Anda di halaman 1dari 4

Peperangan dan perdamaian dalam konsep Fikih Siyasah

Kelompok 9
1. Fitri Rahmadina (224110301014)
2. Intan Regita Pramesthi (224110301019)
3. Oktavion Ramadhani (224110301032)
4. Riski Melisa Dana (224110301035)

Pengertian Peperangan dan Perdamaian

 Secara bahasa, perang disebut dengan qital yang berasal dari kata qatala-yaqtulu
sebagai bentuk masdar Qatala memiliki tiga pengertian pertama, berarti
berkelahi melawan seseorang, kedua berarti memusuhi, dan ketiga berarti
memerangi musuh. Perang dalam islam juga berasal dari bahasa arab, ghozwah
yakni peperangan yang dipimpin oleh panglima perang secara langsung, dan harb
yang artinya perlawanan secara fisik. Perang dalam islam juga diartikan sebagai
Qitalu al Kuffari fi Sabilillahi I'lai Kalimatillah yang memiliki arti memerangi
orang-orang kafir di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah. Perang
berarti mengangkat senjata untuk melawan atau memerangi orang orang kafir
dalam rangka membela kehormatan islam dan kaum muslimin.
 Dalam ajaran islam, perdamaian merupakan kunci pokok menjalin hubungan
antar umat manusia. Perdamaian sesungguhnya adalah penyesuaian dan
pengarahan yang baik dimana semua pihak menyelesaikan konflik dengan cara
damai karena ditemukan jalan keluar yang sama sama tidak mengikan sehingga
tercipta masa yang kondusif.
Penentuan perang dan perdamaian
Secara umum, perang adalah fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada
sebagian orang yang dapat berperang. Tapi kalau sebagian orang yang berperang telah berhasil
mengusir musuh atau perang berakhir dengan perjanjian, maka kewajiban tersebut gugur atas
kaum muslimin lainnya. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat at-Taubah,9:112
ِ ِ ِ ٰ ‫الساۤ ِٕىحو َن‬
ُ ‫الس ِج ُد ْو َن ااْل ٰم ُر ْو َن بِال َْم ْع ُر ْوف َوالن‬
‫َّاه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر‬ ّٰ ‫الركعُ ْو َن‬
ِ ٰ ‫اَلتَّاۤ ِٕىبو َن الْ ٰعبِ ُدو َن ال‬
ّ ْ ُ َّ ‫ْحم ُد ْو َن‬ ْ ُْ

‫ْح ِفظُْو َن لِ ُح ُد ْو ِد ال ٰلّ ِه ۗ َوبَ ِّش ِر ال ُْمْؤ ِمنِْي َن‬


ٰ ‫َوال‬

Artinya : “Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah),
mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari
yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang
beriman.”

Akan tetapi fardhu kifayah ini berubah menjadi fardhu ain, apabila tentara muslim dalam
keadaan lemah. Bahkan, menurut kesepakatan ulama, fardhu „ain ini bisa berlaku atas setiap
individu muslim terhadap satu di antara hal-hal berikut:
1. Pasukan muslim dan pasukan musuh sudah berhadapan.
2. Pasukan kafir melakukan agresi ke negeri Islam.
3. Pemerintah mengumumkan kepada segenap penduduk untuk berperang membela diri.
Dalam perang para panglima perang selalu diberikan perintah bahwa apabila berhadapan
dengan musuh berikan kepadanya tiga opsi/pilihan: yaitu, berdamai, masuk Islam, atau perang.
Apabila berdamai, maka tetaplah mereka dalam agamanya masing-masing bahkan harus
dilindungi dan tidak boleh diganggu jiwanya, hartanya, dan kehormatan kemanusiaannya.
Demikian pula apabila mereka memilih opsi yang kedua yaitu masuk Islam, baru apabila yang
ketiga, dengan terpaksa orang Islam, memeranginya.
Sebab-Sebab Terjadinya Perang
1. Perang dalam Islam untuk Mempertahankan Diri

Contoh : Nabi Muhammad menghimpun kekuatan dan mempertahankan negeri Madinah


dari serangan-serangan musuhnya orang-orang kafir Quraisy. Dalam Perang Badar,
bukan Nabi yang menyerang, tapi musuh-musuh Nabi yang datang menyerang ke
Madinah.

2. Perang dalam Rangka Dakwah


Perang juga bisa terjadi di dalam rangka menjamin jalannya dakwah. Artinya, dakwah
kepada kebenaran dan keadilan serta kepada prinsip-prinsip yang mulia tidak boleh
dihalangi dan ditindas oleh penguasa mana pun.
Ketentuan dan Etika Perang
Peraturan perang dalam Islam disyariatkan sebagai berikut;
1. Wajib mengumumkan terlebih dahulu kepada negara lain tentang waktu mulainya
perang. Kecuali itu, wajib diumumkan juga tentang pemeliharaan tidak menyerang
negara-negara lain. Sehingga negara lain bersiap siaga untuk menetapi sikap netralnya.
Sedangkan tujuan dari diumumkan semacam itu adalah untuk menghindari
pengkhianatan dan pengambilan keputusan tipu muslihat.
2. Menetapkan dan mengakui bahwa rakyat tidak boleh menimbulkan bahaya pada dirinya
sendiri. Sebab sebutan orang-orang yang memerangi adalah khusus ditujukan bagi setiap
tentara atau militer. Syariat Islam menggariskan bahwa wanita, anak kecil, pendeta di
gereja, orang tua lanjut usia, orang sakit, dan orang yang mengasingkan diri dari ikut
perang, atau orang yang tertimpa cacat tidak boleh dibunuh. Kecuali bila ada salah
seorang di antara mereka ikut serta dalam perang, baik melalui perkataan, perbuatan,
maupun pemikiran.
3. Wajiban untuk memberikan perhatian serius kepada orang-orang sakit dan orang-orang
terluka dalam perang. Selain itu juga menetapkan agar rumah sakit bersikap netral
sekaligus memberikan pemeliharaan yang baik bagi para pasien yang dirawat di rumah
sakit tersebut.
4. Melarang mengadakan pembunuhan dan pemusnahan terhadap orang-orang yang terluka.
Selain itu melarang penggunaan bom-bom, peluru-peluru, dan senjata-senjata yang
nantinya akan menambah siksaan, serta melarang meracuni sumursumur, sungaisungai,
dan makanan.
5. Orang-orang yang tertahan boleh didesak dan dilemahkan sampai terpaksa harus
menyerahkan diri. Ketika mengepung musuh, syariat Islam memperbolehkan memasang
alat perang berupa pelempar batu sebagai usaha untuk memenangkan perang.

Dalam kehidupan perang bukanlah tindakan yang seseorang dapat lakukan dengan
sesukanya. Namun dalam Islam sendiri terdapat beberapa kelompok yang dipernolehkan untuk
diperangi. Menurut Ali Wahbah terdapat tiga kelompok yang boleh diperangi, yaitu:

1. Orang-orang musyrik yang memulai perang terhadap umat Islam.


2. Pihak yang membatalkan perjanjian secara sepihak.
3. Musuh-musuh Islam yang mengadakan persekutuan untuk menghancurkan Islam dan
umatnya.

Perselisihan yang tak terbendung akan membawa kepada peperangan. Dalam Islam telah
dijelaskan mengenai etika-etika berperang, di antaranya:

1. Dilarang membunuh anak-anak.


2. Dilarang juga membunuh wanita-wanita yang tidak ikut berperang juga dilarang
memperkosa.
3. Dilarang membunuh orang yang sudah tua apabila orang tua tersebut tidak ikut
berperang.
4. Tidak memotong dan merusak pohon-pohon, sawah dan ladang.
5. Tidak merusak binatang ternak baik sapi, domba dan lainn-lain kecuali untuk dimakan.
6. Tidak menghancurkan gereja, biara, dan rumah-rumah ibadat.
7. Dilarang pula mencincang-cincang mayat musuh, bahkan bangkai binatang pun tidak
boleh dicincang.
8. Dilarang membunuh pendeta dan para pekerja yang tidak ikut berperang.
9. Bersikap sabar, berani dan ikhlas di dalam melakukan peperangan, membersihkan niat
dari mencari keuntungan duniawi.
10. Tidak melampaui batas, dalam arti batas-batas aturan hukum dan moral di dalam
peperangan.

Anda mungkin juga menyukai