Anda di halaman 1dari 10

Jihad dan Teror

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Anggota Kelompok :

1. Lucky Dessitasari (16030184042)


2. Diana Putri Larasati (16030184044)
3. Tamlikhotut Tafauliyati (16030184060)
4. Achmad Irvan Baharsyah (16030184087)
5. Wahyu Inda Safitri (16030184090)

Pendidikan Fisika B 2016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

JURUSAN FISIKA

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

2016
BAB I
A. Pendahuluan
a. Latar Belakang

JIHAD adalah perlambang puncak usaha manusia untuk mencapai sesuatu. Dalam jihad
ini, pengorbanan apapun akan disanggupi, termasuk pengorbanan nyawa. Pasukan Jepang yang
melakukan aksi Kamikaze pada Perang Dunia II, dengan menabrakkan pesawat ke kapal-kapal
Amerika. Dalam Al Quran, Berapa banyaknya Nabi yang berperang bersamanya kaum
Rabbani yang banyak. Mereka tidak menjadi gentar karena berbagai cobaan yang
menimpanya di jalan Allah; dan tidak pula mereka menjadi lemah dan menyerah. Dan Allah
menyukai orang-orang yang bersabar. (Ali Imran: 146). Dalam riwayat diceritakan. Ada
seorang Nabi yang berperang memimpin Ummatnya menghadapi orang-orang kafir. Sebelum
musuh dikalahkan, ternyata matahari hampir terbenam. Padahal dalam aturan perang waktu itu,
kalau matahari sudah terbenam, seluruh peperangan harus dihentikan. Maka Nabi itu segera
memerintahkan matahari berhenti berputar. Dia meminta matahari tidak terbenam dulu, sampai
dia dan pasukannya berhasil mengalahkan musuh.

Kedudukan JIHAD bersifat suci, luhur, mulia. Keberadaannya dibatasi oleh adab-adab
Syariat. Misalnya, dalam peperangan melawan orang-orang kafir, pasukan Islam tidak boleh
menghancurkan rumah-rumah ibadah, tidak boleh menghancurkan ternak, tanam-tanaman,
tidak boleh menganiaya orangtua, anak-anak, dan kaum wanita. Tidak boleh mengejar musuh
yang melarikan diri, tidak boleh membunuh tentara yang menyerah, berperang sesuai
kesepakatan dengan musuh, dll. Hal ini menjadi bukti nyata, bahwa JIHAD bukan urusan
kacangan yang bisa dilakukan sesuka hati. Ia benar-benar dibingkai dengan adab yang luhur.

Mereka bisa dianggap telah berjihad. Hanya saja, jihadnya untuk membela berhala
(Kaisar Hirohito). Sedangkan Jihad Fi Sabilillah, diartikan sebagai perjuangan maksimal
untuk menegakkan Kalimah Allah di muka bumi. Para ulama, mengidentikkan Jihad Fi
Sabilillah dalam Al Quran sebagai perang melawan orang-orang kafir dalam membela agama
Allah. Kata jihad berakar pada kata kerja jahada-yajhadu yang berarti berusaha dengan
sungguh-sungguh. Bentuk mashdar dari kata kerja tersebut adalah jahd atajuhd yang di
samping bermakna usaha juga bermakna kekuatan atau kemampuan (Munawwir, 1984: 234).
Mereka bisa dianggap telah berjihad. Hanya saja, jihadnya untuk membela berhala
(Kaisar Hirohito). Sedangkan Jihad Fi Sabilillah, diartikan sebagai perjuangan maksimal
untuk menegakkan Kalimah Allah di muka bumi. Para ulama, mengidentikkan Jihad Fi
Sabilillah dalam Al Quran sebagai perang melawan orang-orang kafir dalam membela agama
Allah. Kata jihad berakar pada kata kerja jahada-yajhadu yang berarti berusaha dengan
sungguh-sungguh. Bentuk mashdar dari kata kerja tersebut adalah jahd atajuhd yang di
samping bermakna usaha juga bermakna kekuatan atau kemampuan (Munawwir, 1984: 234).
Dari kata dasar tersebut muncul dua istilah yang sangat populer dalam wacara keislaman, yakni
ijtihad dan jihad (mujahadah). Istilah pertama, yakni ijtihad, sering digunakan dalam istilah
hukum Islam (fikih), yang oleh al-Syaukani didefinisikan sebagai pengerahan kemampuan
dalam memproleh hukum syari yang bersifat praktis melalui cara istinbath (Amir Syarifuddin,
1999: II-224).

b. Rumusan Masalah

1. Jelaskan konsep dari jihad dalam islam ?


2. Bagaimana fenomenal aksi terorisme pengeboman atas nama jihad ?
3. Bagaimana perbedaan jihad dan terror ?
4. Bagaimana emplatasi jihad di era sekarang ?

c. Tujuan

1. Mengetahui konsep jihad dalam islam


2. Memahami perbedaan antara jihad dan terror
BAB II
B. Pembahasan

Secara umum jihad dibagi dua: jihad thalabi (jihad menyerang) dan jihad difai (jihad
mempertahankan diri). Perang Badr. Uhud, dan Ahzab adalah masuk kategori jihad bertahan.
Sedangkan perang Hunain, Fathu Makkah, perang Mutah, perang Yarmuk, perang
Qadisiyyah, dan lain-lain adalah jihad menyerang (offensive).

JIHAD menyerang tidak boleh dilakukan, melainkan di bawah komando seorang Imam
kaum Muslimin di suatu negara Islam. Pengumuman jihad harus disampaikan secara terbuka,
kepada masyarakat negara itu dan kepada dunia luar. Alasan jihad menyerang tidak menjadi
penentu, bahkan kaum Muslimin boleh menyebarkan Islam melalui JIHAD ini. Hal itu sudah
dilakukan oleh para Salafus Shalih. Khalifah Umar Ra. termasuk pemimpin Islam yang dicatat
sejarah memiliki prestasi gemilang dalam menunaikan JIHAD perluasan wilayah Islam. Hanya
saja, perhitungan kekuatan yang sangat cermat dibutuhkan, untuk memastikan apakah suatu
negara Islam sanggup menggelar JIHAD offensive atau tidak.

JIHAD untuk mempertahankan diri (defensive). Ia dibutuhkan oleh kaum Muslimin ketika
menghadapi musuh-musuh yang melakukan agresi atau invasi. Baik ada atau tidak ada Imam
kaum Muslimin, wajib hukumnya kaum Muslimin mempertahankan diri, agama, harta benda,
kehormatan, dan kehidupannya. Dalam perang Badr, Uhud, dan Ahzab, Nabi Saw telah
menunjukkan cara terbaik dalam mempertahankan diri. Begitu juga JIHAD bangsa Indonesia
menghadapi kolonial Belanda dan Jepang, adalah fakta JIHAD defensive yang tidak diragukan
lagi. Termasuk JIHAD bangsa Palestina, Afghanistan, Irak, Chechnya, dan lainnya. Dalam
konteks pembelaan diri, hukum internasional pun mengakuinya. Salam konteks pertahanan,
kita mengenal istilah Hak Bela Negara. Pada negara-negara tertentu, mereka malah
menerapkan hukum Wajib Militer untuk mengantisipasi kebutuhan negara terhadap tenaga-
tenaga pertahanan. Jadi mempertahankan diri itu sudah merupakan sesuatu yang lumrah, jika
diserang.

Ummat Islam juga mengenal istilah jihad di luar konteks perang. Ia adalah jihad berupa
kesungguhan beramal di bidang apapun, dalam rangka menegakkan agama Allah di muka
bumi. Seorang ustadz yang berdakwah ke pedalaman untuk mengislamkan orang pedalaman,
dianggap berjihad; para aktivis yang berjuang mempertahankan nasib Ummat dari gerakan
pemurtadan, juga dianggap berjihad; para ilmuwan Muslim yang sungguh-sungguh menggali
ilmu, menyebarkan ilmu, menyebarkan penerangan Islami, juga dianggap berjihad; para
pendidik dan kaum wanita yang sungguh-sungguh mendidik generasi Muslim, juga berjihad;
para saudagar Muslim yang sungguh-sungguh berjuang memperkuat kepemilikan aset harta
Ummat, juga berjihad; dan lain-lain. Hingga seorang wanita Muslimah yang melahirkan putra-
putri Muslim, wanita yang menunaikan Haji dan Umrah, mereka juga dianggap berjihad. Ini
adalah jihad dalam rangka pelayanan Islam, meskipun bentuknya bukan perang di medan laga.
Dalam hadits Nabi Saw. disebutkan, Siapa yang berperang dalam rangka meninggikan
Kalimah Allah (di atas kalimat-kalimat lainnya), maka dia berada Fi Sabilillah. (HR. Bukhari-
Muslim dari Abu Musa Al Asyari Ra). Jika demikian, maka jelaslah bahwa JIHAD itu hanya
berurusan dengan perkara-perkara yang benar, lurus, dan mulia. JIHAD tidak berhubungan
dengan aksi-aksi terorisme sebagaimana yang kerap kita saksikan.

Berdasarkan berbagai ayat al-Quran, objek jihad dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:

1. Jiwa yang mendorong manusia melakukan tindak durhaka kepada Allah (fujur). Allah
memberikan jiwa kepada manusia yang dapat mengarahkan manusia untuk bertindak
fujur (kefasikan) atau ketakwaan. Allah Swt. berfirman: Artinya: Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. al-Syams (91): 7-
10). Jiwa yang mengarahkan manusia kepada kefasikan (keburukan) oleh al-Quran
disebut nafsu amarah (QS. Yusuf (12); 53). Nafsu inilah yang menjadi penghambat
terbesar bagi manusia untuk melakukan perbuatan-perabuatan mulia.

2. Hawa nafsu yang tidak terkendali yang membuat manusia melakukan apa saja untuk
memenuhi nafsunya tanpa peduli dengan larangan-larangan Allah Swt. Hawa nafsu
tidak mungkin dihilangkan dari manusia, karena nafsu merupakan bagian dari
pemberian Allah bagi manusia. Tanpa nafsu, manusia tidak akan memiliki keinginan-
keinginan, seperti makan, minum, berhubungan seksual, dsb, yang pada akhirnya akan
menyengsarakan manusia. Namun, manusia tidak boleh selalu memperturutkan
nafsunya yang jika tidak dikendalikan akan membahayakannya. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu). (QS. al-Furqan (25): 43-44). Untuk mengendalikan nafsu tersebut
diperlukan perjuangan (jihad) yang sungguh-sungguh. Perjuangan melawan nafsu ini
lebih berat dibandingkan dengan melawan musuh-musuh yang lain. Sebab nafsu ini ada
dalam diri kita sendiri yang terkadang kita tidak menyadarinya.
3. Syetan yang selalu menggoda manusia untuk memperturutkan hawa nafsu sehingga
manusia lupa kepada Allah Swt., dan bahkan lupa pada dirinya sendiri. Syetan
diciptakan memiliki tujuan utama untuk mengajak manusia mengikuti langkah-
langkahnya. Di antara langkah-langkah syetan adalah menjungkirbalikkan nilai-nilai
kebenaran, mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, dan mengajak manusia
tidak beriman kepada Allah sehingga menemani syetan di neraka. Allah Swt. berfirman:
Artinya: Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh
(mu), karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir (35): 6).
4. Cinta yang berlebihan terhadap dunia, sehingga mengalahkan cintanya kepada akhirat.
Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan menyebabkan manusia takut mati yang pada
akhirnya menyebabkan manusia tidak mau berjihad di jalan Allah. Dalam hal ini Allah
Swt. berfirman: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila
dikatakan kepada kamu: Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di
dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal keni`matan hidup di dunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. (QS. al-Taubah (9): 38).
5. Orang-orang kafir dan munafik yang tidak akan rela sebelum orang-orang yang beriman
menjadi pengikut mereka. Karena itu, kita harus berjihad melawan mereka, terutama
ketika mereka menyerang kita. Allah Swt. berfirman: Artinya: Hai Nabi, berjihadlah
(melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah
terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali
yang seburuk-buruknya. (QS. al-Taubah (9): 73). Perintah kepada Nabi dalam ayat di
atas juga berlaku untuk kita (orang-orang beriman). Ayat lain yang juga bermuatan
sama adalah QS. al-Baqarah (2): 109 dan 120.
6. Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran yang sangat merugikan masyarakat,
termasuk merugikan mereka sendiri. Perbuatan mereka dapat mengganggu dan
menghambat orang lain untuk beribadah kepada Allah. Karena itulah umat Islam
diperintahkan amar maruf nahi munkar. Allah berfirman: Artinya: Dan hendaklah ada
di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali Imran (3): 104).
a. Memahami Terorisme

1. Menurut kamus Oxford, terror memiliki arti: A person, situation or thing that makes
you very afraid (seseorang, situasi, atau sesuatu yang membuatmu sangat
takut); Violent action or the threat of violent action that is intended to cause fear,
usually for political purposes (aksi kekerasan atau ancaman kekerasan yang
dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan, biasanya untuk tujuan-tujuan politik).
Sedang terrorism diartikan sebagai: the use of violent action in order to achieve
political aims or to force a government to act (penggunaan aksi kekerasan untuk
mencapai tujuan-tujuan politik atau untuk menekan pemerintah agar berbuat sesuatu).
2. Dari definisi di atas dapat disimpulkan tentang karakter teror atau terorisme, yaitu:
Menggunakan cara kekerasan; menimbulkan rasa takut di hati sasaran terror; dan
memiliki tujuan politik tertentu. Kalau diteliti lebih dalam, akan ditemukan perbedaan-
perbedaan significant antara JIHAD dengan TERORISME, antara lain:

NO JIHAD TERORISME
1. Untuk menegakkan Kalimah Allah di Mencoreng citra Islam di mata ummat
muka bumi. manusia.
2. Dilakukan dengan alasan-alasan yang Dilakukan dengan tanpa alasan yang
jelas. Misalnya, dalam rangka membela jelas, selain penafsiran-penafsiran
diri atau memperluas wilayah Islam. sepihak atas masalah-masalah politik
tertentu

3. Diikat oleh adab-adab yang ketat. Tidak diikat oleh adab apapun, selain
Misalnya, jihad tidak mengarahkan tujuan menghancurkan sasaran dengan
sasaran ke kalangan sipil atau orang-orang cara apapun.
lemah.

4. Diawali dengan kepastian suatu konflik Tidak jelas kapan konflik itu resmi
antar negara. Konflik itu harus pasti dulu, dimulai, dan kapan pula ia akan berakhir
baik melalui pengumuman perang,
maupun melalui tindakan penyerangan
yang dilakukan suatu negara agresor.

5. Rata-rata berhubungan dengan posisi Bisa dilakukan oleh siapapun, baik


suatu negara dalam kancah konflik politik pribadi, kelompok, atau milisi-milisi
dengan negara-negara lain. tertentu.
b. Emplatasi Jihad

1. Memaksimalkan Dawah Islam dimana-mana khususnya mendawahkan bagian dari


Syareat Islam yang banyak dilupakan oleh Umat Islam yaitu kewajiban berjihad dalam
arti perang dan kewajiban mendirikan kekuasaan yang berdasarkan Islam.

2. Mendirikan organisasi kemasyarakatan baik legal atau illegal yang diatur se-Islamis
mungkin, tujuannya adalah untuk membentuk kekuasaan Islam kecil-kecilan yang
mampu menaungi anggotanya sebagaiman negara mampu menaungi rakyatnya.

3. Mendirikan sekolah dan Pondok Pesantren yang diatur se-Islamis mungkin yang
tujuannya untuk mendidik generasi yang Islamis dan mampu berperan di dunia dalam
rangka menyebarkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

4. Menjadi guru di tingkat yang paling rendah hingga di Perguruan Tinggi supaya bisa
menularkan ilmu kepada para pelajar sehingga kelak mereka bisa diharapkan untuk ikut
memperjuangkan Islam.

5. Mengadakan majlis-majlis talim agar ilmu-ilmu tentang Islam menyebar di kalangan


Umat Islam.
BAB III

a) SIMPULAN

JIHAD adalah segala bentuk usaha maksimal untuk penerapan agama Islam dan
pemberantasan kedzaliman serta kejahatan, baik terhadap diri sendiri maupun dalam
masyarakat. Jihad dibagi menjadi dua, yakni jihad thalabi (jihad menyerang) dan jihad
difaI (jihad mempertahankan). Jihad dan terror tidaklah sama. Jihad mempunyai tujuan
yang jelas dan baik, sedangkan terror tidak mempunyai tujuan yang jelas dan seringkali
menggunakan kekerasan maupun membuat orang lain ketakutan.

b) SARAN

Menurut kelompok kami, kita tidak boleh menyamakan jihad dengan terror. Kita juga
harus lebih berhati-hati dalam menyaring semua informasi agar tidak terjerumus ke
dalam hal-hal yang dilarang oleh agama islam dan Allah SWT. Islam tidak pernah
mengajarkan untuk berbuat kejahatan, merusak lingkungan maupun melukai makhluk
hidup. Jika terdapat hal-hal yang menyimpang, sebaiknya kita merujuk kembali kepada
Al-Quran.
DAFTAR PUSTAKA

Hanzhalah, Abu. 2010. Terorisme sebuah kejahatan atas nama agama online

(https://abuhanzhalah.wordpress.com/2010/05/19/terorisme-sebuah-kejahatan-atas-
nama-agama/ ) diakses 3 Maret 2017

Perdana, Donnyputra. 2008. Berjihad menurut pandangan islam online

(http://donnyputraperdana.blogspot.co.id/2008/10/berjihad-menurut-pandangan-
islam_29.html ) diakses 3 Maret 2017

Rabbani, Raja. 2012. Pengertian jihad dalam pandangan islam online

(http://rajarabbani.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-jihad-dalam-pandangan-
islam.html ) diakses 3 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai