2
“Barangsiapa yang selesai memandikan jenazah, hendaknya ia mandi, dan barangsiapa yang selesai
membawa jenazah, hendaknya ia berwudhu.” H.R Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah dan selain
mereka.
Ada beberapa ulama hadits yang mengkritik hadits ini. Ali bin al-Mudayini, Ahmad, Ibnu Mundzir, al-Rafi'i
dan lain-lain mengatakan bahwa tidak ada satu hadits pun yang dianggap sahih oleh para ulama yang berkaitan
dengan mandi sunnah setelah memandikan jenazah. Tapi al-Hafiz Ibnu Hajar berkomentar, Tirmidzi berkata
bahwa hadits ini hasan, dan Ibnu Hibban mengatakan hadits ini sahih. Menurutnya, hadits tersebut hadits hasan
karena jalur periwayatannya yang banyak. Oleh sebab itu, bantahan Imam Nawawi kepada Tirmidzi -karena
menyatakan hadits ini sebagai hadits hasan- tidak dapat diterima.
Adz-Dzahabi berkata, “Sumber riwayat hadits ini lebih kuat daripada beberapa hadits lain yang dijadikan
sebagai landasan hukum oleh mayoritas ahli fikih.” Perintah dalam hadits ini bersifat anjuran. Hal ini diperkuat
dengan riwayat yang bersumber dari Umar ra. Ia berkata, kami sering memandikan jenazah. Ada di antara kami
yang mandi, dan ada juga yang tidak mandi.” H.R Khathib dengan sanad sahih.
Ketika Asma' binti Umais memandikan suaminya, Abu Bakar as-Shiddiq ra., pada saat wafatnya, ia keluar
menjumpai kaum Muhajirin yang hadir ketika itu dan bertanya, "Hari ini cuaca teramat dingin dan saya sedang
berpuasa. Perlukah saya mandi?" Mereka menjawab, "Tidak perlu!." H.R Malik.
KEEMPAT: MANDI IHRAM.
Mayoritas ulama berpendapat, seseorang yang akan melaksanakan ihram, baik untuk haji maupun umrah,
disunnahkan mandi terlebih dulu. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit ra.:
رواه ال دار قط ين وال بيهقي والرتم ذي.ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم جَتَ َّر َد ِإِل ْهاَل لِ ِه َوا ْغتَ َس َل ِ
َ َأنَّهُ َرَأى َر ُس ْو َل اهلل
. وضعفه العقيلي،وحسنه
“Bahwasanya ia pernah melihat Rasulullah saw. membuka pakaiannya ketika hendak melakukan ihram, lalu
beliau mandi." H.R Daruquthni, Baihaki dan Tirmidzi. Ia menyatakan bahwa hadits ini hasan, al-'Uqaili
menganggap nya dha'if.
KELIMA: MANDI KETIKA HENDAK MEMASUKI KOTA MEKAH.
Seseorang yang hendak memasuki kota Mekah disunnahkan mandi terlebih dulu. Sebagai dasar atas hal ini
adalah hadits yang berasal dari Ibnu Umar ra.:
ِ ِ(َأنَّه َك ا َن اَل ي ْق ُدم م َّكةَ ِإاَّل ب ات ب
َ ِّ َويُ ْذ َك ُر َع ِن النَّيِب،)بح مُثَّ يَ ْد ُخ ُل َم َّكةَ َن َه ًارا
ُص لَّى اهلل َ ص
ْ ي
ُ ىَّتحَ ى طو
َ ي ذ َ َ َُ َ ُ
وهذا لفظ مسلم، رواه البخاري ومسلم.َُعلَْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ َف َعلَه
“Bahwasanya dia tidak memasuki kota Mekah kecuali setelah bermalam di Dzi Thuwa terlebih dulu sampai
pagi hari. Setelah itu, barulah dia memasuki kota Mekah pada siang harinya. Dia menyebutkan bahwa
Rasulullah saw. pernah melakukan hal tersebut.” H.R Bukhari dan Muslim dengan susunan redaksi menurut
Muslim.
Ibnu Mundzir berkata, “Para ulama berpendapat, mandi ketika hendak memasuki kota Mekah hukumnya
sunnah, dan apabila tidak mandi, maka tidak ada kewajiban untuk membayar fidyah. Ada juga yang
berpendapat, bagi orang yang ingin masuk ke Mekah, cukup baginya berwudhu.”
KEENAM: MANDI KETIKA HENDAK WUQUF DI ARAFAH.
Bagi yang hendak wuquf di Arafah saat menunaikan ibadah haji, disunnahkan baginya untuk mandi. Sebagai
dasar atas hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dari Nafi':
َ َولُِو ُق ْوفِ ِه َع ِش يَّة،َ َولِ ُد ُخ ْو ِل َم َّكة،اهلل ابْ َن عُ َمَر َر ِض َي اهللُ َعْن ُه َما َكا َن َي ْغتَ ِس ُل ِإل ْحَر ِام ِه َقْب َل َأ ْن حُيْ ِر َم
ِ (َأن عب َد
َْ َّ
.)َعَرفٍَة
“Bahwasanya Abdullah bin Umar ra. selalu mandi ketika hendak melakukan ihram, memasuki kota Mekah dan
pada waktu petang menjelang wuquf di Arafah keesokan harinya.”
3