Anda di halaman 1dari 4

Takhrijul hadis

Hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh imam ahmad dalam musnadnya pada
hadis no.15358 dan 26633. Selain itu, ahmad juga meriwayatkan dengan susunan
redaksi yang agak sedikit berbeda, yaitu pada hadis no.15369. hadis yang
dimaksud yaitu:
sesunguhnya orang beriman itu berjihad dengan diri dan hartanya.
Hadis yang senada juga diriwayatkan pada hadis no.11141 dan 11428. Demikian
juga terdapat dalam shahih al-bukhari pada hadis no.2786, shahih muslimpada
hadis no.1888, dan sunan daud pada hadis no.2485.
Asbabal-warud
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis pertama yang bersumber
dari kaab ibn malik di atas adalah sebagaimana diriwayatkan dari kaab ibn malik,
katanya: ketika turun ayat (dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang
sesat. Qs. As-syuara/26:224), dan aku mendatangi rasulullah saw. Dan aku
tanyakan, bagaimana pendapat anda tentang syair? Beliau menjawab:
sesungguhnya orang beriman itu berjihad dengan pedang dan lidahnya. Dalam
riwayat lain disebutkan, setelah menyabdakan hadis tersebut di atas, beliau
menyambungkan dengan mengatakan: demi zat yang jiwaku terletak dalam
genggaman-nya, dan mereka (para penyair) memercikanjihad bagaikan anak panah
yang terlepas dari busurnya.
Dan hadis kedua di atas yang bersumber dari abu said al-khudri disabdakan oleh
nabi saw. Ketika dalam perang tbuk. Beliau menyampaikan khutahnya dalam
perang tabuk sambil beliau bersandar ke sebuah pohon kurma. Di saat itulah beliau
bersabda: maukah kalian ku beritahu sebaik-baik dan sejahat-jht manusia?
Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah seseorang yang beramal atau berjihad
di jalan allah di atas pungung kudanya, atau di atas punggung untanya atau ia
berjalan kaki sampai menemui kematiannya. Dan sejahat-jahat manusia adalah
seseorang pendusta yang melakukan kejahatan yang membaca al-quran, namun
bacaannya itu tidak mampu membuatnya ia sadar.
Fiqhul hadis
Jihad yang dikemukakan dalam hadis di atas dalah sebagian dari cara-cara dan alatalat atau saranayang digunakan dalam berjihad, yaitu dengan menggunakan
pedang, lidah, kendaraan kuda, unta, atau berjalan kaki. Peralatan dan sarana
perang dalam berjihad seperti ini yang disabdakan oleh nabi saw. Berdasarkan
konteks situasi dan kondisi pada waktu itu, nabi saw menyebut jihad dengan
pedang dan lidah sebagai respond an sikap terhadap upaya yang dilakukan orangorang kafir quraisy dalam mempengaruhi dan memperbanyak massa dan
pengikutnya dengan mengandalkan pada kekuatan syair-syair yang memukau tapi
menyesatkan. Sementara dalam waktu dan situasi yang berbeda, misalnya situasi
perang, seperti ketika perang tabuk, nabi saw menyebut lagi bahwa dalam berjihad
itu adalah dengan menggunakan sarana kuda, unta, atau dengan berjalan kaki.
Dalam hadis lain, diriwayatkan imam ahmad juga bersumber dari kaab ibn malik,
nabi saw tidak menyebutkan pedang, tapi berjihad dengan diri dan harta.

sesungguhnya orang beriman itu berjihad dengan diri danhartanya.


Dengan demikian, jelas bahwa latar belakang historis lahirnya kedua hadis atas,
pada intinya mengemukakan bahwa jihad merupakan suatu sikap dan tindakan dari
seorang yang beriman bahkan nabi saw menyebutkan sebagaimanusia berpredikat
terbaik. Dan jhad ini akan berlaku sepanjang zaman karena jihad merupakan
penopang dan pengawal bendera islam. Akan tetapi, suatu hal yang patut dicatat
adalah bahwa sarana dan peralatan yang digunakan dalam berjihad di atas adalah
sesuatu yang sifatnya kondisional sehingga bias berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tuntutan zaman dan perkembangan kemajuan. Yang tidak bisa berubah
adalam tujuan pokok dan utama dalam berjihad itu, yakni memberantas kezaliman
kesewenang-wenangan, dan menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sungguh amat keliru penilaian dan pemahaman, jika jihad dalam islam itu selalu
diidentikan dengan kontak senjata atau perang fisik, seperti menghunus pedang
sebagai lambing dan symbol kekerasan.nabi saw. Selama mengembangkan missi
kenabian dan kerasulannya di mekah lebih dari 10 tahun tidak pernah melakukan
kontak senjata dengan orang-orang kafir dan non-muslim lainnya. Bahkan ketika
orang-orang musyrik mengadakan tekanan dan penyiksaan terhadap umat islam.
Umat islam berupaya menghadapi kekejaman tersebut tidak dengan perang, nabi
saw. Bersabda kepada para sahabatnya: bersabarlah kalian, sebab aku belum
diperintahkan berperang. Perintah berjihad terhadap orang-orang kafir itu adalah
dengan menggunakan al-quran, yakni menyampaikan ajaran al-quran dengan
interpretasi dan inormasi rasional atau pendekatan-pendekatan lainnya yang dapat
menarik perhatian dan simpatik kepada islam. Nanti setelah di madinah baru ada
perintah perang kontak senjata yaitu pada tahun 2 h. hal ini dilakukan mengingat
dalam doktrin islam dikenal prinsip merusak agama jauh lebih berat dari pada
membunuh. Begitu juga membunuh nyawa jauh lebih besar dari pada memelihara
harta. Artinya demi menyelamatkan nyawa, maka dibolehkan mencuri dan
memakan barang yang haram. Memperlihatkan aurat hokum dasarnya adalah
haram, akan tetapi, ketika berobat demi untuk menyelamatkan nywa, maka di
bolehkan membuka aurat. Demikian pula kebolehan jihad ini tidak bisa dilepaskan
dari factor situasi dan kondisilah yang memungkinkan membuat demikian.
Penilaian dan pandangan bahwa jihad dengan islam itu identik dengan
kontaksenjata dan perang fisik semata adalah sangat keliru, dan pandangan seperti
ini umumnya dilakukan berdasarkan atau paling tidak, karena sudah terkontaminasi
oleh pemikiran sebagian orientalis, yang menurut mereka nabi Muhammad saw
menyebarkan islam dengan kitab al-quran di tangan kirinya dan pedang terhunus
di tangan kanannya. Ini adalah pandangan yang sangat memojokkan dan menghina
islam.
Sebetunya, dari kalangan internal umat islam sendiri dalam memahami hadis-hadis
tentang hijad itu sering kali tidak mampu membedakan antara alat atau sarana
jihad dan tujuan jihad. Apa yang digunakan oleh rasulullah saw dalam berhijad,
misalnya dengan pedang seperti hadis di atas, tidak harus diikuti dan sama dengan
itu. Sebab apa yang disebabkan dalam teks hadis di atas hanyalah alat dan sarana
saja, sehingga bisa berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman dan

perkembangan kemajuan, tidak mesti dengan pedang. Nabi saw menggunakan


pedang karena situasi dan kondisinya yang mengharuskan menggunakan pedang.
Tentu saja, dalam situasi dan kondisi sekarang, di mana musuh semakin hebat dan
peralatan perangnya semakin canggih, maka alat dan sarana yang digunakan
dalam berhijad tentu harus dengan alat dan sarana yang lebih maju dan canggih.
Misalnya, ikut dan bergabung perang ke medan pertempuran di aghanistan atau
Baghdad dengan menggunakan sebilah pedang, golok, clurit, dan peralatan
seadanya melawan tentara amerika dan sekutunya atau ke palestina melawan
agressor Israel yang menggunakan peralatan perang yang canggih dan modern,
adalah tindakan ceroboh dan konyol serta tidak mencermikan jihad islam yang
sebenarnya, karena islam sangat memperitungkan kelayakan dan strategi.
Peralatan perang pada zaman nabi saw, seperti kuda, unta, pedang, syair, dan lainlain dalam situasi dan kondisi sekarang bisa diganti dengan peralatan perang
modern dan canggih, seperti peluru kendali, bom nuklir, tank, pesawat pembom,
dan lain-lain. Oleh karena kita berada pada era informasi dan telekomunikasi, maka
penguasaan terhadap jaringan informasi dan telekomunikasi ini adalah suatu
tuntunan dan kemestian yang akan dijadikan sarana dan prasarana dalam berjihad.
Secara etimologi, kata jihad yang berasal dari akar kata yang berhuruf j-h-d
mengandung arti kekuatan, kemampuan, kesulitan, dan kelelahan. Artinya, dalam
berjihad itu membutuhkan kekuatan, bik tenaga, pikiran, maupun harta. Atau bisa
juga dipahami, bahwa dalam berjihad itu mengandung resiko kesulitan dan
kelelahan dalam pelaksanaannya.
Tegasnya, jihad adalah perjuangan secara sungguh-sungguh dengan mengarahkan
segala potensi dalam berbagai bentuk usaha yang maksimal dalam rangka
penerapan ajaran islam, mempertahankan kebenaran dan keadilan, dan
pemberantasan kejahatan dan kezaliman, baik terhadap diri pribadi maupun dalam
ruang lingkup masyarakat luas. Termnologi jihad ini tidak hanya dipahami dalam
pengertian peperangan fisik, akan tetapi mencakup segala bentuk aktivitas dan
usaha yang maksimal dalam rangka dakwah islam, amar maru nahy munkar.
Dengan kata lain, bahwa lapangan jihad ini sangat luas, seluas dengan aktivitas
kehidupan kita sepanjang dalam upaya memberantas kezaliman, mempertahankan
dan menegakan kebenaran dan keadilan. Termasuk dalam hal ini membeantas
korupsi yang merupakan salah satu penyebab krisis ekonomi bangsa dan Negara ini
adalah jihad. Dan musuh pun dalam berjihad tidak hanya berbentuk fisik yang bisa
diidentifikasi secara nyata, akan tetapi justru yang banyak juga adalah yang nonfisik. Oleh karena itu jihad intelektual dengan bermodalkan wawasan dan
argumentasi rasional sangat diharapkan, misalnya melalui media cetak, seperti
makalah, majalah, buku, dan lain-lain, media elektronik, radio, tv, jaringan internet,
dan lain-lainnya. Oleh karena itulah, maka jihad harus berlangsung terus secara
berkesinambungan, baik dalam situasi aman maupun dalam situasi perang. Oleh
karena itulah, ada istilah bahwa tegaknya islam ini sangat ditentukan oleh kekuatan
jihad.

Mengenai keluasan makna dan cakupan jihad ini dikemukakan oleh ibnu qayyim,
menurutnya bahwa jihad, kalu dilihat dari sisi operasionalnya, dapat diklasifikasi
atas tiga macam; jihad mutlak, jihad hujjah, dan jihad amm (umum).
Jihad mutlak adalah berupa perang melawan musuh di medan pertempuran. Jihad
ini mempunyai criteria tertentu, di antaranya pertempuran itu harus bersiat
defensive, memberantas fitnah, mewujudkan perdamaian, kebenaran, dan keadilan.
Sebaliknya, perang tidak dibenarkan kalu dilakukan untuk memaksakan ajaran
islam kepada orang lain yang non-muslim, untuk tujuan melahirkan perbudakan,
penjajahan, dan perampaan harta kekayaan. Juga tidak dibenarkan membunuh
orang-orang yang tidak terlibat dalam peperangan tersebut, seperti perempuan,
anak-anak kecil dan orang-orang tua. Dan orang-orang mesti terlibat dalam berjihad
seperti ini adalah yang memenuhi persyaratan, yakni islam, berakal, baligh
(dewasa), laki-laki, tidak cacat, merdeka, dan mempunyai biaya yang cukup intuk
pergi perang dan untuk keluarganya yang ditinggalkan.
Jihad hujjah adalah jihad yang dilakukan dalam berhadapan dengan pemeluk agama
non-muslim dengan mengemukakan argumentasi yang kuat. Ibnu taimiyah (728
h/1328 m) menyebut jihad ini sebagai jihad bi al-ilmi wa al-bayan atau jihad bi allisan,yaitu jihad yang memerlukan kemampuan ilmiah yang bersumberkan dari alquran dan sunnah serta ijtihad.
Jihad amm (umum) adalah jihad yang mencakup segala aspek kehidupan, baik
yang bersifat moral maupun yang bersifat material, terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain di tengah-tengah masyarakat. Jihad seperti ini dapat dilakukan
dengan pengorbanan harta, jiwa, tenaga, waktu, dan ilmu pengetahuan. Jihad ini
bersifat berkesinambungan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dan bisa dilakukan
terhadap musuh yang nyata, setan, atau hawa nafsu. Pengertian musuh yang nyata
di sini, di samping perang juga berarti semua tantangan yang dihadapi umat islam,
seperti kemiskinan, kebodahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai
aspek. Jihad terhadap setan mengandung pengertian berusaha untuk
menghilangkan hal-hal yang negative yang membahayakan umat manusia.
Sedangkan jihad terhadap hawa nafsu adalah sikap pengendalian diri agar cara,
sikap, tindakan, jiwa, dan komunikasi dengan orang lain tidak menyimpang dari
ketentuan ajaran islam.

Anda mungkin juga menyukai