Anda di halaman 1dari 5

HUKUM MELAKUKAN JUAL BELI DI WAKTU PELAKSANAAN SHALAT

JUM’AT,KEUTAMAAN SHALAT JUMAT,DAN ATURAN SHALAT JUMAT.


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul di pagi hari ini untuk saling
bersilaturahmi dan berdiskusi. Tak lupa sholawat serta salam kita sanjungkan kepada nabi
kita nabi agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman terang benerang seperti pada saat ini yakni tersinarnya agama islam dan cahaya al-
qur’an.
Yang terhormat abiya Azhar Kholil beserta keluarga selaku pengasuh Pondok Pesantren
Khulud As Sunah El Kholil serta teman-teman yang saya cintai dan saya banggakan.
Saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada kelompok kami
untuk menyampaikan beberapa hal dari hasil diskusi kami mengenai Hukum jual beli di
waktu sholat jumat,keutamaan shalat jumat,dan aturan shalat jumat.
Berikut uraian yang akan kami sampaikan.
1. Hukum melakukan jual beli pada saat dilaksanakannya shalat jumat
Tidak jarang kita jumpai sudah hampir tiba waktu shalat jum’at tapi masih banyak
kaum muslimin sibuk dengan berbagai aktifitasnya seperti jual beli dan hal-hal lain yang bisa
menyebabkan lalainya seorang muslim meninggalkan shalat jum’at.
Dalam Al-Qur’an Surah al Jumu’ah [62] : 9 , Allah ‫ ﷻ‬berfirman. Yang artinya
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada
hari jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. Secara tersirat, pada ayat ini ada
perintah untuk segera melaksanakan shalat jum’at dan meninggalkan jual beli.
Para fuqaha kemudian memberikan perincian terkait dengan jual beli yang dilarang
oleh syara’ pada saat shalat jum’at. Artinya tidak mutlak semua jual beli atau aktifitas lain
yang dilakukan saat tiba pelaksanaan shalat jum’at itu diharamkan.
Pertama,boleh melakukan transaksi jual beli sebelum masuk waktu shalat jum’at dan
tidak makruh bagi pihak-pihak tersebut sebagaimana waktu-waktu yang lain misalnya jual
beli diwaktu dhuha.
Kedua, demikian juga tidak dimakruhkan jual beli yang dilakukan setelah berakhirnya
shalat jum’at berdasarkan firman Allah ‫ ﷻ‬QS al Jumu’ah [62] : 10 yang artinya: “Apabila
shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung“.
Ketiga,apabila dua pihak melakukan jual beli bukanlah termasuk yang wajib
melaksanakan shalat jum’at maka tidak haram juga tidak makryh jual beli yang dilakukan
sepanjang hari sekalipun jual beli tersebut dilakukan ketika pertengahan shalat jum’at.
Keempat,jual beli dihukumi makruh tanzih apabila dilakukan ketika :
a. Dua pihak yang melakukan jual beli atau salah satunya adalah orang yang wajib
melaksanakan shalat jum’at.
b. Jual belinya setelah tiba waktu jum’at.
c. Sebelum imam datang atau sebelum imam duduk di atas mimbar.
d. Sebelum adzan kedua dikumandangkan.
Kelima,  jual beli haram dilakukan apabila dilakukan setelah imam duduk di atas
mimbar dan muadzdzin telah mengumandangkan adzan keduanya. Maka kedua pihak
yang bertransaksi berdosa berdasarkan ayat QS al Jumuah ayat 9 yang artinya "Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari
Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Terkait dengan salah satu pihak yang tidak wajib melaksanakan shalat jum’at, Dr.
Muhammad az Zuhaili kembali menjelaskan bahwa haram jual belinya apabila salah
satu pihak adalah orang yang wajib shalat jum’at dan pihak yang kedua tidak wajib
melaksanakan shalat jum’at. Keduanya tetap berdosa, karena pihak yang pertama
mempunyai kewajiban untuk shalat jum’at akan tetapi melalaikannya sebab
melakukan jual beli. Sedangkan pihak kedua berdosa karena terlibat dalam hal
melalaikan kewajiban shalat jum’at pihak pertama. Dosa tersebut terjadi ketika adzan
kedua dikumandangkan berdasarkan apa yang tersirat dari ayat QS al Jumu’ah 9.
Teman-teman yang saya cintai
Kondisi terahir, apabila seorang yang wajib shalat Jum’at mendengar seruan adzan
Jum’at setelah itu dia segera untuk menuju mesjid untuk melaksanakan shalat jum’at
tetapi diperjalanan dia melakukan aktifitas jual beli dan masih dalam keadaan menuju
ke mesjid, tidak diam (hingga meninggalkan shalat jum’at) atau sudah sampai di
mesjid kemudian melakukan transaksi jual beli, maka hukumnya tidak haram akan
tetapi jual beli di mesjid hukumnya makruh. Hal ini disebabkan karena maksud dari
larangan meninggalkan jual beli pada QS al Jumu’ah ayat 9 di atas adalah untuk tidak
menunda-nunda pergi ke mesjid (sehingga tidak melaksanakan shalat jum’at).
2. Aturan shalat jumat

Syarat sah shalat Jumat yang merupakan tambahan dari syarat-syarat lain yang ada pada
berbagai shalat ada enam syarat :
a. Syarat pertama dari syarat sah shalat Jumat adalah dilakukan semuanya dengan
khutbahnya pada waktu Zhuhur (artinya: khutbah dan shalat di waktu Zhuhur).
Apabila waktu tidak mencukupi untuk melaksanakan shalat beserta khutbah yang
singkat, maka wajib mengerjakan shalat Zhuhur.
b. didirikan di perbatasan daerahnya
Syarat kedua adalah shalat Jumat harus dilaksanakan di dalam batas bangunan dari
suatu daerah, walaupun batas itu dari kayu atau bambu atau pelepah kurma, di mana
daerah tersebut orang yang mau safar tidak boleh mengqashar shalat.Apabila
sekelompok orang mendirikan kemah di suatu padang pasir, maka:tidak sah shalat
Jumat di perkumpulan kemah tersebut.wajib bagi mereka menghadiri shalat Jumat di
suatu daerah jika mereka mendengar azan dari tempat mereka.jika tidak mendengar
azan, maka tidak wajib shalat Jumat.
c. dikerjakan dengan berjamaah
Syarat ketiga adalah rakaat pertama dari shalat Jumat dikerjakan berjamaah.Bila
mereka shalat Jumat berjamaah di rakaat pertama, lalu mereka berniat berpisah di
rakaat kedua, diselesaikan shalatnya sendiri-sendiri, maka shalat Jumatnya sah.
Berjamaah hanya dipersyaratkan pada rakaat pertama, berbeda dengan jumlah.
Jumlah 40 itu harus ada hingga selesai shalat Jumat.Maka, bila batal satu orang di
antara mereka, seperti berhadats sebelum salam, maka batal shalat semua orang,
walaupun mereka telah salam dan pulang ke rumah mereka. Hal ini bisa terjadi bila
jumlah orang yang hadir shalat Jumat hanya 40 orang, termasuk khatibnya.
d. berjumlah (minimal) 40 orang merdeka laki-laki baligh yang mustawthin
Mustawthin adalah orang yang tidak bepergian dari tempat mukimnya, baik di musim
panas atau dingin kecuali untuk suatu keperluan, seperti dagang atau ziarah.
e. Syarat keempat adalah orang yang menghadiri shalat Jumat berjumlah 40 orang dari
kelompok orang-orang yang wajib shalat Jumat:
Merdeka,laki-laki,baligh,mustawthin. Tidak berpengaruh terlambatnya makmum
melakukan takbiratul ihram setelah ihramnya imam, dengan syarat mereka
memungkinkan membaca Al-Fatihah dan rukuk sebelum imam mengangkat dari
minimal gerakan rukuk. Namun, bila tidak terpenuhi syarat tersebut, maka tidak sah
shalat Jumatnya. Ini berlaku jika yang hadir adalah 40 orang termasuk khatib.

3. 5 Keutamaan Shalat Jumat Bagi Laki-Laki Muslim

a. Menghapus dosa

Dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara shalat

lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, itu

dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak dilakukan

dosa besar.” (HR. Muslim no. 233).

b. Saat Allah mencukupkan nikmat dan menyempurnakan islam

Pada hari itu, Allah menyempurnakan bagi orang beriman agama

mereka, Dia pun mencukupkan nikmat-Nya, dan itu terjadi pada hari

Jum’at. Allah Ta’ala berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan

untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku,

dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3)

c. Hari yang disebut Assyahid


Para ulama menafsirkan mengenai ayat, “Dan yang menyaksikan dan

yang disaksikan.” (QS. Al Buruj: 3), dengan hari Jum’at. Sebagaimana

kata Ibnu ‘Umar yang dimaksud asy syahid dalam ayat tersebut adalah

hari Jum’at, sedangkan al masyhud adalah hari nahr (Idul Adha).

(Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 9: 70-71)

d. Bersegera menghadiri shalat jumat,akan memperoleh pahala yang

besar

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, “Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana

mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah

berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada

kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor

sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka

dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk.

Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia

seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang

pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan

sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah),

maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR.

Bukhari no. 881 dan Muslim no. 850)

e. Setiap langkah shalat jumat mendapat ganjaran puasa dan shalat setaun

Dari Aus bin Aus, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan

mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu

atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada


imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya

terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi no. 496.

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan

hadits dalam Tuhfatul Ahwadzi, 3: 3).

Anda mungkin juga menyukai