Anda di halaman 1dari 8

A. APAKAH ISLAM AGAMA PERANG ATAU DAMAI? Islam bukanlah agama perang ataupun agama damai.

Benar, perang (jihad & futuhat) dan perdamaian (shulh) merupakan bagian penting dari ajaran Islam. Namun demikian, tidak berarti bahwa Islam adalah agama perang atau agama damai. Yang benar, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt. untuk mengatur seluruh interaksi manusia. Perang dan perdamaian merupakan bagian hukum Islam yang diketengahkan untuk menyelesaikan persoalan manusia. Walhasil, perang dan damai merupakan hukum syariat yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di antara manusia. Nash syariat (Al-Quran dan Hadist) juga telah menjelaskan sebab-sebab peperangan. Berikut ini adalah pendapat para ulama yang berkaitan dengan sebab-sebab peperangan. Menurut Dr. Abdul Aziz Ghanim, peperangan di dalam Islam ditujukan untuk memantapkan perdamaian dalam melawan kezaliman dan untuk memadamkan perang itu sendiri (Dr. Abdul Aziz Ghanim, Mohammadun bayn al-Harb wa al-Salm). Prof. Mahmud Syaltut menyatakan, Sebab-sebab peperangan ditujukan untuk mengusir musuh, menjaga dakwah, dan untuk menjaga kebebasan beragama. Dengan alasan-alasan inilah Allah SWT mensyariatkan perang. (Prof. Mahmud Syaltut, al-Quran Wa al-Qitl, hlm. 89). Dalam buku yang lain, Prof. Mahmud Syaltut menyatakan, Sebab peperangan di dalam Islam adalah mengusir musuh, menjaga dakwah, kebebasan menjalankan agama, serta mensucikan muka bumi dari thaghut (melampaui batas) dan kezaliman-kezaliman. (Prof. Mahmud Syaltut, TafsIr al-Qurn al-Karim, hIm. 540). Syaikh Abu Zahrah menyatakan, Rasulullah mengumandangkan peperangan karena dua alasan penting; (I) mengusir dan melawan musuh; (2) menjaga dakwah Islam, karena Islam adalah seruan kebenaran. (Syaikh Mohammad Zahrah, al- Alaqat al-Duwaliyyah fi alIslam, hlm. 92). Ali Ali Manshur berpendapat, Islam tidak semata melakukan peperangan secara ofensif dengan tujuan menaklukkan suatu negeri atau memperluas wilayah. Perang yang dibenarkan

oleh syariat Islam adalah perang untuk mempertahankan diri, mengusir musuh, mempertahankan perdamaian atau perjanjian yang telah disepakati, atau menjaga dakwah Islam. (All Ali Manshur, Al-SyarIah aI-Islamiyyah wa al-Qanun al-Duwali, hlm. 296).

Dari pendapat-pendapat di atas kita bisa menyimpulkan bahwa para ulama Islam sepakat bahwa sebab-sebab peperangan adalah sebagai berikut: 1.Permusuhan terhadap kaum Muslim. Ini adalah sebab utama dari peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslim. 2.Adanya berbagai permusuhan dan kezaliman yang dilakukan oleh para penguasa terhadap kaum Muslim. Dengan kata lain, peperangan ditujukan untuk menghilangkan kezaliman dan kefasikan para penguasa. Dalam riwayat sahih disebutkan, bahwa kaum Muslim wajib memerangi penguasa-penguasa yang telah menampakkan kekufuran yang nyata. 3.Pembelaan terhadap harta dan kehormatan. 4.Untuk menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, yakni setelah seruan dan perintah untuk tunduk kepada kekuasaan Islam tidak lagi dipatuhi. 5.Khusus untuk jazirah Arab, kaum musyrik selain Ahli Kitabhanya diberi dua pilihan saja: masuk Islam atau diperangi.

Pada dasarnya, alasan-alasan perang di atas merupakan alasan yang benar dan masuk akal. Sebab, peperangan merupakan solusi terakhir ketika jalan kompromi dan damai tidak bisa diharapkan lagi. Ahlut Bughat (pemberontak) yang membangkang dan terus berusaha melepaskan diri dari kekuasaan yang sah harus diperangi, jika mereka tidak mau menerima islah (jalan damai). Invasi yang dilancarkan kaum zalim dan bebal tidak mungkin bisa dilenyapkan kecuali dengan jalan peperangan. Peperangan juga solusi untuk menjaga kehormatan dan harga diri. Ini semua menunjukkan, bahwa peperangan merupakan hal yang lumrah dan alami bagi umat manusia.

B.ISLAM MENGENAL PERDAMAIAN Namun demikian, adanya hukum jihad dan futuhat tidak boleh dipahami bahwa keduanya merupakan solusi satu-satunya bagi Islam; juga tidak boleh dipahami bahwa Islam tidak akan pernah menerima perjanjian damai. Pemahaman semacam ini adalah pemahaman yang salah. Sebab, perdamaian juga telah diatur di dalam Islam. Nash-nash syariat telah menuturkan hal ini dengan sangat jelas. Kaum Muslim juga diperbolehkan melakukan gencatan senjata serta perjanjian dan perdamaian dengan orang-orang kafir sekiranya ada sebab-sebab syariat yang membolehkan. Abu Bakar al-Jazairi menyatakan, Gencatan senjata dengan musuh boleh dilakukan apabila di dalamnya benar-benar terdapat kemaslahatan kaum Muslim. Dalam banyak peperangan Rasulullah saw. sering melakukan gencatan senjata dengan musuhnya. Beliau pernah melakukan gencatan senjata dengan Yahudi Madinah ketika beliau berada di Madinah. Namun, karena mereka mengingkari dan mengkhianatinya, mereka kemudian diperangi dan diusir dari Madinah. Kaum Muslim juga diperbolehkan melakukan perjanjian dengan kaum kafir untuk tidak memusuhi dan hidup bertetangga dengan baik, dengan catatan, di dalam perjanjian tersebut terdapat kemaslahatan yang lebih baik bagi kaum Muslim. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, Dinafikan penyerangan terhadap orang kafir dengan adanya perjanjian dengan mereka dan kita memohon pertolongan kepada Allah atas mereka. (HR Muslim).

Allah Swt. berfirman: .kecuali terhadap orang-orang yang telah mengadakan perjanjian dengan kalian di dekat Masjidil Haram. Selama mereka berlaku lurus terhadap kalian, hendaknya kalian pun berlaku lurus terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS at-Taubah [9]: 7). Rasulullah saw. mengharamkan membunuh seseorang yang sudah mengadakan perjanjian dengan menyatakan: Siapa saja yang membunuh seorang muahad (musuh yang .mengadakan perdamaian), dia tidak akan mencium bau surga (HR al-Bukhari). Rasulullah saw. juga bersabda (yang artinya), Sesungguhnya aku tidak akan melanggar perjanjian dan tidak akan menyekap utusan. (HR Abu Dawud dan an -Nasai). Hadis ini dishahihkan oleh Ibn Hibban. Kaum Muslim juga diperbolehkan melakukan perdamaian dengan orang-orang kafir bila ditujukan untuk kepentingan mereka. Rasulullah saw. pernah melakukan Perdamaian Hudaibiyah dengan orang-orang kafir Makkah. Rasulullah saw. juga pernah melakukan perdamaian dengan penduduk Najran yang diwajibkan menyerahkan harta; dengan penduduk Bahrain yang diwajibkan membayar jizyah tertentu. Rasulullah saw. juga pernah melakukan perdamaian dengan kaum Ukaidir Daumah sehingga jiwa mereka selamat dengan mewajibkan mereka membayar jizyah. Seluruh keterangan di atas menunjukkan bahwa Islam juga mengenal perdamaian, bahkan menjelaskan masalah perdamaian dengan hukum yang sangat rinci. Akan tetapi, perdamaian dan perjanjian yang dilakukan oleh Rasulullah saw. selalu berorientasi pada kepentingan kaum Muslim dan tidak bersifat abadi. Perdamaian yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dibatasi oleh waktu tertentu. Benar, Islam memang mengenal perdamaian, namun bukan perdamaian abadi. Tidak ada perdamaian abadi di dalam Islam. Bahkan, dalam kondisi tertentu, kaum Muslim tidak boleh melakukan perdamaian dan perjanjian dengan kaum kafir yang jelas-jelas memusuhi dan membunuh kaum Muslim. Membuat perjanjian damai dengan Israel dan AS adalah kemaksiatan yang pelakunya akan diazab oleh Allah Swt.

Seluruh keterangan di atas seharusnya sudah bisa menampik propaganda kaum kafir yang mempertanyakan apakah Islam adalah agama damai atau agama perang. Islam adalah agama yang diperuntukkan untuk mengatur seluruh problem umat manusia. Perang dan perdamaian merupakan bagian hukum Islam yang ditujukan untuk memberi solusi atas permasalahan umat manusia. Akan tetapi, Islam bukan agama perang maupun agama damai. Perdamaian Abadi antar pemeluk agama hanya bisa (sekali lagi: hanya bisa) dicapai bila antar pemeluk agama itu menghormati para Pendiri Agama masing-masing beserta Kitab Sucinya dengan tulus. Mustahil tanpa menghormati Para Pendiri Agama kerukunan antar pemeluk agama bisa tercapai. Sungguh tidak ada yang lebih menyakitkan daripada mendengar dan menyaksikan Kehormatan Sang Nabinya di olok-olok, dihina dan direndahkan serendah-rendahnya Umat lain bisa saja menghina, mencaci maki dan mengolok-olok Nabi Suci Muhammad saw seenak perut mereka karena memang dimata mereka Nabi Suci adalah Nabi palsu dan dalam agama Kristen, Nabi Suci mendapatkan gelar Dajjal (Antichrist), berdasarkan asumsi ini mereka terus menerus mencari-cari celah untuk bahan hujatan dan cemoohan mereka juga untuk meyakinkan mereka bahwasannya Nabi Suci benar-benar Nabi Palsu dan Dajjal (Antichrist).

Berbeda dengan umat Islam. Quran Suci tidak hanya melarang keras untuk memaki-maki para pendiri agama, melainkan pula mewajibkan umatnya untuk mengimaninya sebagai orang yang Tulus, orang yang Benar, orang Suci dan juga sebagai Nabiyullah. Karena itu saya jamin bahwa dipelosok negara manapun Umat Islam tidak akan pernah berani menghina, menghujat dan mencaci maki Yesus Kristus, Nabi Musa (Yahudi), Sidharta Gautama (Budha), Kong Hu Chu (agama Kong Hu Chu), Lao Tzu (Tao) karena mereka adalah para nabi yang dibangkitkan Allah . Kaum Muslimin beriman kepada ajaran asli semua Nabi, temasuk kepada Nabi Musa, 'Isa dan Nabi-nabi dari India, China dan lain sebagainya yang diturunkan oleh Tuhan. Dengan dasar tersebut, umat Muslim menghormati kitab-kitab suci agama-agama lain, sebab sebagian wahyu yang asli masih bisa didapati di sana. Jadi kaum Muslimin dituntut supaya beriman bahwa agama-agama yang datang sebelum Islam seperti agama Yahudi, Kristen, Hindu, Buddha dan sebagainya berisi banyak kebenaran, bahkan sampai sekarang pun masih ada. Sekali lagi atas dasar inilah Ajaran Islam

mengajarkan

perdamaian

yang

hakiki

bukan

perdamaian

semu

(lips

service)

"Rasul beriman kepada apa yang diwahyukan kepada-nya dari Tuhannya, demikian pula kaum mukmin, mereka semua beriman kepada Alah dan malaikat-Nya dan Kitab-Nya dan Rasul-Nya; dan kami tak membeda-bedakan salah satu di antara Utusan-Nya" (2:285).

C.MEMBINA PERSAUDARAAN Selain mengajarkan perdamaian islam juga mengajarkan kita bagaimana menumbuhkan kesadaran dan persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, pada hakekatnya kedudukan manusia adalah sama dihadapan Allah. seluruh umat di dunia ini merupakan keturunan dari adam dan hawa, maka tidak ada perbedaan diantara hamba allah, tidak ada seseorang yang lebih mulia dari yang lain, kecuali ketakwaan mereka kepada allah. Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mendengar. : 13). Semua manusia yang tersebar di seluruh dunia adalah dari keturunan yang sama, yakni Adam dan Hawa. Perkelaihan dan perpecahan yang terjadi hanya menjerumuskan kita pada kerusakan dan kehancuran. Perbedaan warna kulit dan bahasa bukanlah halangan untuk saling kenal mengenal demi terjalinnya suatu ikatan persaudaraan. Manusia di dunia ini pada hakekatnya adalah satu, tempat langkah yang berbeda menyebabkan tumbuhnya adat istiadat, cara berfikir yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi perselisihan di antara mereka. Hal inilah yang merupakan salah satu sebab diangkatnya para utusan Allah. (Al Hujurat

Dengan membawa kitab Allah, para Nabi dan Rasul melaksanakan tugas, mengajak dan mengingatkan kembali manusia untuk kembali kepada kesatuan persatuan serta mencegah terjadinya perpecahan. Manusia haruslah bersatu demi mewujudkan kemakmuran,keadilan, perdamaian, dan saling hormat menghormati satu sama lain. Manusia di dunia ini tidak dapat hidup sendiri, melainkan membutuhkan teman atau pasangan hidup agar saling tolong menolong. Oleh karena itu, hindarilah sifat yang hanya mementingkan diri sendiri. Karna apabila manusia telah memiliki sifat yang hanya mementingkan diri sendiri, maka hilanglah sifat keutamaan manusia dan sifat baik manusia dan tumbulah kerusakan pada dirinya, sehingga membuat manusia terkepung dalam ruang lingkup yang sempit dan tidak dapat lagi melihat orang lain, melainkan dirinya sendiri. Islam memberantas sifat-sifat yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Islam menanamkan rasa ukhuwwah islamiyah dan mengajarkan manusia bahwa kehidupan ini bukan hanya untuk diri sendiri saja, melainkan harus saling tolong menolong sesama umat manusia. Alangkah nikmat dan indahnya ajaran islam karna mengajurkan kita untuk tolong menolong dan kasih mengasihi sesama umat beragama. Maka lakukanlah ajaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

D.AJARAN ISLAM MENGAJARKAN KEWAJIBAN MENEGAKKAN KEADILAN Allah menegakkan keadilan dan berbuat kebaikan pada setiap hambanya. Allah juga melarang adanya penyelewengan,kesewenang-wenangan,serta penganiayaan. Karena

manusia tidak akan tenang dan bahagia kecuali tegaknya keadilan. Persatuan tidak akan bisa terjadi apabila tidak adanya suatu keadilan. Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan untuk ditegakkannya keadilan didalam semua keadaan, pekerjaan, hukum, perdamaian

antarmanusia, anak dan istri, dan setiap orang yang mempunyai hak. Yang namanya adil ialah meletakkan sesuatu yang sesuai pada tempatnya. Seorang pemimpin yang adil akan memperoleh pahala yang tidak diperoleh siapapun, apabila ia bertindak adil pada seluruh rakyatnya, baik mereka yang dekat maupun yang jauh. Dengan adanya keadilan maka dapat terjamin keamanan dan kedamaian serta kelayakan hidup. Keamanan juga akan menjadi stabil, serta fitnah- menfitnah dikalangan umat manusia

akan menghilang dan pertumpahan darah dapat diatasi. Akan tetapi apabila yang ada adalah penyimpangan dan ketidak adilan maka itu akan menjadi ketidak adanya kestabilan dalam semua bidang serta kekacauan pada masyarakat semakin meningkat. Seorang Qadli/ Hakim ini di tuntut supaya berhati-hati dalam menetapkan suatu keadilan. Karna adilnya seorang hakim akan memberikan keadilan kepada yang berhak mendapatkannya. Tetapi apabila seorang Qadli/ Hakim meyimpang / menyeleweng dalam hukum, maka hal itu tidak dibenarkan pada hukum Allah itu sendiri. Sebagaimana halnya pada kesaksian palsu adalah salah satu macam kezaliman dan penyimpangan dari keadilan dan kesaksian palsu dan ini termasuk dosa besar. Karna adanya pemalsuan hak dengan kestabilan yang terkandung didalamnya. Mengenai orang tua, sesungguhnya dia harus bersikap adil kepada anak-anaknya. Dia tidak boleh mengistimewakan salah seorang dari anaknya. Maka bilamana dia

mengutamakan salah seorang anaknya, berarti dia telah menyimpang dan menjauhkan keadilan serta melakukan kezaliman. Mengenai suami dia dituntut harus berani menegakkan keadilan terhadap istrinya. Karna seorang suami bila tidak bisa bersikap adil terhadap istrinya maka dia tidak mempunyai keadilan dan dia dapat dikatakan zalim.

Anda mungkin juga menyukai