Disusun Oleh :
Kelas : XI MIPA 4
Artinya :
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika mereka
(tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan
bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan
dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus
(10) : 41-41)
(Grafindo hal. 102)
Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surah Yunus (10) ayat 40-41 menjelaskan, bahwa
manusia itu ada yang beriman kepada Al-Qur’an dan ada pula yang tidak beriman
kepadanya. Perilaku toleransi yang harus dibiasakan oleh setiap kaum muslimin antara
lain sebagai berikut:
a. Setiap mukmin supaya memiliki keyakinan bahwa taufik dan hidayah Allah Swt.
tergantung kepada kehendak-Nya
Makna yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah Yunus (10) ayat 40-41 adalah sebagai
berikut :
a. Keadaan umat manusia itu ada yang beriman kepada kitab suci Al-Qur’an dan ada
pula sebagian dari mereka yang tidak beriman kepadanya
b. Tabiat umat manusia yang tidak beriman senantiasa membangkang terhadap hukum-
hukum Allah Swt. dan mereka selalu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Adapun
Allah Swt. Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu
c. Allah Swt. menjelaskan sikap dan pendirian yang harus dimiliki oleh orang-orang
yang beriman terhadap orang-orang kafir, yaitu seorang mukmin harus memiliki
perbedaan dengan orang kafir dalam perbuatan atau tingkah laku.
(Grafindo hal. 105)
Artinya :
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa
membunuh seorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
(Grafindo hal.memelihara
Barangsiapa 106) kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Dan sesungguhnya Rasul Kami telah datang
kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi
kemudian banyak diantara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (Q.S. Al-
Maidah (5) : 32)
Dari Anas bin Malik r.a sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “ Demi (Allah) yang
jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai
tetangganya atau beliau berkata kepada saudaranya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri. ” (H.R Muslim: 65)
Dari Ibnu ’Amr bin Ash r.a sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “ Sebaik-baik
sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik diantara mereka terhadap sesame
Bahaya yang akan ditimbulkan dari perilaku tindak kekerasan antara lain sebagai
berikut:
a. Kekerasan akan menimbulkan masalah baru
Permasalahan yang diselesaikan dengan cara kekerasan tidak akan pernah
menyelesaikan masalah, bahkan akan semakin menambah masalah baru yang lebih
besar
b. Kekerasan akan semakin memeperuncing permusuhan
Penyelesaian masalah dengan cara kekerasan akan menambah persoalan baru
berikutnya yang lebih besar. Secara otomatis persoalan tersebut akan semakin
memperuncing permusuhan. kedua belah pihak yang merasa disakiti akan memiliki
rasa dendam terhadap pihak lain yang diangggapnya musuh
c. Kekerasan akan mengancam keselamatan jiwa manusia
Tindak kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini banyak mengakibatkan korban luka
bahkan korban jiwa. Dalam islam menghilangkan nyawa orang lain dengan tanpa
kebenaran adalah termasuk kedalam kelompok dosa besar yang akan mendapatkan
ancaman dan siksaan yang berat
d. Kekerasan akan mempersulit terciptanya kerukunan
Ketika perselisihantidak kunjung usai bahkan memperuncing menjadi permusuhan di
antara sesame, kerukunan tidak akan pernah tercipta. Sedangkan kehidupan yang
hampa akan kerukunan mengakibatkan hidup seseorang menjadi tidak nyaman bahkan
kebahagiaan menjadi sesuatu yang semu untuk dirasakan
e. Kekerasan akan memecah keutuhan bangsa
Ketika kerukunan tidak tidak pernah tercipta, maka hal ini akan berakibat fatal bagi
kehidupan suatu bangsa. Perpecahan adalah akibat yang akan ditimbulkan ketika suatu
bangsa tidak mampu mempertahakan keutuhannya.