Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENGUATKAN KERUKUNAN MELALUI


TOLERANSI DAN MEMELIHARA
KEHIDUPAN MANUSIA

Oleh :
- Dea Fitriani - Nur Safina Ramadanti
- Muhammad Nazar - Putri Nabila
- M. Rizky Nor Hidayat - Syifa Nur’aini
- Nadya Amalia

MANAJEMEN PERKANTORAN
DAN LAYANAN BISNIS
SMK NEGERI 1 BANJARMASIN
2024
A. Pengertian Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna

“baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan

“kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan

dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850).

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun

karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan

untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tentram.

Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan

proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai

sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat beragama dalam segala

aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerjasama

antarumat beragama.

Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan

tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal

kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat

berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
B. Pengertian Toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi artinya sifat

toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih

diperbolehkan. Sifat toleran disini maksudnya berdifat atau bersikap

menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian

(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan

sebagainya yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan kata tolerance yang

berarti toleransi, kesabaran, dan kelapangan dada.

Toleransi dalam bahasa Arab sebagaimana dalam Mu’jam

Maqayis al-Lughah disebut dengan istilah tasamuh. Kata tasamuh

adalah bentukan dari kata samaha, yang secara bahasa berarti lembut

dan mudah, sedangkan menurut Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad,

tasamuh berarti berkisar antara kemurahan hati, mudah memaafkan,

lapang dada, kesabaran, ketahanan emosional, menenggang rasa,

menghargai, dan sebagainya. Selain tasamuh, toleransi dalam bahasa

Arab disebut dengan kata al-samhah. Menurut Ibnu Manzhur dalam

Lisan al-‘Arab, samhah berarti tidak menyusahkan dan tidak

memberatkan. Berdasarkan hal tersebut samhah sama dengan moderat,


yakni berada di pertengahan, tidak condong pada salah satu sisi.

Kemoderatannya ditunjukkan dengan ajaran Islam yang mudah, tidak

menyusahkan dan memberatkan umatnya.

Dari pengertian tersebut, kata kunci dari toleransi adalah

menghargai orang lain yang berbeda baik pendapat, kepercayaan,

kebiasaan, dan sebagainya dengan pendirian sendiri. Orang yang toleran

adalah orang yang memiliki kesabaran, kelapangan dada, dan daya

tahan.

C. Ayat-ayat Tentang Toleransi & Memelihara Kehidupan


Manusia
1. Q.S Yunus/10 : 40-41 (Toleransi)

‫َو ِم ْنُهْم َّم ْن ُّيْؤ ِم ُن ِبٖه َوِم ْنُهْم َّم ْن اَّل ُيْؤ ِم ُن ِبٖۗه َو َر ُّبَك َاْع َلُم ِباْلُم ْفِس ِد ْيَن‬

Artinya : “Dan di antara mereka ada orang-orang yang

beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan di antaranya ada (pula)

orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan

Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat

kerusakan.”

2. Q.S Al-Maidah/5 : 32 (Memelihara Kehidupan Manusia)


‫َو ِاْن َك َّذ ُبْو َك َفُق ْل ِّلْي َع َم ِلْي َو َلُك ْم َع َم ُلُك ْۚم َاْنُتْم َبِر ْۤي ُٔـ ْو َن ِمَّم ٓا َاْع َم ُل َو َاَن ۠ا َب ِرْۤي ٌء ِّمَّم ا‬

‫َتْع َم ُلْو َن‬

Artinya : “Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu

(Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan

bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap

apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab

terhadap apa yang kamu kerjakan.”

D. Kandungan Ayat

1. Q.S Yunus/10 : 40-41 (Toleransi)

Menurut Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahali dan

Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar al-Suyuthi dalam kitab Tafsir

al-Jalalain, bahwa Q.S Yunus/10 : 40 menjelaskan tentang penduduk

Makkah pada masa Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi dua

kelompok, yaitu: Pertama, oranag-orang yang beriman kepada Al-

Qur’an; Kedua, orang-orang yang tidak beriman selamanya.

Kemudian maksud kata ‫( َو ِم ْنُهْم‬dan diantara mereka), menurut

pakar tafsir, Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab menjelaskan di antara kaum

musyrikin, ada orang yang percaya kepadanya, tetapi menolak


kebenaran Al-Qur’an karena keras kepala dan demi mempertahankan

kedudukan sosial mereka. Selain itu diantara mereka ada juga memang

benar-benar lahir dan batin tidak percaya kepadanya serta enggan

memperhatikannya karena hati mereka telah terkunci. Tuhanmu

Pemelihara dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih mengetahui

tentang para perusak yang telah mendarah daging dalam jiwa nya yang

sedikit pun tidak merima kebenaran tuntunan illahi.

Sedangkan maksud dari ‫( َو َر ُّب َك َاْع َلُم ِباْلُم ْفِس ِد ْيَن‬sedangkan Tuhanmu

lebih mengetahui orang-orang yang membuat kerusakan). Menurut Ibnu

‘Asyur kalimat ini merupakan peringatan sekaligus ancaman bagi

kelompok yang tidak beriman. Sementara itu, Ibnu katsir berpendapat

bahwa Allah SWT. lebih mengetahui siapa yang akan mendapat hidayah

dan siapa yang memilih kesesatan. Sedangkan menurut al-Maraghi

menjelaskan bahwa SWT. paling mengetahui kerusakan yang mereka

perbuat dengan perbuatan syirik, dzalim dan melampaui batas. Allah

SWT. akan memberikan balasan kepada mereka di dunia dan akhirat,

serta menololong Nabi dan umatnya yang beriman.

Dalam menyikapi kedua kolompok tersebut (orang yang tetap

dalam kekufuran) Allah SWT. memerintahkan Nabi menyampaikan


kepada mereka bahwa Nabi telah menyampaikan ajaran-Nya melalui

kabar gemira dan peringatan Nabi tidak dapat memaksa mereka untuk

beriman, dan apapun balasan dari perbuatan mereka akan ditanggung

oleh mereka sendiri. Menurut al-Sya’rawi ayat ini menunjukan kepada

kita bahwa sesungguhnya keimanan adalah perbuatan hati, bukan

perbuatan yang dzahir, maka kita tidak bisa mengetahui apa yang ada di

hati seseorang. Oleh karena itu, di akhir ayat 40, Allah SWT.

menegaskan Dialah yang lebih mengetahui perbuatan orang-orang yang

berbuat kerusakan dengan tidak beriman dan mendustakan ajaran Nabi

Muhammad SAW.

Ayat ini juga diturunkan untuk menghibur Nabi dari sikap orang

yang tidak mau beriman kepeda ajaran-Nya. Allah SWT. Mengetahui

bahwa Nabi telah melaksanakan tugas menyampaikan ajaran Islam

dengan baik kepada umatnya. Oleh karena itu, Pada ayat 41 Allah SWT.

menegaskan bahwa Nabi dan umat yang beriman tidak akan dimintai

pertanggungjawaban atas kedurhakaan umat yang tidak mau beriman.

Kelak di akhirat Allah SWT. akan memberikan balasan kepada orang

yang tidak beriman, karena setiap manusia akan

mempertanggungjawabkan perbuatannya.
2. Q.S Al-Maidah/5 : 32 (Memelihara Kehidupan Manusia)

Ibnu Katsir menjelaskan, maksud dari firman Allah SWT. dalam

surah Al-Maidah ayat 32 tersebut adalah barang siapa membunuh

seorang manusia tanpa sebab, seperti membuat kerusakan di muka

bumi, dan ia menghalalkan membunuh jiwa tanpa sebab dan tanpa dosa,

maka seakan-akan ia membunuh semua manusia.

Sebab, menurut Allah SWT. tidak ada bedanya antara satu jiwa

dengan jiwa yang lainnya. Kemudian, barang siapa yang memelihara

kehidupan seorang manusia, berarti selamatlah seluruh manusia darinya

berdasarkan pertimbangan ini.

Menurut Mujahid, maksud dari memelihara kehidupan jiwa

seseorang adalah menahan diri untuk tidak membunuhnya.

Ibnu Katsir menjelaskan lebih lanjut, surah Al-Maidah ayat 32

tersebut juga mengandung makna bahwa melakukan tindak pidana

pembunuhan merupakan dosa yang sangat besar. Qatadah mengatakan,


“Demi Allah, dosanya amat besar, demi Allah, pembalasannya sangat

besar.”

Lalu, pada firman Allah SWT. “Sungguh, rasul-rasul Kami benar-

benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-

keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara

mereka setelah itu melampaui batas dibumi.”

Ibnu Katsir mengatakan, firman tersebut merupakan suatu

kecaman terhadap mereka (kaum Bani Israil) dan hinaan kepada mereka

kerena melakukan berbagai hal yang diharamkan setelah mereka

mengetahui keharamannya. Ayat ini menunjukan keharusan adanya

kesatuan umat dan kewajiban mereka masing-masing terhadap yang

lain, Di antaranya harus menjaga keselamatan hidup dan kehidupan

bersama dan menjauhi hal-hal yang membahayakan keselamatan orang

lain. Hal ini dilakukan kerena manusia tidak bisa memenuhi

kebutuhannya sendiri, sehingga memerlukan tolong-menolong terutama

untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.

E. Contoh-contoh Toleransi & Memelihara Kehidupan Manusia

1. Toleransi
a. Di Sekolah

1. Menghargai dan menghormati teman

2. Tidak membedakan teman

3. Menghargai perbedaan

4. Menghindari perundungan (bully)

5. Menghargai keberagaman budaya

b. Di Rumah

Menghargai perbedaan pendapat

2. Tidak pilih kasih

3. Menghargai perbedaan karakter

4. Tidak mengganggu kegiatan keluarga

5. Menghormati dan melakukan nasihat orang tua

c. Di Masyarakat

1. Berteman dengan siapapun tanpa memandang SARA

2. Menghargai pendapat orang lain saat bermusyawarah

3. Tidak mengganggu ibadah orang lain

4. Tidak memaksakan pandangan kita kepada orang lain


5. Tidak mencela agama, pendapat, suku, bangsa, atau adat

orang lain

2. Memelihara Kehidupan Manusia

a. Memaafkan pembunuh keluarga, teman, dsb

b. Menyelamatkan nyawa seseorang dari bencana

c. Membela seseorang yang dapat terbunuh secara aniaya

F. Hikmah

a. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat

b. Banyak memperoleh kemudahan

c. Mempererat tali persaudaraan

d. Melatih rasa empati

e. Meningkatan keimanan

f. Meminimalisir terjadinya konflik antarumat beragama


G. Kesimpulan

Menguatkan kerukunan melalui toleransi dan memelihara

kehidupan manusia adalah langkah penting untuk membangun

masyarakat yang harmonis dan beradab. Toleransi

memungkinkan kita untuk menghargai perbedaan dan saling

menghormati, sementara memelihara kehidupan manusia

menegaskan pentingnya menjaga keselamatan dan kesejahteraan

semua individu tanpa memandang perbedaan. Dengan demikian,

kita bisa menciptakan lingkungan yang inklusif dan damai bagi

semua orang.

Anda mungkin juga menyukai