Anda di halaman 1dari 13

Makalah Materi PAI II

PERANG

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh:
Yustia Ningsih 213250017

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanah Wata'ala, atas nikmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Materi PAI II yang berjudul

Perang ini dengan tepat waktu.

Shalawat serta salam senantiasa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad

Shallallahu 'Alaihi Wasallam, pemimpin para Nabi dan panutan bagi seluruh umat Islam,

begitu juga dengan para keluarga dan sahabat serta sahabiyah yang telah membantu beliau

Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam menyampaikan risalah agama Islam.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan

ampunan dari Allah Subhanah Wata'ala.

Parepare, 10 April 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Perang............................................................................................... 3
2. Dasar Hukum Perang.......................................................................................... 4
3. Hukum Membunuh Anak-anak dan Wanita dalam Perang................................ 5
4. Hukum Lari dari Peperangan............................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum perang tidak mutlak dilarang jika penciptaan berdasarkan hukum
moral kodrat, menghendaki pengorganisasian bangsabangsa ke dalam negaranegara,
ia harus menyediakan cara-cara atau alat-alat yang perlu bagi mereka tetapi ini termasuk
bukan hanya hak untuk menentukan hukuman mati atas para penjaat di dalam batas
batas negaranya sendiri. Ini termasuk pula hak untuk membela diri dari perlindungan
terhadap para musuh dari luar yang secara tidak adil menyerang negaranya namun
demikian demi bolehnya perang secara moral sejumlah kondisi harus dipenuhi antara
lain ketidak adilan aktual,pasti dan serius kemustahilan mempertahankan tuntutan-
tuntutan adil secara damai kemungkinan dan harapan adanya keberhasilan demi
pembelaan terhadap kesejahteraan umum penyerang perlu dibalas karena pembunuhan
yang tidak adil tidak diperkenankan kendati kemungkinan biarpun suatu perang
merupakan perang yang adil namun gerakan perdamaian yang sehat dan bahkan
pasifime moderat pantas diberi tempat karena perang itu terlebih dahulu dengan
pemakaian senjata-senjata modern niscaya membawa penderitaan yang mengerikan dan
kerusakan Moral.

Perang merupakan salah satu hal yang sudah dari awalnya terjadi dalam kehidupan,
hingga sampai saat ini pun masih berlangsung. Dari beberapa perang yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia yakni Perang Dunia ke-I dan ke-II. Dimana
didalamnya, setiap warga negara yang berperang wajib membela negara dan bangsanya.
Selain itu, dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, kita sebagai warga negara
terpanggil untuk setia dan mengabdi kepada negara, sehingga ada yang terpanggil
menjadi aparatur negara seperti polisi dan tentara. Terkhusus dalam bidang militer,
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan negara dan membela negara dalam
situasi yang menganggu keamanan Negara.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perang?
2. Apa dasar hukum perang?
3. Bagaimana hukum membunuh anak-anak dan wanita dalam perang?
4. Bagaimana hukum lari dari peperangan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian perang
2. Mengetahui dasar hukum perang
3. Mengetahui hukum membunuh anak-anak dan wanita dalam perang
4. Mengetahui hukum lari dari peperangan

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengetian Perang
Perang dalam Islam berasal dari bahasaArab, Qital (membunuh), Gozhwah (pepera
ngan yang dipimpin oleh panglima perang secara langsung), Harb. (perlawanan secara
fisik).
Sedangkan secara Istilah, menurut Clauzzewits, perang adalah politik yang
dilanjutkan dengan cara lain. Perang dalam Islam diartikan sebagai Qitalu al-Kuffari fi
Sabilillahi li Ilai Kalimatillah, yaitu memerangi orang-orang kafir dijalan Allah dalam
rangka meninggikan kalimat Allah.
Berdasarkan istilah syari itulah, perang dalam Islam memiliki makna yang spesifik
yang berbeda dengan makna bahasanya. Jadi perang adalah mengangkat senjata untuk
melawan atau memerangi orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan islam

2
dan kaum Muslimin. Dengan kalimat lain, perang haruslah dilakukan semata-mata
dengan niat untuk menegakkan kedaulatan islam, bukan untuk hal yang lain, seperti
berniat menguasai negara lain, kemudian merampas semua yang bukan menjadi
haknya, atau untuk mendapatkan kedudukan, pujian dan lain sebagainya.
Dari sini menunjukkan bahwa, perang diperbolehkan untuk melawan dengan fisik
dan mengangkat senjata bila terjadi sebuah kekuatan luar yang mengganggu teritorial
anggota-anggota komunitas teritorial Muslim atau teritorial yang disepakati kaum
muslim sebagai negeri perjanjian dengan komunitas lain.
Tidak dibenarkan penyerangan dilancarkan, sementara tidak ada gangguan dari
pihak luar atas teritorial komunitas Muslim, atau komunitas dimana kelompok Muslim
mengikat perjanjian dengan.
Sedangkan dalam KBBI, perang adalah suatu permusuhan, pertempuran bersenjata
antara negara (bangsa), misalnya: kedua negara itu masih dalam keadaan perang,
pasukan-pasukan yang baru datang pun mulai terlibat dalam perang yang sengit
ataupun suatu perjuangan, melawan kejahatan, perkelahian, yang saling mengadu
tenaga.

2. Dasar Hukum Perang

Pada dasarnya rata-rata perang yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW,
Nabi Muhammad SAW melakukanya karena terpaksa. Ada duahal yang menjadikan
perang adalah satu-satunya jalan terakhir.

Ketika Nabi Muhammad SAW di serang oleh orang-orang kafir.


Ketika perlakuan tak adil atas orang-orang yang di utus nabi untuk berlobi
dengan para raja di sekitar arab.

Ketika poin pertama belum terjadi biasanya Rasulullah telah mengupayakan


perundingan damai tetapi terkadang di tolak dan terkadang di terima lalu pihak musuh
melanggarnya dan berbalik menyerang.

Dan ketika poin kedua terjadi umat muslim harus memberlakukan keadilan atas
perlakuan buruk para raja yang membunuh utusan-utusan nabi untuk berunding baik-
baik.

3
Dan berikut dasar-dasar hukumnya :

Al-Baqarah ayat 193:

Artinya : Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya
bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan kecuali
terhadap orang-orang zalim.

Ayat yang berbicara dalam konteks perang ini tidak bisa dipisahkan dari ayat-ayat
sebelumnya:

Al-Baqarah ayat 190:

Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.

Secara tegas ayat ini bicara dalam situasi perang terhadap kaum musyrikin
Makkah, bahwa Allah SWT memerintahkan perang dengan dua
aturan: pertama, orang yang diperangi itu terlebih dahulu memerangi kita.

3. Membunuh anak-anak dan wanita dalam perang

Ada begitu banyak Hadis dimana nabi saw melarang terjadinya pembunuhan atas
wanita tidak berdosa dan anak-anak selama masa perang,antara lain:

4
Berkata kepada kami Ahmad bin Yunus, dikabarkan dari Al-laits, dari Nafi,
bahwasanya Abdullah bin umar mengabarkan : (bahwa ada seorang wanita yang
terbunuh dalam suatu peperangan Nabi SAW, maka Rosul melarang membunuh wanita
dan anak kecil dalam peperangan). Dan di dalam riwayat lain Sya menemukan seorang
wanita terbunuh di salah satu peperangan Nabi, maka Rosul melarang membunuh
wanita dan anak kecil dalam perang.

Hadits ini adalah peringatan bagi para Mujahid di jalan Allah untuk tidak
membunuh wanita dan anak kecil dalam pertempuran. Karena islam adalah dien adil,
penyayang dan mejaga maslahat manusia. Dan Rasulullah sendiri melarang hal tersebut.
Dan hadits ini adalah penguat pagi para daI untuk mendakwahkan dan menjelaskan
bagi para mujahidin untuk tidak membunuh wanita dan anak-anak dalam peperangan
kecuali mereka ikut dalam perang tersebut, atau mereka tercampur dalam barisan para
kuffar sehingga tidak dapat mebedakannya , maka ketika mereka terbunuh bukan hal
yang di sengaja.

Jelas dalam hadits ini bahwa Rasulullah sangat memperhatikan keadaan para
mad;unya (targetnya), maka dari itu rosulullah melarang membunuh wanita dan anak
kecil dalam perang, karena memang mereka bukan ahlul qitaal, dan mereka termasuk
ghonimah kaum muslimin, dan akan tetapi jika mereka ikut andil dalam perang tersebut
atau bercampur baur dengan mereka maka tidak ada larangan untuk mebunuh mereka.

Ijma ulama mengharamkan membunuh wanita dan anak kecil yang tidak ikut andil
dalam perang, jika mereka ikut berperang maka jumhur ulama mebolehkan untuk
mebunuh mereka.

Tetapi jika anak-anak dan wanita ikut serta dalam peperangan, tentu hukum itu
tidak berlaku. Keikutsertaan ini bisa ikut serta langsung seperti menjadi pasukan
melawan kaum muslimin, atau sekedar menjadi mata-mata. Kebolehan memerangi
wanita dan anak-anak yang terlibat dalam perang didasarkan kepada hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Robah bin Robii ia berkata:

Kami bersama rosululloh pada suatu peperangan, lalu beliau melihat orang-orang
berkumpul pada sesuatu, maka rosululloh mengutus seseorang dan bersabda:Lihatlah,

5
mereka berkumpul pada apa! Lalu utusan itu datang dan mengatakan: Mereka
berkumpul pada seorang wanita yang terbunuh. Maka Rosululloh saw
bersabda:Perempuan ini tidak layak untuk berperang. Robah mengatakan:Sedangkan
di barisan depan terdapat Kholid bin Al-Walid, maka rosululloh mengutus seseorang
dan mengatakan kepadanya:Katakan kepada Kholid, jangan sekali-kali ia membunuh
perempuan dan buruh.

Ibnu Hajar di dalam Fath al-Bari mengatakan: Pemahaman terhadap hadits


tersebut adalah kalau wanita itu berperang, dia pun harus dibunuh. An-Nawawi di
dalam Syarh Shahih Muslim berkata: Para ulama sepakat untuk mengamalkan hadist
ini serta pengharaman membunuh wanita dan anak-anak kalau mereka tidak ikut
berperang. Jika mereka berperang, jumhur ulama mengatakan mereka boleh dibunuh.

4. Hukum Lari dari Peperangan

Di saat perang berkecamuk, mungkin ada di antara mujahid yang ngeri melihat
dahsyatnya pasukan kafir, baik dari jumlah dan persenjataan. Penulis tafsir ayat ahkam
berkata : sesungguhnya kemenangan tidak diraih berdasar jumlah pasukan. Orang
beriman lebih pantas tegar dan berani daripada orang kafir karena mereka sedang
mencari satu di antara dua kebaikan : izzah di dunia dan kemenangan atas musuh atau
mati syahid fi sabilillah yang nilainya tidak bisa disamakan dengan sesuatupun.

Oleh karena itu para ulama memasukkan lari dari medan perang sebagai kabair
(dosa besar).Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu bahwa Rasulullah
Shallallahualaihi wasallam bersabda :

Jauhilah tujuh perkara yang membawa kehancuran. Para sahabat bertanya : Apakah
ketujuh perkara itu ya Rasulullah? Beliau menjawab : yaitu syirik kepada Allah, sihir,

6
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan oleh
agama, makan riba, makan harta anak yatim, membelot dari peperangan, menuduh zina
terhadap wanita yang terjaga dirinya dari perbuatan dosa dan tidak memikirkan untuk
melakukan dosa, dan beriman kepada Allah [HR Bukhori dan Muslim].

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : lari dari medan adalah dosa besar
karena ia merupakan sikap irodl dari jihad fisabilillah, menjatuhkan mental umat islam,
menguatkan musuh Allah yang kesemuanya berakibat pada kekalahan umat islam.

Tetapi Allah memberikan keringanan dari perbuatan ini manakala lari dari medan
perang dilakukan dengan satu di antara dua tujuan, yaitu sebagai siasat perang atau
bergabung dengan kelompok lain. Hal ini berdasar firman Allah :

Artinya: 15. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur).

16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka
Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya [al anfal :
15-16]

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perang adalah mengangkat senjata untuk melawan atau memerangi orang-orang
kafir dalam rangka membela kehormatan islam dan kaum Muslimin. Dengan
kalimat lain, perang haruslah dilakukan semata-mata dengan niat untuk
menegakkan kedaulatan islam, bukan untuk hal yang lain, seperti berniat menguasai
negara lain, kemudian merampas semua yang bukan menjadi haknya, atau untuk
mendapatkan kedudukan, pujian dan lain sebagainya.
2. Hukum dasar Perang salah satunya terdapat pada Al-Baqarah ayat 190 dan Al-
Baqarah ayat 193
3. Rasulullah sangat memperhatikan keadaan para mad;unya (targetnya), maka dari itu
rosulullah melarang membunuh wanita dan anak kecil dalam perang, karena
memang mereka bukan ahlul qitaal, dan mereka termasuk ghonimah kaum
muslimin, dan akan tetapi jika mereka ikut andil dalam perang tersebut atau
bercampur baur dengan mereka maka tidak ada larangan untuk mebunuh mereka.

8
4. lari dari medan adalah dosa besar karena ia merupakan sikap irodl dari jihad
fisabilillah, menjatuhkan mental umat islam, menguatkan musuh Allah yang
kesemuanya berakibat pada kekalahan umat islam.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Perang, penulis mengharapkan bisa
mengambil pelajaran-pelajaran untuk memperbaiki akhlak dan akidah kita agar tetap
senantiasa berada di jalan Allah Subhanah Wata'ala.

9
DAFTAR PUSTAKA

Derry, Jamaluddin. 2012. Perang dalam Islam. https://dukunhukum.wordpress.com

Diakses pada 10 April 2017


Suratman, Oman. Hukum Meninggalkan Medan Perang. http://omanes.blogspot.co.id ,

Diakses pada 10 April 2017


Tarjih. 2014. Fatwa Tentang Perang. http://tarjih.or.id Diakses pada 10 April 2017
Tegal. 2016. HukumMemerangi Anak-anak dan Wanita.

https://soaljawabislam.wordpress.com Diakses pada 10 April 2017


Vanislam. 2009. Hukum Jihad Bagi Wanita. http://www.voa-islam.com Diakses pada

10 April 2017

10

Anda mungkin juga menyukai