Anda di halaman 1dari 37

DALIL TENTANG MAKNA TAUHID PADA SURAH AS-SABA': 23

Diajukan untuk memenuhi tugas:


Mata Kuliah:
HADITS TAFSIR
Dosen Pengampu:
Dr. Dzikri Nirwana, S. Th.i, M. Ag

Oleh:
Asiah (180103020203)
Dinda Shofi Innayah (180103020144)
Rosyi Norlatifah (180103020202)
Siti Bahrah (180103020215)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2020
PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang berfungsi pula sebagai landasan penetapan
hukum serta mengatur norma-norma kehidupan. Karena itulah, Al-Qur’an berupa ayat-ayat yang
mengandung banyak hikmah dan pelajaran itu agar dapat menuntun kita dalam keseharian
dengan melaksanakan sesuai apa yang Allah perintahkan dan menjauhi larangan-Nya. Pelbagai
persoalan umat sudah dibahas lebih dulu di dalam Al-Qur’an, walaupun penjelasan ini
kebanyakan bersifat global, maka dari itu perlu lah ada penelitian langsung untuk menafsirkan
setiap makna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Ayat- ayat Al-Qur’an ini menjadi pembuktian keagungan dan kebesaran Allah, untuk
memahami ayat-ayat inilah kita memerlukan penafsiran. Penafsiran ini pun dapat berupa
penafsiran oleh mufassir maupun dari Rasulullah ‫ ﷺ‬secara langsung. Dengan penafsiran
inilah kita dapat menemui makna atau pesan yang Allah sampaikan melalui wahyu-wahyu yang
telah diturunkan-Nya. Dalam makalah ini, penulis berusaha membahas hadis dengan salah satu
surah dalam Al-Qur’an yakni, Saba’ ayat 23 serta menjelaskan konsep tauhid menurut ayat ini.

1
PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang Makna Tauhid

‫َو اَل َتنَفُع ٱلَّش َٰف َع ُة ِع نَد ٓۥُه ِإاَّل ِلَم ْن َأِذ َن َلُهۥۚ َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُفِّز َع َعن ُقُلوِبِهْم َقاُلو۟ا َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك ْم ۖ َقاُلو۟ا ٱْلَح َّق‬

‫ۖ َو ُهَو ٱْلَعِلُّى ٱْلَك ِبيُر‬

Artinya: “Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah
diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari
hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “(Perkataan) yang benar,” dan Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar” (QS. Saba’
23)1
Terdapat hadits dalam QS. Saba’ ayat 23 dari kitab Shahih Bukhari yang menjelaskan
tentang makna tauhid. Ada 2 hadits (redaksi/makna) yang sama diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dari Abu Hurairah yaitu:
1. HR. Bukhari No 4426

‫َح َّد َثَنا اْلُح َم ْيِد ُّي َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َح َّد َثَنا َع ْم ٌرو َقاَل َسِم ْع ُت ِع ْك ِر َم َة َيُقوُل َس ِم ْع ُت َأَب ا ُهَر ْي َر َة َيُق وُل‬
‫ِإَّن َنِبَّي ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَذ ا َقَض ى ُهَّللا اَأْلْم َر ِفي الَّس َم اِء َض َرَبْت اْلَم اَل ِئَك ُة‬
‫ِبَأْج ِنَحِتَها ُخ ْض َع اًنا ِلَقْو ِلِه َك َأَّنُه ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن َفِإَذ ا{ ُفِّز َع َع ْن ُقُلوِبِهْم َقاُلوا َم اَذ ا َق اَل َر ُّبُك ْم‬
‫َقاُلوا } ِلَّلِذ ي َقاَل { اْلَح َّق َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر } َفَيْس َم ُع َها ُم ْسَتِر ُق الَّس ْم ِع َوُم ْسَتِر ُق الَّس ْم ِع َهَك َذ ا‬
‫َبْعُضُه َفْو َق َبْع ٍض َوَو َص َف ُس ْفَياُن ِبَك ِّفِه َفَحَر َفَها َو َبَّد َد َبْيَن َأَص اِبِع ِه َفَيْس َم ُع اْلَك ِلَم َة َفُيْلِقيَه ا ِإَلى‬
‫َم ْن َتْح َتُه ُثَّم ُيْلِقيَها اآْل َخ ُر ِإَلى َم ْن َتْح َتُه َح َّتى ُيْلِقَيَها َع َلى ِلَس اِن الَّساِح ِر َأْو اْلَك اِهِن َفُرَّبَم ا َأْد َر َك‬
‫الِّش َهاُب َقْبَل َأْن ُيْلِقَيَها َو ُرَّبَم ا َأْلَقاَها َقْبَل َأْن ُيْد ِر َك ُه َفَيْك ِذ ُب َم َعَها ِم اَئَة َك ْذ َبٍة َفُيَق اُل َأَلْيَس َق ْد َق اَل‬
‫َلَنا َيْو َم َك َذ ا َو َك َذ ا َك َذ ا َو َك َذ ا َفُيَص َّدُق ِبِتْلَك اْلَك ِلَم ِة اَّلِتي َسِمَع ِم ْن الَّس َم اِء‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Telah menceritakan kepada kami
Sufyan Telah menceritakan kepada kami Amru dia berkata: Aku mendengar Ikrimah berkata:
Aku mendengar Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya Nabi Allah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Apabila Allah menetapkan satu perkara di atas langit maka para malaikat
1
QS. Saba’ | Qur’an kemenag” diakses 7 November 2020, https://quran.kemenag.go.id/sura/34.

2
mengepakkan sayap-sayap mereka karena tunduk kepada firman-Nya, seakan-akan rantai
yang berada di atas batu besar. {Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati
mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?" Mereka
menjawab} kepada yang bertanya: {Al Haq, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar}. (QS.
Saba': 23). Maka Jin-jin pencuri berita mendengarkannya, dan para pencuri berita itu
seperti ini, mereka bersusun-susun sebagian di atas sebagian yang lainnya. Sufyan
mendemonstrasikan dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-
jarinya. Maka mereka mencuri dengar kalimat, lalu menyampaikannya kepada yang berada
di bawahnya, kemudian yang kedua menyampaikan lagi kepada yang dibawahnya, hingga
disampaikan pada lisan tukang sihir atau dukun. Bisa jadi jin itu diterjang bintang sebelum
dapat menyampaikannya dan bisa jadi mereka dapat menyampaikannya sebelum diterjang
oleh bintang. Kemudian berita langit itu dicampur dengan seratus kebohongan. Kemudian
berkata: "Bukankah dia telah berkata kepada kita hari ini dan ini, akan begini dan begini?
Maka dia dipercaya karena kalimat itu yang di dengar dari langit."2
2. HR. Bukhari No. 6927

‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن َع ْبِد الَّلِه َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن َع ْم ٍر و َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َيْبُل ُغ ِب ِه َص َّلى‬
‫الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَذ ا َقَض ى الَّل ُه اَأْلْم َر ِفي الَّس َم اِء َض َر َبْت اْلَم اَل ِئَك ُة ِبَأْج ِنَح ِتَه ا ُخ ْض َع اًنا‬
‫ِلَقْو ِلِه َك َأَّنُه ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن َقاَل َع ِلٌّي َو َقاَل َغ ْيُر ُه َص ْفَو اٍن َيْنُف ُذ ُهْم َذ ِل َك َف ِإَذ ا { ُف ِّز َع َع ْن‬
‫ُقُلوِبِه ْم َقاُلوا َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك ْم َقاُلوا اْلَح َّق َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر } َق اَل َع ِلٌّي َو َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َح َّد َثَنا‬
‫َع ْم ٌرو َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة ِبَهَذ ا َقاَل ُس ْفَياُن َق اَل َع ْم ٌرو َس ِم ْع ُت ِع ْك ِر َم َة َح َّد َثَنا َأُب و‬
‫ُهَر ْيَر َة َقاَل َع ِلٌّي ُقْلُت ِلُس ْفَياَن َقاَل َسِم ْع ُت ِع ْك ِر َم َة َقاَل َسِم ْع ُت َأَبا ُهَر ْيَر َة َقاَل َنَعْم ُقْلُت ِلُس ْفَياَن‬
‫ِإَّن ِإْنَس اًنا َر َو ى َع ْن َع ْم ٍر و َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َيْر َفُعُه َأَّنُه َقَر َأ ُفِّر َغ َقاَل ُس ْفَياُن َهَك َذ ا‬
‫َقَر َأ َع ْم ٌر‬
‫و َفاَل َأْد ِر ي َسِمَع ُه َهَك َذ ا َأْم اَل َقاَل ُس ْفَياُن َو ِه َي ِقَر اَء ُتَنا‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari Amru dari Ikrimah dari Abu Hurairah yang Nabi shallallahu 'alaihi

2
Ibnu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Beirut, Dar Ibn katsir, 1423),
1207.

3
wasallam menyampaikan kepadanya, beliau bersabda: "Jika Allah memutuskan suatu
keputusan di langit, maka malaikat akan mengepak-ngepakkan sayapnya karena tunduk
kepada titah-Nya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin." Ali
berkata, "Sedang lainnya berkata, 'Seperti batu licin yang menembus mereka.' Allah
berfirman: “Apabila ketakutan telah hilang dari hati mereka, mereka bertanya Apa yang
difirmankan Rabb kalian? Mereka menjawab Kebenaran, dan Dia Maha Tinggi lagi
Maha Besar”(Qs. Saba': 23). Ali berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan telah
menceritakan kepada kami Amru dari Ikrimah dari Abu Hurairah dengan redaksi ini."
Sedang Sufyan berkata, Amru berkata, aku mendengar Ikrimah telah menceritakan
kepada kami Abu Hurairah, Ali berkata, saya bertanya Sufyan ia menjawab, 'Aku
mendengar Ikrimah berkata, aku mendengar Abu Hurairah berkata, 'Ya.' Saya bertanya
kepada Sufyan, 'Beberapa orang meriwayatkan dari Amru dari 'Ikrimah dari Abu
Hurairah yang beliau memarfu'kannya, hanya ia membaca 'furrigha (jika telah selesai).
Sufyan berkata, 'Beginilah Amru membaca, maka aku tidak tahu, apakah ia
mendengarnya seperti ini atau. Sufyan berkata, 'Dan begitulah bacaan kami.”3

B. Takhrij Hadits
Sanad Hadits ini antara lain:
1. Abdurrahman bin Shakhr dikenal dengan Abu Hurairah yang terkenal dengan
periwayatan hadits yang paling banyak.
2. Ikrimah Maula Ibnu Abbas, nama kunyahnya Abu Abdillah seorang thabi’in besar dari
penduduk magrib
3. Amru bin Dinar Al-Atsram, seorang tokoh thabi’in karena ketekunannya dalam
menimba ilmu hadits.
4. Sufyan bin ‘Uyainah bin Abi ‘Imran Maimun, seorang imam sunni dan ahli hadits.
Lahir di kota Kuffah.
5. ‘Imran Maimun, seorang imam sunni dan ahli hadits. Lahir di kota Kuffah.
6. Abdullah bin Az-Zubair bin ‘Isa bin ‘Ubaidillah, lahir di kota Mekkah
Hadits ini memiliki penguat di dalam hadits riwayat lain seperti berikut:

3
Hadits Bukhari No. 6927, https://www.hadits.id/hadits/bukhari/6927 diakses pada tanggal 28 November
2020.

4
‫‪1. Hadits Muslim No. 4136‬‬
‫َح َّد َثَنا َح َس ُن ْبُن َع ِلٍّي اْلُح ْلَو اِنُّي َو َع ْبُد ْبُن ُح َم ْيٍد َقاَل َح َس ٌن َح َّد َثَنا َيْع ُقوُب َو َقاَل َع ْبٌد َح َّد َثِني َيْع ُق وُب ْبُن‬
‫ِإْبَر اِهيَم ْبِن َس ْع ٍد َح َّد َثَنا َأِبي َع ْن َص اِلٍح َع ْن اْبِن ِشَهاٍب َح َّد َثِني َع ِلُّي ْبُن ُح َس ْيٍن َأَّن َع ْب َد ِهَّللا ْبَن َع َّب اٍس‬
‫َقاَل َأْخ َبَر ِني َر ُجٌل ِم ْن َأْص َح اِب الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِم ْن اَأْلْنَص اِرَأَّنُهْم َبْيَنَم ا ُهْم ُج ُل وٌس َلْيَل ًة‬

‫َم َع َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُر ِم َي ِبَنْج ٍم َفاْسَتَناَر َفَق اَل َلُهْم َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫َم اَذ ا ُكْنُتْم َتُقوُلوَن ِفي اْلَج اِهِلَّيِة ِإَذ ا ُر ِم َي ِبِم ْثِل َهَذ ا َقاُلوا ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأْع َلُم ُكَّنا َنُقوُل ُوِل َد الَّلْيَل َة َر ُج ٌل‬
‫َع ِظ يٌم َو َم اَت َر ُجٌل َع ِظ يٌم َفَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفِإَّنَه ا اَل ُي ْر َم ى ِبَه ا ِلَم ْو ِت َأَح ٍد َو اَل‬
‫ِلَح َياِتِه َو َلِكْن َر ُّبَنا َتَباَر َك َو َتَع اَلى اْس ُم ُه ِإَذ ا َقَض ى َأْم ًرا َس َّبَح َح َم َلُة اْلَع ْر ِش ُثَّم َس َّبَح َأْهُل الَّسَم اِء اَّل ِذ يَن‬
‫َيُلوَنُهْم َح َّتى َيْبُلَغ الَّتْس ِبيُح َأْهَل َهِذِه الَّسَم اِء الُّد ْنَيا ُثَّم َقاَل اَّلِذ يَن َيُلوَن َح َم َلَة اْلَع ْر ِش ِلَح َم َلِة اْلَع ْر ِش َم اَذ ا‬
‫َقاَل َر ُّبُك ْم َفُيْخ ِبُر وَنُهْم َم اَذ ا َق اَل َق اَل َفَيْس َتْخ ِبُر َبْعُض َأْه ِل الَّس َم اَو اِت َبْعًض ا َح َّتى َيْبُل َغ اْلَخ َب ُر َه ِذِه‬
‫الَّسَم اَء الُّد ْنَيا َفَتْخ َطُف اْلِج ُّن الَّسْمَع َفَيْقِذ ُفوَن ِإَلى َأْو ِلَياِئِهْم َو ُيْر َم ْو َن ِبِه َفَم ا َج اُء وا ِبِه َع َلى َو ْج ِه ِه َفُه َو‬
‫َح ٌّق َو َلِكَّنُهْم َيْقِرُفوَن ِفيِه َو َيِزيُد وَن و َح َّد َثَنا ُز َهْيُر ْبُن َح ْر ٍب َح َّد َثَنا اْلَو ِليُد ْبُن ُم ْس ِلٍم َح َّد َثَنا َأُب و َع ْم ٍر و‬
‫اَأْلْو َز اِعُّي ح و َح َّد َثَنا َأُبو الَّطاِهِر َو َح ْر َم َلُة َقااَل َأْخ َبَر َنا اْبُن َو ْهٍب َأْخ َبَر ِني ُيوُنُس ح و َح َّد َثِني َس َلَم ُة‬
‫ْبُن َش ِبيٍب َح َّد َثَنا اْلَح َس ُن ْبُن َأْع َيَن َح َّد َثَنا َم ْع ِق ٌل َيْع ِني اْبَن ُع َبْي ِد ِهَّللا ُك ُّلُهْم َع ْن الُّز ْه ِر ِّي ِبَه َذ ا اِإْل ْس َناِد‬
‫َغْيَر َأَّن ُيوُنَس َقاَل َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َعَّباٍس َأْخ َبَر ِني ِرَج اٌل ِم ْن َأْص َح اِب َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه‬
‫َو َس َّلَم ِم ْن اَأْلْنَص اِر َو ِفي َح ِد يِث اَأْلْو َز اِعِّي َو َلِكْن َيْقِرُفوَن ِفي ‪ِu‬ه َو َيِز يُد وَن َو ِفي َح ِد يِث ُي وُنَس َو َلِكَّنُهْم‬
‫َيْر َقْو َن ِفيِه َو َيِزيُد وَن َو َز اَد ِفي َح ِد يِث ُيوُنَس َو َق اَل ُهَّللا {َح َّتى ِإَذ ا ُف ِّز َع َع ْن ُقُل وِبِهْم َق اُلوا َم اَذ ا َق اَل‬
‫َر ُّبُك ْم َقاُلوا اْلَح َّق } َو ِفي َح ِد يِث َم ْع ِقٍل َك َم ا َقاَل اَأْلْو َز اِعُّي َو َلِكَّنُهْم َيْقِرُفوَن ِفيِه َو َيِز يُد وَن‬
‫‪Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hasan bin 'Ali Al Hulwani dan 'Abad bin‬‬
‫‪Humaid. Hasan berkata: Telah menceritakan kepada kami Ya'qub. Dan 'Abad berkata:‬‬
‫‪Telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'd: Telah menceritakan kepada‬‬
‫‪kami Bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab: Telah menceritakan kepadaku 'Ali bin Husain‬‬
‫‪bahwa 'Abdullah bin 'Abbas berkata: "Seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam‬‬
‫‪dari kalangan Anshar bercerita kepadaku: bahwa pada suatu malam ketika mereka‬‬
‫‪sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba mereka‬‬
‫‪dijatuhi bintang (meteor) yang bersinar. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam‬‬
‫‪bertanya kepada mereka: 'Apa yang kalian katakan pada masa jahiliyah apabila dijatuhi‬‬

‫‪5‬‬
bintang seperti ini? ' Jawab mereka: 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Dahulu kami
berkomentar: 'Malam ini telah lahir orang yang besar dan telah meninggal orang yang
besar pula.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya
bintang (meteor) itu tidak jatuh karena meninggalnya seseorang dan tidak pula karena
lahirnya seseorang. Tetapi Rabb kita, yang nama-Nya penuh berkah dan Maha Tinggi,
apabila Dia memutuskan suatu urusan, maka bertasbihlah pemikul 'Arasy, kemudian
bertasbih pula penduduk langit setelah mereka, sehingga tasbih mereka terdengar pula
oleh penduduk langit dunia ini. Kemudian orang-orang yang dekat pemikul 'Arasy berkata
kepada mereka: 'Apa yang telah difirmankan Rabb kalian? ' Lalu mereka ceritakan apa
yang telah difirmankan Allah. Maka penduduk langit yang lainnya pun saling mencari
kabar tersebut sesama mereka, sehingga berita itu sampai pula kepada penduduk langit
dunia ini. Berita itu tertangkap oleh bangsa jin, lalu dibisikkannya kepada pemimpin-
pemimpin mereka, tetapi mereka dilempar karenanya. Maka apa yang disampaikannya
menurut berita yang sebenarnya, itu benar. Tetapi biasanya mereka bohong dan beritanya
mereka tambah-tambah.' Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb: Telah
menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim: Telah menceritakan kepada kami Abu
'Amru Al Auza'i: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan
kepada kami Abu Ath Thahir dan Harmalah keduanya berkata: Telah mengabarkan
kepada kami Ibnu Wahb: Telah mengabarkan kepadaku Yunus: Demikian juga
diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabib:
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin A'yan: Telah menceritakan kepada kami
Ma'qil yaitu Ibnu 'Ubaidillah seluruhnya dari Az Zuhri melalui jalur ini. Kecuali Yunus
berkata: dari 'Abdullah bin 'Abbas: Telah mengabarkan kepadaku beberapa sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari kalangan Anshar. Dan di dalam Hadits Al
Auza'i di sebutkan: 'Akan tetapi mereka berbohong dan menambah-nambahi beritanya.'
Sedangkan di dalam Hadits Yunus dengan menggunakan lafazh 'Wa laakinnahum' (tetapi
mereka). Juga ada tambahan: Allah Ta'ala berfirman: "Sehingga apabila telah
dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: 'Apakah yang telah di firmankan
oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: 'Perkataan yang benar.' Adapun di dalam Hadits
Ma'qil, 'sama dengan Hadits Yunus.' sebagaimana dikatakan oleh Al Auza'i.”

6
2. Sunan AT-Tirmidzi No. 3147

‫َح َّد َثَنا اْبُن َأِبي ُع َم َر َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َع ْن َع ْم ِر و ْبِن ِد يَناٍر َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َع ْن الَّنِبِّي‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَذ ا َقَض ى ُهَّللا ِفي الَّس َم اِء َأْم ًرا َض َرَبْت اْلَم اَل ِئَك ُة ِبَأْج ِنَحِتَه ا ُخ ْض َع اًنا‬
‫ِلَقْو ِلِه َك َأَّنَها ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن َفِإَذ ا { ُفِّز َع َع ْن ُقُلوِبِهْم َقاُلوا َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك ْم َقاُلوا اْلَح َّق َو ُه َو‬
‫اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر } َقاَل َو الَّش َياِط يُن َبْعُضُهْم َفْو َق َبْع ٍض َقاَل َأُبو ِع يَس ى َهَذ ا َح ِد يٌث َح َس ٌن َص ِح يٌح‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari Amru bin Dinar dari Ikrimah dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu
'alaihi wa Salam bersabda: "Bila Allah telah menetapkan suatu hal di langit, para
malaikat mengepak-ngepakkan sayap karena tunduk pada firman-Nya seperti rantai di
atas batu besar halus. 'Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka,
mereka berkata: 'Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb-mu? mereka menjawab:
'(Perkataan) yang benar, ' dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Saba`: 23)
Beliau bersabda: "Dan setan, sebagian berada diatas bagian lain." Abu Isa berkata:
Hadits ini hasan shahih.”
3. Sunan Ibnu Majah No. 190
‫َح َّد َثَنا َيْع ُقوُب ْبُن ُح َم ْيِد ْبِن َك اِسٍب َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن ْبُن ُع َيْيَن َة َع ْن َع ْم ِر و ْبِن ِد يَن اٍر َع ْن ِع ْك ِر َم َة‬
‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَذ ا َقَض ى ُهَّللا َأْم ًرا ِفي الَّس َم اِء َض َرَبْت‬
‫اْلَم اَل ِئَك ُة َأْج ِنَح َتَها ُخ ْض َع اًنا ِلَقْو ِلِه َك َأَّنُه ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن َف { ِإَذ ا ُف ِّز َع َع ْن ُقُل وِبِهْم َق اُلوا‬
‫َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك ْم َقاُلوا اْلَح َّق َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر } َفَيْس َم ُع َها ُم ْسَتِر ُقو الَّس ْم ِع َبْعُض ُهْم َف ْو َق َبْع ٍض‬
‫َفَيْس َم ُع اْلَك ِلَم َة َفُيْلِقيَها ِإَلى َم ْن َتْح َتُه َفُرَّبَم ا َأْد َر َك ُه الِّش َهاُب َقْبَل َأْن ُيْلِقَيَها ِإَلى اَّلِذ ي َتْح َت ُه َفُيْلِقيَه ا‬
‫َع َلى ِلَس اِن اْلَك اِهِن َأْو الَّساِح ِر َفُرَّبَم ا َلْم ُيْد َر ْك َح َّتى ُيْلِقَيَها َفَيْك ِذ ُب َم َعَها ِم اَئَة َك ْذ َبٍة َفَتْص ُدُق ِتْل َك‬
‫اْلَك ِلَم ُة اَّلِتي ُس ِمَع ْت ِم ْن الَّس َم اِء‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Humaid bin Kasib berkata: telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari 'Amru bin Dinar dari Ikrimah dari
Abu Hurairah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Apabila Allah
menetapkan satu perkara di atas langit maka para malaikat mengepakkan sayap-sayap
mereka karena tunduk kepada firman-Nya, seakan-akan rantai yang berada di atas batu

7
besar. {Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata:
"Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?" Mereka menjawab: 'Al Haq, dan Dia
Maha Tinggi lagi Maha Besar'}. (QS. Saba': 23). Maka Jin-jin pencuri berita
mendengarkannya, sebagian mereka bersusun di atas sebagian yang lainnya. kemudian
mereka mendengarkan kalimat lalu menyampaikannya kepada yang berada di bawahnya.
Bisa jadi jin itu diterjang bintang sebelum dapat menyampaikannya kepada yang di
bawahnya, kemudian mereka menyampaikanya kepada lisan dukun atau tukang sihir. Bisa
jadi mereka tidak diterjang oleh bintang sehingga dapat menyampaikannya, kemudian
kalimat itu dicampur dengan seratus kebohongan. Maka kalimat yang didengar bisa
sesuai dengan yang dari langit." 4
Adapun takhrij hadits dalam kitab-kitab Tafsir bil mat’sur:
1. Tafsir Ath-Thabari
Dalam kitab Ath-Thabari, penafsiran Saba’ ayat 23 dijelaskan sebagai berikut, “Dan
tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya
memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan di hati mereka,
mereka berkata, ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab,
‘(Perkataan) yang benar’, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Di lain
riwayat, “Ali menceritakan kepadaku, ia berkata: Abu Shalih menceritakan kepada kami,
ia berkata: Mu’awiyah menceritaka kepadaku dari Ai, dari Ibnu Abbas, mengenai firman

Allah ‫“ َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُفِّز َع َعن ُقُلوِبِهم‬Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan di hati
mereka,” ia berkata, “Maksudnya adalah, hati mereka dicerahkan”5
2. Tafsir Ibn Katsir
Di dalam Ibn Katsir, penafsiran Saba’ ayat 23 dipaparkan sebagai berikut, “ Dan
tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang diizinkan-Nya
memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka,
mereka berkata: “Apakah yang telah difirmankan oleh Rabbmu.” Mereka menjawab:
“(Perkataan) yang benar,” dan Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar”. Di suatu
riwayat disebutkan, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Abu ‘Abdirrahman as-Sulaimi, asy-
Sya’bi, Ibrahim an-Nakha-I, adh-Dhahak, al-Hasan dan Qatadah mengungkapkan
4
Sumber Hadist Soft diakses 29 Oktober 2020.
5
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dkk., Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
394–396.

8
firman Allah yang berbunyi ‫“ َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُف ِّز َع َعن ُقُل وِبِهم‬Sehingga apabila telah
dihilangkan ketakutan di hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah dihilangkan
oleh Rabb-mu.’ Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar,” diartikan sebagai,
dikosongkannya hati-hati mereka (dari rasa takut). Jika seperti itu, maka sebagian dari
mereka bertanya kepada sebagian yang lain: “Apa yang difirmankan oleh Rabb kalian?”
Malaikat pembawa ‘Arsy memberitahukan hal itu kepada malaikat yang ada di
bawahnya, lalu disampaikannya lagi kepada malaikat yang di bawahnya hingga
terdengar oleh malaikat penghuni langit paling bawah. Untuk itu Allah pun berfirman
“Mereka menjawab: ‘(Perkataan) yang benar,’” yaitu mereka mengabarkan apa yang
difirmankan oleh Allah tanpa mengurangkan ataupun melebihkannya.6

C. Lughat/Kosakata dalam Hadits

‫( ِإَذ ا َقَض ى ُهَّللا اَأْلْمَر ِفي الَّس َم اِء‬apabila Allah menetapkan suatu urusan di langit).
Dalam hadits an-Nawas bin Sam’an dikutip oleh ath-Thabarani dari Rasulullah ‫ﷺ‬:
“Apabila Allah berbicara dengan wahyu, maka langit bergoncang hebat karena takut
kepada Allah..”

‫( َض َرَبْت اْلَم اَل ِئَك ُة ِبَأْج ِنَحِتَه ا ُخ ْض َع اًنا‬malaikat-malaikat memukulkan sayapnya


sebagai sikap tunduk). Pada lain riwayat disebutkan khudh’aanan yang artinya
khaadhi’iin (dalam keadaan tunduk).

‫َك َأَّنُه ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن‬ (seakan-akan bunyi rantai di atas batu yang licin).
Artinya adalah perkataan yang didengar itu seperti bunyi rantai di atas batu (suara
malaikat saat mendengar wahyu). Al Khaththabi mengatakan, “Shalshalah artinya suara
besi apabila bergerak dan saling berbenturan satu sama lain.”

‫َوُم ْسَتِر ُق الَّس ْم ع‬ (para pencuri pendengaran). Di dalam riwayat oleh Ali yang
dikutip Abu Dzar disebutkan dalam bentuk tunggal.

‫( َهَك َذ ا َبْعُضُه َفْو َق َبْع ٍض َوَو َص َف ُس ْفَياُن ِبَك ِّفِه َفَحَر َفَها َو َبَّد َد َبْيَن َأَص اِبِع ِه‬seperti ini,
sebagiannya di atas sebagian yang lain, digambarkan oleh Sufyan dengan telapak

6
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh dan M. Abdul Ghafar E. M, Tafsir Ibnu
Katsir, 6 (Jakarta, Indonesia: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008), 567–569.

9
tangannya lalu dimiringkannya kemudian direnggangkan diantara jari-jarinya).
Sufyan yang dimaksud adalah Ibnu Uyainah.

‫َح َّتى ُيْلِقَيَها َع َلى ِلَس اِن الَّساِح ِر َأْو اْلَك اِهِن‬ (kepada lisan tukang sihir atau tukang
ramal/dukun). Dalam riwayat oleh al- Jurjani berkata, “Kepada lisan yang lainnya,”
sebagai ganti lafazh dari “tukang sihir”. Namun beberapa menyebutkan ini adalah
kesalahan dalam penulisan. Dalam riwayat Ali, Sa’id bin Manshur juga menyebutkan
“tukang sihir dan tukang ramal/dukun”.

‫َفُرَّبَم ا َأْد َر َك الِّش َهاُب‬ (terkadang suluh api mengenai..)Terdapat konsekuensi


bahwa urusan dalam hal itu terjadi batasan yang sama, sementara hadits lain
berkonsekuensi yang selamat di antara mereka sangat sedikit dibandingkan yang
terkena suluh api.

‫َفَيْك ِذ ُب َم َعَها ِم اَئَة َك ْذ َبٍة َفُيَقاُل َأَلْيَس َقْد َقاَل َلَنا َيْو َم َك َذ ا َو َك َذ ا َك َذ ا َو َك َذ ا َفُيَص َّدُق ِبِتْل َك‬
‫( اْلَك ِلَم ِة اَّلِتي َس ِمَع ِم ْن الَّس َم اِء‬Ia berdusta bersamanya seratus kedustaan maka
dibenarkan dengan sebab kalimat yang didengar dari langit, mereka berkata
‘bukankah ia telah mengabarkan kepada kita hari ini dan ini akan terjadi begini dan
begini, lalu kita mendapatinya adalah benar’, karena kalimat yang dia dengar dari
langit). Dalam pembahasan Tauhid akan dijelaskan pada masalah takdir.7

D. Syarah Hadits dalam QS. Saba’: 23

‫َح َّد َثَنا اْلُح َم ْيِد ُّي َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َح َّد َثَنا َع ْم ٌرو َقاَل َسِم ْع ُت ِع ْك ِر َم َة َيُقوُل َسِم ْع ُت َأَبا ُهَر ْيَر َة َيُقوُل‬
‫ِإَّن َنِبَّي ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَذ ا َقَض ى ُهَّللا اَأْلْم َر ِفي الَّس َم اِء َض َرَبْت اْلَم اَل ِئَك ُة‬
‫ِبَأْج ِنَحِتَها ُخ ْض َع اًنا ِلَقْو ِلِه َك َأَّنُه ِس ْلِس َلٌة َع َلى َص ْفَو اٍن َفِإَذ ا{ ُف ِّز َع َع ْن ُقُل وِبِهْم َق اُلوا َم اَذ ا َق اَل‬
‫َر ُّبُك ْم َقاُلوا } ِلَّلِذ ي َقاَل { اْلَح َّق َو ُه َو اْلَعِلُّي اْلَك ِب يُر } َفَيْس َم ُع َها ُم ْس َتِر ُق الَّس ْم ِع َوُم ْس َتِر ُق‬
‫الَّس ْم ِع َهَك َذ ا َبْعُضُه َفْو َق َبْع ٍض َو َو َص َف ُس ْفَياُن ِبَك ِّف ِه َفَحَر َفَه ا َو َب َّد َد َبْيَن َأَص اِبِعِه َفَيْس َم ُع‬
‫اْلَك ِلَم َة َفُيْلِقيَها ِإَلى َم ْن َتْح َتُه ُثَّم ُيْلِقيَها اآْل َخ ُر ِإَلى َم ْن َتْح َتُه َح َّتى ُيْلِقَيَها َع َلى ِلَس اِن الَّس اِح ِر َأْو‬
‫اْلَك اِهِن َفُرَّبَم ا َأْد َر َك الِّش َهاُب َقْبَل َأْن ُيْلِقَيَها َو ُرَّبَم ا َأْلَقاَها َقْبَل َأْن ُيْد ِر َك ُه َفَيْك ِذ ُب َم َعَه ا ِم اَئ َة‬

7
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari,Jilid 23, (Kairo: Al-Matba’ah As-Salafiah, 1949), 662-666.

10
‫َك ْذ َبٍة َفُيَقاُل َأَلْيَس َقْد َقاَل َلَنا َيْو َم َك َذ ا َو َك َذ ا َك َذ ا َو َك َذ ا َفُيَص َّدُق ِبِتْل َك اْلَك ِلَم ِة اَّلِتي َس ِمَع ِم ْن‬
‫الَّس َم اِء‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Telah menceritakan kepada
kami Sufyan Telah menceritakan kepada kami Amru dia berkata: Aku mendengar
Ikrimah berkata: Aku mendengar Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya Nabi Allah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah menetapkan satu perkara di
atas langit maka para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena tunduk
kepada firman-Nya, seakan-akan rantai yang berada di atas batu besar. {Sehingga
apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang
telah difirmankan oleh Rabb kalian?" Mereka menjawab} kepada yang bertanya: {Al
Haq, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar}. (QS. Saba': 23). Maka Jin-jin pencuri
berita mendengarkannya, dan para pencuri berita itu seperti ini, mereka bersusun-
susun sebagian di atas sebagian yang lainnya. Sufyan mendemonstrasikan dengan
memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jarinya. Maka mereka
mencuri dengar kalimat, lalu menyampaikannya kepada yang berada di bawahnya,
kemudian yang kedua menyampaikan lagi kepada yang dibawahnya, hingga
disampaikan pada lisan tukang sihir atau dukun. Bisa jadi jin itu diterjang bintang
sebelum dapat menyampaikannya dan bisa jadi mereka dapat menyampaikannya
sebelum diterjang oleh bintang. Kemudian berita langit itu dicampur dengan seratus
kebohongan. Kemudian berkata: "Bukankah dia telah berkata kepada kita hari ini
dan ini, akan begini dan begini? Maka dia dipercaya karena kalimat itu yang di
dengar dari langit."8
An-Nawas bin Sam’an menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

،‫ َر ْعَد ًة َش ِد ْيَد ًة َخ ْو ًفا ِم َن ِهللا‬: ‫ َأْو َقاَل‬،‫ِإَذ ا َأَر اَد ُهللا َتَعاَلى َأْن ُيْو ِح َي ِباَألْمِر َتَك َّلَم ِباْلَو ْح ِي َأَخ َذ ِت الَّس َم َو اُت ِم ْنُه َر ْج َفًة‬
‫ َفُيَك ِّلُم ُه ُهللا ِم ْن َو ْح ِيِه ِبَم ا‬، ‫ َفَيُك ْو ُن َأَّو َل َم ْن َيْر َفُع َر ْأَسُه ِج ْبِر ْيُل‬،‫َفِإَذ ا َسِمَع َذ ِلَك َأْه ُل الَّس َم َو اِت ُصِع ُقْو ا َو َخ ُّر ْو ا ُسَّج ًدا‬
‫ َقاَل‬: ‫ َم اَذ ا َقاَل َر ُّبَنا َيا ِج ْبِر ْيُل ؟ َفَيُقْو ُل ِج ْبِر ْيُل‬:‫ ُك َّلَم ا َم َّر ِبَس َم اٍء َس َأَلُه َم َالِئَكُتَها‬،‫ ُثَّم َيُم ُّر َج ْبِر ْيُل َع َلى اْلَم َالِئَك ِة‬،‫َأَر اَد‬
‫ َفَيْنَتِهي ِج ْبِر ْيُل ِباْلَو ْح ِي ِإَلى َح ْيُث َأَم َرُه ُهللا‬، ‫ َفَيُقْو ُلْو َن ُك ُّلُهْم ِم ْثَل َم ا َقاَل ِج ْبِر ْيُل‬، ‫اْلَح َّق َو ُهَو الَعِلُّي اْلَك ِبْيُر‬
Artinya:”Apabila Allah hendak mewahyukan perintah-perintah-Nya, maka Dia
firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut
8
Ibnu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, 1207.

11
kepada Allah dan ketika para malaikat menendengarkan firman tersebut mereka
pingsan dan bersujud, dan di antara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril,
maka Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendaki kepada Jibril kemudian Jibril
melewati para malaikat, setiap ia melewati langit maka para penghuninya bertanya
kepadanya: “Apa yang telah Allah firmankan kepadamu? Jinril menjawab: “Dia
firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh
malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama, demikianlah
sehingga jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah
diperintahkan oleh Allah kepadanya.”9
Kandungan yang terdapat pada hadits ini:
1. Ayat tersebut mengandung argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik,
khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shaleh, dan ayat itu juga
memutuskan akar-akar kesyrikan yang ada di dalam hati seseorang
2. Menerangkan tentang sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang di
firmankan
3. Para malaikat penghuni langit jatuh pingsan ketika mendengar firman Allah,
langit bergetar keras.
4. Hadits ini menyebutkan tentang adanya syetan-syetan yang mencuri berita wahyu
dengan cara menaiki di atas sebagian yang lain. Lalu peluncuran syihab (meteor)
untuk menembak jatuh syetan-syetan yang mencuri berita
5. Penjelasan bahwa bergetarnya langit dan pingsannya malaikat itu disebabkan
karena rasa takut mereka kepada Allah 10
Potongan ayat yang berbunyi ( ‫” )َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُف ِّز َع َعن ُقُل وِبِهْم‬Sehingga apabita telah
dihilangkan ketakutan dari hati mereka”, Artinya adalah dihilangkannya ketakutan itu
dari dalam hati mereka, demikian pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu
Abdurrahman As-Sulami, Asy-Sya'bi, Al Hasan dan lainnya.11

9
Zahir Al-Minangkabawi, https://maribaraja.com/kitabut-tauhid-bab-16-malaikat-makhluk-yang-
perkasa-takut-ketika-turun-wahyu/ diakses pada tanggal 8 Oktober 2020.
10
Asy-Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kitab Tauhid, (Islamhouse, TT), 93-95.
11
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari,Jilid 23, 665.

12
Dalam syarah kitab tauhid maksud dari (‫ )ُفِّز َع‬ialah hilang kesadaran (pingsan),
dan setelah sadar, malaikat ini berkata, “Apa yang telah difirmankan Tuhan Kita?”.12
Ibnu Jarir mangatakan, Sebagian lainnya mengatakan, 'Bahwa yang dihilangkan rasa
takutnya itu adalah para malaikat. Mereka mengatakan: Ketakutan yang dihilangkan
dari hati mereka itu adalah ketakutan yang menyebabkan pingsan ketika mereka
mendengar kalam Allah.
Ibnu Athiyah mengatakan, pada firman diatas terdapat kalimat yang mahdzuf
(tidak tersurat), namun zhahir kalimat menunjukkan makna yang mahdzuf itu, jadi
seolah-olah dikatakan, “Mereka itu bukanlah pemberi syafa'at sebagaimana yang
kamu katakan, tapi mereka itu adalah para hamba yang berserah diri kepada-Nya
selamanya” Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka,”
maksudnya adalah para malaikat. Demikian pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir dan
lainnya.
Abu Hayyan mengatakan, Ada hadits-hadits dari Rasulullah sAw, bahwa firman-
Nya, 'Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka,' itu adalah para
malaikat, yaitu ketika mereka mendengarkan wahyu yang dibawa Jibril yang
diperintahkan Allah, mereka mendengarnya seperti gemerincing rantai besi (yang
ditarik) di atas batu rata, saat itulah mereka ketakutan karena keagungan dan
kewibawaan Allah." Selanjutnya Abu Hayyan mengatakan, ..Dengan pengertian ini -
dengan menyebutkan malaikat di awal ayat tersebut-, ayat ini bersambungan dengan
ayat sebelumnya. Adapun yang tidak berpendapat bahwa yang diisyaratkan pada awal
ayat (mereka yang kamu anggap) adalah malaikat, maka ayat ini tidaklah berkaitan
dengan ayat sebelumnya."
Firman Allah yang berbunyi (‫“ )َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك م‬Mereka bertanya, .Apakah yang tetah
difirmankan oleh Tuhanmu?”. Mereka tidak mengatakan, “Apa yang diciptakan oleh
Rabb kami?" Jika kalam Allah itu merupakan makhluk-Nya tentu mereka mengatakan,
"Apa yang diciptakan-Nya?" Demikian yang tersebut dalam syarah Sunan lbnu
Majah.
Firman Allah (‫ )َقاُلو۟ا ٱْلَح ق‬Mereka menjawabm “Perkataan yang benar” yakni bahwa
yang dikatakan Allah adalah perkataan yang haq. Demikian itu karena apabila mereka

12
Syaikh bin baaz, Syarah Kitab Tauhid, (Jakarta: Pustaka Ash-Shahihah, 2010), 125.

13
mendengar kalam Allah mereka jatuh pingsan, kemudian tatkala mereka sadar mereka
akan bertanya, yaitu dengan mengatakan, "Apakah yang telah difirmankan oleh
Tuhanmu?,' Lalu dijawab, "Dia mengatakan perkataan yang benar."
Dilanjutkan dengan ( ‫“ )َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر‬Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar”. Yaitu Maha Tinggi kekuasaan-Nya, Maha Tinggi keperkasaan-Nya dan Maha
Tinggi Dzat-Nya. Dia memiliki ketinggian yang sempurma dari segala sisi.
Sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mubarak ketika dikatakan kepadanya,
"Dengan apa kita mengenal Rabb kita?', Ia menjawab, "Bahwa Dia di atas Arsy-Nya,
jauh dari para makhluk-Nya.', Ia menjawab demikian dengan berpedoman pada firman
Allah Ta'ala, “(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy." (QS.
Thaahaa : 5) dan ayat, "kemudian Dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha
Pemurah," (QS. Al Furqaan: 59) 13

E. Ta’rif Tauhid
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah
kepada-Nya, menetapkan bagi-nya nama-nama dan sifat-sifatnya, serta menyucikan-
Nya dari kekurangan dan cacat. Dengan demikian, tauhid ada tiga macam, yaitu tauhid
rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma wa sifat.
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-nya
dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk.
2. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah adalah (ibadah), mengesakan Allah dengan perbuatan para
hamba berdasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nazar, kurban, raja’
(pengharapan), takut, tawakal, senang, dan tobat.
3. Tauhid Asma’Wa Sifat
Tauhid Asma’Wa Asifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-
sifat-Nya sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa ta’wil, ta’thil, takyif, dan tamsil.14

13
Syekh Abdurrahman Hasan Alu Syekh, Fathul Majid, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), 367-370.
14
Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid, (Jakarta Timur: Ummul Qura, 2015), 13- 71.

14
F. Durus Mustafadah
Pelajaran yang dapat diambil dari pembahasan hadits QS. Saba’: 23 ialah
bahwasanya Allah lah yang berhak disembah karena kesempurnaan-kesempurnaan
sifatnya. Salah satu sifat Allah SWT adalah dzat yang Maha Kuat sehingga dengan
kekuatan-Nya membuat para malaikat takut. Artinya makhluk yang kuat seperti
malaikat tidak akan bisa keluar dari kekuasaan Allah. Maka tidak berhak orang-orang di
muka bumi ini menyembah kepada malaikat karena malaikat sendiri berada di bawah
kekuasaan Allah. Adapun pelajaran lainnya seperti:
1. Menyembah kepada selain Allah sungguh tidak dapat memberikan apapun pada
diri.
2. Memohon pertolongan kepada selain Allah sungguh perbuatan sia-sia, sebab hanya
Allah yang berkuasa terhadap segala sesuatu. Segalanya terjadi atas izin Allah,
termasuk hal pertolongan ataupun syafa'at di akhirat kelak.
3. Mencuri perkataan dalam bahasa sekarang ialah menguping, sungguh itu
merupakan perbuatan yang tidak diperkenankan. Sebab sama seperti yang
dilakukan setan.
4. Melebih-lebihkan ataupun menyelewengkan perkataan seseorang (yang asalnya
benar) menjadi ungkapan lain, merupakan perilaku yang tidak terpuji

15
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa QS. Saba’ 23 ini menerangkan bahwa
malaikat memiliki rasa takut takut kepada Allah jika mereka menyalahi perintah-Nya. Hadits
ini ditujukan kepada untuk orang-orang yang menyimpang dengan menyembah kubur, patung,
malaikat dan lain-lain. Di akhirat berhala tidak dapat menolong umat yang kesulitan juga tidak
mungkin memberi syafaat karena tidak ada seorang pun yang bisa memberikan syafaat kecuali
dengan izin-Nya.
Sehingga penduduk langit bergetar ketakutan mendengar firman-Nya hingga pingsan.
Kemudian pada saat ketakutan itu lenyap dari hati mereka, sebagian bertanya kepada yang lain,
“Apa yang di firmankan oleh Rabb kalian?” Malaikat menjawab, “Dia berfirman yang
haq/benar, dan Dia Maha Tinggi dengan Dzat-Nya, kekuasaan-Nya, lagi Maha Besar atas
segala sesuatu”.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Abdullah bin Muhammad bin, dan M. Abdul Ghafar E.

M.Tafsir Ibnu Katsir. 6. Jakarta, Indonesia, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008.

Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Baari,Jilid 23, Kairo, Al-Matba’ah As-Salafiah, 1949.

Baaz Syaikh bin, Syarah Kitab Tauhid, Jakarta, Pustaka Ash-Shahihah, 2010.

Fauzan Shalih bin, Kitab Tauhid, Jakarta Timur, Ummul Qura, 2015.

Hadits Bukhari No. 6927, https://www.hadits.id/hadits/bukhari/6927 diakses pada tanggal 28

November 2020

Hadist Soft diakses 29 Oktober 2020.

Hasan Ali Syekh Syekh Abdurrahman, Fathul Majid, Jakarta, Pustaka Azzam 2003.

Jarir Ath-Thabari Abu Ja’far Muhammad bin, Besus Hidayat Amin, Ahsan Askan, dan Mukhlis

b Mukti. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta, Pustaka Azzam, 2007.

Muhammad At-Tamimi Asy-Syaikh, Kitab Tauhid, Islamhouse, TT.

Muhammad bin Isma’il Ibnu ‘Abdillah Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Dar Ibn katsir, Beirut,

1423.

“Saba’ - ‫ | سبأ‬Qur’an Kemenag.” https://quran.kemenag.go.id/sura/34

Zahir, Al-Minangkabawi,

https://maribaraja.com/kitabut-tauhid-bab-16-malaikat-makhluk-yang-perkasa-takut

ketika-turun-wahyu/, diakses pada tanggal 8 Oktober 2020.

17
PENANGGAP UTAMA

Nama: M. Haikal Azhari (180103020213)

Bismillah , izin menanggapi makalah di hal 11 di bagian tauhid asma wa shifat. Disitu dijelaskan
bahwa kita tidak boleh mentakwil , ta’thil , takyif dan tamsil sifat sifat atau nama allah. Atau
lebih jelas nya kita tidak boleh menyelewengkan, menafikan , menjabarkan bagaimana nya , atau
menggambarkan sifat sifat dan nama allah. Pertanyaan nya , boleh lah seseorang mengatakan
kepada allah , bahwa allah itu maha keren , allah maha kece , allah maha romantis , allah maha
asik dll . Sedangkan mengatakan hal demikian sangat bertentangan dgn konsep tauhid asma wa
shifat.

Nama: Muhammad Hasan (180103020307)

1. Diharapkan adanya teks takhrij tentang Surah As-Saba; 23 baik yang semakna atau senada
selain dari Shahih Bukhari, bisa dari Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, atau bahkan dari kitab
tafsir bil ma'tsur, dll.

2. Sepertinya teks hadits dari An-Nawas bin Sam'an tidak di justify, jadi tidak sejajar antara baris
pertama dengan kedua, dst.

Pertanyaan: Menurut pemakalah, kenapa banyak sekali masyarakat terutama di daerah


pedalaman itu jika ada sebuah keanehan/kejanggalan/sakit yang terjadi baik pada dirinya atau
keluarga, malah yang pertama kali didatangi itu biasanya Orang pintar/paranormal, entah kenapa
Ustadz itu malah dijadikan jalan terakhir.

Nama : M. Mifthaqul Huda (180103020224)

Pertanyaan: Izin menanggapi dari makalah di halaman 4. ”( َsehingga telah dihilangkan ketakutan
dari hati mereka)”, firman Allah tersebut dapat kita artikan bahwasannya siapa saja yang hatinya
sudah dicerahkan oleh Allah maka ketakutan yang ada di dalam diri mereka akan dihilangkan.
Nah pertanyaannya, tolong jelaskan kalimat di atas maksud dari " Bahwasanya barang siapa
yang hati nya telah dicerahkan oleh Allah maka ketakutan yg ada di dalam diri mereka akan
dihilangkan" ? Mohon penjelasannya

18
Nama : Ali Waldi (180103020218)

Pertanyaan: Ayat tersebut berkenaan dengan para malaikat yang mana para malaikat pingsan
ketakutan ketika mendengar kalam Allah. Apakah setiap Allah berfirman para malaikat akan
ketakutan hingga pingsan atau ada firman Allah yang tertentu saja yang membuat para malaikat
ketakutan mendengarnya.

JAWABAN PEMAKALAH

Nama: Asiah (180103020203)

Menjawab Pertanyaan M. Haikal Azhari

Pertanyaannya, bolehkah sesorang mengatakan kepada Allah, bahwa Allah itu Maha Keren?
sedangkan jika mengatakan hal demikan itu bertentangan dgn konsep tauhid asma wa shifat.

Jawaban:Mengatakan bahwa Allah itu Maha Keren, itu termasuk penyimpangan agama dalam
masalah asma dan sifat Allah. Karena kaidah dalam asma wa shifat ialah, tidak boleh seseorang
menetapkan sesuatu atas apa yang tidak ditetapkan oleh Allah. Jadi hal itu tidak diperbolehkan.

Nama: Dinda shofi (180103020144)

Menjawab Pertanyaan M. Haikal Azhari

izin menjawab pertanyaan haikal, mungkin ini lbh ke pendapat pribadi mungkin akan selalu ada
kontra-pro utk permasalahan ini, bahkan ahli linguist pun msh memperdebatkan, apakah kata itu
dibuat setelah suatu peristiwa? atau kata itu mmg ada namun penafsiran manusia lah yg
menjadikannya berbeda? nah, dari sini.. mungkin kita mengetahui kalau kata-kata untuk
menyebutkan nama Allah tersebut masih berkonotasi baik, namun alangkah baiknya kalau 99
asmaul husna yg semuanya sudah mendiskripsikan Allah, ana rasa sdh cukup untuk memakai itu
saja.. krn ditakutkan bisa saja kata itu blm ada kesepakatan dipakai dlm hal baik atau buruk
(karena itu kan bahasa gaul/bahasa yg dibentuk krn keseharian) “Dan di antara manusia (ada)
orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari
jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan
memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. 31 : 6)

19
Nama : Siti Bahrah (180103020215)

Menjawab pertanyaan Mifthaqul Huda

Bahwasanya hati yang telah dicerahkan oleh allah hingga rasa ketakutannya itu hilang . "Ketika
ia duduk sendirian,maka ia membayangkan seakan allah menampakkan dzatnya kepada manusia
dari atas arasy nya. Khauf tumbuh seiring dengan tumbuhnya cinta seseorang kepada
allah .ketika seseorang mencintai allah ia akan takut melakukan perbuatan yang
dimurkainya .maka dengan adanya khauf akan memotivasi untuk terus beramal dan terus
meningkatkan amalnya sehingga hati nya tercerahkan dengan amal kebaikannya dan ia pun terus
mendekati Allah.

Allah menjanjikan surga pada orang yang takut kepada-nya difirmankan dalam QS. An-Naziat
ayat 40-41 "Dan adapun orang yang takut kepada kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surga tempat tinggalnya.

Nama : Siti Bahrah (180103020215)

Bahwasanya Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa beliaulah manusia yang paling takut
kepada Allah. Sabdanya, "Sesungguhnya orang yang paling tahu dan takut kepada Allah di
antara kalian adalah aku." (HR Bukhari, Ahmad, Abu Daud dan Imam Malik). Dalam beberapa
kesempatan Rasulullah SAW menampakkan rasa takut yang luar biasa kepada Allah. Ibnu
Mas'ud menceritakan, "Rasulullah berkata kepadaku, 'Bacakanlah Alquran untukku'. Aku
menjawab, 'Ya Rasul bagaimana aku akan membacakannya untukmu, sedangkan engkaulah yang
diberi Alquran?' Beliau bersabda, 'Bacalah, karena sesungguhnya aku senang mendengarkannya
dari orang lain'. Kemudian aku membaca ayat yang ada dalam surat An-Nisaa sampai pada ayat,
Maka bagaimanakah apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu sebagai saksi atas mereka itu (QS An-Nisaa [4]: 41). Beliau berkata,
'Cukup!' Aku melihat kedua matanya berlinang air mata" (HR Muttafaq 'alaih Menurut Dr 'Aidh
Abdullah Al-Qarny ada empat tanda khauf. Pertama, adanya kesesuaian antara lahir dan batin.
Artinya, perbuatan dan hati seseorang tidak saling bertentangan. Amal lahirnya tidak lebih baik
daripada batinnya. Kedua, jujur kepada Allah SWT dalam ucapan, perbuatan dan sikapnya. Allah
Maha Mengetahui atas segala yang diperbuat oleh manusia, terlihat maupun tidak, sehingga tidak

20
ada peluang untuk berdusta. Dan Kejujuran pun tidak sebatas pada hati saja. Para ulama berkata,
"Ada tiga tingkatan kejujuran, yaitu kejujuran dalam bersikap, kejujuran dalam perbuatan dan
kejujuran dalam ucapan". Ketiga, menyesali kejelekan dan bergembira atas amal baik yang telah
diperbuat. Tanda ini terungkap dalam QS Ali Imran [3] ayat 135-136, Dan orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Keempat, hari ini lebih baik dari kemarin. Khauf akan memacu seseorang untuk senantiasa
berburu amal. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana ia terus menambah dan memperbaiki
amalnya. Ia berusaha agar amal hari ini lebih baik dan lebih banyak daripada sebelumnya.

Nama: Dinda shofi (180103020144)

menjawab pertanyaan Hasan. afwan mungkin karena kebanyakan dr orang pedalaman masih
mempercayai budaya-budaya lokal yg mereka anut, trmsuk berobat ke orang-orang pintar yg bs
jadi pernah terbukti akan keahlian dukun dan peramal itu. sehingga, masy. yg lain mlihat hal itu
dan takjub hingga mnjd kebiasaan. nah krn sdh mnjd kbiasaan ini lah, alhasil msh banyak yg
turun temurun mempraktikkan. Shahih Bukhari 5320: Telah menceritakan kepada kami Ali bin
Abdullah telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami
Ma'mar dari Az Zuhri dari Yahya bin 'Urwah bin Az Zubair dari Urwah bin Az Zubair dari
'Aisyah radliallahu 'anha dia berkata: beberapa orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mengenai paranormal, lalu beliau menjawab: ""Mereka (para dukun) bukanlah
apa-apa." Mereka berkata: "Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka ceritakan adalah
benar." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Perkataan yang nyata (benar) itu
adalah perkataan yang dicuri oleh jin, kemudian ia menempatkannya di telinga walinya lalu
mereka mencampur adukkan bersama kebenaran itu dengan seratus kedustaan."

PENANGGAP UMUM

Nama : Rahmayanti Solehah (180103020130)

Pertama, izin memberikan tanggapan sedikit terkait sistematika kepenulisan makalah, ada
beberapa tab yang tidak konsisten misal seperti pada hal 11 dan daftar pustaka, hendaknya kalau

21
misal nya 1 tab, maka samakan semuanya 1. Selebihnya Alhamdulillah sudah sangat bagus.
Kedua, izin pula bertanya, dari penafsiran terhadap surah saba' tersebut maksud dari kata hilang
nya ketakutan itu ditujukan kepada para malaikat. Lalu, bisakah pula kalau kita fahami hilang
nya ketakutan tersebut itu ditujukan pada manusia? Seperti halnya ketika seseorang beriman
dengan benar, maka tak ada rasa takut lagi bagi dirinya terhadap apa yang
menentang/menghalangi akan keimanannya. Apakah dalil ini menghususkan konteks nya hanya
kepada Malaikat dan ada dalil lain yang menunjukkan kepada manusia? Atau bagaimana?

Nama: Panji Ansari (180103020135)

Izin menjawab, karena menurut saya itu sudah menjadi Kebudayaan bagi masyarakat sana,
namun yang harus dipahami bahwa, tidak semua daerah seperti itu, itu hanya beberapa daerah
yang masih ada tradisi budaya seperti itu, di daerah saya pun orang menyebut orang pintar itu iya
seperti kayak ustadz, beliau membacakan ayat Al-Qur'an di minuman pasien. Tapi, kebanyakan
sudah para masyakarat lebih banyak mendatangi ustadz, untuk pengobatan, atau untuk membuka
usaha dan lainnya.

Izin revisi tentang kepenulisan kelompok 7

1. Untuk urutan sub judul, sebaiknya mengikuti kaidah fakultas Ushuluddin dan Humaniora, A,
1, a, 1) dan seterusnya

2. Untuk mengutip dari internet, untuk sesuai kaidah Ushuluddin maka, http yang dimiringkan

3. Untuk tab, setiap paragraf ada beberapa yang kurang tab, sepengatahuan saya tabnya sekitar
1,5

4. Untuk daftar pustaka ada yang lupa di tab

5. Masih daftar pustaka, usahakan untuk kata "Al" itu tidak dijadikan huruf misal Al-Taufik
maka kata Taufik yang di ambil bukan Al sesuai kaidah Ushuluddin

Nama : Heny Wulandari (180103020341)

22
Kalo dari konsep tauhid sebenarnya tidak diperkenankan menyandarkan nama Allah dengan
sebutan gaul kaya Maha asik, maha keren dll. Karena hakikatnya Allah memiliki asma2-Nya
sendiri di dalam 99 asmaul husna bahkan ada lagi yg lebih dari 99 yg termaktub dalam Alqur'an.
Sebenarnya lebih memandang ketika kita menggunakan ungkapan gaul itu tu jadinya memberi
eksistensi hamba lawan Pencipta jadi kadada batasan, akhirnya justru jadi tidak mengagungkan
lagi atau malah asma2 Allah yg jauh lebih agung dari ungkapan2 gaul tu menjadi terbelakangkan
atau kurang diminati atau berkemungkinan besar tidak terekspos lagi tujuan dakwah tauhid.

Nama: Ahmad Junaidi (180103020292)

Saya izin ingin menanggapi makalah DALIL TENTANG MAKNA TAUHID PADA SURAH
AS-SABA': 23 ini. Pertama, Saya bingung dengan penulisan ini karena setahu saya al Qur'an
surat As-Saba' 23 ini membahas tentang izin Nabi kepada Allah SWT untuk memberi Syafaat.
Kalau nya salah mohon pencerahannya/penjelasannya. Kedua, Izin menjawab pertanyaan Hasan
tentang kenapa banyak sekali masyarakat terutama di daerah pedalaman itu jika ada sebuah
keanehan/kejanggalan/sakit yang terjadi baik pada dirinya atau keluarga, malah yang pertama
kali didatangi itu biasanya Orang pintar/paranormal, entah kenapa Ustadz itu malah dijadikan
jalan terakhir. Karena di pedalaman ustadz2 sangat jarang ada dan di pedalaman jarang
terjangkau oleh ustadz2 yg berdakwah dan juga pada masyarakat pedalaman biasa nya masih
mempercayai animisme dan dinamisme. Wallahu alam

Asiah (Pemakalah): Menjawab Pertanyaan dari Ahmad Junaidi.

Benar, ayat ini memang awalnya membahas ttg syafaat, namun hadits yg kami muat ttg syaafat
ini adalah potongan ayatnya

‫َح َّتٰٓى ِإَذ ا ُفِّز َع َعن ُقُلوِبِهْم َقاُلو۟ا َم اَذ ا َقاَل َر ُّبُك ْم ۖ َقاُلو۟ا ٱْلَح َّق ۖ َو ُهَو ٱْلَعِلُّى ٱْلَك ِبيُر‬

Potongan ayat tersebut membahas ttg makna tauhid.

Nama : Ahmad Hasbiannor (180103020058)

23
Mencoba menanggapi pertanyaan dari saudara Miftahul Huda. Maksud dr kalimat tersebut
adalah Allah menenangkan mereka dg menghilangkan rasa ketakutan yang ada didalam diri
mereka seketika mereka itu mendapatkan hidayah dari Allah. Rasa ketakutan itu akan hilang
didalam diri mereka, dan digantikan dg rasa ketenangan dlm diri mereka saat sdh dekat dg Allah.

Nama: Jahrathun Nufus Nazmah (180103020033)

Menanggapi pertanyaan hasan, mengapa banyak sekali masyarakat terutama didaerah pedalaman
yang mana jika sakit atau terjadi keanehan malah datang ke orang pintar? Menurut uln mungkin
itu karena tingkat pendidikan mereka yang rendah, dimana masyarakat masih berprinsip kalau
paranormal lebih hebat dibanding ustadz atau tenaga medis dsb.

Nama : Khairunnisa (180103020300)

Izin Menambahkan jawaban dari pertanyaan saudara m.miftahul huda.. Di hadis Q.S al-saba itu
menceritakan tentang kedudukan yang Maha besar lagi Maha tinggi bagi Allah swt, yaitu apabila
Dia berfirman, maka semua penduduk langit mendengar Firman-Nya, lalu mereka bergetar
karena ketakutan sehingga keadaan mereka sama dengan orang yang pingsan karena ketakutan
yang sangat terhadap kebesaran dan keagungan Allah swt.. Demikian menurut apa yang
diutarakan oleh ibnu Mas'ud, Masruq, dan lainnya

Nama : Lailan Nazad (180103020013)

Izin menambahkn jawaban pertanyaan muhammad hasan. Mungkin Praktik dukun tumbuh dan
berkembang secara tradisonal, diyakini dan dipraktikkan secara turun-temurun. Karena diyakini,
dipraktikan, dan diwariskan oleh leluhur maka orang cenderung beranggapan bahwa bila tidak
ada bukti kebenaran dan tidak ada manfaatnya mustahil praktik-praktik dukun itu akan
dipertahankan.

Nama: Mustafa Aliyumni (180103020307)

24
Izin menanggapi pertanyaan saudara hasan, kebanyakan org yg tinggal di daerah pedalaman
seperti kata hasan tadi, bisa dikatakan mereka msh pergi ke paranormal dan mempercayai hal yg
demikian mungkin karna adanya kebiasaan atau tradisi dari nenek moyang mereka terdahulu yg
mengharuskan jika ada sesuatu penyakit atau apapun pergi ke paranormal dahulu yg mana
kebiasaan memiliki ilmu² diluar batas wajar.

Nama: Akhmad Aldi Al Afwa (180103020123)

Apa kaitan pembahasan tauhid ini (rububiyyah, uluhiyyah, asma wa sifat) dengan Tauhid 20?

Nama: Ahmad Fadhlurrohman (180103020011)

Sebelumnya terima kasih kepada pemakalah telah menyampaikan materinya. Disini saya ingin
memberikin sedikit kritik dan saran terkait penulisan makalah.

1. Tidak konsisten dalam penulisan.

Bisi diliat di makalah, pada bagian pendahuluan paragraf ke-2. Disitu tertulis kata hadis,
sedangkan di bagian A poin C tertulis hadits. Kemudian di bagian footnote yang ke 1-8, tidak
ada spasi setelah nomor. Berbeda halnya dengan footnote ke-9.

2. Kata typo/salah

Contohnya seperti di bagian syarah hadits, poin ke-1 penjelasan mengenai kandungannya. Disitu
tertulis kesyrikan, yang mana seharusnya ditulis kesyirikan. Kemudian, masih dibagian yg sama,
poin ke-4. Disitu tertulis syetan-syetan, yang mana seharusnya ditulis syaitan-syaitan (dalam
KBBI).

Nama : Indana Zulfa (180103020039)

Menaggapi pertanyaan Hasan, mengapa banyak sekali masyarakat terutama di daerah


pendalamam yang mana jika sakit atau terjadi keanehan malah datang ke orang pintar? Menurut

25
saya hal ini terjadi karena sudah menjadi kebudayaan bagi mereka, bisa juga disebabkan dengan
minimnya pengetahuan agama mereka

Nama : Isnaniah (180103020116)

Bismillah izin menanggapi pertanyaan dari saudara M. Haikal Azhari. Kalau menurut ulun kan
Allah yang tau keadaan-Nya dan sifat-sifat-Nya, kita manusia yang sebagai makhluk hanya bisa
mengetahui sangat sedikit, itupun kalau Allah yang memberi pengetahuan kepada kita. Dalam
Al-Qur’an dan Hadits Nabi tidak ada membuat kata-kata seperti, keren, kece, dan lain
sebagainya. Maka dari itu sebaiknya kita tidak usah mengatakannya. Kita tahu sifat Allah karena
Dia yang memberitahu, Dia yang menceritakan keadaan atau sifat-sifat tentang-Nya.

Nama: Taufiq Antarillah (180103020295)

Izin menanggapi pertanyaan M. Hasan. Saya setuju dengan sodara panji. Bahwasanya hanya
daerah2 tertentu yg biasanya memakai org pintar dlu krna dianggap org yg mempunyai ilmu
ghaib atau sakti didaerah sana, sedangkn ust dsna hnya sperti dianggap ust (yg hanya mmberikn
majlis dll) Bhkn biasanya dlm film2 hantu, lebih bnyk memanggil dukun2 serta paranormal pdh
si pemanggil adlh org islam. Serta mungkin kebiasaan dri nenek moyang mereka sehingga
berlanjut smpai sekarang

Nama : M. Mujtahidun Nashir (180103020112)

Menambahkan sedikit dari tanggapan saudara panji, dari pengalaman yang saya alami dalam hal
ini kebanyakan dari penduduk pedalaman kurang memahami pemahaman tentang agama,

Asiah: Menjawab dari pertanyaan Rahma, dari beberapa kitab syarah yg kami cari memang
dikhususkan ayat ini berkaitan ttg malaikat. Ttg malaikat takut kepada Allah atas firman-Nya

Nama: Muammar (180103020302)

26
Menanggapi pertanyaan hasan,, mengapa byk sekali masyarakat terutama didaerah pedalaman yg
mana jika sakit atau trjadi keanehan malah datang ke orang pintar? Menurut saya.. Krna kurang
ny keyakinan mereka terhadap ust akn mmberikan solusi atas keluhan mereka,, jd mereka lebih
memilih ke orang pintar atau dukun krna menurut mereka org pintar atau dkun lebih ampuh

Nama : Salvina Azkia Octaviani (180103020308)

Izin sedikit menambahkan mengenai jawaban untuk pertanyaan haikal. Mengenai bolehkah
mengatakan kepada Allah bahwa Allah itu maha keren, kece ataupun romantis. Sebaiknya kita
tidak menggunakan kalimat seperti itu, sepetri pada kalimat romantis, beberapa orang
menganggap romantis itu kebanyakan di gunakan kepada dua orang suami istri, maka sebaiknya
kita menggunakan nama nama Allah yang sudah ada di dalam Al-Qur'an. Apalagi kita berbicara
mengenai Allah, dan lebih baik nya menghindari kalimat kalimat seperti itu.

Nama : Nisa (180103020103)

Izin menambahkan sedikit mengenai pertanyaan saudara hasan Pemikiran masyarakat pedalaman
kebanyakan masih diselimuti kisah2 mistisisme, dan bekas2 keyakinan animisme, dinamisme
dan totemisme. Karena hal itulah, yg di datangi pertama kali adalah org2 yg dalam pikiran
mereka mengetahui perihal roh-roh, mantra2, dan kekuatan gaib. Lalu ketika org2 tersebut
gagal, baru masyarakat kembali kepada hal2 yg bersifat ketuhanan, yaitu yg mengetahui ilmu
seperti itu ialah kyai, dan ustadz2.

Nama : Lilis Kurniawati (180103020227)

Menanggapi pertanyaan Haikal tentang bolehkah menyebut Allah Maha keren, Allah maha kece,
dll. Yang kita tahu diksi kata seperti ini di telinga kita orang Indonesia pun terbilang baru.
Menerjemahkan nama-nama Allah sudah baku berdasarkan Al-Qur'an dan hadis yg shohih,
sedangkan kalimat2 yg disebutkan di atas belum jelas sebagai terjemahan dari nama Allah yg
mana. Alangkah lebih baiknya menyebut nama Allah sesuai dengan Asmaul Husna.

27
Nama: Aulia Rezekiatur Rahmah (180103020343)

Saya sependapat dengan saudaru Yumni, karena orang-orang yang ada dipedalaman masih
sangat terikat dengan tradisi yg sudah ada, selain itu, kurangnya pengetahuan seputar agama juga
dapat mempengaruhi mengapa mereka lebih mempercayakan pengobatan lebuh dahulu pada
dukun setempat dibanding para ustadz.

Nama: Akhmad Aldi Al Afwa (180103020123)

Menanggapi pertanyaan Haikal. Ga boleh, cukuplah yang disampaikan Allah saja

Nama: Muhammad Hasan

Tanggapan aja. Iya, tapi seperti yang saya bilang terutama berarti tidak menutup kemungkinan
tidak di pedalaman pun terjadi, salah satu program TV yang menayangkan hal-hal seperti ini,
rata-rata pasien/orang yang mengalaminya itu, kalau tidak takut karena berhadapan dg ustadz
atau tidak tahu/tidak bisa membedakan antara orang pintar/paranormal dengan Ustadz. Oleh
karena itulah, kebanyakan dari mereka , yang pertama kali didatangi itu biasanya paranormal,
karena mereka pikir mrk itu ustadz.

Nama : Hj. Heni Zakiyah (180103020296)

Izin menanggapi pertanyaan dari saudara Muhammad Hasan, Kenapa banyak sekali masyarakat
terutama di daerah pedalaman itu jika ada sebuah keanehan/kejanggalan/sakit yang terjadi baik
pada dirinya atau keluarga, malah yang pertama kali didatangi itu biasanya Orang
pintar/paranormal, entah kenapa Ustadz itu malah dijadikan jalan terakhir. Saya setuju dgn
pendapat saudari Jahratun Nufus dan Lailan Najad. Hal ini ini dikarenkan minim nya
pengetahuan ttg ilmu agama di daerah pedalaman (ttpi tdk semua pedalaman). Terlebih jika itu
menyangkut adat istiadat dari leluhur mereka. Jgn kan di daerah pedalaman, di daerah perkotaan
pun masih cukup bnyak yg lebih memilih dtg kpd paranormal (org pintar) ketimbang alim ulama.

28
Nama : Hj. Mayla Habibah (180103020297)

zin menambahkan tanggapan dari saudari Lailan Nazad. Karena memang adat/kebiasaan daerah
tertentu memang sulit untuk mempercayai atau mengikuti pengaruh luar (kebiasaan baru dari
daerah lain) mereka cenderung tetap menjalankan dan menerapkan kebudayaan yang mereka
percayai dari leluhur mereka. Sekian, Terimakasih.

Nama: Jahrathunara

Setuju dengan pendapat lilis, karena dengan memahami dari 99 nama asmaul husna itu sudah
cukup untuk menggambarkan keindahan dari nama nama Allah swt.

Nama: Rosyi Norlatifah (180103020202)

Menjawab dari pertanyaan Ali Waldi. Apakah setiap Allah berfirman, para malaikat ketakutan
hingga pingsan? atau firman Allah tertentu saja yang membuat para malaikat takut
mendengarnya? Jawabannya: Dari sumber yg kami dapatkan, tidak ada yg menyebutkan yang
demikian. Ayat ini dijelaskan mengenai keadaan para malaikat yang mana mereka adalah
makhluk Allah yang paling kuat yang disembah oleh org² musyrik. Apabila demikian keadaan
mereka dan rasa takut mereka kepada Allah ketik Allah berfirman, maka apakah pantas mereka
dijadilan sesembahan selain Allah? tentu tidak pantas.

Nama : Nurul Istiqamah

Menambahkan sedikit tentang tanggapan saudara Panji. Mengenai berobat kepada para ustadz
atau ulama itu tidak salah, tapi perlu diingat bahwa kita tidak boleh berlebih-lebihan, maksudnya
di sini misalnya, ustadz A banyak menyembuhkan orang2 yg sakitnya parah dan akhirnya
banyak yg mengagung2kan beliau, hal tersebut tidak boleh karena termasuk merusak tauhid
karena sesungguhnya yang dapat menyembuhkan segala penyakit hanya Allah Swt dan bisa jadi
melalui ustadz tersebut

29
Nama: Ahmad Maulana Iqbal (180103020120)

Menanggapi pertanyaan hasan, kenapa banyak sekali masyarakat terutama didaerah pedalaman
yang mana jika sakit atau terjadi keanehan malah datang ke orang pintar dan jalan terakhirnya ke
para ustd? Dalam pandangan pribadi saya karena ada nya kebudayaan yg turun temurun yg
masih di dilakukan sampai sekarang. Mnurut saya jika memang terjadi guna guna yg
menyebabkan suatu penyakit yg mengandung keanehan maka jalan nya adalah lgsung ke ustd
atau ulama yg bisa meruqyah agar org yg diguna guna tersebut dapat dibersihkan dari guna guna
tsb.

Nama: Nadhiraturrahmi Aidina (180103020003)

Menjawab pertanyaan dari saudara Hasan. Kita lihat kembali bagaimana keadaan masyarakat
sebelum Islam masuk, kepercayaan masyarakat yg melekat terhadap ajaran dan kepercayaan
nenek moyang. Sehingga telah mendarah daging. Kalau kita orang Banjar banyak mennyebutnya
"pananambaan". Bahkan mereka menyebutnya "orang alim", nah bagi mereka bahkan orang alim
itu ialah "ustadz". Hal itu telah menjadi kebiasaannya, sehingga bila sakit/terjadi apa2 tulaknya
ke pananambaan.

Nama: Aida Harliyati (180103020010)

Maaf sebelumnya, mengenai durus mustafadah yang berkenaan dengan hadis tafsir dari
QS.Saba: 23 yang ada dalam makalah belum mengena di saya. Maksudnya jika dikaitkan dengan
kehidupan sosial sekarang ini, ada beberapa hal yang mungkin dapat dijabarkan seperti berikut
ini:

- Menyembah kepada selain Allah sungguh tidak dapat memberikan apapun pada diri.

- Memohon pertolongan kepada selain Allah sungguh perbuatan sia-sia, sebab hanya Allah yang
berkuasa terhadap segala sesuatu. Segalanya terjadi atas izin Allah, termasuk hal pertolongan
ataupun syafa'at di akhirat kelak.

30
- Mencuri perkataan dalam bahasa sekarang ialah menguping, sungguh itu merupakan perbuatan
yang tidak diperkenankan. Sebab sama seperti yang dilakukan setan.

- Melebih-lebihkan ataupun menyelewengkan perkataan seseorang (yang asalnya benar) menjadi


ungkapan lain, merupakan perilaku yang tidak terpuji.

Itu yang dapat saya tangkap dari hadis yang terdapat dalam makalah, mungkin atas kesalahannya
mohon dikoreksi.

Nama: Isnaniah

Saya setuju dengan pendapat Indana, masih banyak orang yang sakit berobat kepada Paranormal
dan semacamnya. Ini karena pengetahuan agama mereka yang minim, juga karena mereka
merasa bahwa kesembuhan adalah sepenuhnya hasil dari usaha mereka, padahal yang memberi
kesembuhan hanya Allah, maka dekatlah dengan orang yang dekat dengan Allah.

Nama: Rahmadi (180103020312)

Saya setuju dengan pendapat Asiah,

Dan apa yang ada pada Allah jelas sudah sempurna, tidak perlu tembahan atau pengurangan,
apalagi penetapan dari seorang yg berstatus hamba. Wallahu a'lam

Nama: Rima damayanti (180103020138 )

Bismillah, 'afwan izin menanggapi. Bolehkah seseorang mengatakan Allah maha keren dsb ?
Tanggapan saya ; tidak boleh, karena sudah bertentangan dengan konsep asma wa sifat, padahal
cukup mengatakan Allah Maha besar itu sudah mencakup, tidak usah membuat-buat sesuatu atau
perkataan yang sebelum nya tidak ada. Mending katakan yang sudah pasti aja.

Nama: Dita Mayang D Ambarita (180103020225)

31
Menanggapi pertanyaan saudara Hasan.Menurut hemat saya masyarakat cemderung ke
paranormal karena paranormal diyakini untuk mencari jawaban, misalnya datang berobat.
Karena dari pengalaman yang subjektif, misal testimoni setelah datang ke dukun merasa sembuh
dan ada jalan keluar atas masalahnya. Sehingga masyarakat mudah percaya dan datang kedukun.
Lantas jika dia datang ke ust. Sebagai jalan terakhir. Mungkin karena dia sadar atas apa yg
harusnya sedari dulu dilakukan.

Nama: Panji Anshari

Al-Qur'an surah Saba' ayat 23

‫َو اَل َتْنَفُع الَّش َفاَع ُة ِع ْنَد ٓٗه ِااَّل ِلَم ْن َاِذ َن َلٗه ۗ َح ّٰت ٓى ِاَذ ا ُفِّز َع َع ْن ُقُلْو ِبِهْم َقاُلْو ا َم اَذ ۙا َقاَل َر ُّبُك ْۗم َقاُلوا اْلَح َّۚق َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبْيُر‬

Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya
(memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka
berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang
benar,” dan Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar.

TAFSIR WAJIZ

Dan syafaat, yakni pertolongan, di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya
untuk memberi dan memperoleh syafaat itu, seperti para malaikat, nabi, dan orang saleh.
Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, yakni orang-orang yang akan
diberi izin untuk memberi syafaat dan orang-orang yang akan mendapat syafaat, mereka yang
akan mendapat syafaat berkata, “Apakah yang telah difirmankan dan ditetapkan oleh Tuhanmu
untuk kami?” Mereka menjawab, “Allah memberi keputusan yang benar,” dan Dialah Yang
Mahatinggi zat dan kedudukan-Nya, Mahabesar keagungan dan kekuasaan-Nya. dari aplikasi
Qur'an Kemenag

Nama: Kholifah olivia

Karna:

1. Tidak ada nya dokter

32
2. Hanya ada dukun/ orang pintar

3. Kebanyakan yang mndtangi dukun biasanya lngsung sembuh jika sakit .

Nama: Nurul Ainah (180103020121)

Izin menjawab pertanyaan hasan, menurut saya hal tersebut disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan mengenai agama, terlebih hal-hal yang menjeruskan pada kesyirikan. Karena saat
berobat dengan paranormal kebanyakan orang sembuh dengan bantuan jin. Dukun juga
memberitahukan sebab/asal muasal penyakit, seperti kiriman orang, santet, teluh, dll, dan dapat
mengembalikannya kepada sang pengirim. Kepercayaan ini yang membuat pasien candu/
bergantung pada pengobatan tersebut. Sedangkan kepada ustadz, ustadz lebih mengarahkan pada
mendekatkan diri dan memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah, Sehingga masyarakat
enggan. Dan lebih mengutamakan pengobatan paranormal.

Nama : Indana Zulfa (180103020039)

Saya sangat setuju dengan tanggapan dari saudari Isti, seperti halnya ketika kita minum obat
waktu sakit. Kita jangan sampai meyakini bahwa obat yang menyembuhkan.. yang kita yakini
bahwasanya Allah swt yang menyembuhkan namun sebab ( perantaranya) ialah meminum obat.

Nama : Yakin (180103020345)

Saya setuju dengan argumen atau tanggapan saudari : lilis Kurniawati "alangkah lebih baiknya
menyebut nama Allah sesuai dengan Asmaul Husna." Sekian trmksih.

Nama: Nisa

Saya sependapat bahwasanya Allah lah yang menyembuhkan tapi melaului perentara berobat

33
Nama: Aida Harliyati

Setuju, jika dipautkan dengan yang lain pun,misal saja obat. Kalau diri meyakini bahwa obat itu
yang menyembuhkan maka sudah merusak tauhid. Yang menjadi hal utama itu bahwa yang
berkuasa itu Allah, yang menyembuhkan pun Allah. Tapi dengan perantara obat, ustadz, dll. Wa
Allahu A'lam

Nama : Hayatunnisa (180103020313)

Apakah setiap Allah berfirman para malaikat akan ketakutan hingga pingsan atau ada firman
Allah yang tertentu saja? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Apabila Allah
hendak mewahyukan perintah-Nya, maka difirmankan-Nya wahyu itu dan langit-langitpun
bergetar dengan keras karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Lalu apabila para malaikat
penghuni langit mendengar firman tersebut pingsanlah mereka dan mereka bersimpuh sujud
kepada Allah…” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim di dalam As Sunnah, didho’ifkan Al Albani, sedangkan
Al Arna’uth mengatakan derajat hadits ini hasan shohih). Dalam Shohih Al Bukhori Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit maka
para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman
yang didengar itu seperti suara gemerincing rantai yang ditarik di atas batu rata, hal itu
memekakkan pendengaran mereka sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan…” (Lihat
Mutiara Faedah Kitab Tauhid hal. 93). Ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang
memiliki kekuatan tatkala harus berhadapan dengan kekuasaan Allah Ta’ala. Tiada daya dan
upaya selain karena Allah Azza Wajalla. Maka, adakah yang bisa dilakukan oleh orang mati
yang dijadikan sebagai perantara dalam berdo’a kepada Allah? Adakah benda keramat yang bisa
menahan kekuasaan Allah? Di situlah tauhid seseorang diuji. Allahu A’lam

Nama : Alfitri ainayya (180103020301)

Menambahkan sedikit dari pertanyaan saudara Hasan,Menurut saya salah satu alasannya adalah
masyarakat yang memiliki tradisi atau kepercayaan lokal yang bertahan sampai kini. Apalagi
kalau di daerah pedalaman, mungkin kebudayaan tentang mendatangi paranormal masih berlaku.

34
Nama: Ryca Indra Makhroja (180103020035)

Izin menambahkan dari pertanyaan haikal. Saya setuju dengan pendapat saudara dinda, meski
kata-kata tersebut terlihat baik bagi kita alangkah baiknya kita tetap menggunakan nama-nama
asma al-husna sebagai bentuk penyanjungan kepada Allah. Yaitu dengan nama-nama yang telah
Dia tetapkan. Sebagai contoh lainnya yaitu dengan ungkapan "Allah maha segalanya" kata
‘segalanya’ bermakna umum. Artinya bisa berarti baik atau berarti buruk. Karena itu, kata
segalanya atau segala sesuatu, umumnya dikembalikan kepada makhluk. Sehingga, jika
disandarkan kepada Allah, kata ini harus menjadi objek. Dan itulah yang Allah ajarkan dalam al-
Quran. Kita banyak menjumpai ayat seperti:

‫ِإَّن َهَّللا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬

“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu..”

Karena itu, yang tepat kita tidak mengatakan "Allah Maha Segalanya". Tetapi kita mengatakan,
“Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” atau “Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Sebagaimana Allah berfirman,

‫َو ِهَّلِل اَأْلْس َم اُء اْلُحْسَنى َفاْد ُعوُه ِبَها‬

Hanya milik Allah al-Asma al-Husna, karena itu, gunakanlah nama itu untuk memanggil Allah.
(QS. al-A’raf: 180)

Alangkah baiknya kita memanggil-Nya dengan nama yang Dia inginkan. Meski sesuatu tersebut
terlihat baik oleh kita namun bisa jadi sesuatu tersebut menjadi hal yang Allah murkai.
Karenanya ikutilah segala sesuatu atas perintah-Nya.

Nama : Yuliani Rahmi (180103020298)

Pada Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah (sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati
mereka)

Ketakutan ini adalah ketakutan para malaikat pada saat diperintah oleh Tuhan mereka. Yakni
ketakutan mereka ini berasal dari perintah Allah. Imam Bukhari dan Abu Daud mengeluarkan
35
hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: “apabila Allah menetapkan suatu perintah di
langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena ketundukan mereka pada firman-
Nya, seakan-akan itu adalah rantai yang dipukulkan batu yang licin yang menembus mereka, dan
apabila hati mereka ketakutan mereka saling bertanya: apa yang difirmankan oleh tuhan kalian?
Mereka menjawab kepada malaikat yang bertanya: Dia memfirmankan kebenaran, dan Dia
Maha Tinggi dan Agung.

Nama: Muhammad Idris (180103020304)

Saya sependapat dengan lilis, apakah boleh seperti itu? Yaitu dengan menyebut nama" allah
dengan nama" bahasa kita

Nama: saprudin (180103020018 )

Setuju, karena kesembuhan itu semua dari Allah tergantung jalan aja mau bertawakal dgn cara
apa.

Nama: Nurul Ainah

Saya sangat setuju dengan indana zulfa. Bahwa ustadz hanyalah perantara. Segala sesuatunya
tetap mengaharap pertolongan Allah.

Nama: Fikri (180103020293)

Setuju sekali dgn saudari isti, sesuai janji Allah bahwa semua penyakit pasti ada obatnya, banyak
jalan untuk menuju kesembuhan, salah satunya dgn meminta doa kepada org shalih atau org yg
dicintai Allah.

36

Anda mungkin juga menyukai