Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lina Rukoyah

NIM : 1211060045
Prodi : Ilmu Hadis
Semester : 5a
UAS Mata Kuliah Tarikh Ruwath Thabaqah

Thabaqah Tabi’in dalam Periwayatan Hadis


1. Pengertian Tabi’in
Tabiin adalah bentuk jamak dari tabi', yang mengacu pada orang-orang atau komunitas Muslim
yang bertemu dengan sahabat Nabi Muhammad SAW dan meninggal dalam keadaan beriman.
Ibnu Hajar berkata Tabi’in itu orang yang menjumpai Shahabi dalam keadaannya beriman dan
mati dalam Islam. Mufrad dari tabi’in ialah tabi’. Dan tabi’in ini, bisa juga dijama’kan dengan
atba’.
Menurut Al-Khatib al Baghdadi (sejarawan dari Baghdad yang hidup pada abad ke-4 hijriyah),
seorang muslim dapat dikatakan sebagai tabiin jika pernah bersahabat Nabi SAW, jadi bukan
sekedar pernah berjumpa saja. Para ulama ahli hadis membagi generasi tabiin ini dalam beberapa
tingkatan (tabaqat) berdasarkan kualitas sahabat yang pernah dijumpainya.1
2. Pengertian Thabaqat
Secara bahasa thabaqah ialah tingkatan, secara istilah, banyak ulama memberikan definisi yang
berbeda-beda. Salah satunya, seperti yang diuraikan oleh al-Jauhari, yang menjelaskan thabaqah
sebagai kelompok atau golongan-golongan manusia. Sementara menurut Kholil bin Ahmad,
thabaqah adalah keadaan seseorang dalam suatu posisi atau tingkatan tertentu, di mana setiap
individu berbeda-beda satu sama lainnya.2
Thabaqah, , merujuk pada tingkatan, posisi, atau derajat dalam konteks bahasa. Seperti dalam
ilmu tarikh, thabaqah juga merupakan bagian dari studi hadits yang fokus pada kondisi para
perawi hadits. Namun, dalam ilmu thabaqah, kondisi yang menjadi fokus adalah kesamaan para
perawi dalam beberapa aspek, seperti:
1. Hidup pada masa yang sama.
2. Memiliki rentang usia yang serupa.
3. Menerima hadits dari syaikh-syaikh yang sama.
4. Bertemu dengan syaikh-syaikh yang sama.

1
Muhammad Rizki Purba, Ilmu Rijal Hadis 2018, hal 9.
2
Mugy Nugraha,”Memahami thabaqah”. 2022.
Thabaqah adalah kelompok individu yang hidup pada periode atau generasi yang sama dan
memiliki isnad yang serupa atau memiliki kesamaan dalam periwayatan hadits saja. Kesamaan
dalam isnad mengacu pada kesamaan sekolah atau guru, atau dalam konteks guru-murid. Oleh
karena itu, beberapa perawi memiliki guru yang sama dengan perawi lain. Contohnya adalah
Thabaqah sahabat, Thabaqah tabi’in, Thabaqah tabi’it tabi’in, dan sebagainya. Setiap thabaqah
ini kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang akan dijelaskan secara terperinci pada
pembahasannya.
3. Dalil Naqli Tabi’in
Shahih Muslim nomor 4599.
‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة ْبُن َسِع يٍد َو َهَّناُد ْبُن الَّس ِر ِّي َقااَل َح َّد َثَنا َأُبو اَأْلْح َو ِص َع ْن َم ْنُصوٍر َع ْن ِإْبَر اِهيَم ْبِن َيِزيَد َع ْن َع ِبيَد َة الَّس ْلَم اِنِّي َع ْن َع ْبِد ِهَّللا‬
‫َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َخْيُر ُأَّمِتي اْلَقْر ُن اَّلِذ يَن َيُلوِني ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم ُثَّم َيِج يُء َقْو ٌم َتْس ِبُق َش َهاَد ُة‬
‫َأَحِدِهْم َيِم يَنُه َوَيِم يُنُه َش َهاَدَتُه َلْم َيْذ ُك ْر َهَّناٌد اْلَقْر َن ِفي َحِد يِثِه و َقاَل ُقَتْيَبُة ُثَّم َيِج يُء َأْقَو اٌم‬
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Hannad bin As Sari keduanya berkata,
telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Manshur dari Ibrahim bin Yazid dari
'Abidah As Salmani dari 'Abdullah dia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Sebaik-baik umatku
adalah pada masa setelahku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya lagi,
lalu akan suatu kaum setelah mereka yang mana persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya, atau sebaliknya.' Namun Hannad di dalam Haditsnya tidak
menyebutkan lafazh Al qarn (masa). Sedangkan Qutaibah berkata dengan lafazh, 'Akan
datang beberapa kaum.'3
Shahih Muslim nomor 4603.
‫َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأِبي َشْيَبَة َوُمَحَّم ُد ْبُن اْلُم َثَّنى َو اْبُن َبَّش اٍر َجِم يًعا َع ْن ُغْنَد ٍر َقاَل اْبُن اْلُم َثَّنى َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن َج ْع َفٍر َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة‬
‫َسِم ْع ُت َأَبا َجْمَر َة َح َّد َثِني َز ْهَد ُم ْبُن ُمَض ِّر ٍب َسِم ْع ُت ِعْمَر اَن ْبَن ُح َص ْيٍن ُيَح ِّد ُث َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَّن َخْيَر ْم‬
‫ُك‬
‫َقْر ِني ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم َقاَل ِعْمَر اُن َفاَل َأْد ِر ي َأَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َبْع َد َقْر ِنِه َم َّرَتْيِن‬
‫َأْو َثاَل َثًة ُثَّم َيُك وُن َبْع َد ُهْم َقْو ٌم َيْش َهُد وَن َو اَل ُيْسَتْش َهُد وَن َو َيُخ وُنوَن َو اَل ُيْؤ َتَم ُنوَن َو َيْنِذ ُروَن َو اَل ُيوُفوَن َو َيْظَهُر ِفيِهُم الِّس َم ُن َح َّد َثِني‬
‫ُمَحَّم ُد ْبُن َح اِتٍم َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َسِع يٍد ح و َح َّد َثَنا َع ْبُد الَّرْح َمِن ْبُن ِبْش ِر اْلَع ْبِد ُّي َح َّد َثَنا َبْهٌر ح و َح َّد َثِني ُمَحَّم ُد ْبُن َر اِفٍع َح َّد َثَنا َش َباَبُة‬
‫ُك ُّلُهْم َع ْن ُش ْع َبَة ِبَهَذ ا اِإْل ْسَناِد َوِفي َحِد يِثِه ْم َقاَل اَل َأْد ِر ي َأَذ َك َر َبْع َد َقْر ِنِه َقْر َنْيِن َأْو َثاَل َثًة َوِفي َحِد يِث َش َباَبَة َقاَل َسِم ْع ُت َزْهَد َم ْبَن‬
‫ُمَض ِّر ٍب َو َج اَءِني ِفي َح اَجٍة َع َلى َفَر ٍس َفَح َّد َثِني َأَّنُه َسِمَع ِعْمَر اَن ْبَن ُح َص ْيٍن َوِفي َحِد يِث َيْح َيى َو َش َباَبَة َيْنُظُروَن َو اَل َيُفوَن َوِفي‬
‫َحِد يِث َبْهٍر ُيوُفوَن َك َم ا َقاَل اْبُن َج ْع َفِر َو َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة ْبُن َسِع يٍد َوُمَحَّم ُد ْبُن َع ْبِد اْلَم ِلِك اَأْلَمِو ُّي َقااَل َح َّد َثَنا َأُبو َع َو اَنَة ح و َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد‬
‫ْبُن اْلُم َثَّنى َو اْبُن َبَّش اٍر َقااَل َح َّد َثَنا ُمَع اُذ ْبُن ِهَش اٍم َح َّد َثَنا َأِبي ِكاَل ُهَم ا َع ْن َقَتاَد َة َع ْن ُز َر اَر َة ْبِن َأْو َفى َع ْن ِعْمَر اَن ْبِن ُح َص ْيٍن َع ْن الَّنِبِّي‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبَهَذ ا اْلَحِد يِث َخْيُر َهِذِه اُأْلَّمِة اْلَقْر ُن اَّلِذ يَن ُبِع ْثُت ِفيِهْم ُثَّم اَّلِذ يَن َيُلوَنُهْم َز اَد ِفي َحِد يِث َأِبي َع َو اَنَة َقاَل َو ُهَّللا َأْعَلُم‬
‫َأَذ َك َر الَّثاِلَث َأْم اَل ِبِم ْثِل َحِد يِث َزْهَد ٍم َع ْن ِعْمَر اَن َو َز اَد ِفي َحِد يِث ِه َش اٍم َع ْن َقَتاَد َة َو َيْح ِلُفوَن َو اَل ُيْسَتْح َلُفوَن‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna
serta Ibnu Basysyar seluruhnya dari Ghundar. Ibnu Al Mutsanna berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, Aku mendengar
Abu Jamrah, telah menceritakan kepadaku Zahdam bin Madharrib, Aku mendengar 'Imran bin
Hushain bercerita bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang hidup
pada masaku. Kemudian orang-orang pada masa berikutnya. Kemudian orang-orang pada masa
berikutnya." Imran berkata, 'Saya tidak tahu apakah Rasulullah menyebutkan 'orang-orang

3
Digitalisasi hadis, Ensiklopedia hadis 9 kitab
sesudah masa beliau' dua atau tiga kali.' Setelah itu akan datang orang-orang yang memberikan
kesaksian padahal mereka tidak dimintai kesaksian. Mereka berkhianat dan tidak dapat
dipercaya. Mereka bernazar tanpa melaksanakannya dan diantara mereka tampak gemuk. Telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim, telah menceritakan kepada kami Yahya bin
Sa'id, demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami
'Abdur Rahman bin Bisyr Al 'Abad, telah menceritakan kepada kami Bahz, demikian juga
diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi', telah
menceritakan kepada kami Syababah seluruhnya dari Syu'bah melalui jalur ini. Dan di dalam
Hadits mereka disebutkan, 'Aku tidak tahu apakah beliau menyebutkan masa setelah beliau dua
masa lagi atau tiga masa. Sedangkan di dalam Hadits Syababah disebutkan; Aku mendengar
Zahdam bin Mudharrib ketika dia datang kepadaku dengan mengendarai kuda untuk suatu
keperluan. Lalu dia menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Imran bin Hushain. Adapun di
dalam Hadits Yahya dan Syababah disebutkan, 'Mereka bernadzar namun tidak menepatinya. Di
dalam Hadits Bahazdisebutkan; dengan lafazh 'Yuufuun' (menepati) sebagaimana kata Ibnu
Ja'far; Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dan Muhammad bin 'Abdul Malik
keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah, demikian juga diriwayatkan
dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu
Basysyar keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Hisyam, telah
menceritakan kepada kami Bapakku keduanya dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari 'Imran
bin Hushain dari Nabi dengan Hadits ini. Di dalam Hadits Abu 'Awanah disebutkan; Imran bin
Hushain berkata, Wallahu A'lam, apakah beliau menyebutkan masa setelah beliau tiga kali atau
tidak. -sebagaimana Hadits Zahdam dari Imran. Di dalam Hadits Hisyam ada sedikit tambahan;
dari Qatadah, 'mereka bersumpah padahal tidak dimintai untuk bersumpah.'4
Kedua hadis di atas menegaskan dengan sangat jelas akan kedudukan tabiin. Tabiin adalah
generasi terbaik setelah generasi sahabat yang mendapatkan rekomendasi langsung dari Nabi
Muhammad SAW.
4. pengaruh Tabi’in dalam Periwayatan
Mengetahui para tabi’in berguna untuk mengetahui hadis muttashil dan hadits mursal, karena
suatu hadis yang disebutkan di dalamnya nama para sahabat dipandang muttashil, dan jika tidak
disebut nama Shahabi, dinamai mursal.
Masa para tabi’in ini merentang dari pasca wafatnya Nabi, sampai sekitar 150 H. Memahami
posisi generasi seorang perawi sangatlah vital karena berhubungan erat dengan validitas suatu
hadits. Ketika seseorang yang mempelajari hadits belum mengidentifikasi peran tokoh perawi
dalam rangkaian sanad, penilaian atas keabsahan hadis tersebut dapat menjadi kurang akurat.
Mengapa pentingnya pemahaman terhadap generasi ini begitu krusial? Terkait dengan peran
tabi'in, ada istilah hadits mursal dan hadits maqthu'. Perlu diketahui bahwa berdasarkan asal-
usulnya dalam rangkaian sanad dan teksnya, hadits terbagi menjadi tiga kategori:
1. Hadis Marfu', yang merujuk pada hadits yang berasal dari Nabi; lalu
2. Hadis Mauquf, yang merujuk pada hadits yang berasal dari sahabat
3. Hadis Maqthu', yang riwayatnya ditarik dari perilaku tabi'in.
4
Digitalisasi hadis, Ensiklopedia hadis 9 kitab
Jika riwayat yang berasal dari tabi'in ini tidak menunjukkan keterkaitan dengan Nabi atau
generasi sahabat, mayoritas ulama cenderung tidak memakainya sebagai dasar dalam
menetapkan suatu hukum. Walaupun generasi tabi'in hanya berjarak satu generasi dengan Nabi,
karena masih terikat dengan kalangan sahabat, pernyataan tabi'in yang bersumber langsung dari
Nabi secara umum dianggap terputus keterhubungannya.
Dalam perspektif para ahli hadits, situasi ini disebut sebagai hadits mursal, yakni hadits yang
perawinya dari kalangan sahabat tidak disebutkan, dan kebanyakan ulama cenderung
menganggapnya sebagai hadits yang lemah. Oleh karena itu, dari perspektif ilmu hadits,
memahami peran tabi'in ini menjadi sangat penting.
5. Macam Macam Thabaqah Tabi’in
Ulama berbeda dalam pengelompokan tabiin.
 Muslim mengelompokkannya ke dalam 3 thabaqat.
 Ibnu Sa’ad mengelompokkan ke dalam 4 thabaqat.
Terdapat 3 pengelompokan Tabi’in :
1. Thabaqah Kibar Tabi’in
Seperti Sa’id bin al-Musayyib, dan begitu pula para Mukhodhrom. Yaitu: Abu Wa’il Syaqiq bin
Salamah, Masruq bin al-Ajda’, Abul ‘Aliyah, Syuraih bin al-Harits al-Qodhi, al-Ahnaf bin Qois,
Muhammad bin al-Hanafiyyah (yakni Muhammad bin ‘Ali bin Abi Tholib), Abu Idris al-
Khoulani, ‘Atho’ bin Yasar (bekas budak Maimunah), Shilah bin Zufar, dll.
2. Tabi’in Kecil
Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi’in (thabaqah ke-2). Rawi yang dalam
thabaqah ini contohnya adalah Maimun bin Mihron, Sulaiman bin Thorkhon At-Taimi, Qotadah
bin Di’amah, Ibnu Syihab Az-Zuhri, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz (Sang Amirul Mu’minin), Amr bin
Dinar, dll.
3. Thabaqah yang Paling Kecil dari Tabi’in
Mereka adalah yang lebih kecil dari yang thabaqah-thabaqah tabi’in yang sebelumnya. Mereka
termasuk tabi’in yang melihat seorang atau beberapa orang Shahabat. Contoh thobaqot ini adalah
Musa bin ‘Uqbah, Ibrohim An-Nakho’i, Ayyub As-Sikhtiyani, Hisyam bin Urwah, Yahya bin
Sa’id Al-Anshori, Yahya bin Abi Katsir At-Tho’i, Sulaiman bin Mihron al-A’masy, Mak-hul
asy-Syami, Yunus bin ‘Ubaid, dll.5
Abu Bakar bin Abu Daud berkata bahwa Tabi’in wanita yang paling utama antara lain :
1. Hafshah binti Sirin
Beliau wanita yang siqah (bisa dipercaya), dan hujjah (bisa dijadikan rujukan). Berkata
lyas bin Muawwiyah: "Aku tidak mendapati seseorang yang lebih utama dari pada
Hafsah." Berkata Ibnu Abi Daud, "Beliau telah hafal Al-Quran pada usia 12 tahun dan
meninggal tahun 101 Hijriyah dalam umur 70 tahun."

5
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadits, Sultan Amai Press, Gorontalo, 2008, h. 228
2. ‘Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurárah al- Anshariyah al Madaniyah.
Orang yang alim, yang agung yang siqah (bisa dipercaya). Dia tinggal dalam asuhan
sayyidah 'Aisyah. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Tidak ada lagi orang yang lebih tahu
tentang haditsnya -sayyidah- 'Aisyah dari pada 'Amrah." Dia wafat tahun 103 H.
3. Ummu Darda’ as-Sugra Namanya Hujaimah,
Istri Abu Darda', yang pernah meminta dari suaminya (Abu Darda') untuk tetap menjadi
istrinya di akhirat, maka suaminya berwasiat agar tidak bersuami lagi sepeninggalnya.
Akhirnya, datanglah Mu'awwiyah melamarnya setelah wafatnya sang suami, namun dia
tidak menerima. Ummu Darda' termasuk orang ahli ibadah, meninggal sesudah tahun 81
H.6

6. Manfaat mengetahui Thabaqah para periwayat


Manfaatnya ialah untuk mengetahui kualitas matan hadis dengan itu mengetahui biografinya asal
usulnya, kunyah dll. Mempelajarinya dengan melalui ilmu rijal hadis karena setiap periwayat
terdapat masalah semisal tidak sezaman, tidak mungkin bertemu adapun periwayat yang terhidar
dari masalah tersebut maka matan hadis tidak diragukan. Hal itu untuk mempelajarinya sangat
lah penting.
Pada periwayat tentunya terdapat kritikan sehingga meragukan terhadap matannya ilmu ini
disebut dengan ilmu jarh wa ta’dil.
----

Referensi
Muhammad Rizki Purba, Ilmu Rijal Hadis, 2018, hal 9.
Digitalisasi hadis, Ensiklopedia Hadis 9 kitab.
Mugy Nugraha, Memahami thabaqah. 2022. Hal 55
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadits, Sultan Amai Press, Gorontalo, 2008, h. 228
Rozali, Ilmu Hadis, Medan: Azhar Centre, 2019

Selesai _______________________________________________________________________

6
Rozali, Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2019) hal. 60

Anda mungkin juga menyukai