Dosen Pengampu :
Melani Albar, Spd, M.PdI
Disusun oleh :
Alif Dedy Irianto 21862321031
FIK PGMI 2C 2021 | 8 NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang mana Alloh telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta magfirohnya kepada kita sekalian berupa kesehatan jamani dan rohani.
Yang kedua kalinya penulis ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
kepada semuanya apabila didalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekeliruan atau
kekurangan.
Harapan besar penulis, semoga makalah yang sedikit ini bisa memberikan manfaat
yang sangat besar kepada kita semuanya. Amiiin....
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. Jihad……………………………………….…………………………………………… 2
II. Amar Ma’ruf Nahi Munkar……………………………………………………………..9
III. Korelasi Jihad dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar..……………………………………14
I. KESIMPULAN .....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehadiran agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin dibawa Nabi Muhammad
Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin,
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia dan bersosialisasi yang terdapat di
dalam sumber ajarannya, Al Quran dan hadis tampak ideal dan agung, Di dalam Al Quran dan Hadis
Allah memerintahkan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjihad untuk menegakkan
syariat Islam sebagaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Amar ma’ruf nahi munkar dan jihad adalah perihal yang sangat penting dalam kehidupan
bersosialisasi dan beragama umat Islam. Manusia dituntut untuk bergotong royong dan
bersosialisasi. Tak lepas pula pada alam semesta ini, tidak dibolehkan untuk merusaknya, bahkan
manusia disuruh untuk menjaga dan merawatnya tanpa terkecuali. Manusia juga dituntut untuk
berbuat baik kepada sesama dan tidak boleh melakukan perusakan. Di dunia ini manusia memiliki
tanggung jawab yang sama karena sama- sama makhluk Allah, yakni berbuat baik dan meninggalkan
keburukan agar kehidupan ini berjalan selaras dan seimbang.
Di dalam Islam untuk mengajak akan perbuatan yang baik, mencegah akan perbuatan yang
munkar, dan berjuang demi agama Islam tidak lepas dari aturan-aturan yang sudah disebutkan atau
dijelaskan dalam Al-Quran ataupun hadis, jadi tidak seseorang pun yang boleh semena-mena dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas makalah ini mengkasi permasalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian jihad?
2. Apakah pengertian mar Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
3. Apakah Korelasi Antara Jihad dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ?
TUJUAN
Makalah ini bertjujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengertian jihad dan Amar ma’ruf
Nahimunkar dan korelasinya .
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. JIHAD
1. Pengertian Jihad
Jihad ( ) جهادadalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad
dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau
menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul
dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan
kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran
kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu
menjadi khalifah Allah di bumi.
Arti kata Jihad sering di salah pahami oleh orang yang tidak mengenal prinsip-prinsip
agama Islam sebagai 'perang suci' (holy war); istilah untuk perang adalah Qital, bukan Jihad.
Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi
ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar).
Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun bukan
harus berarti "perang dalam makna "fisik". Jika sekarang jihad lebih sering diartikan sebagai
"perjuangan untuk agama", itu tidak harus berarti perjuangan fisik. Jika mengartikan jihad
hanya sebagai peperangan fisik dan extern, untuk membela agama, akan sangat ber-bahaya,
sebab akan mudah di-manfaat-kan dan rentan terhadap fitnah.
Jihad di jalan Allah SWTadalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk
memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan meninggikan
kalimat-Nya.
Yang terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi sebab
kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila umat Islam
meninggalkan jihad di jalan Allah.
2
Kata jihad di dalam bahasa Arab, adalah mashdar dari kata: jâhada, yujâhidu, jihâd .
Artinya adalah saling mencurahkan usaha. Yang merupakan turunan dari kata jihadyang berarti
kesulitan atau kelelahan karena melakukan perlawanan yang optimal terhadap musuh .
Jadi makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal
mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-
kadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan
sekuat tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini
bersifat umum, yaitu kerja keras.
3. Tujuan Jihad
Tujuan utama dari Jihad di dalam Islam adalah menghilangkan kekafiran dan
kesyirikan, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada
cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam, menghilangkan fitnah,
meninggikan kalimat Allah SWT, menyebarkan agamaNya, serta menyingkirkan setiap orang
yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam. Jika tujuan ini dapat dicapai dengan tanpa
peperangan, maka tidak diperlukan peperangan. Tidak boleh memerangi orang yang belum
pernah mendengar dakwah kecuali setelah mendakwah mereka kepada Islam. (Namun jika
dakwah telah disampaikan) dan mereka menolak maka pemimpin Islam harus memerintahkan
mereka untuk membayar jizyah, dan jika mereka tetap menolak, maka barulah memerangi
mereka dengan memohon pertolongan Allah SWT.
Jika sebelumnya dakwah Islam telah sampai kaum tersebut (dan mereka tetap
menolaknya) maka boleh memerangi mereka dari sejak semula, karena Allah SWT menciptakan
manusia untuk beribadah kepadaNya. Tidak diizinkan memerangi mereka kecuali bagi mereka
yang bersikeras mempertahankan kekafiran, atau berbuat zalim, memusuhi Islam, serta
menghalangi manusia untuk memeluk agama ini atau bagi mereka yang menyakiti kaum
muslimin. Rasulullah SAW tidak pernah memerangi satu kaumpun kecuali setelah mengajak
mereka kepada agama Islam.
4. Macam-macam Jihad
a. Fardlu 'Ain; yaitu berjuang melawan musuh yang menyerbu ke sebagian negara kaum
muslim seperti jihad melawan kaum Yahudi yang menduduki negara Palestina. Semua
3
orang muslim yang mampu berdosa sampai mereka dapat mengeluarkan orang-orang
Yahudi dari negeri tersebut.
b. Fardlu Kifayah; yaitu jika sebagian telah memperjuangkannya, maka yang lain sudah
tidak berkewajiban untuk melakukan perjuangan tersebut, yaitu berjuang menyebarkan
dakwah Islam ke seluruh negara sehingga melaksanakan hukum Islam, dan barangsiapa
yang masuk Islam serta berjalan di jalan Islam kemudian terbunuh sehingga tegak
kalimat Allah, maka jihad ini berjalan terus sampai hari kiamat. Jika orang-orang
meninggalkan jihad dan tertarik oleh kehidupan dunia, pertanian dan perdagangan
maka ia akan tertimpa kehinaan.
c. Jihad terhadap pemimpin Islam; yaitu dengan memberikan nasihat kepada mereka dan
pembantu mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Agama adalah nasihat, kami
bertanya , untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: untuk Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin Islam dan orang-orang muslim awam" (HR. Muslim).
Dan beliau bersabda: "Jihad yang paling mulia adalah menyampaikan kebenaran
kepada pemimpin yang zalim" (HR. Abu Daud dan Tarmizi). Adapu cara untuk
menghindarkan diri dari penganiayaan pemimpin kita sendiri, yaitu agar orang-orang
Isilam bertaubat kepada Tuhan, meluruskan akidah mereka atas dasar ajaran-ajaran
Islam yang benar sebagai pelaksanaan dari firman Allah: "Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri" (QS Ar-'Ad : 11).
d. Berjihad melawan orang kafir, komunis dan penyerang dari kaum ahli kitab, baik dengan
harta benda, jiwa dan lisan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Dan berjihadlah
menghadapi orang-orang musyrik dengan harta bendamu, jiwamu dan lisanmu" (HR.
Ahmad).
e. Berjihad melawan orang-orang fasik dan pelaku maksiat dengan tangan dan hati,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diantara kamu melihat
kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
4
dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-
lemah iman" (HR. Muslim).
f. Berjihad melawan setan; dengan selalu menentang segala kemauannya dan tidak
mengikuti godaannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu,
maka anggaplah sebagai musuhmu, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS Faatir
: 6).
g. Berjihad melawan hawa nafsu; dengan menghindari hawa nafsu, membawanya kepada
ketaatan kepada Allah dengan menghindari kemaksiatan-kemaksiatannya. Allah
berfirman melalui mulut Zulaihah yang mengakui telah membujuk Yusuf untuk berbuat
dosa: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang" (QS Yusuf : 53). Jihad diwajibkan atas :
a) Setiap muslim.
b) Baligh.
c) Berakal.
d) Merdeka.
e) Laki-laki.
f) Mempunyai kemampuan untuk berperang.
g) Mempunyai harta yang cukup baginya dan keluarganya selama kepergiannya
dalam berjihad.
5. SYARAT JIHAD
Menurut Syaikh Abu Syujak syarat-syarat jihat ada tujuh antar lain:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Sehat
5
g. Kuat berperrang
6. RUKUN JIHAD
Menurut Syaikh Abu Syujak rukun jihad antar lain:
a. Tegas dan siap mati ketika menghadapi serangan musuh, karena Allah Ta’ala
mengharamkan Mujahid mundur dari serangan musuh.
b. Dzikir kepada Allah Ta’ala dengan hati dan lisan dalam rangka meminta kekuatan
Allah Ta’ala dengan ingat janji, ancaman, dukungan serta pertolongan-Nya kepada
wali-wali-Nya. Dengan dzikir seperti itu, hati menjadi tegar dan semangat perang
menjadi kuat.
c. Ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dengan tidak melanggar perintah keduanya
dan meninggalkan larangan keduanya.
d. Tidak menimbulkan konflik ketika memasuki kancah perang, namun dengan satu
barisan yang tidak ada celah kosong didalamnya, hati yang menyatu, dan badan-
badan yang rapat seperti bangunan kokoh.
e. Sabar dan tetap dalam kesabaran, dan siap mati ketika memasuki kancah perang
hingga pertahanan musuh terbongkar dan barisan mereka terkalahkan, sebagaimana
firman Allah Ta’ala.
7. Hukum Jihad
Berjihad di jalan Allah hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian kaum muslimin telah
melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian yang lain. Jihad diwajibkan kepada
setiap orang yang mampu berperang dalam beberapa keadaan seperti:
a. Apabila dirinya telah masuk dalam barisan peperangan.
b. Jika pemimpin memobilisasi masyarakat secara umum.
c. Jika suatu negeri/ daerah telah dikepung oleh musuh.
d. Jika dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan, seperti dokter,
pilot, dan yang semisalnya.
Jihad di jalan Allah SWT adakalanya wajib dengan jiwa dan harta sekaligus, yaitu
bagi setiap orang yang mampu dari segi harta dan jiwa, terkadang jihad itu wajib dengan jiwa
6
semata (hal ini berlaku) bagi orang yang tidak mempunyai harta dan adakalanya wajib
hanya dengan harta tidak dengan jiwanya, yaitu bagi orang yang tidak mampu untuk berjihad
dengan badannya namun dia termasuk orang yang mempunyai harta.
Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan ‘umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: ‘Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak ada peperangan di
dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan ‘umrah.’”
7
sebagaimana dianjurkan baginya untuk selalu memberikan nasehat guna menguatkan jiwa
para pasukan dan mengingatkan mereka akan keutamaan mati syahid.
Menyuruh mereka untuk bersabar dan mengharapkan pahala dalam berjihad, membagi
tugas antara pasukan, menugaskan orang untuk berjaga, menyebarkan mata-mata guna
mengintai musuh, dan memberikan tambahan dari rampasan perang kepada sebagian
pasukan (yang dianggap lebih berjasa) seperti menambah seperempat bagian ketika
berangkat dan sepertiga ketika pulang selain seperlima gonimah (yang merupakan bagian
Allah dan RasulNya), serta bermusyawarah dengan para ulama dan cendekiawan dalam
masalah ini.
8
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah , "Sesungguhnya para syuhada
mendapatkan enam kemuliaan di sisi Allah: Allah akan mengampuninya pada waktu
darahnya keluar pertama kali dari tubuhnya, diperlihatkan untuknya tempat duduknya di
surga, diberi hiasan dengan perhiasan iman, dinikahkan dengan tujupuluh dua orang
bidadari dari surga, diselamatkan dari siksa kubur, mendapatkan keamanan dari ketakutan
yang sangat besar (kegoncangan di padang mahsyar), dipakaikan baginya mahkota
kerendahan hati yang sebutir mutiaranya lebih baik dari dunia seisinya, dan diperbolehkan
baginya untuk memberikan syafaat bagi tujuhpuluh orang kerabatnya." (HR. Sa'id bin
Mansur dan Baihaqi dalam Su'ab al Iman–lihat pula Silsilah Hadits Shohihah No.3213-).
Orang yang terluka dalam berjihad di jalan Allah akan datang pada hari kiamat dengan
lukanya yang mengeluarkan darah, namun baunya seharum misk, dan mati syahid di jalan
Allah bisa menghapuskan semua dosa-dosa kecuali hutang.
Barangsiapa yang khawatir ditawan oleh musuh karena tidak mampu menghadapi
mereka, maka dia boleh menyerahkan diri atau melawan hingga mati atau menang.
Barangsiapa yang memasuki negeri musuh atau menyerang pasukan kafir dengan tujuan
menghancurkan mereka dan menimbulkan ketakutan pada hati-hati musuh, terutama
orang-orang Yahudi yang melampaui batas, kemudian terbunuh maka ia telah memperoleh
pahala para syuhada dan orang-orang yang bersabar dalam berjihad di jalan Allah.
9
Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan untuk
kesana , menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan
kemumgkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Kalau kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan membahayakan diri sendiri, kita berusaha
memberikan nasihat, kita pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya.
10
masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia
harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam
urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus
para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama
menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu
juga umat secara keseluruhan.
Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah ‘digerus’ oleh derasnya arus
kemunkaran. Hal ini terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan performa yang
menarik, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu
11
mudahnya kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit dalam rumah melalui media
cetak dan elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.
Tentu ini sangat berbahaya, karena kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus
disuguhkan dan diinformasikan, apalagi didesain dengan performa yang menarik, maka sangat
mungkin kemunkaran itu akan dianggap sebagai kebaikan dan kemudian dijadikan sebagai
kebiasaan.
Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh, yaitu dari diri
kaum muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Kesadaran inilah yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang muttaqin, dan
mampu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik.
Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya kemunkaran,
maka hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul Nya telah
memberikan rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang muslim yang taat sudah
sepatutnya untuk berucap sami’na wa atho’na.
12
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar serta tidak
mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.
Sabda Rasulullah saw: Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa
kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi)
.
c. Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar adalah
berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa
Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar.
Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud ia
berkata :Rasulullah saw. bersabda : ” Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu
seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur : wahai fulan,
berertqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu
tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi
ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya.
Maka ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana
firman Allah :
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.
sampai firman Allah ( tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik) . Kemudian Nabi
bersabda : ” Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah, kamu harus menyuruh
kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan mencegah orang yang berbuat zalim,
kamu harus mengembalikannya ke jalan hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau
tidak, Allah akan menutup hatimu, kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka
“.
d. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
13
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.
e. Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat
beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi
Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai
perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental.
Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan, namun
walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya
sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa
hormat . Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak
dan tidak mencegah orang yang berbuat zalim
14
Inilah bagian terbesar dari keindahan agama Islam, hal yang sangat darurat untuk
ditegakkan, sebagaimana padanya ada tindakan meluruskan penganutnya yang bengkok,
pembersihan jiwa, dan cambukan bagi mereka dari melakukan perbuatan yang hina, serta
membawa mereka untuk melakukan perbuatan mulia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar Ma’ruf Nahi
Mugkar) dan berjuang di jalan Allah (Jihad) adalah perintah agama, karena itu ia wajib dilaksanakan
oleh setiap umat manusia sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya.
Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang
lain, seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan memperbaiki dirinya terlebih dahulu, agar bisa
menjadi pelaku amar ma’ruf nahi munkar atau menjadi seorang mujahid yang bisa diteladani oleh
umat, sebab cara berdakwah yang baik dalam Islam adalah dengan diiringi keteladanan.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Cetakan ke-1. Depok. Pustaka Khazanah Fawaid
2. Syekhul lslam lbnu Taimiyyah. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar (Perintah kepada kebaikan larangan dari
kemungkaran). Diterjemahkan oleh Akhmad Hasan. Riyadh. Departemen Urusan Keislaman Wakaf,
Da'wah dan Pengarahan Kerajaan Arab Saudi
3. http://muslimstory.wordpress.com/2009/03/23/konsep-jihad-dalam-islam/Diposkan oleh Arjuna
Supriyadi di 10.07.00
4. Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang, 1990
5. Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
6. Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
7. Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001
16
17