Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

JIHAD DAN AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Dosen Pengampu :
Melani Albar, Spd, M.PdI

Disusun oleh :
Alif Dedy Irianto 21862321031
FIK PGMI 2C 2021 | 8 NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang mana Alloh telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta magfirohnya kepada kita sekalian berupa kesehatan jamani dan rohani.

Pertama-tama penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak


yang telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar demi memenuhi tugas mata kuliah FIlsafat di UNIRA (Universitas Islam Raden
Rahmat Malang).

Yang kedua kalinya penulis ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
kepada semuanya apabila didalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekeliruan atau
kekurangan.

Harapan besar penulis, semoga makalah yang sedikit ini bisa memberikan manfaat
yang sangat besar kepada kita semuanya. Amiiin....

Malang, November 2022

ALIF DEDY IRIANTO

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG ..............................................................................................1


II. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................1
III. TUJUAN PEMBAHASAN ......................................................................................1

BAB II ISI PEMBAHASAN

I. Jihad……………………………………….…………………………………………… 2
II. Amar Ma’ruf Nahi Munkar……………………………………………………………..9
III. Korelasi Jihad dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar..……………………………………14

BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN .....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Kehadiran agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin dibawa Nabi Muhammad
Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin,
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia dan bersosialisasi yang terdapat di
dalam sumber ajarannya, Al Quran dan hadis tampak ideal dan agung, Di dalam Al Quran dan Hadis
Allah memerintahkan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjihad untuk menegakkan
syariat Islam sebagaimana yang telah di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Amar ma’ruf nahi munkar dan jihad adalah perihal yang sangat penting dalam kehidupan
bersosialisasi dan beragama umat Islam. Manusia dituntut untuk bergotong royong dan
bersosialisasi. Tak lepas pula pada alam semesta ini, tidak dibolehkan untuk merusaknya, bahkan
manusia disuruh untuk menjaga dan merawatnya tanpa terkecuali. Manusia juga dituntut untuk
berbuat baik kepada sesama dan tidak boleh melakukan perusakan. Di dunia ini manusia memiliki
tanggung jawab yang sama karena sama- sama makhluk Allah, yakni berbuat baik dan meninggalkan
keburukan agar kehidupan ini berjalan selaras dan seimbang.
Di dalam Islam untuk mengajak akan perbuatan yang baik, mencegah akan perbuatan yang
munkar, dan berjuang demi agama Islam tidak lepas dari aturan-aturan yang sudah disebutkan atau
dijelaskan dalam Al-Quran ataupun hadis, jadi tidak seseorang pun yang boleh semena-mena dalam
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad.

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas makalah ini mengkasi permasalah sebagai berikut :
1. Apakah Pengertian jihad?
2. Apakah pengertian mar Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
3. Apakah Korelasi Antara Jihad dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ?

TUJUAN
Makalah ini bertjujuan untuk memberikan pemahaman tentang pengertian jihad dan Amar ma’ruf
Nahimunkar dan korelasinya .

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. JIHAD
1. Pengertian Jihad
Jihad ( ‫ ) جهاد‬adalah berjuang dengan sungguh-sungguh menurut syariat Islam. Jihad
dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan agama Allah atau
menjaga agama tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul
dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan
kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran
kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu
menjadi khalifah Allah di bumi.
Arti kata Jihad sering di salah pahami oleh orang yang tidak mengenal prinsip-prinsip
agama Islam sebagai 'perang suci' (holy war); istilah untuk perang adalah Qital, bukan Jihad.
Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi
ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar).
Pada dasar kata arti jihad adalah "berjuang" atau "ber-usaha dengan keras" , namun bukan
harus berarti "perang dalam makna "fisik". Jika sekarang jihad lebih sering diartikan sebagai
"perjuangan untuk agama", itu tidak harus berarti perjuangan fisik. Jika mengartikan jihad
hanya sebagai peperangan fisik dan extern, untuk membela agama, akan sangat ber-bahaya,
sebab akan mudah di-manfaat-kan dan rentan terhadap fitnah.
Jihad di jalan Allah SWTadalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk
memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan meninggikan
kalimat-Nya.
Yang terpenting jihad adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi sebab
kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila umat Islam
meninggalkan jihad di jalan Allah.

2. Jihad Menurut pandangan Islam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jihad diartikan sebagai 1. Usaha dengan segala
upaya untuk mencapai kebaikan; 2. Usaha sungguh- sungguh membela agama Islam dengan
mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga; 3. Perang suci melawan orang kafir untuk
mempertahankan agama Islam. Berjihad berarti berperang di jalan Allah.

2
Kata jihad di dalam bahasa Arab, adalah mashdar dari kata: jâhada, yujâhidu, jihâd .
Artinya adalah saling mencurahkan usaha. Yang merupakan turunan dari kata jihadyang berarti
kesulitan atau kelelahan karena melakukan perlawanan yang optimal terhadap musuh .
Jadi makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah kemampuan yang dicurahkan semaksimal
mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-
kadang dengan menggunakan harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan
sekuat tenaga untuk meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini
bersifat umum, yaitu kerja keras.

3. Tujuan Jihad

Tujuan utama dari Jihad di dalam Islam adalah menghilangkan kekafiran dan
kesyirikan, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, membawa mereka kepada
cahaya iman dan ilmu, menumpas orang-orang yang memusuhi Islam, menghilangkan fitnah,
meninggikan kalimat Allah SWT, menyebarkan agamaNya, serta menyingkirkan setiap orang
yang menghalangi tersebarnya dakwah Islam. Jika tujuan ini dapat dicapai dengan tanpa
peperangan, maka tidak diperlukan peperangan. Tidak boleh memerangi orang yang belum
pernah mendengar dakwah kecuali setelah mendakwah mereka kepada Islam. (Namun jika
dakwah telah disampaikan) dan mereka menolak maka pemimpin Islam harus memerintahkan
mereka untuk membayar jizyah, dan jika mereka tetap menolak, maka barulah memerangi
mereka dengan memohon pertolongan Allah SWT.
Jika sebelumnya dakwah Islam telah sampai kaum tersebut (dan mereka tetap
menolaknya) maka boleh memerangi mereka dari sejak semula, karena Allah SWT menciptakan
manusia untuk beribadah kepadaNya. Tidak diizinkan memerangi mereka kecuali bagi mereka
yang bersikeras mempertahankan kekafiran, atau berbuat zalim, memusuhi Islam, serta
menghalangi manusia untuk memeluk agama ini atau bagi mereka yang menyakiti kaum
muslimin. Rasulullah SAW tidak pernah memerangi satu kaumpun kecuali setelah mengajak
mereka kepada agama Islam.
4. Macam-macam Jihad

a. Fardlu 'Ain; yaitu berjuang melawan musuh yang menyerbu ke sebagian negara kaum
muslim seperti jihad melawan kaum Yahudi yang menduduki negara Palestina. Semua

3
orang muslim yang mampu berdosa sampai mereka dapat mengeluarkan orang-orang
Yahudi dari negeri tersebut.

b. Fardlu Kifayah; yaitu jika sebagian telah memperjuangkannya, maka yang lain sudah
tidak berkewajiban untuk melakukan perjuangan tersebut, yaitu berjuang menyebarkan
dakwah Islam ke seluruh negara sehingga melaksanakan hukum Islam, dan barangsiapa
yang masuk Islam serta berjalan di jalan Islam kemudian terbunuh sehingga tegak
kalimat Allah, maka jihad ini berjalan terus sampai hari kiamat. Jika orang-orang
meninggalkan jihad dan tertarik oleh kehidupan dunia, pertanian dan perdagangan
maka ia akan tertimpa kehinaan.

c. Jihad terhadap pemimpin Islam; yaitu dengan memberikan nasihat kepada mereka dan
pembantu mereka, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Agama adalah nasihat, kami
bertanya , untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: untuk Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin Islam dan orang-orang muslim awam" (HR. Muslim).
Dan beliau bersabda: "Jihad yang paling mulia adalah menyampaikan kebenaran
kepada pemimpin yang zalim" (HR. Abu Daud dan Tarmizi). Adapu cara untuk
menghindarkan diri dari penganiayaan pemimpin kita sendiri, yaitu agar orang-orang
Isilam bertaubat kepada Tuhan, meluruskan akidah mereka atas dasar ajaran-ajaran
Islam yang benar sebagai pelaksanaan dari firman Allah: "Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri" (QS Ar-'Ad : 11).

d. Berjihad melawan orang kafir, komunis dan penyerang dari kaum ahli kitab, baik dengan
harta benda, jiwa dan lisan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Dan berjihadlah
menghadapi orang-orang musyrik dengan harta bendamu, jiwamu dan lisanmu" (HR.
Ahmad).

e. Berjihad melawan orang-orang fasik dan pelaku maksiat dengan tangan dan hati,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa diantara kamu melihat
kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka

4
dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-
lemah iman" (HR. Muslim).

f. Berjihad melawan setan; dengan selalu menentang segala kemauannya dan tidak
mengikuti godaannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu,
maka anggaplah sebagai musuhmu, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS Faatir
: 6).

g. Berjihad melawan hawa nafsu; dengan menghindari hawa nafsu, membawanya kepada
ketaatan kepada Allah dengan menghindari kemaksiatan-kemaksiatannya. Allah
berfirman melalui mulut Zulaihah yang mengakui telah membujuk Yusuf untuk berbuat
dosa: "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang" (QS Yusuf : 53). Jihad diwajibkan atas :
a) Setiap muslim.
b) Baligh.
c) Berakal.
d) Merdeka.
e) Laki-laki.
f) Mempunyai kemampuan untuk berperang.
g) Mempunyai harta yang cukup baginya dan keluarganya selama kepergiannya
dalam berjihad.

5. SYARAT JIHAD
Menurut Syaikh Abu Syujak syarat-syarat jihat ada tujuh antar lain:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Laki-laki
f. Sehat

5
g. Kuat berperrang

6. RUKUN JIHAD
Menurut Syaikh Abu Syujak rukun jihad antar lain:
a. Tegas dan siap mati ketika menghadapi serangan musuh, karena Allah Ta’ala
mengharamkan Mujahid mundur dari serangan musuh.
b. Dzikir kepada Allah Ta’ala dengan hati dan lisan dalam rangka meminta kekuatan
Allah Ta’ala dengan ingat janji, ancaman, dukungan serta pertolongan-Nya kepada
wali-wali-Nya. Dengan dzikir seperti itu, hati menjadi tegar dan semangat perang
menjadi kuat.
c. Ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya dengan tidak melanggar perintah keduanya
dan meninggalkan larangan keduanya.
d. Tidak menimbulkan konflik ketika memasuki kancah perang, namun dengan satu
barisan yang tidak ada celah kosong didalamnya, hati yang menyatu, dan badan-
badan yang rapat seperti bangunan kokoh.
e. Sabar dan tetap dalam kesabaran, dan siap mati ketika memasuki kancah perang
hingga pertahanan musuh terbongkar dan barisan mereka terkalahkan, sebagaimana
firman Allah Ta’ala.

7. Hukum Jihad

Berjihad di jalan Allah hukumnya fardu kifayah. Jika sebagian kaum muslimin telah
melakukannya maka gugurlah kewajiban itu bagi sebagian yang lain. Jihad diwajibkan kepada
setiap orang yang mampu berperang dalam beberapa keadaan seperti:
a. Apabila dirinya telah masuk dalam barisan peperangan.
b. Jika pemimpin memobilisasi masyarakat secara umum.
c. Jika suatu negeri/ daerah telah dikepung oleh musuh.
d. Jika dirinya adalah orang yang sangat dibutuhkan dalam peperangan, seperti dokter,
pilot, dan yang semisalnya.

Jihad di jalan Allah SWT adakalanya wajib dengan jiwa dan harta sekaligus, yaitu
bagi setiap orang yang mampu dari segi harta dan jiwa, terkadang jihad itu wajib dengan jiwa

6
semata (hal ini berlaku) bagi orang yang tidak mempunyai harta dan adakalanya wajib
hanya dengan harta tidak dengan jiwanya, yaitu bagi orang yang tidak mampu untuk berjihad
dengan badannya namun dia termasuk orang yang mempunyai harta.

Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan ‘umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: ‘Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak ada peperangan di
dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan ‘umrah.’”

8. Adab dalam Berjihad


a. Termasuk adab dalam berjihad adalah : tidak berbuat khianat, tidak membunuh wanita
dan anak kecil, orang tua, para pendeta dan rahib (ahli ibadah ) yang tidak ikut
berperang, akan tetapi jika mereka ikut berperang atau mereka ikut menyusun siasat
perang maka mereka boleh dibunuh.
▪ Termasuk di antara adab berjihad adalah bersih dari sifat ujub atau takabur,
sombong dan riya' serta tidak mengharapkan bertemu dengan musuh dan tidak
boleh (menyiksa dengan) membakar manusia atau hewan.
▪ Diantaranya juga, mendakwahkan Islam kepada musuh sebelum berperang, jika
mereka tidak bersedia, maka mereka disuruh membayar jizyah atau upeti, namun
jika menolak maka mereka boleh diperangi.
▪ Diantara adab jihad adalah berlaku sabar dan ikhlas serta menjauhi kemaksiatan,
banyak berdo'a untuk memperoleh kemenangan dan pertolongan Allah

9. Kewajiban Seorang Pemimpin Dalam Berjihad


Seorang Imam atau yang mewakilinya berkewajiban meneliti pasukan dan
perlengkapan senjata mereka saat akan menuju medan perang, menolak orang yang hendak
mengacau atau mereka yang tidak layak untuk ikut berjihad, dan tidak boleh meminta
bantuan kepada orang kafir dalam berjihad kecuali dalam keadaan darurat. Dia juga
berkewajiban menyediakan bekal dan berjalan dengan tenang, mencari tempat bersinggah
yang bagus untuk pasukannya dan melarang mereka dari perbuatan kerusakan dan maksiat

7
sebagaimana dianjurkan baginya untuk selalu memberikan nasehat guna menguatkan jiwa
para pasukan dan mengingatkan mereka akan keutamaan mati syahid.
Menyuruh mereka untuk bersabar dan mengharapkan pahala dalam berjihad, membagi
tugas antara pasukan, menugaskan orang untuk berjaga, menyebarkan mata-mata guna
mengintai musuh, dan memberikan tambahan dari rampasan perang kepada sebagian
pasukan (yang dianggap lebih berjasa) seperti menambah seperempat bagian ketika
berangkat dan sepertiga ketika pulang selain seperlima gonimah (yang merupakan bagian
Allah dan RasulNya), serta bermusyawarah dengan para ulama dan cendekiawan dalam
masalah ini.

10. Kewajiban Pasukan


Semua pasukan wajib menaati peminpinnya atau yang mewakilinya selagi tidak
memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan kepada Allah, wajib bersabar bersama mereka
dan tidak menyerang musuh kecuali dengan perintah pinpinan, tetapi jika musuh menyerang
dengan tiba-tiba maka mereka boleh membela diri. Jika salah seorang dari pasukan musuh
mengajak duel satu lawan satu, maka bagi orang yang merasa mampu dan berani
disunnahkan atau dianjurkan untuk menerima tantangannya setelah meminta izin kepada
pemimpin pasukan. Dan siapa saja yang keluar untuk berjihad di jalan Allah dengan
membawa senjata miliknya sendiri kemudian meninggal maka dia mendapatkan dengannya
dua pahala.

11. Keutamaan mati syahid di jalan Allah:


"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati ;
bahkan mereka itu hidupdi sisi Tuhannya dengan mendapat rezki." (QS. Ali Imran: 169) Dari
Anas r.a dari Nabi SAW : beliau bersabda, "Tiada seorangpun yang telah masuk surga lalu
ingin kembali ke dunia untuk memperoleh sesuatu yang ada di dalamnya kecuali orang
yang mati syahid (syuhada). Dia berharap untuk kembali ke dunia sehingga terbunuh
kembali (sebagai syahid) sebanyak sepuluh kali, karena apa yang didapakannya dari
kemuliaan (bagi para syuhada)." (Muttafaq 'alaihi)
Arwahnya para syuhada berada di dalam tembolok-tembolok burung berwarna hijau di
dalam sangkar-sangkar yang tergantung di atas Arsy, mereka berterbangan di dalam surga
kea rah mana saja mereka inginkan, dan para syuhada diberikan enam kemuliaan

8
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah , "Sesungguhnya para syuhada
mendapatkan enam kemuliaan di sisi Allah: Allah akan mengampuninya pada waktu
darahnya keluar pertama kali dari tubuhnya, diperlihatkan untuknya tempat duduknya di
surga, diberi hiasan dengan perhiasan iman, dinikahkan dengan tujupuluh dua orang
bidadari dari surga, diselamatkan dari siksa kubur, mendapatkan keamanan dari ketakutan
yang sangat besar (kegoncangan di padang mahsyar), dipakaikan baginya mahkota
kerendahan hati yang sebutir mutiaranya lebih baik dari dunia seisinya, dan diperbolehkan
baginya untuk memberikan syafaat bagi tujuhpuluh orang kerabatnya." (HR. Sa'id bin
Mansur dan Baihaqi dalam Su'ab al Iman–lihat pula Silsilah Hadits Shohihah No.3213-).
Orang yang terluka dalam berjihad di jalan Allah akan datang pada hari kiamat dengan
lukanya yang mengeluarkan darah, namun baunya seharum misk, dan mati syahid di jalan
Allah bisa menghapuskan semua dosa-dosa kecuali hutang.
Barangsiapa yang khawatir ditawan oleh musuh karena tidak mampu menghadapi
mereka, maka dia boleh menyerahkan diri atau melawan hingga mati atau menang.
Barangsiapa yang memasuki negeri musuh atau menyerang pasukan kafir dengan tujuan
menghancurkan mereka dan menimbulkan ketakutan pada hati-hati musuh, terutama
orang-orang Yahudi yang melampaui batas, kemudian terbunuh maka ia telah memperoleh
pahala para syuhada dan orang-orang yang bersabar dalam berjihad di jalan Allah.

B. AMAR MA`RUF NAHI MUNGKAR.


1. Pengertian Amar Ma`ruf Nahi Mungkar..
Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk
bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama
manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan
(urusan yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk
segala yang wajib yang mandub. Makruf juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan,
lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT.

9
Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan untuk
kesana , menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan
kemumgkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Kalau kita tidak sanggup mencegahnya atau takut akan membahayakan diri sendiri, kita berusaha
memberikan nasihat, kita pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya.

2. Perintah Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.


Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi agung.
Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa
ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan
Allah swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.
Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul Ad-Din, dengan dicapai tujuan
perutusan (bi;tsah) para nabi.
Dan sesungguhnya saya mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya apabila
orang-orang melihat orang yang bertindak aniyaya kemudian mereka tidak mencegahnya,
maka kemungkina besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, yang disebabkan oleh
perbuatan mereka itu sendiri.
3. Karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.

Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar:


a. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter
orang mukmin.
b. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter
orang munafik.
c. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang
ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar
ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun
merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang
diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya

10
masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia
harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam
urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus
para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama
menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu
juga umat secara keseluruhan.

4. Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.


Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan.
1. Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin
2. Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi amar ma’ruf nahi
munkar, yaitu, orang-orang yang lahir dari umat terbaik (umat muslim)
3. Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh
4. Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah perbuatan buruk
(munkar).
5. Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.
6. Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut, sehingga
tercipta kerukunan, kedamaian dan ketentraman.
7. Akan dijauhkan dari Azab Allah.
8. Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai pewaris para nabi) akan terjaga dengan
baik, sehingga dijauhkan dari kesesatan dalam menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi
yang salah dan belajar pada orang yang salah. Dengan terjaganya para ulama yang
sholeh, maka akan lahirlah umara (penguasa) yang baik dan mampu memimpin
umatnya dengan adil. Keempat, bila seseorang sudah menjalankan amar ma’ruf dan
nahi munkar, maka hatinya akan tenang dan termotivasi untuk menjalankan
kehidupannya lebih baik lagi dari hari ke hari

Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah ‘digerus’ oleh derasnya arus
kemunkaran. Hal ini terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan performa yang
menarik, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu

11
mudahnya kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit dalam rumah melalui media
cetak dan elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.
Tentu ini sangat berbahaya, karena kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus
disuguhkan dan diinformasikan, apalagi didesain dengan performa yang menarik, maka sangat
mungkin kemunkaran itu akan dianggap sebagai kebaikan dan kemudian dijadikan sebagai
kebiasaan.
Untuk menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh, yaitu dari diri
kaum muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah.
Kesadaran inilah yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang muttaqin, dan
mampu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik.
Ketika kita ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya kemunkaran,
maka hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul Nya telah
memberikan rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang muslim yang taat sudah
sepatutnya untuk berucap sami’na wa atho’na.

5. Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar


Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf dan
nahy munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahy
munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang
mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang
mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai
hukuman kepada umat itu. Berikut ini akan disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan
oleh Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Al-Amru Bil-Ma’ruf Wan-Nahyu
‘Anil-Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah .

a. Azab yang menyeluruh


Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-
orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka
Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang
jahat maupun orang-orang yang shalih.

b. Tidak dikabulkannya do’a orang-orang yang shalih

12
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar serta tidak
mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.
Sabda Rasulullah saw: Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa
kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi)
.
c. Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar adalah
berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa
Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar.
Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud ia
berkata :Rasulullah saw. bersabda : ” Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu
seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur : wahai fulan,
berertqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu
tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi
ia tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya.
Maka ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana
firman Allah :
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.
sampai firman Allah ( tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik) . Kemudian Nabi
bersabda : ” Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah, kamu harus menyuruh
kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan mencegah orang yang berbuat zalim,
kamu harus mengembalikannya ke jalan hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau
tidak, Allah akan menutup hatimu, kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka
“.
d. Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan

13
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.
e. Pemusnahan mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat
beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi
Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai
perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental.
Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan, namun
walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya
sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa
hormat . Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak
dan tidak mencegah orang yang berbuat zalim

C. Korelasi Antara Jihad dan Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.

Jihad yang dikandungnya sebenarnya dimaksudkan untuk menolak tindakan aniaya


orang-orang zhalim terhadap hak-hak agama ini dan dakwahnya. Inilah jenis perjuangan yang
paling afdhal di mana tidak dimaksudkan dengannya ambisi, tamak, atau keinginan-keinginan
hawa nafsu lainnya.
Barangsiapa yang melihat kepada dalil-dalil pokok ini serta melihat sejarah Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam menyikapi musuhnya, maka ia akan
tahu tanpa ragu sama sekali bahwa jihad masuk dalam persoalan darurat (hanya dilakukan jika
sangat terpaksa) untuk menolak tindakan aniaya orang-orang yang melampaui batas.
Demikian halnya dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar, ketika agama ini takkan stabil
kecuali dengan keistiqamahan penganutnya dalam memegang ushul dan syariatnya,
melakukan perintah-perintahnya yang merupakan puncak keharmonisan, meninggalkan
larangan-larangannya yang merupakan keburukan dan kerusakan, dan juga agar hawa nafsu
yang zhalim tidak menghias-hiasi atas mereka untuk nekat melakukan perbuatan haram, lalai
dalam melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan, maka ditetapkan amar ma’ruf dan nahi
mungkar yang akan menyempurnakan semuanya.

14
Inilah bagian terbesar dari keindahan agama Islam, hal yang sangat darurat untuk
ditegakkan, sebagaimana padanya ada tindakan meluruskan penganutnya yang bengkok,
pembersihan jiwa, dan cambukan bagi mereka dari melakukan perbuatan yang hina, serta
membawa mereka untuk melakukan perbuatan mulia.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar Ma’ruf Nahi
Mugkar) dan berjuang di jalan Allah (Jihad) adalah perintah agama, karena itu ia wajib dilaksanakan
oleh setiap umat manusia sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya.

Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang
lain, seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan memperbaiki dirinya terlebih dahulu, agar bisa
menjadi pelaku amar ma’ruf nahi munkar atau menjadi seorang mujahid yang bisa diteladani oleh
umat, sebab cara berdakwah yang baik dalam Islam adalah dengan diiringi keteladanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Yazid Bin Abdul Qadir Jawas. 2017. Amar Ma'ruf Nahi Munkar Menurut Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Cetakan ke-1. Depok. Pustaka Khazanah Fawaid
2. Syekhul lslam lbnu Taimiyyah. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar (Perintah kepada kebaikan larangan dari
kemungkaran). Diterjemahkan oleh Akhmad Hasan. Riyadh. Departemen Urusan Keislaman Wakaf,
Da'wah dan Pengarahan Kerajaan Arab Saudi
3. http://muslimstory.wordpress.com/2009/03/23/konsep-jihad-dalam-islam/Diposkan oleh Arjuna
Supriyadi di 10.07.00
4. Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang, 1990
5. Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006
6. Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
7. Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001

16
17

Anda mungkin juga menyukai