Anda di halaman 1dari 5

Shalat jum’at merupakan 

Shalat Fardhu dilaksanakan sekaligus sebagai


pengganti Shalat Wajib yaitu sholat dhuhur, artinya bagi mereka yang
sudah melaksanakan shalat jum’at maka ia tidak perlu bahkan dilarang
untuk mengerjakan shalat dzhuhur. Mengapa jum’at dikatakan hari yang
utama diantara hari yang lain dalam satu minggu?

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

َّ ‫ض َوفِ ْي ِه النَّ ْف َخةُ َوفِ ْي ِه ال‬


ُ‫ص ْعقَة‬ َ ِ‫ فِ ْي ِه ُخل‬: ‫ض ِل َأيَّا ِم ُك ْم يَ ْو ُم ْال ُج ُم َع ِة‬
َ ِ‫ق آ َد ُم َوفِ ْي ِه قُب‬ َ ‫ِإ َّن ِم ْن َأ ْف‬
‫ْف‬َ ‫ يَا َرس ُْو َل هللاِ َو َكي‬: ‫ضةٌ َعلَ َّي ) قَالُ ْوا‬ َ ‫صالَتَ ُك ْم َم ْعر ُْو‬ َ ‫صالَ ِة فِ ْي ِه فَِإ َّن‬ َّ ‫فََأ ْكثِر ُْوا َعلَ َّي ِم َن ال‬
‫ض َأ ْن تَْأ ُك َل‬ِ ْ‫ ( ِإ َّن هللاَ َع َّز َو َج َّل َح َّر َم َعل َى ااْل َر‬: ‫ فَقَا َل‬ ‫ت ؟‬ َ ‫صالَتُنَا َوقَ ْد َأ َر ْم‬ َ ‫ْك‬ َ ‫تُ ْع َرضُ َعلَي‬
‫َأجْ َسا َد ااْل َ ْنبِيَا ِء‬

Artinya:

“Sesungguhnya di antara hari yang paling utama adalah hari


Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, Adam diwafatkan,
sangkakala ditiup dan pada hari itu terjadi kematian (setelah ditiup
sangkakala). Oleh karena itu, perbanyaklah bershalawat kepadaku,
karena shalawatmu akan ditampakkan kepadaku.” Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami
ditampakkkan kepadamu sedangkan Engkau telah menjadi tanah?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi
memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Nasa’i)

Hukum Sholat Jum’at

Hukum Meninggalkan Shalat Jumat adalah fardhu ain bagi tiap muslim,


mukallaf, laki-laki, sehat, dan bermukim

Adapun Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

ٌ‫صبِ ٌّي َأوْ َم ِريْض‬


َ ْ‫ك َأ ِو ا ْم َرَأةٌ َأو‬
ٌ ْ‫ َع ْب ٌد َم ْملُو‬: ٌ‫اجبٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم فِي َج َما َع ٍة ِإالَّ َأرْ بَ َعة‬ ٌ ‫اَ ْل ُج ُم َعةُ َح‬
ِ ‫ق َو‬
Artinya:

“Shalat Jumat itu wajib bagi setiap muslim dengan berjama’ah


kecuali empat orang; budak, wanita, anak-anak atau orang yang
sakit.” (HR. Abu Dawud, Daruquthni, Baihaqi dan Hakim)
Dari Ibnu Umar, bahwasannya Rosulullah Sholallahu Alaihi
Wassalam pernah bersabda :
ٌ‫ْس َعلَى ْال ُم َسافِ ِر ُج ُم َعة‬
َ ‫لَي‬
Artinya:

“Bagi musafir tidak wajib shalat Jumat.” (HR. Daruquthni)


Jadi, mereka yang wajib melaksanakan sholat jum’at adalah :

 Laki-laki, artinya kaum wanita tidak diwajibkan untuk


melaksanakan sholat jum’at
 Berakal, artinya orang gila tidak diwajibkan untuk melaksanakan
sholat jum’at
 Akil baligh, artinya anak-anak tidak diwajibkan untuk
melaksanakan sholat jum’at.
 Mukim, artinya seorang musafir (mereka yang sedang dalam
perjalanan jauh) tidak diwajibkan untuk melaksanakan sholat jum’at
 Sehat, artinya orang yang sedang sakit juga tidak diwajibkan untuk
melaksanakan sholat jum’at
Ketentuan Shalat Jum’at

Terdapat beberapa ketentuan yang menjadi syarat-syarat yang harus


dipenuhi dalam melaksanakan shalat jum’at, yaitu :
1. Tempat

Shalat Jum’at harus dilakukan di tempat-tempat tertentu, dan tempat


untuk tersebut adalah  tempat-tempat yang telah diperuntukkan
untuk melaksanakan shalat jum’at misalnya di masjid, dan
pelaksanaan shalat jum’at tidak perlu dilakukan di tempat-tempat
shalat sementara misalnya di tanah lapang, kebun kosong, dan lain
sebagainya

2. Jumlah Jama’ah

Kita tahu bahwa shalat jum’at dilaksanakan secara berjama’ah, akan


tetapi para Ulama memiliki perbedaan pendapat tentang berapakah
jumlah minimal jama’ah yang hadir dalam sholat tersebut

Beberapa pendapat tersebut antara lain adalah :

 Pendapat dari Imam Syafi’i


Imam Syafi’i dan para ulamadari madzab Maliki berpendapat bahwa
shalat Jum’at dilaksanakan sekurang-kurangnya oleh 40 (empat
puluh) orang laki-laki

Ketentuan ini sesuai dengan sebuah hadist yang artinya

“Telah berkata Abdurrahman bin Ka’ab : “Bapak saya ketika


mendengar adzan hari jum’at biasa mendo’akan bagi As’ad bin
Zararah. Maka saya bertanya kepadanya : Apabila mendengar
Adzan mengapa ayah mendo’akan untuk As’ad bin Zararah? Lalu
ayahnya menjawab : karena dialah orang yang pertama kali
mengumpulkan kita untuk sholat Jum’at di desa hamin Nabit. Maka
bertanya saya kepadanya : Berapakah waktu itu orang yang hadir?
Ia menjawab : Empat puluh orang laki-laki.” (HR. Abu Dawud)
Jabir Radliyallaahu ‘anhu berkata:
ً‫صا ِعدًا ُج ُم َعة‬ َ ‫ت ال ُّسنَّةُ َأ َّن فِي ُك ِّل َأرْ بَ ِع‬
َ َ‫ين ف‬ ِ ‫ض‬
َ ‫َم‬
Artinya:

“Sunnah telah berlaku bahwa pada setiap empat puluh orang ke


atas wajib mendirikan sholat Jum’at.” (HR. Daruquthni dengan
sanad yang lemah)
 Pendapat dari Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi)
Imam Hanafi menyatakan bahwa cukup dengan empat orang
termasuk seorang imam, bisa melaksakan ibadah shalat jum’at. Hal
ini sesuai dengan sebuah hadist yang telah diriwayatkan oleh
Thabrani, yang artinya:

 “Jum’ah itu wajib bagi tiap-tiap desa yang ada padanya seorang
imam, meskipun penduduknya hanya empat orang.”
 Pendapat dari Imam Aw-Za’i
Pendapat lain datang dari Imam Aw-Za’i yang menyatakan bahwa
sholat jum’ah cukup dengan 12 orang saja

Pendapat ini sesuai dengan hadist yang artinya:

“Orang yang pertama kali datang ke Madinah dari kaum Muhajirin


ialah Mush’ab bin ‘Umair, dan dialah orang yang pertama
mendirikan sholat jum’at di situ pada hari jum’at, sebelum Nabi
Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam datang. (dan waktu itu)
mereka dua belas orang.” (HR. Thabrani)
3. Waktu pelaksanaan

Sebagian besar para ulama menyatakan bahwa sholat jum’at


dilaksanakan ketika telah masuk waktu dhuhur atau pada saat
tergelincirya matahari. Ini sesuai dengan sabda Rosulullah
Sholallahu Alaihi Wassalam :

ُ‫صلِّي ْال ُج ُم َعةَ ِحي َْن تَ ِم ْي ُل ال َّش ْمس‬ َ ‫اَ َّن النَّبِ َّي صلى هللا عليه وسلم َك‬
َ ُ‫ان ي‬
Artinya:

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat Jumat ketika


matahari bergeser (ke barat).” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan
Tirmidzi)
Saamah in Al Aqwa’ pernah berkata :

‫ت ال َّش ْمسُ ثُ َّم نَرْ ِج ُع نَتَتَبَّ ُع ْالفَ ْي َء‬


ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ’م ِإ َذا َزال‬
َ ِ ‫ُكنَّا نُ َج ِّم ُع َم َع َرسُو ِل هَّللا‬
Artinya:

“Kami shalat Jum’at bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam


jika tergelincir matahari, kemudian kami pulang mencari bayangan
(untuk berlindung dari panas).”
Akan tetapi sholat jum’at juga dapat dilaksakan sebelum tiba waktu
dhuhur. Ini sesuai dengan ucapan Jabir radhiyallahu ‘anhu ketika ia
pernah ditanya tentang “Kapankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengerjakan shalat Jumat?” lalu ia pun menjawab:
َ ‫صلِّى ثُ َّم نَ ْذهَبُ ِإلَى ِج َمالِنَا فَنُ ِري ُحهَا ِح‬
ُ‫ين تَ ُزو ُل ال َّش ْمس‬ َ ‫َك‬
َ ُ‫ان ي‬
Artinya:

“Beliau shalat Jumat. Setelah itu, kami pergi mendatangi unta kami
dan mengistirahatkannya ketika matahari telah tergelincir.” (HR.
Muslim)

Sumber:
Hasibuan, M. (2018). SHOLAT JUM’AT. Al-Razi, 18(2), 1-13.
https://dalamislam.com/shalat/shalat-jumat

Anda mungkin juga menyukai