Adi Swandana E. P.
UIN Sunan Ampel Surabaya
07020321028@student.uinsby.ac.id
Pendahuluan
Secara etimologis, kata “ghara>ni>q” adalah bentuk plural dari kata-
kata “ghurnu>q”, “ghirnawq”, “ghurnayq”, “ghirnayq”, “ghirni>q”, “ghirna>q”,
“ghura>niq”, atau “gharawnaq”.1 Kaum musyrik Mekkah pada saat itu memiliki
berhala-berhala yang mereka umpamakan seperti burung-burung ghara>ni>q.
Perumpamaan itu sendiri disebabkan oleh anggapan bahwa berhala-berhala bisa
mendekatkan para penyembahnya kepada Allah dan memberi mereka syafaat di
sisi-Nya.2 Dengan kemampuan seperti itu, maka berhala-berhala tersebut
diumpamakan seperti burung-burung ghara>ni>q yang terbang tinggi di langit.
Peristiwa ghara>ni>q ini bermula saat Nabi Muhammad dan umatnya
mulai dijauhi dan ditolak keberadaanya oleh kaum Quraish.3 Hal ini membuat
Nabi Muhammad berpikir dan berharap turun wahyu dari Allah SWT agar mereka
(Quraish) mendapatkan hidayah darinya. Akan tetapi, dalam beberapa riwayat
kisah ghara>ni>q menceritakan bahwa Nabi pernah menyanjung berhala milik
kaum musyrik. Lebih lanjut, alasan dari Nabi melakukan hal tersebut adalah
disebabkan oleh bisikan setan. Hal ini tentunya menjadi sebuah kontroversi di
kalangan umat Islam, sebab bagaimana bisa seorang utusan Allah malah terkesan
menyekutukan-Nya.
1
Ghozi Mubarok, “Kontinuitas Dan Perubahan Dalam Tafsir Klasik (Telaah Atas Sikap Para
Mufasir Abad II-VIII H. Terhadap Kisah Ghara>ni>q Dan Relasinya Dengan Doktrin ‘Is}mat Al-
Anbiya>’),” Disertasi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016, 137.
2
Al-Muba>rak b. Muhammad al-Jazari> b. al-Athi>r Majd al-Di>n Abu> al-Sa’a>da>t, al-
Niha>yah fi> Ghari>b al-Hadi>th wa al-Athar (Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, 2000), 670.
3
Wila Yudita Pratina, “Kisah Gharaniq Dan Pernikahan Rasulullah (Analisis Historiografi
Terhadap Buku Muhammad Prophet For Our Time Karya Karen Armstrong),” Skripsi, UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2019, 41.
1
2
ك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِذَا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى الشَّْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِهٖۚ َفَيْن َس ُخ ال ٰلّهُ َما ِ
َ َو َمٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل
ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ٰ ِ ِ
ْ لِّيَ ْج َع َل َما يُْلقى الشَّْي ٰط ُن فْتنَةً لِّلَّذيْ َن يِف٥٢ ۙ يُْلقى الشَّْي ٰط ُن مُثَّ حُيْك ُم اللّهُ اٰيٰتهٖۗ َواللّهُ َعلْي ٌم َحكْي ٌم
٥٣ ۙ ق بَعِْي ٍد ِ
ٍ ۢ اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا
ِ ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق
ٌ َ ْ ْ
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak
(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Dia (Allah)
ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu, sebagai cobaan bagi
orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang yang berhati keras.
Dan orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang jauh”
(Surah al-Hajj:52-53).
عن، عن سعيد بن جبري، عن أيب بشر، ثنا شعبة، ثنا أمية بن خالد، حدثنا يوسف بن محاد
فقرأ، فيها أحسب ـ أشك يف احلديث ـ إن النيب صلى اهلل عليه وسلم كان مبكة، ابن عباس
{ أفرأيتم الالت والعزى ومناة الثالثة األخرى } فجرى على لسانه: سورة النجم حىت انتهى إىل
فسروا بذلك، فسمع ذلك مشركو أهل مكة: قال، الشفاعة منهم ترجتي،تلك الغرانيق العلى
4
Pratina, “Kisah Gharaniq…, 47.
3
{ وما أرسلنا من قبلك: فأنزل اهلل تبارك وتعاىل، فاشتد على رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
مث حيكم اهلل، من رسول وال نيب إال إذا متىن ألقى الشيطان يف أمنيته فينسخ اهلل ما يلقي الشيطان
}آياته.5
2. Hadis dari kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n ‘an Ta’wil A>y al-Qur’an:
عن سعيد بن، عن أيب بشر، ثنا شعبة: قال، ثنا حممد بن جعفر: قال، حدثنا ابن بشار
: رسول اهلل ﷺ فقال ُ َ َأفَرءَ ْيتُ ُم: ُ ملا نزلت هذه اآلية: قال، جبري
قرأها. ) اللت َوالْعَُّزى
: فقال املشركون، اهلل ﷺ ِ رسول
ُ فسجد. ) شفاعتهن لرُت جتى َّ وإن، الغرانيق العُلى ( تلك
ُ
﴿ َو َما َْأر َس ْلنَا ِمن: فأنزل اهلل، فسجد املشركون معه. اهلتكم قبل اليوم خبري/ إنه مل يَذ ُكز
اب َي ْوٍم ِِ ِ ٍ ِ َ َِقبل
ُ ( َع َذ: إىل قوله. ) ك من ( َّر ُسول َواَل نَيِن ِإاَّل ِإ َذا مَتَىَّن َألْ َقى الشَّْيطَا ُن يِف ُْأمنيَّته ْ
ِ
َعقيم
ini!" Orang-orang musyrik pun bersujud bersama beliau. Allah lalu menurunkan ayat,
َّ ك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِ َذا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى
ٖۚالش ْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِه ِ
َ “ َو َم ٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبلDan Kami
tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau
(Muhammad), mela-inkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun
memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu… ” Sampai pada firman
Allah, ع ِقْي ٍم
َ اب َي ْوٍم
ُ “ َع َذAzab hari kiamat.”
7
C. Kesan Kontradiktif
Secara tekstual, kandungan makna dari Surah al-Hajj (22) pada ayat ke-
52 sampai 53 berkesan memiliki unsur kontradiktif dengan hadis mengenai kisah
ghara>ni>q8 di atas. Dalam Surah al-Hajj sendiri dijelaskan bahwa Allah lah
yang melindungi para rasul dan nabi dengan menghilangkan segala godaan setan
yang timbul dari sebuah keinginan. Akan tetapi, dalam hadis yang dicantumkan di
atas memiliki redaksi yang berbeda yakni Nabi mengatakan bahwa berhala-
berhala kaum musyrik memiliki kemuliaan dan dapat memberikan syafaat. Hal ini
perlu ditelaah kembali mengingat sangat mustahil apabila seorang Nabi yang
diutus untuk menyampaikan ajaran tauhid dan tidak menyekutukan Allah malah
berkata demikian. Alhasil, beberapa literatur mengindikasikan jika perkataan Nabi
tersebut disebabkan oleh bisikan setan untuk menggoda dan menguji keimanan
umat Islam dengan menggunakan Nabi sebagai perantaranya. Dengan demikian,
pandangan para mufassir dan penjelasan hadis di atas harus dipahami terlebih
dahulu guna menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap hal ini.
ۚك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِذَا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى الشَّْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِ ٖه ِ
َ َو َمٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل
7
Abu> Ja‘far Muhammad b. Jari>r al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 18, terj. Ahmad
Abdurraziq Al Bakri, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 596-597.
8
Ghara>ni>q adalah jamak dari Gharnu>q atau gharni>q yang bermakna sejenis burung air atau
remaja tampan. Lihat Ja’fars Subhani, Ar-Risalah :Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, (Jakarta:
PT Lentera Basritama, t.th), 222.
5
ِ
Kalimat ٍّ م ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِبmenjadi dalil yang menunjukkan
pengertian adanya perbedaan antara nabi dan rasul. Perbedaan antara nabi
dan rasul sebagaimana yang tercantum dalam kitab al-kashsha>f adalah
bahwa nabi yang berstatus rasul adalah nabi yang memiliki kitab suci yang
diturunkan dan memiliki mukjizat. Sedangkan, nabi yang bukan rasul adalah
nabi yang tidak memiliki kitab suci. Ia hanya diperintahkan untuk mengajak
manusia kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya. Dalam pembahasan
Mufrada>t lughawiyyah beliau telah menuturkan definisi yang masyhur dan
as}ahh tentang nabi, rasul, jumlah rasul, dan jumlah nabi.
َۗفَيْن َس ُخ ال ٰلّهُ َما يُْل ِقى الشَّْي ٰط ُن مُثَّ حُيْ ِك ُم ال ٰلّهُ اٰ ٰيتِ ٖه
ِ لِّيجعل ما ي ْل ِقى الشَّي ٰطن فِْتنَةً لِّلَّ ِذين يِف ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق
اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم ٌ َ ْ ْ ْ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ َ
“Agar apa yang berusaha diselipkan dan dibisikkan oleh setan
menjadi ujian bagi orang-orang munafik yang di dalam hatinya ada
penyakit keraguan, kesyirikan, kekufuran, dan kemunafikan, juga bagi
orang-orang musyrik atau orang-orang Yahudi yang membangkang,
angkuh, dan berhati keras serta membatu.”
ق بَعِْي ٍد ِ
ٍ ۢ َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا
“Dan sesungguhnya orang-orang yang menzalimi diri mereka
sendiri itu orang-orang munafik dan orang- orang kafir, berada dalam
sikap permusuhan dan kedurhakaan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.
Mereka keras kepala dan angkuh serta jauh dari kebenaran.”9
b. Ibn Jari>r al-T}abari (Tafsir al-T}abari).
Menurut sebuah riwayat, sebab diturunkannya ayat ini kepada
Rasulullah SAW adalah setan melontarkan sesuatu yang bukan Al-Qur'an
9
Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Aqidah Syari’ah Manhaj, Jilid 9 (Jakarta: Gema Insani,
2013), 251-252.
7
melalui lisan Nabi saat membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah
kepada Nabi, sehingga Rasulullah SAW merasa susah dan gelisah. Allah
lalu menghibur hati mereka dari kejadian itu dengan ayat-ayat ini. Salah
satu riwayat dari mereka yang berpendapat seperti berikut ini:
Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain
menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj mengabarkan kepada dari Ibn
Juraij, dari Abu Ma'syar, dari Muhammad bin Ka'b Al-Qaruhi dan
Muhammad bin Qais, keduanya berkata, Rasulullah SAW duduk dalam
sebuah pertemuan Quraisy yang banyak didatangi orang, lalu pada hari itu
beliau berharap tidak menerima wahyu dari Allah agar mereka tidak lari dari
beliau. Namun Allah menurunkan wahyu kepada Nabi yaitu Surah an-Najm
[53] ayat 1-2, َغوى ِ ) ما ض َّل1( ( والنَّج ِم ِإذَا هوىDemi bintang yang
َ صاحبُ ُك ْم َو َما
َ َ َ ََ ْ َ
terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru).
Rasulullah SAW lalu membacanya, hingga ketika beliau sampai pada ayat, َأ
األخ َرى ِ
ْ َ) َو َمنَ اةَ الثَّالثَ ة1( الالت َوالْعُ َّزى
َ ( َف َر َْأيتُ ُمMaka apakah patut kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap Lata dan (uzza, dan Manat yang ketiga,
yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah?)” (Surah an-
Najm [53]: 19-20) setan menyisipkan dua kalimat melalui lisan Nabi تلك
الغراني ق العلى وأن ش فاعتهن ل رتجى, (itulah Ghara>ni>q yang tinggi [nama
sesuatu yang tidak diucapkan Allah”. Allah lalu menurunkan ayat ini, َوِإ ْن
mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami)
ِ َك علَينَ ا ن
ص ًريا ِ
(Surah al-Isra>’ [17]: 73) sampai ayat ْ َ َ َ( مُثَّ ال جَت ُد لDan kamu
tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami) (Surah al-Isra>'
[17]: 75).
Beliau lalu senantiasa gelisah dan cemas hingga turun ayat ini َو َم ا
10
Al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari… , 588-591.
9
ِ لِّيجعل ما ي ْل ِقى الشَّي ٰطن فِْتنَةً لِّلَّ ِذين يِف ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق
اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم ٌ َ ْ ْ ْ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ َ
Maksud ayat di atas adalah, maka Allah menghapus ucapan yang
dilontarkan setan, kemudian Allah menguatkan ayat-ayat-Nya, agar Allah
menjadikan kebatilan yang dilontarkan pada benak Nabi-Nya seperti
ucapan, ( تلك الغرانيق العلى وأن شفاعتهن لرتجىItulah Ghara>ni>q yang tinggi
[nama berhala], dan sesungguhnya syafaat mereka benar-benar diharapkan).
ق بَعِْي ٍد ِ
ٍ ۢ ۙ َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا
Maksudnya tersebut adalah sesungguhnya orang-orang musyrik
dari kalangan kaummu, wahai Muhammad, benar-benar menyalahi perintah
Allah dan jauh dari kebenaran.11
2. Pandangan Muh}addith
Para ulama masih meragukan keshahihan dari hadis ini dengan
beberapa alasan. Pertama, sanad dari hadis ini hanya sampai pada tingkat
tabiin dan tidak pada tingkatan sahabat yang memiliki derajat lebih tinggi,
sehingga dapat dikatakan perawi dari hadis ini tidak jelas dan termasuk hadis
mursal.12 Kedua, segi matan hadis ini juga bertentangan dengan Al-Qur’an
tepatnya dalam surah an-Najm ayat 1-5 di mana ayat tersebut menjelaskan
bahwa Nabi tidak menyampaikan perkataan selain dari wahyu yang diturunkan
padanya dan bukan berdasarkan keinginannya sendiri.13 Sementara itu, dari
segi bahasa, kata “ghara>ni>q” memiliki pengertian jenis burung air atau
pemuda yang tampan dan sama sekali tidak mengandung pengertian sebagai
“Tuhan”.14
Hadis mengenai kisah gha>rani>q ini memang menuai kontroversi di
kalangan ulama Islam. Tak jarang pula ulama hadis yang menyatakan sikap
11
Al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari…, 603-605.
12
Pratina, “Kisah Gharaniq…, 43-44.
13
Ibid.
14
Ibid., 45. Lihat juga Subhani, Ar-Risalah :Sejarah…, 225.
10
15
Salim b. I’d al-Hilali dan Muhammad b. Musa Alu Nashr, al-Isti>’a>b fi> Baya>n al-Asba>b,
Vol. 2 (Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, t.th), 517.
16
Ibid., 518
17
Ibid., 517.
18
Khoirul Athyabil Anwari, “Qishah al-Gharaniq, Riwayat ‘Turunnya’ Ayat-ayat Setan,” Tafsir Al
Quran.id (https://tafsiralquran.id/qishah-al-gharaniq-riwayat-turunnya-ayat-ayat-setan (14 Agustus
2022, 20:33). Lihat juga al-Qa>d}i> ‘Iya>d, al-Syifa> bi Huqu>q al-Musht}afa, (t.tp: t. 2013),
645.
19
Ibid., Ibid., 647.
11
Nabi pada saat membaca surah an-Najm saat dalam keadaan mengantuk
sehingga perkataan beliau dianggap sebuah igauan.20
Ibn al-‘Arabi> juga berpendapat mengenai hadis tersebut yang
banyak diriwayatkan oleh al-T}abari> dalam tafsirnya, jalur-jalurnya batil
dan tidak berdasar. Pendapat ‘Iya>d bahwa hadis tersebut tidak pernah di-
takhri>j oleh ahli kritik dan tidak diriwayatkan oleh perawi thiqqah, serta
d}a>‘if, penukilannya yang bertentangan dan periwayatannya rumpang dan
riwayat ini dari kalangan tabiin dan para mufasir dengan tidak disandarkan
pada sahabat, mayoritas jalurnya d}a>‘if dan lemah.21
Melihat dari segi matannya, ‘Iya>d juga memberikan kritik dan
mempertegas penolakannya terhadap hadis kisah ghara>ni>q. Pertama,
kisah ghara>ni>q ini baginya bertolak-belakang dengan konsep ‘is}mah
para nabi tentang terlindunginya diri mereka dari segala kesalahan dan
kekafiran terutama dalam menyampaikan firman Allah.22 Kedua, ayat-ayat
ghara>ni>q tidak memiliki kesesuaian dengan konteks ayat baik yang
sebelum maupun sesudahnya dalam Surah al-Najm.23 Ketiga, terasa aneh
ketika jika benar adanya mengenai kisah ghara>ni>q ini tanpa
menimbulkan respon dari kalangan umat Islam. 24 Keempat, dalam hadis
kisah ghara>ni>q yang diriwayatkan oleh Al-Qasim disebutkan pula
turunnya Surah al-Isra ayat 73-75 di mana hal ini dijadikan argumen oleh
‘Iya>d bahwa sebenarnya peristiwa ghara>ni>q tidak benar-benar terjadi.25
Selain dari keempat pendapatnya, ‘Iya>d pun mengatakan bahwa hadis
ghara>ni>q ini berhasil menyusup ke dalam kehidupan umat Islam
disebabkan perbuatan setan baik dari kalangan manusia maupun jin yang
20
Ibid.
21
Karimullah, “Historiografi Kisah…, 96. Lihat juga Abī al-Faḍl Aḥmad b. ‘Ali b. Ḥajar
al-‘Asqalānī, Fath al-Ba>ri> Sharh S}ah}i>h} al-Buka>ri>, Vol. 8 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah,
1379 H), 439.
22
Mubarok, “Kontinuitas Dan…, 149. Lihat juga al-Qa>d}i> ‘Iya>d, al-Syifa> bi Huqu>q al-
Musht}afa, Vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1984), 748-756.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid.
12
mampu membuat lalai ulama hadis guna membuat huru-hara bagi umat
Islam yang keimanannya lemah.26
26
Ibid. 150.
13
F. Kesimpulan
Dari pendapat para mufasir dan penjelasan hadis di atas, dapat kita
ketahui kaitan kisah ghara>ni>q dengan Nabi yang terkena bisikan setan dalam
menyampaikan salah satu wahyunya. Hadis yang meriwayatkan tentang kisah
ghara>ni>q sendiri memiliki kecacatan baik dalam hal sanad maupun matannya.
Selain itu, tafsiran mengenai ayat 52-53 dalam Surah al-Hajj juga menjelaskan
bahwa terselipnya bisikan setan ditujukan sebagai ujian bagi orang-orang yang
memiliki keraguan dalam hatinya terhadap ajaran Nabi. Dengan demikian,
terselipnya bisikan setan juga menjadi kehendak Allah SWT, sehingga tuduhan
terhadap Nabi yang terkena bisikan dan terkesan mengagung-agungkan berhala
kaum Musyrik adalah sebuah pendapat yang tidak benar.
14
Daftar Pustaka
Al-Haythami>, Nu>r al-Di>n ‘Ali b. Abi> Bakr. Kashf al-Asta>r ‘an Zawa’id al-
Bazzar. Vol. 3. Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1984.
Al-Hilali, Salim b. I’d dan Muhammad b. Musa Alu Nashr, al-Isti>’a>b fi>
Baya>n al-Asba>b, Vol. 2. Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, t.th.
Mubarok, Ghozi. “Kontinuitas Dan Perubahan Dalam Tafsir Klasik (Telaah Atas
Sikap Para Mufasir Abad II-VIII H. Terhadap Kisah Ghara>ni>q Dan
Relasinya Dengan Doktrin ‘Is}mat Al-Anbiya>’).” Disertasi, UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2016.
Al-T}abari, Abu> Ja‘far Muhammad b. Jari>r. Tafsir Ath-Thabari, Jilid 18, terj.
Ahmad Abdurraziq Al Bakri, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.