A. Pendahuluan
Di Indonesia tentunya terdapat berbagai macam agama. Dan setiap umat beragama
pasti membutuhkan kerukunan dalam menjamin integrasi nasional, sekaligus merupakan
kebutuhan dalam rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian
masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai. Kerjasama yang rukun dapat diwujudkan
apabila diantara para pemeluk agama merasa saling membutuhkan, menghargai perbedaan,
tolong menolong, saling membantu dan mampu menyatukan pendapat atau memiliki sikap
toleransi.1 Dengan adanya toleransi maka hal tersebut dapat memestarikan persatuan dan
keastuan bangsa, mendukun serta menyukseskan pembangunan, dan dapat menghilangkan
kesenjangan dalam lingkungan sosial.
Hubungan antar umat beragama sendiri didasarkan pada prinsip persaudaraan yang
baik, bekerjasama guna menghadapi musuh, dan membela golongan yang menderita. Dalam
melaksanakan toleransi antar umat beragama tentunya kita mempunyai prinsip-prinsip yang
harus kita pegang dan juga kita harus mengetahui hal apasaja yang diharamkan dalam
menerapkan toleransi antar umat beragama. Terlebih pada praktik yang dilakukan
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari yang berdampingan dengan umat yang beragam.
Dalam kajian berikut ini akan dijelaskan tentang definisi dari toleransi, apa saja
prinsip-prinsip yang harus dimiliki dalam bertoleransi dan hal apa yang diharamkan dalam
toleransi antar umat beragama dengan menggunakan metode pemahaman hadis KH. Ai
Mustofa Ya’kub. Yakni dengan pemahaman bahwa pada dasarnya hadis Nabi harus
dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafdziyah). Jika tidak memungkinkan, maka
sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual, agar mengetahui makna
sebenarnya yang terkadung pada hadis.
Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif yakni dengan menjelaskan definisi istilah toleransi baik
menurut bahasa maupun pendapat para ahli. Untuk memaparkan bagaimana sikap toleransi,
disebutkan juga hadis mengenai sikap-sikap toleransi yang dilakukan Nabi, selain itu juga
terdapat ayat Al-Qur’an. Dalam melalukan penelusuran hadis ini dibantu dengan aplikasi
hadis Ensiklopedi 9 Imam yang dapat mempermudah dalam mencari hadis-hadis Nabi.
B. Pembahasan
Pengertian Toleransi
Dalam bahasa Arab, toleransi yang tertulis dalam kamus Al Munawir diartikan
dengan “Tasamuh” yang bermakna sikap membiarkan atau lapang dada. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kata toleransi mempunyai arti
1
Ramlan Arifin dan Muhammad Yusuf, “Toleransi Umat Beragama dalam Prespektif Hadis”, as-shaff: Jurnal
Manajemen dan Dakwah, no. 1 (2020)
sifat/sikap toleran. Sedangkan kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendiriannya sendiri.2 Kata toleransi sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris
“tolerance” yang memiliki arti sabar dan kelapangan dada. Adapun kata kerja transitifnya
adalah “tolerate” yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu,
sementara kata sifatnya adalah “tolerate” yang berarti bersikap toleran, sabar menghadapi
sesuatu.
Sedangkan pengertian toleransi secara terminologi, menurut Soejoni Sukanto
toleransi adalah suatu sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap
pihak lain yang tidak disetujui. Umar Hasyim dalam mendefinisikan toleransi yaitu
pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesam warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-
masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya tidak melanggar dan tidak
juga bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam
masyarakat.3 Selanjutnya, Kemendiknas memaknai toleransi sebagai sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya. Dengan adanya toleransi, maka diharapkan masyarakat Indonesia
dapat hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada.
Islam dikenal sebagai agama yang sangat menghargai perbedaan. Toleransi dalam
beragama bukan berarti kita bebas mengikuti ibadah dan rutinitas agama lain. Akan tetapi,
dalam toleransi beragama kita mempunyai sikap pengakuan akan adanya agama-agama lain
selain agama yang kita anut sendiri. Nabi juga mencontohkan perilaku menghargai dan juga
menghormati pemeluk agama lain, yakni pada suatu peristiwa di mana Nabi Muhammad
SAW berhadapan dengan jenazah orang Yahudi. Ketika berhadapan dengan jenazah Yahudi,
Nabi Muhammad SAW memandangnya dari segi kemanusiaan. Nabi Muhammad SAW
berdiri untuk menghormati jenazah pemeluk Yahudi Madinah.
اِبِر ِن ِد الَّلِه ِض َح َّد َثَنا ُمَعاُذ ْبُن َفَض اَلَة َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َعْن ْحَي َعْن ُعَبْيِد الَّلِه ْبِن ِم ْق ٍم
َي َر ْب َع ْب َج ْن َع َس ىَي
الَّلُه َعْنُه َم ا َقاَل َم َّر ِبَنا َج َناَز ٌة َفَق اَم َهَلا الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َو ُقْم َنا ِبِه َفُقْلَنا َيا َرُس وَل الَّلِه ِإَّنَه ا
ﷺberdiri menghormatinya dan kami pun ikut berdiri. Lalu kami tanyakan, "Wahai
radhiallahu'anhu berkata,: "Suatu hari jenazah pernah lewat di hadapan kami maka Nabi
Rasulullah, jenazah itu adalah seorang Yahudi." Maka beliau berkata,: "Jika kalian melihat
jenazah maka berdirilah". (HR. Bukhori, No. 1228)
Sebagian ulama memahami sikap berdiri Rasulullah SAW sebagai bentuk
penghormatan atas peristiwa kehidupan dan kematian. Meski orang yang meninggal dunia
adalah pemeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi, Rasulullah SAW tetap berdiri. Secara
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/toleransi
3
Dewi Anggraeni dan Siti Suhartimah, “Toleransi Antar Umat Beragama Prespektif KH. Ali Mustafa Yaqub”, Jurnal
Studi Al-Qur’an, no. 1 (2018)
kemanusiaan Muslim dan non-Muslim sama saja. Adapun islam dan kekufuran terletak
dalam hati. Sedangkan secara bentuk dan jenis mereka sama-sama manusia. Tidak ada
perbedaannya. Jenazah Yahudi tersebut adalah makhluk bernyawa ciptaan Allah. Di dalam
dirinya terdapat kuasa Ilahi dan tanda kebesaran-Nya dalam penciptaan. Nyawa orang
tersebut telah dicabut. Kondisi fisiknya nanti juga berubah. Sedangkan Rasulullah SAW
berdiri untuk mengagungkan dan membesarkan Allah yang menciptakan jiwa tersebut
kemudian mencabut kembali rohnya.
ِعْك ِر َة ِن ا ِن َّباٍس َقاَل ِقي ِل وِل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه َّل َأُّي اَأْلْد اِن َأ ُّب ِإىَل الَّلِه
َي َح َص ُه َع ْي َو َس َم َل َر ُس َعْن َم َع ْب َع
َو اَل َتَعاَو ُنو۟ا َعَلى ٱِإْلِمْث َو ٱْلُعْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱلَّلَهۖ ِإَّن ٱلَّلَه َش ِديُد ٱْلِعَق اِب َو َتَعاَو ُنو۟ا َعَلى ٱْلِّرِب َو ٱلَّتْق َو ٰى
“Dan tolong menoonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa. Dan janganlah
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Dalam memahami ayat ini,
Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan orang
beriman untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
Kebaikan dan meninggalkan kemungkaran adalah bentuk ketaqwaan. Allah juga melarang
mereka saling tolong-menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Oleh
karena itu menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, kehadiran seorang Muslim dalam perayaan
keagamaan non-Muslim, keikutsertaannya dalam panitia pelaksana perayaan,
menyampaikan selamat kepada mereka, mengirimkan kartu selamat, dan
menandatanganinya adalah termasuk katagori tolong-menolong dalam kebatilan, dosa, dan
sesuatu yang diharamkan. Menurut Beliau perbuatan tersebut termasuk perbutan yang
diharam dalam bertoleransi, terutama haram dalam pandangan syariat.
2) Merusak Akidah
Karena latar belakang pemikiriran ini bermula dari MUI mengeluarkan fatwa yang
berisi pengharamkan terhadap umat Islam menghadiri perayaan natal bersama. Maka
menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, potensi
merusak agama dan akidah merupakan sesuatu yang jelas di haramkan.Begitu
jugapengucapan Selamat Hari Raya Natal termasuk diharamkan. Hal ini karena
terdapat di dalamnya penyebaran terhadap symbol-simbol kekufuran dan kebatilan. Oleh
karena itu, hal tersebut diharamkan.
4
Syamsul Hadi, Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Tesis: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005)
5
Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH. Ali Mustafa Yaqub." Jurnal
Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.
3) Mencampuradukan Hak dan Batil
Mengenai hal ini, KH. Ali Mustafa Yaqub merujuk pada Qs.Al-Baqoroh ayat
42, yang artinya : “Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil
dan janganlah kamu sembunyikan yang hakitu, sedangkan kamu mengetahuinya”. Imam al-
Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibn Abbas) mengenai maksud ayat
Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil adalah
menyampuradukkan ajaran Yahudi, Kristen dengan Islam. Hal ini karena agama di sisi
Allah hanyalah Islam, sedangkan Yahudi dan Kristen merupakan bid’ah yang tidak berasal
dari Allah.
6
Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH. Ali Mustafa Yaqub." Jurnal
Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.s
ini dan Anda kalau mengucapkannya sebagai muslim. Mengucapkan kepada umat
kristiani yang paham, dia yakin bahwa anda tidak percaya. Jadi yang dimaksud itu,
seperti yang dimaksud tadi hanya basa-basi. Untuk orang-orang yang paham, saya
mengucapkan selamat Natal kepada teman-teman saya apakah pendeta. Dia yakin
persis bahwa kepercayaan saya tidak seperti itu. Jadi, kita bisa mengucapkan asalkan
akidah kita tidak ternodai atau muncul rasa was-was/keraguan pada keyakinan kita.
C. Kesimpulan
Toleransi merupakan sikap dan tindkan menghargai perbedaan agama, ras, suku, etnis
dan budaya lain. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita bebas mengikuti ibadah dan
rutinitas agama lain. Akan tetapi, dalam toleransi beragama kita mempunyai sikap
pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama yang kita anut sendiri. Adapun
prinsip-prinsip dalam toleransi beragama :
a. Kebebasan beragama
b. Penghormatan dan eksistensi agama lain
c. Agree in disagreement
Sedangkan hal-hal yang diharamkan dalam toleransi beragama adalah :
1. Tolong menolong dalam dosa
2. Merusak akidah
3. Mencampurkan yang hak dan bathil
4. Mengakui kebenaran Agama non-Islam
D. REFERENSI
Dewi Anggraeni dan Siti Suhartimah, “Toleransi Antar Umat Beragama Prespektif KH. Ali
Mustafa Yaqub”, Jurnal Studi Al-Qur’an, no. 1 (2018)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/toleransi
Ramlan Arifin dan Muhammad Yusuf, “Toleransi Umat Beragama dalam Prespektif Hadis”,
as-shaff: Jurnal Manajemen dan Dakwah, no. 1 (2020)
Syamsul Hadi, Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Tesis: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2005)