Anda di halaman 1dari 14

KONTROVERSI KISAH AL-GHARA<NI<Q

Adi Swandana E. P.
UIN Sunan Ampel Surabaya
07020321028@student.uinsby.ac.id

Ahmad Naufal Firdaus


UIN Sunan Ampel Surabaya
07040321102@student.uinsby.ac.id

Pendahuluan
Secara etimologis, kata “ghara>ni>q” adalah bentuk plural dari kata-
kata “ghurnu>q”, “ghirnawq”, “ghurnayq”, “ghirnayq”, “ghirni>q”, “ghirna>q”,
“ghura>niq”, atau “gharawnaq”.1 Kaum musyrik Mekkah pada saat itu memiliki
berhala-berhala yang mereka umpamakan seperti burung-burung ghara>ni>q.
Perumpamaan itu sendiri disebabkan oleh anggapan bahwa berhala-berhala bisa
mendekatkan para penyembahnya kepada Allah dan memberi mereka syafaat di
sisi-Nya.2 Dengan kemampuan seperti itu, maka berhala-berhala tersebut
diumpamakan seperti burung-burung ghara>ni>q yang terbang tinggi di langit.
Peristiwa ghara>ni>q ini bermula saat Nabi Muhammad dan umatnya
mulai dijauhi dan ditolak keberadaanya oleh kaum Quraish.3 Hal ini membuat
Nabi Muhammad berpikir dan berharap turun wahyu dari Allah SWT agar mereka
(Quraish) mendapatkan hidayah darinya. Akan tetapi, dalam beberapa riwayat
kisah ghara>ni>q menceritakan bahwa Nabi pernah menyanjung berhala milik
kaum musyrik. Lebih lanjut, alasan dari Nabi melakukan hal tersebut adalah
disebabkan oleh bisikan setan. Hal ini tentunya menjadi sebuah kontroversi di
kalangan umat Islam, sebab bagaimana bisa seorang utusan Allah malah terkesan
menyekutukan-Nya.

1
Ghozi Mubarok, “Kontinuitas Dan Perubahan Dalam Tafsir Klasik (Telaah Atas Sikap Para
Mufasir Abad II-VIII H. Terhadap Kisah Ghara>ni>q Dan Relasinya Dengan Doktrin ‘Is}mat Al-
Anbiya>’),” Disertasi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016, 137.
2
Al-Muba>rak b. Muhammad al-Jazari> b. al-Athi>r Majd al-Di>n Abu> al-Sa’a>da>t, al-
Niha>yah fi> Ghari>b al-Hadi>th wa al-Athar (Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, 2000), 670.
3
Wila Yudita Pratina, “Kisah Gharaniq Dan Pernikahan Rasulullah (Analisis Historiografi
Terhadap Buku Muhammad Prophet For Our Time Karya Karen Armstrong),” Skripsi, UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2019, 41.

1
2

Dengan demikian, dalam tulisan ini hendak dipaparkan mengenai


penjelasan tafsir dan hadis terkait kisah ghara>ni>q guna menghindari
kesalahpahaman. Kesalahpahaman mengenai tindakan Nabi yang disebabkan oleh
bisikan setan ini akan berakibat pada goyangnya keimanan umat Islam apabila
tidak dibekali dengan pengetahuan yang lebih jelas. Selain itu, banyak juga
pendapat-pendapat yang tidak memiliki kredibilitas yang berbahaya jika dipahami
begitu saja tanpa telaah mendalam seperti hadis-hadis palsu terkait kisah
ghara>ni>q. Padahal hadis mengenai ayat-ayat setan tersebut sudah tidak
digunakan oleh ulama-ulama kontemporer karena ketidakjelasan dari sumber
hadist tersebut.4

A. Ayat Alquran al-Hajj [22] : 52-53

‫ك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِذَا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى الشَّْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِهٖۚ َفَيْن َس ُخ ال ٰلّهُ َما‬ ِ
َ ‫َو َمٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ٰ ِ ِ
ْ ‫ لِّيَ ْج َع َل َما يُْلقى الشَّْي ٰط ُن فْتنَةً لِّلَّذيْ َن يِف‬٥٢ ۙ ‫يُْلقى الشَّْي ٰط ُن مُثَّ حُيْك ُم اللّهُ اٰيٰتهٖۗ َواللّهُ َعلْي ٌم َحكْي ٌم‬
٥٣ ۙ ‫ق بَعِْي ٍد‬ ِ
ٍ ۢ ‫اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا‬
ِ ‫ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق‬
ٌ َ ْ ْ
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak
(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, Dia (Allah)
ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu, sebagai cobaan bagi
orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang yang berhati keras.
Dan orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang jauh”
(Surah al-Hajj:52-53).

B. Hadis Tentang Kisah al-Ghara>niq


1. Hadis dari kitab Kashf al-Asta>r ‘an Zawa>’id al-Bazza>r:

‫ عن‬، ‫ عن سعيد بن جبري‬، ‫ عن أيب بشر‬، ‫ ثنا شعبة‬، ‫ ثنا أمية بن خالد‬، ‫حدثنا يوسف بن محاد‬
‫ فقرأ‬، ‫ فيها أحسب ـ أشك يف احلديث ـ إن النيب صلى اهلل عليه وسلم كان مبكة‬، ‫ابن عباس‬
‫ { أفرأيتم الالت والعزى ومناة الثالثة األخرى } فجرى على لسانه‬: ‫سورة النجم حىت انتهى إىل‬
‫ فسروا بذلك‬، ‫ فسمع ذلك مشركو أهل مكة‬: ‫ قال‬، ‫الشفاعة منهم ترجتي‬،‫تلك الغرانيق العلى‬

4
Pratina, “Kisah Gharaniq…, 47.
3

‫ { وما أرسلنا من قبلك‬: ‫ فأنزل اهلل تبارك وتعاىل‬، ‫فاشتد على رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
‫ مث حيكم اهلل‬، ‫من رسول وال نيب إال إذا متىن ألقى الشيطان يف أمنيته فينسخ اهلل ما يلقي الشيطان‬
}‫آياته‬.5

“Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Hammad, ia berkata; telah


menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid, ia berkata; telah menceritakan
kepada kami, dari Shu’bah dari Abi Bisyr dari Sa’id bin Jubair, dari Ibn Abba>s, yang
dianggap ada keraguan dalam hadis, Rasulullah SAW ketika berada di Mekkah
membaca Surah al-Najm sampai pada ayat (maka apakah patut kalian, menganggap
berhala al-Lata dan’Uzza dan Manat, yang ketiga kemudian anak perempuan Allah)
maka lisan Rasulullah SAW berkata : (itulah berhala-berhala) ghara>ni>q yang mulia
dan syafaat mereka sungguh diharapkan. Ibn ‘Abba>s berkata: orang-orang musyrik
mendengar bacaan Nabi SAW maka mereka berbahagia dan menjadi tekanan pada
Rasulullah SAW, kemudian Allah menurunkan ayat (dan kami tidak mengutus
seorang Rasul dan tidak pula seorang Nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan
apabila ia mempunyai keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam
keinginannya itu, tetapi Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu, dan
Allah akan menguatkan ayat-ayatNya)”.6

2. Hadis dari kitab tafsir Ja>mi’ al-Baya>n ‘an Ta’wil A>y al-Qur’an:

‫ عن سعيد بن‬، ‫ عن أيب بشر‬، ‫ ثنا شعبة‬: ‫ قال‬، ‫ ثنا حممد بن جعفر‬: ‫ قال‬، ‫حدثنا ابن بشار‬
: ‫رسول اهلل ﷺ فقال‬ ُ َ ‫ َأفَرءَ ْيتُ ُم‬: ُ‫ ملا نزلت هذه اآلية‬: ‫ قال‬، ‫جبري‬
‫ قرأها‬. ) ‫اللت َوالْعَُّزى‬
: ‫ فقال املشركون‬، ‫اهلل ﷺ‬ ِ ‫رسول‬
ُ ‫ فسجد‬. ) ‫شفاعتهن لرُت جتى‬ َّ ‫ وإن‬، ‫الغرانيق العُلى‬ ‫( تلك‬
ُ
‫ ﴿ َو َما َْأر َس ْلنَا ِمن‬: ‫ فأنزل اهلل‬، ‫ فسجد املشركون معه‬. ‫ اهلتكم قبل اليوم خبري‬/ ‫إنه مل يَذ ُكز‬
‫اب َي ْوٍم‬ ِِ ِ ٍ ِ َ ِ‫َقبل‬
ُ ‫ ( َع َذ‬: ‫ إىل قوله‬. ) ‫ك من ( َّر ُسول َواَل نَيِن ِإاَّل ِإ َذا مَتَىَّن َألْ َقى الشَّْيطَا ُن يِف ُْأمنيَّته‬ ْ
ِ
‫َعقيم‬

Ibn Basha>r menceritakan kepada kami, ia berkata: Muhammad bin Ja'far


menceritakan kepada kami, ia berkata: Shu'bah menceritakan kepada kami dari Abu
Bishr, dari Sa'id bin Jubair, ia berkata: Ketika ayat ini turun, “Maka apakah patut
kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan Uzza?” (Surah An-Najm [53]:
19) Rasulullah SAW membacanya, lalu mengucapkan, َّ ‫ َو‬، ‫ك الغَُرانِي ُق العُلى‬
‫إن‬ َ ‫تِْل‬
‫اعُت ُه َّن ُلت ْرجَتَى‬
َ ‫) َش َف‬itulah Ghara>ni>q yang tinggi [nama berhala]. Syafaat mereka
benar-benar diharapkan). Lalu Rasulullah SAW bersujud, sehingga orang-orang
musyrik berkata, "Ia tidak pernah berkata baik tentang tuhan-tuhan kami sebelum hari
5
Nu>r al-Di>n ‘Ali b. Abi> Bakr al-Haythami>, Kashf al-Asta>r ‘an Zawa>’id al-Bazza>r, Vol.
3 (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1984), 72
6
Karimullah, “Historiografi Kisah Ghara<ni<q,” Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019, 60-
61.
4

ini!" Orang-orang musyrik pun bersujud bersama beliau. Allah lalu menurunkan ayat,
َّ ‫ك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِ َذا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى‬
ٖۚ‫الش ْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِه‬ ِ
َ ‫“ َو َم ٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل‬Dan Kami
tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau
(Muhammad), mela-inkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, setan pun
memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu… ” Sampai pada firman
Allah, ‫ع ِقْي ٍم‬
َ ‫اب َي ْوٍم‬
ُ ‫“ َع َذ‬Azab hari kiamat.”
7

C. Kesan Kontradiktif
Secara tekstual, kandungan makna dari Surah al-Hajj (22) pada ayat ke-
52 sampai 53 berkesan memiliki unsur kontradiktif dengan hadis mengenai kisah
ghara>ni>q8 di atas. Dalam Surah al-Hajj sendiri dijelaskan bahwa Allah lah
yang melindungi para rasul dan nabi dengan menghilangkan segala godaan setan
yang timbul dari sebuah keinginan. Akan tetapi, dalam hadis yang dicantumkan di
atas memiliki redaksi yang berbeda yakni Nabi mengatakan bahwa berhala-
berhala kaum musyrik memiliki kemuliaan dan dapat memberikan syafaat. Hal ini
perlu ditelaah kembali mengingat sangat mustahil apabila seorang Nabi yang
diutus untuk menyampaikan ajaran tauhid dan tidak menyekutukan Allah malah
berkata demikian. Alhasil, beberapa literatur mengindikasikan jika perkataan Nabi
tersebut disebabkan oleh bisikan setan untuk menggoda dan menguji keimanan
umat Islam dengan menggunakan Nabi sebagai perantaranya. Dengan demikian,
pandangan para mufassir dan penjelasan hadis di atas harus dipahami terlebih
dahulu guna menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap hal ini.

D. Pandangan Para Mufasir dan Muh}addith


1. Pandangan Mufassir
a. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Tafsir Al-Munir).

ۚ‫ك ِم ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب ٍّ آِاَّل اِذَا مَتَىّٰن ٓى اَلْ َقى الشَّْي ٰط ُن يِف ْٓي اُْمنِيَّتِ ٖه‬ ِ
َ ‫َو َمٓا اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل‬

7
Abu> Ja‘far Muhammad b. Jari>r al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari, Jilid 18, terj. Ahmad
Abdurraziq Al Bakri, dkk. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 596-597.
8
Ghara>ni>q adalah jamak dari Gharnu>q atau gharni>q yang bermakna sejenis burung air atau
remaja tampan. Lihat Ja’fars Subhani, Ar-Risalah :Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW, (Jakarta:
PT Lentera Basritama, t.th), 222.
5

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul dan nabi sebelum


kamu Muhammad, mela inkan jika ia membaca firman Allah SWT setan
akan berusaha menyisipkan beberapa kalimat palsu dan batil ke dalam
bacaannya itu.”

ِ
Kalimat ٍّ ‫ م ْن َّر ُس ْو ٍل َّواَل نَيِب‬menjadi dalil yang menunjukkan

pengertian adanya perbedaan antara nabi dan rasul. Perbedaan antara nabi
dan rasul sebagaimana yang tercantum dalam kitab al-kashsha>f adalah
bahwa nabi yang berstatus rasul adalah nabi yang memiliki kitab suci yang
diturunkan dan memiliki mukjizat. Sedangkan, nabi yang bukan rasul adalah
nabi yang tidak memiliki kitab suci. Ia hanya diperintahkan untuk mengajak
manusia kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya. Dalam pembahasan
Mufrada>t lughawiyyah beliau telah menuturkan definisi yang masyhur dan
as}ahh tentang nabi, rasul, jumlah rasul, dan jumlah nabi.

ۗ‫َفَيْن َس ُخ ال ٰلّهُ َما يُْل ِقى الشَّْي ٰط ُن مُثَّ حُيْ ِك ُم ال ٰلّهُ اٰ ٰيتِ ٖه‬

“Lalu Allah SWT menghilangkan dan menghapus kalimat-


kalimat, khurafat dan mitos-mitos yang berusaha disisipkan oleh setan
dan dipegang oleh sebagian orang kafir. Kemudian Allah SWT
menjadikan ayat-ayat-Nya kukuh tanpa bisa dirusak, didistorsi,
dimanipulasi, dan ditambah-tambahi.”

Ini mirip dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa


pendeta pada masa sekarang yang mencoba memasukkan dan menyisipkan
beberapa kebohongan dan kesyubhatan ke dalam prinsip-prinsip dan nilai-
nilai ajaran Islam, memutarbalikkan kebenaran, memanipulasi dan
mendistorsi fakta-fakta, dan memberikan interpretasi terhadap beberapa ayat
dengan bentuk interpretasi yang tidak benar. Namun, usaha-usaha kotor itu
pun sirna. Kebohongan-kebohongan yang mereka buat-buat itu diruntuhkan
oleh beberapa ulama Islam yang memiliki komitmen, kegigihan, dan
kredibilitas tinggi atau oleh yang lain. Pandangan-pandangan asing itu coba
diselipkan melalui buletin, selebaran-selebaran, buku-buku sekolahan, dan
yang lainnya.
6

‫َوال ٰلّهُ َعلِْي ٌم َح ِكْي ٌم‬


“Dan Allah SWT Maha Mengetahui tentang segala sesuatu,
tentang apa yang Dia wahyukan kepada Nabi-Nya, serta berbagai hal
dan kejadian yang akan terjadi. Tiada suatu apapun yang tersembunyi
dari-Nya. Allah SWT juga Maha Bijaksana dalam pengaturan-Nya,
ketentuan-Nya, ciptaan-Nya, urusan-Nya, dan perbuatan-perbuatan-
Nya.”

Bagi-Nya hikmah yang sempurna dan hujjah yang kuat tak


terbantahkan. Oleh karena itu, Allah SWT pun membalas orang yang
berbohong, memperlihatkan kebenaran kepada kaum mukminin, dan
melenyapkan kegelapan dan kepekatan di jiwa-jiwa orang munafik. Ini
adalah yang dijelaskan oleh Allah SWT menyangkut posisi kedua golongan
tersebut dalam ayat berikutnya

ِ ‫لِّيجعل ما ي ْل ِقى الشَّي ٰطن فِْتنَةً لِّلَّ ِذين يِف ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق‬
‫اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم‬ ٌ َ ْ ْ ْ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ َ
“Agar apa yang berusaha diselipkan dan dibisikkan oleh setan
menjadi ujian bagi orang-orang munafik yang di dalam hatinya ada
penyakit keraguan, kesyirikan, kekufuran, dan kemunafikan, juga bagi
orang-orang musyrik atau orang-orang Yahudi yang membangkang,
angkuh, dan berhati keras serta membatu.”

Ketika mereka bersukacita oleh kalimat-kalimat yang dibisikkan


dan diselipkan oleh setan tersebut dan meyakini bahwa kalimat-kalimat itu
benar dari sisi Allah SWT, padahal sebenarnya itu dari setan.

‫ق بَعِْي ٍد‬ ِ
ٍ ۢ ‫َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا‬
“Dan sesungguhnya orang-orang yang menzalimi diri mereka
sendiri itu orang-orang munafik dan orang- orang kafir, berada dalam
sikap permusuhan dan kedurhakaan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.
Mereka keras kepala dan angkuh serta jauh dari kebenaran.”9
b. Ibn Jari>r al-T}abari (Tafsir al-T}abari).
Menurut sebuah riwayat, sebab diturunkannya ayat ini kepada
Rasulullah SAW adalah setan melontarkan sesuatu yang bukan Al-Qur'an
9
Wahbah Al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Aqidah Syari’ah Manhaj, Jilid 9 (Jakarta: Gema Insani,
2013), 251-252.
7

melalui lisan Nabi saat membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah
kepada Nabi, sehingga Rasulullah SAW merasa susah dan gelisah. Allah
lalu menghibur hati mereka dari kejadian itu dengan ayat-ayat ini. Salah
satu riwayat dari mereka yang berpendapat seperti berikut ini:
Al-Qasim menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-Husain
menceritakan kepada kami, ia berkata: Hajjaj mengabarkan kepada dari Ibn
Juraij, dari Abu Ma'syar, dari Muhammad bin Ka'b Al-Qaruhi dan
Muhammad bin Qais, keduanya berkata, Rasulullah SAW duduk dalam
sebuah pertemuan Quraisy yang banyak didatangi orang, lalu pada hari itu
beliau berharap tidak menerima wahyu dari Allah agar mereka tidak lari dari
beliau. Namun Allah menurunkan wahyu kepada Nabi yaitu Surah an-Najm

[53] ayat 1-2, ‫َغوى‬ ِ ‫) ما ض َّل‬1( ‫( والنَّج ِم ِإذَا هوى‬Demi bintang yang
َ ‫صاحبُ ُك ْم َو َما‬
َ َ َ ََ ْ َ
terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru).

Rasulullah SAW lalu membacanya, hingga ketika beliau sampai pada ayat, ‫َأ‬

‫األخ َرى‬ ِ
ْ َ‫) َو َمنَ اةَ الثَّالثَ ة‬1( ‫الالت َوالْعُ َّزى‬
َ ‫( َف َر َْأيتُ ُم‬Maka apakah patut kamu (hai

orang-orang musyrik) menganggap Lata dan (uzza, dan Manat yang ketiga,
yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah?)” (Surah an-

Najm [53]: 19-20) setan menyisipkan dua kalimat melalui lisan Nabi ‫تلك‬

‫ الغراني ق العلى وأن ش فاعتهن ل رتجى‬, (itulah Ghara>ni>q yang tinggi [nama

berhala], dan sesungguhnya syafaat mereka benar-benar diharapkan).


Beliau lalu melanjutkan hingga akhir surah. Kemudian beliau sujud
di akhir surah dan semua orang sujud bersama Nabi. Bahkan Walid bin
Mughirah mendekatkan tanah ke dahinya, lalu ia sujud di atas tanah itu,
karena dia sudah tua dan tidak sanggup sujud. Mereka menerima apa yang
beliau ucapkan, dan berkata, “Kami tahu bahwa Allah menghidupkan dan
mematikan, dan Dia-lah yang menciptakan serta memberi rezeki, tetapi
tuhan-tuhan kami akan memberi syafaat bagi kami di sisi Allah, karena
8

engkau telah memberi tempat bagi tuhan-tuhan kami, maka kami


mengikutimu.”
Pada sore harinya, malaikat Jibril mendatangi beliau, dan beliau
menyetorkan bacaan surah kepada Jibril. Ketika beliau sampai pada dua
kalimat yang disisipkan setan itu, Jibril berkata, “Aku tidak pernah
menyampaikan dua kalimat ini kepadamu!” Rasulullah SAW berkata
“Kalau begitu, aku telah berbohong atas nama Allah dan mengucapkan

sesuatu yang tidak diucapkan Allah”. Allah lalu menurunkan ayat ini, ‫َوِإ ْن‬

ُ‫ي َعلَْينَ ا َغْي َره‬ ِ ِ َ ‫ك َع ِن الَّ ِذي َْأو َحْينَ ا ِإلَْي‬


َ َ‫ادوا لََي ْفتِنُون‬
َ ‫ك لَت ْفرَت‬ ُ ‫( َك‬Dan sesungguhnya

mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami)
ِ َ‫ك علَينَ ا ن‬
‫ص ًريا‬ ِ
(Surah al-Isra>’ [17]: 73) sampai ayat ْ َ َ َ‫( مُثَّ ال جَت ُد ل‬Dan kamu

tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami) (Surah al-Isra>'
[17]: 75).

Beliau lalu senantiasa gelisah dan cemas hingga turun ayat ini ‫َو َم ا‬

‫الش ْيطَا ُن يِف ُْأمنِيَّتِ ِه َفَيْن َس ُخ اللَّهُ َم ا‬ ٍ ‫ك ِمن رس‬


َّ ‫ول َوال نَيِب ٍّ ِإال ِإ َذا مَتَىَّن َألْ َقى‬ ِ ِ
ُ َ ْ َ ‫َْأر َس ْلنَا م ْن َقْبل‬
ِ ‫الش يطَا ُن مُثَّ حُي ِكم اللَّه آياتِ ِه واللَّه علِيم ح‬
ٌ‫كيم‬ ِ
َ ٌ َُ َ َ ُ ُ ْ ْ َّ ‫( يُْلقي‬Dan Kami tidak mengutus
sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan
apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-
godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan
oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya, Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana). Orang-orang yang hijrah ke Habasyah
lalu mendengar bahwa seluruh penduduk Mekkah telah masuk Islam,
sehingga mereka pulang kepada keluarga mereka dan berkata, “Kami lebih
mencintai mereka!' Namun mereka mendapati orang-orang telah berbalik
manakala Allah menghapus kalimat yang dilontarkan setan”10

10
Al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari… , 588-591.
9

ِ ‫لِّيجعل ما ي ْل ِقى الشَّي ٰطن فِْتنَةً لِّلَّ ِذين يِف ُقلُوهِبِم َّمرض َّوالْ َق‬
‫اسيَ ِة ُقلُ ْوبُ ُه ۗ ْم‬ ٌ َ ْ ْ ْ َْ ُ ْ ُ َ َ َْ َ
Maksud ayat di atas adalah, maka Allah menghapus ucapan yang
dilontarkan setan, kemudian Allah menguatkan ayat-ayat-Nya, agar Allah
menjadikan kebatilan yang dilontarkan pada benak Nabi-Nya seperti

ucapan, ‫( تلك الغرانيق العلى وأن شفاعتهن لرتجى‬Itulah Ghara>ni>q yang tinggi
[nama berhala], dan sesungguhnya syafaat mereka benar-benar diharapkan).

Lafaz ً‫ فِ ْتنَة‬maksudnya adalah ujian yang diberikan kepada orang-orang yang

di dalam hatinya ada penyakit nifaq, yaitu keraguan mengenai kebenaran


Rasulullah SAW dan kebenaran yang diberitakan beliau kepada mereka.

‫ق بَعِْي ٍد‬ ِ
ٍ ۢ ‫ۙ َوا َّن ال ٰظّلِ ِمنْي َ لَِف ْي ِش َقا‬
Maksudnya tersebut adalah sesungguhnya orang-orang musyrik
dari kalangan kaummu, wahai Muhammad, benar-benar menyalahi perintah
Allah dan jauh dari kebenaran.11
2. Pandangan Muh}addith
Para ulama masih meragukan keshahihan dari hadis ini dengan
beberapa alasan. Pertama, sanad dari hadis ini hanya sampai pada tingkat
tabiin dan tidak pada tingkatan sahabat yang memiliki derajat lebih tinggi,
sehingga dapat dikatakan perawi dari hadis ini tidak jelas dan termasuk hadis
mursal.12 Kedua, segi matan hadis ini juga bertentangan dengan Al-Qur’an
tepatnya dalam surah an-Najm ayat 1-5 di mana ayat tersebut menjelaskan
bahwa Nabi tidak menyampaikan perkataan selain dari wahyu yang diturunkan
padanya dan bukan berdasarkan keinginannya sendiri.13 Sementara itu, dari
segi bahasa, kata “ghara>ni>q” memiliki pengertian jenis burung air atau
pemuda yang tampan dan sama sekali tidak mengandung pengertian sebagai
“Tuhan”.14
Hadis mengenai kisah gha>rani>q ini memang menuai kontroversi di
kalangan ulama Islam. Tak jarang pula ulama hadis yang menyatakan sikap
11
Al-T}abari, Tafsir Ath-Thabari…, 603-605.
12
Pratina, “Kisah Gharaniq…, 43-44.
13
Ibid.
14
Ibid., 45. Lihat juga Subhani, Ar-Risalah :Sejarah…, 225.
10

menolak terhadap kehujjahan hadis-hadis ghara>ni>q menyinggung perihal


jalur periwayatannya dan juga kandungan isinya. Beberapa ulama melontarkan
berbagai argumen guna menanggapi hadis ghara>ni>q, di antaranya:
a. Ibn K}uzaimah (w. 311 H).
Dalam kitab al-Isti>’a>b fi> Baya>n al-Asba>b, Ibn Khuzaimah
ketika ditanya mengenai kisah ini, maka beliau menjawabnya bahwa
peristiwa ghara>ni>q merupakan rekayasa dan bidah.15
b. Ahmad b. Musa b. Mardawaih Isfahani (w. 410 H).
Berdasarkan kitab al-Isti>’a>b fi> Baya>n al-Asba>b, Ibn
Mardawayh mengatakan hadis mengenai peristiwa memiliki rantai perawi
yang sangat lemah, bahkan ia juga memberikan pernyataan bahwa redaksi
dari hadis tersebut terbilang palsu.16
c. Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi> (w. 458 H).
Dalam kitab yang sama, al-Baihaqi juga mengatakan bahwasanya
kisah ghara>ni>q sendiri tidaklah terbukti berdasarkan periwayatannya.17
d. Qa>d}i> ‘Iya>d} (w. 544 H).
Dalam karyanya al-Syifa> bi Huqu>q al-Musht}afa, Qa>d}i>
‘Iya>d telah mengkritik hadis tersebut dengan beberapa argumentasinya.
Dari segi sanadnya, Qa>d}i> ‘Iya>d mengatakan bahwasanya hadis tersebut
tidak memiliki perawi yang memiliki kredibilitas tinggi. 18 Selanjutnya pada
matan hadis tersebut, Qa>d}i> ‘Iya>d berargumen bahwa mustahil ada
sebuah pujian dalam nistaan terhadap berhalanya kaum musyrik yakni pada
surah an-Najm ayat 19-20 yang dibacakan oleh Nabi seperti dalam redaksi
hadis tersebut.19 Qa>d}i> ‘Iya>d juga memiliki pendapat yang lain yaitu

15
Salim b. I’d al-Hilali dan Muhammad b. Musa Alu Nashr, al-Isti>’a>b fi> Baya>n al-Asba>b,
Vol. 2 (Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, t.th), 517.
16
Ibid., 518
17
Ibid., 517.
18
Khoirul Athyabil Anwari, “Qishah al-Gharaniq, Riwayat ‘Turunnya’ Ayat-ayat Setan,” Tafsir Al
Quran.id (https://tafsiralquran.id/qishah-al-gharaniq-riwayat-turunnya-ayat-ayat-setan (14 Agustus
2022, 20:33). Lihat juga al-Qa>d}i> ‘Iya>d, al-Syifa> bi Huqu>q al-Musht}afa, (t.tp: t. 2013),
645.
19
Ibid., Ibid., 647.
11

Nabi pada saat membaca surah an-Najm saat dalam keadaan mengantuk
sehingga perkataan beliau dianggap sebuah igauan.20
Ibn al-‘Arabi> juga berpendapat mengenai hadis tersebut yang
banyak diriwayatkan oleh al-T}abari> dalam tafsirnya, jalur-jalurnya batil
dan tidak berdasar. Pendapat ‘Iya>d bahwa hadis tersebut tidak pernah di-
takhri>j oleh ahli kritik dan tidak diriwayatkan oleh perawi thiqqah, serta
d}a>‘if, penukilannya yang bertentangan dan periwayatannya rumpang dan
riwayat ini dari kalangan tabiin dan para mufasir dengan tidak disandarkan
pada sahabat, mayoritas jalurnya d}a>‘if dan lemah.21
Melihat dari segi matannya, ‘Iya>d juga memberikan kritik dan
mempertegas penolakannya terhadap hadis kisah ghara>ni>q. Pertama,
kisah ghara>ni>q ini baginya bertolak-belakang dengan konsep ‘is}mah
para nabi tentang terlindunginya diri mereka dari segala kesalahan dan
kekafiran terutama dalam menyampaikan firman Allah.22 Kedua, ayat-ayat
ghara>ni>q tidak memiliki kesesuaian dengan konteks ayat baik yang
sebelum maupun sesudahnya dalam Surah al-Najm.23 Ketiga, terasa aneh
ketika jika benar adanya mengenai kisah ghara>ni>q ini tanpa
menimbulkan respon dari kalangan umat Islam. 24 Keempat, dalam hadis
kisah ghara>ni>q yang diriwayatkan oleh Al-Qasim disebutkan pula
turunnya Surah al-Isra ayat 73-75 di mana hal ini dijadikan argumen oleh
‘Iya>d bahwa sebenarnya peristiwa ghara>ni>q tidak benar-benar terjadi.25
Selain dari keempat pendapatnya, ‘Iya>d pun mengatakan bahwa hadis
ghara>ni>q ini berhasil menyusup ke dalam kehidupan umat Islam
disebabkan perbuatan setan baik dari kalangan manusia maupun jin yang

20
Ibid.
21
Karimullah, “Historiografi Kisah…, 96. Lihat juga Abī al-Faḍl Aḥmad b. ‘Ali b. Ḥajar
al-‘Asqalānī, Fath al-Ba>ri> Sharh S}ah}i>h} al-Buka>ri>, Vol. 8 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah,
1379 H), 439.
22
Mubarok, “Kontinuitas Dan…, 149. Lihat juga al-Qa>d}i> ‘Iya>d, al-Syifa> bi Huqu>q al-
Musht}afa, Vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1984), 748-756.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid.
12

mampu membuat lalai ulama hadis guna membuat huru-hara bagi umat
Islam yang keimanannya lemah.26

E. Penyelesaian Kesan Kontradiktif


Dari beberapa paparan mengenai penjelasan para mufasir dan
muh}addith dapat ditemukan beberapa penyelesaian untuk menjawab kesan
kontradiktif di atas, antara lain:
1. Melihat pendapat dari para mufasir dan muh}addith yang menyatakan bahwa
kisah ghara>ni>q termasuk dalam riwayat yang mursal dan bersifat d}a>‘if
serta mardu>d (tertolak), maka hadis-hadis yang membahas tentang hal ini
tidak dapat dijadikan hujjah guna menjaga sifat Nabi Muhammad SAW yang
maksum dan terjaga dari segala godaan setan terutama dalam hal
menyampaikan wahyu.
2. Adapun penyebab dari tersebarnya kisah ini merupakan upaya orang-orang
kafir zindiq yang ingin merusak agama Islam yang berawal dari ketidaktelitian
para ulama dalam mengambil rujukan di awal masa kodifikasi hadis. Alhasil,
hal tersebut berimplikasi pada masa selanjutnya, di mana hadis-hadis yang
memuat kisah ghara>ni>q diteruskan melalui karya-karya tafsir yang datang
setelahnya.
3. Apabila masih terdapat argumentasi yang mengatakan bahwasanya Nabi
terkena bisikan setan yang membuat lisannya melontarkan kata pujian pada
berhala kaum musyrik, maka sebagai umat Islam harus tetap memiliki
keimanan terhadap kerasulan Nabi. Hal ini harus dimaklumi, sebab nabi-nabi
sebelumnya pun juga pernah mengalami godaan dan hasutan setan seperti nabi
Adam, Nabi Ayyub, dsb. Oleh sebab itu, para nabi diindikasi masih memiliki
kemungkinan melakukan kesalahan dengan catatan bahwa Allah tetap akan
memberikan teguran dan membenarkan perbuatan yang salah dari para utusan-
utusannya.

26
Ibid. 150.
13

F. Kesimpulan
Dari pendapat para mufasir dan penjelasan hadis di atas, dapat kita
ketahui kaitan kisah ghara>ni>q dengan Nabi yang terkena bisikan setan dalam
menyampaikan salah satu wahyunya. Hadis yang meriwayatkan tentang kisah
ghara>ni>q sendiri memiliki kecacatan baik dalam hal sanad maupun matannya.
Selain itu, tafsiran mengenai ayat 52-53 dalam Surah al-Hajj juga menjelaskan
bahwa terselipnya bisikan setan ditujukan sebagai ujian bagi orang-orang yang
memiliki keraguan dalam hatinya terhadap ajaran Nabi. Dengan demikian,
terselipnya bisikan setan juga menjadi kehendak Allah SWT, sehingga tuduhan
terhadap Nabi yang terkena bisikan dan terkesan mengagung-agungkan berhala
kaum Musyrik adalah sebuah pendapat yang tidak benar.
14

Daftar Pustaka

‘Iya>d, al- Qa>d}i>. al-Syifa> bi Huqu>q al-Musht}afa. t.tp: t., 2013.

‘Iya>d, al-Qa>d}i>. al-Syifa> bi Huqu>q al-Musht}afa, Vol. 2. Beirut: Da>r al-


Kita>b al-‘Arabi>, 1984.

Al-Athi>r, Al-Muba>rak b. Muhammad al-Jazari> b. Majd al-Di>n Abu> al-


Sa’a>da>t. al-Niha>yah fi> Ghari>b al-Hadi>th wa al-Athar. Saudi
Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, 2000.

Anwari, Khoirul Athyabil. “Qishah al-Gharaniq, Riwayat ‘Turunnya’ Ayat-ayat


Setan.” Tafsir Al Quran.id (https://tafsiralquran.id/qishah-al-gharaniq-
riwayat-turunnya-ayat-ayat-setan (14 Agustus 2022, 20:33).

Al-Haythami>, Nu>r al-Di>n ‘Ali b. Abi> Bakr. Kashf al-Asta>r ‘an Zawa’id al-
Bazzar. Vol. 3. Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1984.

Al-Hilali, Salim b. I’d dan Muhammad b. Musa Alu Nashr, al-Isti>’a>b fi>
Baya>n al-Asba>b, Vol. 2. Saudi Arabia: Da>r Ibn al-Jauzi>, t.th.

Karimullah. “Historiografi Kisah Ghara<ni<q.” Skripsi, UIN Sunan Ampel


Surabaya, 2019.

Mubarok, Ghozi. “Kontinuitas Dan Perubahan Dalam Tafsir Klasik (Telaah Atas
Sikap Para Mufasir Abad II-VIII H. Terhadap Kisah Ghara>ni>q Dan
Relasinya Dengan Doktrin ‘Is}mat Al-Anbiya>’).” Disertasi, UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2016.

Pratina, Wila Yudita. “Kisah Gharaniq Dan Pernikahan Rasulullah (Analisis


Historiografi Terhadap Buku Muhammad Prophet For Our Time Karya
Karen Armstrong).” Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019.

Subhani, Ja’fars. Ar-Risalah :Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW. Jakarta: PT


Lentera Basritama, t.th.

Al-T}abari, Abu> Ja‘far Muhammad b. Jari>r. Tafsir al-T}abari: Ja>mi’ al-


Baya>n ‘an Ta’wil A>y al-Qur’an, Vol. 16. Kairo: Da>r Hijr, 2001.

Al-T}abari, Abu> Ja‘far Muhammad b. Jari>r. Tafsir Ath-Thabari, Jilid 18, terj.
Ahmad Abdurraziq Al Bakri, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir Aqidah Syari’ah Manha, Jilid 9. Jakarta:


Gema Insani, 2013.

Anda mungkin juga menyukai