
yang pertama kali melakukan takbiratul ihram.
b. Haram
Hukum ini berlaku saat syarat-syarat sah Jumat sudah terpenuhi dan hanya dilakukan di
satu tempat dalam satu desa. Dalam kondisi tersebut, haram hukumnya mendirikan salat i„adah
Zuhur setelah salat Jumat. Sebab Jumat sudah mewakili kewajiban Zuhur dan tidak ada
tuntutan melakukannya. Ketika ibadah tidak ada anjuran dari syari‟at, maka hukumnya haram
dan tidak sah.
c. Sunah
Perincian hukum ini berlaku saat terjadi pelaksanaan dua Jumat dalam satu desa
karena ada hajat, misalkan disebabkan daya tampung masjid yang tidak memadai. Pada
kondisi tersebut, masyarakat diperbolehkan menyelenggarakan dua Jumatan dan keduanya
sah, baik yang lebih dahulu takbiratul ihramnya maupun yang lebih akhir. Selepas pelaksanaan
Jumat, jemaah disunahkan untuk mengulangi salat Zuhur. Sebagian pendapat dari kalangan
Syafi‟iyyah tidak membolehkan berbilangnya Jumatan dalam satu desa secara mutlak, meski
ada hajat. Oleh karena itu, dalam kondisi dibutuhkan berbilangnya Jumatan, jemaah dianjurkan
untuk mengulangi salat Zuhur setelah pelaksanaan Jumat untuk menjaga perbedaan pendapat
ini.
Kesimpulannya, salat Zuhur setelah Jumat adakalanya wajib, sunah, dan haram. Hal
yang wajib sebagaimana dalam persoalan diragukan (mana yang lebih dahulu melaksanakan
takbiratul ihram saat terdapat berbilangnya Jumatan tanpa ada hajat). Hal yang sunah dalam
persoalan berbilangnya Jumat dengan sebatas kebutuhan tanpa melebihi batas tersebut. Hal
yang haram dalam permasalahan dilaksanakannya satu Jumat dalam satu desa, maka
tercegah untuk melakukan salat Zuhur.

Halaman 31
3. Salat Jumat bagi Perempuan
Hari Jumat merupakan hari yang penuh berkah bagi seorang muslim. Pada hari tersebut
kita dapat melaksanakan salat Jumat secara berjemaah dengan muslim lainnya. Akan tetapi
seperti yang sering kita lihat, bahwasannya salat Jumat biasa kita jumpai dilakukan oleh
seorang laki-laki. Akan tetapi kita juga biasa melihat kaum perempuan ikut melaksanakan salat
Jumat secara berjemaah di masjid. Adapun hukumnya dapat kita lihat pada sebuah hadis
َ َ َ َ َ
sebagai berikut.
ٌ َ ْ ٌّ َ ْ ٌ َ ْ ْ ٌ ُ ْ َ ٌ ْ َ ً َ َ ْ َّ ْ ُ ُ َ َ ٌ َ ٌّ َ ُ َ ُ ُ ْ
‫اجب على ك ِل مس ِل ٍم إلا أرةعث عتد َملوك أو امرأة أو صبي أو م ِريض‬
ِ ‫الجمعث حق و‬
ِ
Artinya: “Salat Jumat itu suatu hak yang wajib dilakukan bagi setiap laki-laki muslim dengan
berjemaah kecuali empat orang, yakni budak yang dimiliki, wanita, anak kecil, dan orang sakit.”
(H.R. Abu Daud)
Secara umum salat Jumat dikerjakakan oleh seorang laki-laki. Apabila laki-laki tersebut
tidak melaksanakan salat Jumat sebanyak tiga kali berturut-turut maka Allah Swt. akan
menutup mata hatinya. Sedangkan sesuai dengan hadis di atas bahwa seorang perempuan
tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan salat Jumat secara berjemaah di masjid. Hal
tersebut karena seorang perempuan merupakan pengecualian bagi orang-orang yang
diwajibkan untuk menunaikan salat Jumat. Akan tetapi apabila wanita tersebut hendak
melaksanakan salat Jumat maka hukumnya diperbolehkan atau sah. Sehingga wanita tersebut
tidak perlu untuk melaksanakan salat Zuhur sebagai pengganti salat Jumat tersebut.
Pada forum Muktamar ke-3 Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan di Surabaya, Jawa
Timur, pada 28 September 1928. Para muktamirin saat itu menjawab, “Salat Jumat bagi kaum
wanita itu cukup sebagai pengganti salat Zuhur, dan bagi kaum wanita tidak cantik, tidak
banyak aksi, dan tidak bersolek itu sebaiknya ikut menghadiri salat Jumat.”
Untuk menanggapi hal tersebut, kita dapat melihat jawabannya pada kitab Bughyah al-
َ َ
Mustarsyidin yang menyatakan hal sebagai berikut.
ُ ُ ْ ُ َ ْ ُّ َ ً َ َ َ َ ُُْ َ َ ُ ْ َ َ ُ َ ُْ ُ َْ َ ُ ُ َ ٌ ََ
‫ يج ْوز ِل َم ْن لا حل َز ُمه الج ُمعث كع ْت ٍد َو ُم َس ِاف ٍر َو ْام َرأ ٍة أن يص ِلي الجمعث ةدلا ع ِن الظه ِر وتج ِزئه‬:‫َم ْسألة‬
َ ُ ْ َ ُ ْ ْ ْ َ ُ َ ََّ ُ َ ْ َ
َ‫ث ك ُم َل ْج ُش ُر ْو ُطها‬ َ ً ْ ُ ََُ َ ُْ ُ َ َ َ َ َ ْ
ْ ‫َةل ِه َي أفضل ِلأن َها ف‬
‫ال ولا تجوز ِإعادحها ظهرا ةعد حي‬ ِ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ل‬ِ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫ض‬‫ر‬
Artinya: “Diperkenankan bagi mereka yang tidak berkewajiban Jumat seperti budak, musafir,
dan wanita untuk melaksanakan salat Jumat sebagai pengganti Zuhur, bahkan salat Jumat
lebih baik, karena merupakan kewajiban bagi mereka yang sudah sempurna memenuhi syarat
dan tidak boleh diulangi dengan salat Zuhur sesudahnya, sebab semua syarat-syaratnya sudah
terpenuhi secara sempurna.” (Abdurrahman Ba‟alawi, Bughyah al-Mustarsyidin, [Mesir:
Musthafa al-Halabi, 1371 H/1952 M], h. 78-79).
Dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan yang sudah melaksanakan salat Jumat
maka ia tidak mendapat kewajiban lagi untuk melaksanakan salat Zuhur. Dengan catatan bagi
seorang perempuan yang hendak melaksanakan salat Jumat ia tidak menggunakan sesuatu
yang dapat mengundang syahwat seorang laki-laki. Menurut pendapat yang rajih dari beberapa
pendapat adalah wanita boleh menghadiri salat Jumat dengan syarat jika sudah mendapatkan
izin dari suami atau walinya sehingga tidak timbul fitnah. Selain itu, wanita juga tidak boleh
memakai perhiasan serta wewangian saat akan menghadiri salat Jumat tersebut.

Halaman 32
4. Enam Aktivitas Utama di Hari Jumat bagi Perempuan
Terdapat beberapa keutamaan atau keistimewaan hari Jumat dalam agama Islam.
Jumat merupakan salah satu dari enam hari dalam satu pekan. Meski nampaknya seperti hari
biasa, namun Jumat justru menyimpan banyak rahasia mengenai kemuliaannya dibandingkan
dengan hari-hari lainnya. Keutamaan hari Jumat tersebut tak lain disebabkan karena adanya
peristiwa hingga limpahan karunia dari Allah Swt..Hal tersebut karena kemuliaannya, terdapat
pahala yang berlipat dari Allah Swt. bagi siapa saja yang mau mengerjakan kebajikan pada hari
Jumat. Di samping mengerjakan ibadah wajib, umat Islam juga dapat menunaikan beberapa
amalan yang disunnahkan pada saat hari Jumat tiba.
Keutamaan hari Jumat yang pertama adalah penciptaan Nabi Adam. Rasulullah saw.
menyebut, Nabi sekaligus manusia pertama tersebut diciptakan Allah Swt. pada hari Jumat
dengan penuh kemuliaan. Adapun hadis tersebut memiliki arti, "Hari terbaik di mana matahari
terbit di dalamnya ialah hari Jumat. Pada hari itu Adam a.s. diciptakan, dimasukkan ke surga,
dikeluarkan daripadanya dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jumat." (H.R Muslim).
Selain itu, keutamaan hari Jumat berikutnya yakni merupakan satu-satunya waktu suci
di antara hari-hari lainnya. Maka dari itu, diwajibkan bagi para lelaki maupun wanita muslim
untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan meninggalkan urusan dunia seketika, “Wahai
orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah
dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S. al-Jumu‟ah [62]: 9)
Pada hari Jumat, seluruh amalan yang telah dikerjakan seorang muslim akan
dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Swt.. Keutamaan hari Jumat yang satu ini disebut dalam
firman Allah yang berbunyi sebagai berikut, “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan
(pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-
Baqarah [2]: 261)
Tak hanya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, beribadah di hari Jumat juga
merupakan waktu yang tepat untuk senantiasa meminta pertolongan-Nya. Sebab, hari Jumat
disebut sebagai waktu yang mustajab untuk memanjatkan doa. Berikut dalilnya, "Pada hari
jumat ada 12 jam. Di antaranya ada satu waktu, apabila ada seorang muslim yang memohon
kepada Allah di waktu itu, niscaya akan Allah berikan. Carilah waktu itu di penghujung hari
setelah Asar." (H.R. Abu Dawud)
Keutamaan hari Jumat yang berikutnya adalah diampuninya dosa-dosa. Manusia
memang tak dapat luput dari kesalahan dan dosa. Maka dari itu, diampuninya dosa-dosa
menjadi salah satu keutamaan hari Jumat yang luar biasa, "Barang siapa berwudlu kemudian
memperbaiki wudlunya, lantas berangkat Jumat, dekat dengan Imam dan mendengarkan
khotbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat berikutnya ditambah tiga hari
diampuni." (H.R. Muslim)
Adanya keutamaan-keutamaan tersebut membuat hari Jumat merupakan hari yang
sangat spesial bagi umat muslim. Kita dapat melakukan amalan-amalan wajib dan sunah untuk
mendapatkan rida dari Allah Swt. dan pahala yang berlipat ganda. Amalan-amalan yang
dilakukan pada hari Jumat hendaknya dilakukan dengan hati yang ikhlas dan atas kemauan
dari diri sendiri. Hal tersebut membuat amalan yang dikerjakan mendapatkan nilai yang khusus
di hadapan Allah Swt.. Adapun amalan-amalan yang dapat dikerjakan pada hari Jumat di
antaranya sebagai berikut.

Halaman 32

Gambar membaca surah al-Kahfi.

Halaman 33

Gambar berdoa di hari Jumat

Halaman 34
Tugas Individu
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!
1. Sebutkan hadis yang mewajibkan laki-laki untuk salat Jumat!
Jawab:
2. Apa yang harus dilakukan ketika hari Jumat supaya seseorang dapat diampuni dosa-
dosanya?
Jawab:
Kunci Jawaban Tugas Individu
َ َ َ َ َ
1. Laki-laki wajib salat Jumat
ٌ َ ْ ٌّ َ ْ ٌ َ ْ ْ ٌ ُ ْ َ ٌ ْ َ ً َ َ ْ َّ ُ َ َ ْ
‫اج ٌب على ك ِل ُم ْس ِل ٍم إلا أرةعث عتد َملوك أو امرأة أو صبي أو م ِريض‬ َ ‫ال ُج ُم َع ُث َح ٌّق‬
‫و‬
ِ ِ
Artinya: “Salat Jumat itu suatu hak yang wajib dilakukan bagi setiap laki-laki muslim dengan
berjemaah kecuali empat orang, yakni budak yang dimiliki, wanita, anak kecil, dan orang sakit.”
(H.R. Abu Daud)
2. Diampuninya dosa-dosa menjadi salah satu keutamaan hari Jumat yang luar biasa,
"Barang siapa berwudu kemudian memperbaiki wudunya, lantas berangkat Jumat, dekat
dengan Imam dan mendengarkan khotbahnya, maka dosanya di antara hari tersebut dan Jumat
berikutnya ditambah tiga hari diampuni." (H.R. Muslim)

Halaman 34
Tugas Kelompok
Kerjakan tugas berikut bersama dengan kelompok kamu!
Bersama dengan kelompok kamu, carilah perbedaan pendapat terhadap pelaksanaan salat
Jumat bagi perempuan! Bacakan hasilnya di depan kelas!

Halaman 34
B. Ketentuan Jumlah Orang dalam Salat Jumat
Setiap hari Jumat kita pasti tidak asing dengan diadakannya salat Jumat, terutama bagi
seorang laki-laki. Akan tetapi, apakah kamu mengetahui tentang berapa jumlah minimal orang
dalam melaksanakan salat Jumat? Berikut penjelasan tentang jumlah orang dalam salat Jumat
tersebut.

Gambar jemaah salat Jumat


1. Pendapat Para Imam
Ada beberapa pendapat tentang perbedaan jumlah orang dalam melaksanakan salat
Jumat secara berjemaah. Adapun pendapat-pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Imam Malik
Imam Malik. Menurut beliau tidak ada batasan jumlah tertentu untuk kaum salat jumat.
Namun, beliau mensyaratkan setidaknya jemaah salat jumat berjumlah 12 orang laki-laki selain
imam. Adapun hadis yang mendasarinya tersebut memiliki arti, “Sesungguhnya Nabi
Muhammad Saw saat membaca khotbah dengan berdiri, lalu datanglah rombongan pedagang
dari Syam. Maka jamaah Jumat berhamburan menyerbu dagangan mereka sehingga hanya
tersisa 12 orang. (H.R. Muslim, Bulughul Marom)
b. Imam Syafii dan Imam Ahmad
Menurut pendapat yang kedua ini kaum jumat minimal harus 40 orang laki-laki. Mereka
beranggapan (mahmul) bahwa orang yang keluar dari masjid untuk melihat dagangan kembali
lagi hingga jumlah jemaah menjadi 40 lagi. Lalu Nabi Muhammad Saw. melanjutkan kembali
khotbahnya dan salat jumat bersama mereka (40 orang).
c. Imam Abu Hanifah
Beliau berpendapat bahwa salat jumat bisa saja dilaksanakan walau hanya tiga orang
dengan imamnya. Tiga orang adalah hitungan paling sedikitnya jemaah salat jumat. Kurang dari
tiga, maka tidak sah salat jumatnya.
2. Muktamar NU
Dalam Muktamar ke-4 NU di Semarang pada 19 September 1929. Dalam fatwanya,
ulama NU menyatakan, jika jumlah jamaah pada sebuah desa kurang dari 40 orang, maka
mereka boleh bertaklid kepada Abu Hanifah. Dengan ketentuan harus menunaikan rukun dan
syarat menurut ketentuan Abu Hanifah. Tetapi lebih utama supaya bertaklid kepada Imam
Muzan dari golongan Mazhab Syafi‟I, demikian kesepakatan ulama NU terkait masalah jumlah
minimal jamaah salat Jumat.
Selain itu, ulama NU juga membolehkan penyelenggaraan salat Jumat di kantor-kantor.
Syaratnya, salat Jumat itu diikuti orang-orang yang tinggal menetap sampai bilangan yang
menjadi syarat sah-nya salat Jumat terpenuhi. Selain itu, tidak terjadi penyelenggaraan Jumat
lebih dari satu.
Berdasarkan pada Keputusan Muktamar Konferansi Besar Pengurus Besar Syuriah NU
ke-1 Nomor 298, di Jakarta pada tanggal 21-25 Syawal 1379 H./18-22 April 1960 M. (hal.290).
Menjelaskan bahwa sejumlah ulama membolehkan pelaksanaan Jumat bagi jamaah yang
jumlahnya kurang dari empat puluh, pendapat ini kuat. Jika mereka secara keseluruhan
mengikuti pendapat ini maka mereka boleh melaksanakan salat Jumat. Namun jika mereka
bersikap hati-hati maka sebaiknya mereka salat Jumat kemudian salat Zuhur.
Keputusan Muktamar NU ke-27 Nomor 360, di Situbondo Tanggal 8-12 Desember 1984,
(hal. 385) Memutuskan bahwa berdasarkan sikap tidak bereaksinya imam syafii terhadap
berbilangnya salat Jumat di Bagdad, sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Sya‟rani bahwa
ketidak bolehan Jumatan berbilang adalah hanya karena khawatir timbulnya fitnah, sedangkan
kekhawatiran tersebut kini sudah tidak ada. Oleh karenanya, maka sesuai dengan hukum
dasar, Imam Syafii tersebut di atas, bolehlah melaksanakan jumatan berulang-ulang dalam satu
tempat/daerah.
Dalam pelaksanaan salat Jumat, berdasarkan beberapa pendapat di atas maka kita
dapat melaksanakan salat Jumat di tempat-tempat yang cukup luas untuk melakukan salat
secara berjemaah. Ada satu yang dapat kita pastikan berdasarkan keputusan-keputusan
muktamar tersebut, bahwa salat Jumat wajib dilakukan secara berjemaah, sehingga akan tidak
sah apabila salat Jumat dilakukan secara sendiri atau munfarid. Jumlah orang yang berada di
lingkungan tempat dilaksanakannya salat Jumat juga menjadi pertimbangan banyaknya jumlah
minimal orang yang melaksanakan salat Jumat. Sehingga dapat dilakukan salat Jumat secara
bersama-sama atau secara berjemaah.

Anda mungkin juga menyukai