Anda di halaman 1dari 6

Presentator : 1.

Eny Nurul Latifah (20106007)


2. Nanda Meirina Sari (20106014)
Prodi/Semester : Ilmu Hadis /VI
Dosen Pengampu : Kholila Mukaromah , S.Th.I, M.Hum

TELAAH HADIS TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

A. Pendahuluan
Di Indonesia tentunya terdapat berbagai macam agama. Dan setiap umat beragama
pasti membutuhkan kerukunan dalam menjamin integrasi nasional, sekaligus merupakan
kebutuhan dalam rangka menciptakan stabilitas yang diperlukan bagi proses pencapaian
masyarakat Indonesia yang bersatu dan damai. Kerjasama yang rukun dapat diwujudkan
apabila diantara para pemeluk agama merasa saling membutuhkan, menghargai perbedaan,
tolong menolong, saling membantu dan mampu menyatukan pendapat atau memiliki sikap
toleransi.1 Dengan adanya toleransi maka hal tersebut dapat memestarikan persatuan dan
keastuan bangsa, mendukun serta menyukseskan pembangunan, dan dapat menghilangkan
kesenjangan dalam lingkungan sosial.
Hubungan antar umat beragama sendiri didasarkan pada prinsip persaudaraan yang
baik, bekerjasama guna menghadapi musuh, dan membela golongan yang menderita. Dalam
melaksanakan toleransi antar umat beragama tentunya kita mempunyai prinsip-prinsip yang
harus kita pegang dan juga kita harus mengetahui hal apasaja yang diharamkan dalam
menerapkan toleransi antar umat beragama. Terlebih pada praktik yang dilakukan
Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari yang berdampingan dengan umat yang beragam.
Dalam kajian berikut ini akan dijelaskan tentang definisi dari toleransi, apa saja
prinsip-prinsip yang harus dimiliki dalam bertoleransi dan hal apa yang diharamkan dalam
toleransi antar umat beragama dengan menggunakan metode pemahaman hadis KH. Ai
Mustofa Ya’kub. Yakni dengan pemahaman bahwa pada dasarnya hadis Nabi harus
dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafdziyah). Jika tidak memungkinkan, maka
sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual, agar mengetahui makna
sebenarnya yang terkadung pada hadis.
Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif yakni dengan menjelaskan definisi istilah toleransi baik
menurut bahasa maupun pendapat para ahli. Untuk memaparkan bagaimana sikap toleransi,
disebutkan juga hadis mengenai sikap-sikap toleransi yang dilakukan Nabi, selain itu juga
terdapat ayat Al-Qur’an. Dalam melalukan penelusuran hadis ini dibantu dengan aplikasi
hadis Ensiklopedi 9 Imam yang dapat mempermudah dalam mencari hadis-hadis Nabi.
B. Pembahasan
Pengertian Toleransi
Dalam bahasa Arab, toleransi yang tertulis dalam kamus Al Munawir diartikan
dengan “Tasamuh” yang bermakna sikap membiarkan atau lapang dada. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kata toleransi mempunyai arti

1
Ramlan Arifin dan Muhammad Yusuf, “Toleransi Umat Beragama dalam Prespektif Hadis”, as-shaff: Jurnal
Manajemen dan Dakwah, no. 1 (2020)
sifat/sikap toleran. Sedangkan kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendiriannya sendiri.2 Kata toleransi sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris
“tolerance” yang memiliki arti sabar dan kelapangan dada. Adapun kata kerja transitifnya
adalah “tolerate” yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu,
sementara kata sifatnya adalah “tolerate” yang berarti bersikap toleran, sabar menghadapi
sesuatu.
Sedangkan pengertian toleransi secara terminologi, menurut Soejoni Sukanto
toleransi adalah suatu sikap yang merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap
pihak lain yang tidak disetujui. Umar Hasyim dalam mendefinisikan toleransi yaitu
pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesam warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-
masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya tidak melanggar dan tidak
juga bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam
masyarakat.3 Selanjutnya, Kemendiknas memaknai toleransi sebagai sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya. Dengan adanya toleransi, maka diharapkan masyarakat Indonesia
dapat hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada.
Islam dikenal sebagai agama yang sangat menghargai perbedaan. Toleransi dalam
beragama bukan berarti kita bebas mengikuti ibadah dan rutinitas agama lain. Akan tetapi,
dalam toleransi beragama kita mempunyai sikap pengakuan akan adanya agama-agama lain
selain agama yang kita anut sendiri. Nabi juga mencontohkan perilaku menghargai dan juga
menghormati pemeluk agama lain, yakni pada suatu peristiwa di mana Nabi Muhammad
SAW berhadapan dengan jenazah orang Yahudi. Ketika berhadapan dengan jenazah Yahudi,
Nabi Muhammad SAW memandangnya dari segi kemanusiaan. Nabi Muhammad SAW
berdiri untuk menghormati jenazah pemeluk Yahudi Madinah.

‫اِبِر ِن ِد الَّلِه ِض‬ ‫َح َّد َثَنا ُمَعاُذ ْبُن َفَض اَلَة َح َّد َثَنا ِه َش اٌم َعْن ْحَي َعْن ُعَبْيِد الَّلِه ْبِن ِم ْق ٍم‬
‫َي‬ ‫َر‬ ‫ْب‬ ‫َع‬ ‫ْب‬ ‫َج‬ ‫ْن‬ ‫َع‬ ‫َس‬ ‫ىَي‬
‫الَّلُه َعْنُه َم ا َقاَل َم َّر ِبَنا َج َناَز ٌة َفَق اَم َهَلا الَّنُّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َو ُقْم َنا ِبِه َفُقْلَنا َيا َرُس وَل الَّلِه ِإَّنَه ا‬

‫ِج َناَز ُة َيُه وِدٍّي َقاَل ِإَذا َر َأْيُتْم اِجْلَناَز َة َفُقوُموا‬


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadhalah, telah menceritakan kepada
kami Hisyam dari Yahya dari 'Ubaidullah bin Muqsim dari Jabir bin 'Abdullah

‫ ﷺ‬berdiri menghormatinya dan kami pun ikut berdiri. Lalu kami tanyakan, "Wahai
radhiallahu'anhu berkata,: "Suatu hari jenazah pernah lewat di hadapan kami maka Nabi

Rasulullah, jenazah itu adalah seorang Yahudi." Maka beliau berkata,: "Jika kalian melihat
jenazah maka berdirilah". (HR. Bukhori, No. 1228)
Sebagian ulama memahami sikap berdiri Rasulullah SAW sebagai bentuk
penghormatan atas peristiwa kehidupan dan kematian. Meski orang yang meninggal dunia
adalah pemeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi, Rasulullah SAW tetap berdiri. Secara
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/toleransi
3
Dewi Anggraeni dan Siti Suhartimah, “Toleransi Antar Umat Beragama Prespektif KH. Ali Mustafa Yaqub”, Jurnal
Studi Al-Qur’an, no. 1 (2018)
kemanusiaan Muslim dan non-Muslim sama saja. Adapun islam dan kekufuran terletak
dalam hati. Sedangkan secara bentuk dan jenis mereka sama-sama manusia. Tidak ada
perbedaannya. Jenazah Yahudi tersebut adalah makhluk bernyawa ciptaan Allah. Di dalam
dirinya terdapat kuasa Ilahi dan tanda kebesaran-Nya dalam penciptaan. Nyawa orang
tersebut telah dicabut. Kondisi fisiknya nanti juga berubah. Sedangkan Rasulullah SAW
berdiri untuk mengagungkan dan membesarkan Allah yang menciptakan jiwa tersebut
kemudian mencabut kembali rohnya.

Prinsip-prinsip Toleransi Beragama


Hidup bersama dalam keberagaman yang ada, terkhusus dalam hal perbedaan
keyakinan. Menjadikan kita harus memiliki sikap atau prinsip agar tercapai kebahagiaan,
dan kedamaian dalam perbedaan tersebut. Adapun prinsip dalam hubungan toleransi
beragama, adalah sebagai berikut:
a. Kebebasan Beragama
Hak asasi manusia yang paling esensial dalam hidup adalah hak kemerdekaan atau
kebebasan baik kebebasan untuk berfikir, berkehendak dan kebebasan di dalam memilih
kepercayaan atau agama. Kebebasan merupakan hak yang mendasar bagi manusia
sehingga hal ini yang dapat membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya.
Kebebasan beragama sering kali disalah artikan dalam berbuat sehingga manusia ada
yang mempunyai agama lebih dari satu bahkan yang tidak beragama pun juga ada. Yang
dimaksudkan kebebasan beragama di sini yakni bebas memilih suatu kepercayaan atau
agama yang menurut mereka paling benar dan membawa keselamatan tanpa ada yang
memaksa atau menghalanginya, kemerdekaan telah menjadi salah satu pilar demokrasi dari
tiga pilar revolusidi dunia. Ketiga pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan dan
kebebasan. Kebebasan beragama atau rohani penulis artikan sebagai suatu ungkapan
yang menunjukkan hak setiap individu dalam memilih keyakinan suatu agama.
b. Penghormatan dan Eksistensi Agama lain
Etika yang harus dilaksanakan dari sikap toleransi setelah memberikan
kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi atau keberadaan agama lain dengan
pengertian menghormati keragaman dan perbedaan ajaran-ajaran yang terdapat pada setiap
agama dan kepercayaan yang ada, baik yang diakui negara maupun belum diakui oleh
negara. Menghadapi realitas ini setiap pemeluk agama dituntut agar senantiasa mampu
menghayati sekaligus memposisikan diri dalam konteks pluralitas dengan didasari semangat
saling menghormati dan menghargai eksistensi agama lain. Dalam bentuk tidak mencela
atau memaksakan maupun bertindak sewenang-wenangnya dengan pemeluk agama lain.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi:

‫ِعْك ِر َة ِن ا ِن َّباٍس َقاَل ِقي ِل وِل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه َّل َأُّي اَأْلْد اِن َأ ُّب ِإىَل الَّلِه‬
‫َي َح‬ ‫َص ُه َع ْي َو َس َم‬ ‫َل َر ُس‬ ‫َعْن َم َع ْب َع‬

‫َقاَل اَحْلِنيِف َّيُة الَّس ْمَح ُة‬


Artinya: Dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, Ditanyakan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬,
"Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda, "Al Hanifiyyah
As Samhah (yang lurus lagi toleran) " HR. Ahmad, No. 2003
c. Agree in Disagreement
“Agree in Disagreement” (setuju di dalam perbedaan) adalah prinsip yang selalu
didengugkan oleh Prof. Dr. K.H. Abdul Mukti Ali mantan Menteri Agama RI tahun 1923 –
2004. Perbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada di dunia ini,
dan perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan. 4 Mewujudkan kerukunan dan
toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha
menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara manusia yang
berlainan agama, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian
dari tuntutan agama masing-masing.

Hal-Hal yang Diharamkan dalam Bertoleransi


KH. Ali Mustafa Yaqub memaparkan hal-hal yang diharamkan dalam
bertoleransi yang mencampuradukkan agama dan akidah, yang terdapat pada dalil dari
Al-Quran, Sunnah, kaidah fikih, dan rasional, diantaranya sebagai berikut:5
1) Tolong menolong dalam Dosa
Mengenai hal ini, KH. Ali Mustafa Yaqub merujuk pada Qs. Al-Maidah ayat 2

‫َو اَل َتَعاَو ُنو۟ا َعَلى ٱِإْلِمْث َو ٱْلُعْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱلَّلَهۖ ِإَّن ٱلَّلَه َش ِديُد ٱْلِعَق اِب َو َتَعاَو ُنو۟ا َعَلى ٱْلِّرِب َو ٱلَّتْق َو ٰى‬
“Dan tolong menoonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan taqwa. Dan janganlah
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Dalam memahami ayat ini,
Imam Ibn Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan orang
beriman untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
Kebaikan dan meninggalkan kemungkaran adalah bentuk ketaqwaan. Allah juga melarang
mereka saling tolong-menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Oleh
karena itu menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, kehadiran seorang Muslim dalam perayaan
keagamaan non-Muslim, keikutsertaannya dalam panitia pelaksana perayaan,
menyampaikan selamat kepada mereka, mengirimkan kartu selamat, dan
menandatanganinya adalah termasuk katagori tolong-menolong dalam kebatilan, dosa, dan
sesuatu yang diharamkan. Menurut Beliau perbuatan tersebut termasuk perbutan yang
diharam dalam bertoleransi, terutama haram dalam pandangan syariat.

2) Merusak Akidah
Karena latar belakang pemikiriran ini bermula dari MUI mengeluarkan fatwa yang
berisi pengharamkan terhadap umat Islam menghadiri perayaan natal bersama. Maka
menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, potensi
merusak agama dan akidah merupakan sesuatu yang jelas di haramkan.Begitu
jugapengucapan Selamat Hari Raya Natal termasuk diharamkan. Hal ini karena
terdapat di dalamnya penyebaran terhadap symbol-simbol kekufuran dan kebatilan. Oleh
karena itu, hal tersebut diharamkan.

4
Syamsul Hadi, Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Tesis: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005)
5
Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH. Ali Mustafa Yaqub." Jurnal
Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.
3) Mencampuradukan Hak dan Batil
Mengenai hal ini, KH. Ali Mustafa Yaqub merujuk pada Qs.Al-Baqoroh ayat
42, yang artinya : “Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil
dan janganlah kamu sembunyikan yang hakitu, sedangkan kamu mengetahuinya”. Imam al-
Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibn Abbas) mengenai maksud ayat
Dan janganlah kamu campur adukan antara yang hak dengan yang batil adalah
menyampuradukkan ajaran Yahudi, Kristen dengan Islam. Hal ini karena agama di sisi
Allah hanyalah Islam, sedangkan Yahudi dan Kristen merupakan bid’ah yang tidak berasal
dari Allah.

4) Mengakui Kebenaran Agama non-Islam


Menghadiri perayaan hari-hari besar non-Muslim, mengucapkan selamat hari
raya kepada mereka, mengirimkan kartu Natal, dan penandatangan kartu tersebut,
ditegaskan oleh KH. Ali Mustafa Yakub ssebagai sikap pengakuan terhadap
kebenaran agama non-Muslim. Minimal, terdapat unsur penyebaran dan sosialisasi
terhadap symbol-simbol kekufuran dan kesyirikan dalam tindakan tersebut. Tidak
diragukan lagi bahwa tindakan tersebut diharamkan, karena menjerumuskan kepada
sesuatu yang diharamkan yaitu pengakuan terhadap kebenaran agama-agama non-Muslim.

Dengan demikian, tindakan yang menjerumuskan kepada sesuatu yang


diharamkan adalah haram. Hal-hal di atas merupakan segala sesuatu yang dilarang
dalam toleransi antar agama menurut K.H. Ali Mustofa Yaqub, dengan argumunetasi
batasan-batasan dalam toleransi tidak mencampur adukan antara dimensi sosial dan
agama atau akidah. Dan hal tersebut dengan contoh-contohnya telah diungkapkan oleh
MUI terkait hal-hal yang merusak agama, termasuk di dalamnya berupa ucapan
selamat hari raya kepada agama lain. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ikhtiar atau
kehati-hatian dalam masalah akidah.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Prof. Quraish Shihab, larangan yang


diberlakukan dalam fatwa MUI itu terhadap orang awam yang tidak mengerti. Orang
yang dikhawatirkan akidahnya rusak. Orang yang dikhawatirkan percaya bahwa Natal itu
seperti sebagaimana kepercayaan umat kristen. Hal senada di ucapkan oleh menteri
agama RI periode 2014-2019 Dr. Lukman Hakim Saifudin, M.A, “Jadi yang dilarang itu
adalah melakukan ritual keagamaannya, peribadatannya. Tapi kalau ucapan 'Selamat
Natal' itu terjadi keragaman dan dengan adanya keragaman ini mudah-mudahan kita bisa
saling memahami”.

Selanjutnya Quraish Shihab juga menjelaskan dalam pemaparannya terkait Surat


Maryam ayat 30-38, beliau berpendapat "Saya tahu persis ada ulama besar di Suriah
memberi fatwa bahwa itu boleh (mengucapkan selamat Natal). Fatwanya itu berada dalam
satu buku dan bukunya itu diberikan pengantar oleh ulama besar lainnya, Yusuf al-
Qaradawi, yang di Suriah Namanya Mustafa Al Zarka'a. Ia mengatakan mengucapkan
selamat Natal itu bagian dari basa-basi, hubung baik.". 6 Untuk menjembatani perbedaan
pendapat yang ada Quraish Shihab menjelaskan bahwa, kalau Anda mengucapkan
selamat Natal, tapi keyakinan Anda bahwa Nabi Isa bukan Tuhan atau bukan anak
Tuhan, maka tidak ada salahnya. Ucapkanlah selamat Natal dengan keyakinan seperti

6
Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH. Ali Mustafa Yaqub." Jurnal
Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.s
ini dan Anda kalau mengucapkannya sebagai muslim. Mengucapkan kepada umat
kristiani yang paham, dia yakin bahwa anda tidak percaya. Jadi yang dimaksud itu,
seperti yang dimaksud tadi hanya basa-basi. Untuk orang-orang yang paham, saya
mengucapkan selamat Natal kepada teman-teman saya apakah pendeta. Dia yakin
persis bahwa kepercayaan saya tidak seperti itu. Jadi, kita bisa mengucapkan asalkan
akidah kita tidak ternodai atau muncul rasa was-was/keraguan pada keyakinan kita.

C. Kesimpulan
Toleransi merupakan sikap dan tindkan menghargai perbedaan agama, ras, suku, etnis
dan budaya lain. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita bebas mengikuti ibadah dan
rutinitas agama lain. Akan tetapi, dalam toleransi beragama kita mempunyai sikap
pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama yang kita anut sendiri. Adapun
prinsip-prinsip dalam toleransi beragama :
a. Kebebasan beragama
b. Penghormatan dan eksistensi agama lain
c. Agree in disagreement
Sedangkan hal-hal yang diharamkan dalam toleransi beragama adalah :
1. Tolong menolong dalam dosa
2. Merusak akidah
3. Mencampurkan yang hak dan bathil
4. Mengakui kebenaran Agama non-Islam

D. REFERENSI
Dewi Anggraeni dan Siti Suhartimah, “Toleransi Antar Umat Beragama Prespektif KH. Ali
Mustafa Yaqub”, Jurnal Studi Al-Qur’an, no. 1 (2018)
Kamus Besar Bahasa Indonesia, https://kbbi.web.id/toleransi
Ramlan Arifin dan Muhammad Yusuf, “Toleransi Umat Beragama dalam Prespektif Hadis”,
as-shaff: Jurnal Manajemen dan Dakwah, no. 1 (2020)
Syamsul Hadi, Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Tesis: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2005)

Anda mungkin juga menyukai